Anda di halaman 1dari 2

PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI PENULARAN

MELALUI AIRBONE
No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:
SPO/PPI/ 0 1/2
Ditetapkan
Direktur,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit:
OPERASIONAL

PENGERTIAN Ditujukan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit
yang secara epidemiologis penting dan ditularkan melalui transmisi
airbone (jalur udara).

TUJUAN Menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik,
percikan udara, partikel debu yang berisi agen infeksi.

1. Berdasarkan SK No 029/RSAB-SK/DIR/III/2013 Tentang Pencegahan


KEBIJAKAN dan Pengendalian Infeksi
2. Berdasarkan SK No 036 tentang pelayanan ruang isolasi

Untuk mencegah transmisi airbone pada saat perawatan ada beberapa cara
PROSEDUR
pencegahannya yaitu :
1. Penempatan pasien
a. Petugas kesehatan (dokter dan perawat) menempatkan pasien pada
ruangan dengan tekanan negatif termonitor, dengan pergantian
udara minimal 6x sampai 12x/jam, pengeluaran udara terfiltrasi,
sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di rumah sakit.
b. Petugas kesehatan harus menutup pintu ruangan setelah keluar
dari ruang isolasi. Bila ruang isolasi tidak tersedia, tempatkan
pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama,
jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak
kurang lebih 1 meter.
c. Petugas kesehatan mengkonsultasikan dengan petugas PPIRS
sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan
kohorting tidak memungkinkan.
2. Transport pasien
Petugas kesehatan membatasi gerak pasien dan transport pasien hanya
saat diperlukan saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi
masker untuk mencegah penyebarannya melalui droplet (percikan).
3. Perlindungan pada petugas
a. Perlindungan saluran nafas
- Petugas kesehatan mengenakan masker saat masuk ruang
isolasi.
b. Petugas yang merawat pasien adalah yang bebas dari penyakit
(bukan immunocompromised) seperti ISPA dan petugas yang
mengalami daya tahan tubuh menurun.
c. Petugas kesehatan memakai masker, sarung tangan, gaun, google,
bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol.
4. Petugas yang boleh masuk ruang isolasi adalah dokter, perawat,
petugas cleaning service, Fisiotherapi.
5. Ketersediaan alat kesehatan tersendiri mencakup:
a. Peralatan mandi: baskom, waslap, handuk, dan sabun
b. Alat vital sign: tensi meter, stetoskop dan thermometer
c. Ember tempat penampungan linen kotor
6. Petugas kesehatan harus memasukkan linen kotor ke dalam wadah
plastic yang tertutup dan sudah diberi label saat keluar dari ruangan
PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI PENULARAN
MELALUI AIRBONE
No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:
SPO/PPI/ 0 1/2
dan diantar ke ruang spoelhock.
7. Petugas kesehatan segera melakukan dekontaminasi pada peralatan
pasien habis pakai.
8. Petugas kesehatan melakukan kebersihan tangan sebelum masuk
ruang pasien dan menggunakan APD
9. Petugas kesehatan melepaskan segera APD yang dipakai dan segera
melakukan kebersihan tangan setelah dari ruang pasien.
10. Petugas kesehatan melakukan monitoring ruang isolasi setiap
pergantian shift dan didokumentasikan.
11. Petugas kesehatan melakukan pembersihan ruang isolasi yang rutin
sama dengan pembersihan ruangan yang lain.
12. House keeping segera melakukan general cleaning pada ruang isolasi
setelah pasien pulang.
13. Petugas yang merawat pasien, dilakukan observasi sejak pasien
masuk sampai dengan pasien pulang dan lama inkubasi pasien.
14. Perlindungan terhadap keluarga pasien dan pasien
a. Keluarga pasien/ pengunjung
1) Wajib melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah dari
ruangan
2) Memakai dan melepas Alat Pelindung Diri (APD), masker
3) Batasi pengunjung, terutama pengunjung dengan resiko imun
rendah (anak-anak, orang tua, pasien dengan
imunocompromise) & pengunjung resiko menularkan penyakit
(varicella, campak, demam, ISPA)
b. Pasien
1) Pembatasan mobilisasi, bicara
2) Wajib memakai APD masker bila keluar dari ruangan
misalnya ke ruang Radiologi, HD, Fisioterapi dan lain-lain

15. Kebersihan tangan yang terpenting

UNIT TERKAIT Semua Unit

Anda mungkin juga menyukai