Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga medis dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari-hari, selalu beresiko
tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak langsung
ataupun tidak langsung, penularan tersebut dapat melalui droplet transmission, dan airbone
transmission (CDC).
Tindakan pencegahan universal merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan
oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya pengendalian infeksi dan
penularan penyakit di sarana kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, dan pusat layanan
kesehatan lainnya.
Standard Precaution dapat mencegah penularan/mokroorganisme (Duerink, dkk. 2006). Prinsip
tindakan pencegahan universal yaitu menganggap semua pasien adalah terkena atau terinfeksi
mikroorganisme, dengan atau tanpa tanda dan gejala sehingga tingkat pencegahan seragam
harus digunakan dalam merawat semua pasien (Smeltzer, dkk, 2009). Penularan agen infeksius
melalui airborne adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh penyebaran droplet nuklei
yang tetap infeksius saat melayang di udara dalam jarak jauh dan waktu yang lama. Penularan
melalui udara dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi penularan “obligat” atau penularan
“preferensial”.
Terus munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak
bolehdiabaikan. Penyakit/patogen yang menular merupakan masalah yang terus berkembang,
dan penularan patogen yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak
terkecuali. Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui droplet, tapi penularan
melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan
aerosol pernapasan infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk
sebagian patogen. Karena banyak gejala ISPA merupakan gejala nonspesifik dan pemeriksaan
diagnosis cepat tidak selalu dapat dilakukan, penyebabnya sering tidak langsung diketahui.
Selain itu, intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin tidak tersedia.
Maka dari itu perlu diadakan panduan pengelolaan pasien dengan infeksi airbone.

B. Landasan Hukum
a. SK Menkes No 270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya
b. SK Mankes No. 382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya
c. SK Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM RS
d. SK Menkes 1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang KARS

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi angka infeksi di Rumah Sakit Chevani
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi angka infeksi bagi petugas, pasien dan pengunjung
b. Memberikan pengetahuan bagi petugas, pasien dan pengunjung tentang
pengelolaan dan perawatan pasien penyakit menular
c. Supaya petugas dapat mengatur pemisahan antara pasien dengan penyakit
menular, dari pasien lain yang beresiko tinggi, yang rentan karena
immunosuppressed atau sebab lain.
d. Supaya petugas dapat mengatur cara mengelola pasien dengan infeksi airbone
untuk jangka waktu pendek ketika ruangan betekanan negative tidak tersedia
e. Supaya petugas mengetahui alur dan penempatan pasien dengan penyakit menular
BAB II
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI

I. Kebijakan Umum
a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi penyakit menular
pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi
c. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaaan APD, pemrosesan peralatan perawat
pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelola limbah, kesehatan
karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik
yang aman dan praktek untuk lumbal punksi
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus-kasus yang mempunyai resiko penularan melalui kontak, droplet,
airbone.
II. Kebijakan Khusus
a. Penempatan pasien tidak infeksisius :
Menggunakan kewaspadaan standar :
i. Penempatan Pasien : pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali
ruang isolasi
ii. Kebersihan Tangan : lakukan lima saat kebersihan tangan dan gunakan cairan
berbasis alcohol (handrub) dan sabun antiseptic untuk kebersihan tangan
iii. Sarung Tangan
Pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) bila menyentuh darah, cairan
tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan
sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin). Ganti
sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama
setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak
mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan, sebelum
menyentuh barang dan permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan
sebelum berpindah ke pasien lain, dan cuci tangan segera untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
iv. Alat Perlindungan Diri : Masker, Pelindung Mata dan Pelindung Wajah
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan mukosa
pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan
pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi.
v. Gaun
Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi kulit dan untuk
mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera
mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien
lain atau lingkungan.
vi. Peralatan Perawatan Pasien dan Ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian rupa
sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori
pakaian dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan bahwa peralatan yang dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien
lain sebelum dibersihkan dan diproses selayaknya
vii. Pengendalian Lingkungan
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi permukaan
lingkungan, tempat tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di samping tempat
tidur, dan permukaan lainnya yang sering disentuh, dan pastikan prosedur ini
dilaksanakan.
viii. Linen
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik sehingga tidak  bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
ix. Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah (Bloodborne Pathogens)
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap petugas kesehatan
dan pemberian imunisasi.
b. Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum ditangani sesuai SPO
berkoordinasi dengan K3RS.
c. Peralatan yang dapat menggantikan pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-to-
mouth resuscitation), seperti mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan
ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan.
b. Penempatan pasien infeksius
 Transmisi Airbone
Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara digunakan untuk pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan
halus di udara. Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan penyakit
melalui udara, baik yang berupa bintik percikan di udara (ariborne droplet nuclei,
ukurran 5 µm atau lebih kecil) atau partikel debu yang berisi agen infeksi.
Organisme yang ditularkan dengan cara ini dapat menyebar secara luas bersama
dengan aliran udara.
i. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang isolasi. Pintu harus selalu tertutup. Bila ruang isolasi
penuh / tidak tersedia, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang
terinfeksi aktif dengan (dugaan) mikroorganisme yang sama, kecuali bila ada
rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak diinginkan,
konsultasikan dengan petugas pengendalian infeksi sebelum menempatkan
pasien.
ii. Perlindungan Pernafasan (Masker) :
Gunakan masker bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita airborne disease (TBC, Varicela, rubella dll). Orang-orang yang sensitif
dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
airborne disease. Petugas yang kebal pada measles (rubella) atau varicella tidak
perlu memakai perlindungan pernafasan. Pasien harus selalu menggunakan
masker medik/bedah.
iii. Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus tersedia
untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang di
butuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran droplet dengan
memakaikan masker bedah pada pasien bila memungkinkan.
 Transmisi Kontak
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak digunakan untuk pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
(misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang terjadi selama perawatan rutin,
atau kontak tak langsung (persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien.
i. Penempatan Pasien
Pasien upayakan ditempatkan di kamar tersendiri. Bila tidak tersedia kamar
tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien yang
terinfeksi dengan penyakit yang sama, tetapi bila tidak memungkinkan dengan
jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira satu meter) dengan pasien lainnya dan
pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu
boleh tetap terbuka.
ii. Sarung Tangan dan Cuci Tangan
Pakailah sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar dan
merawat pasien, ganti sarung tangan setelah menyentuh bahan-bahan terinfeksi
yang kira-kira mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (faeces
dan drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkungan
pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan atau handrub.
iii. Gaun : Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar pasien
iv. Pemindahan Pasien :
Batasi pemindahan dan transportasi pasien hanya untuk hal yang sangat penting
saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan
kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran
mikroorganisme ke pasien lain dan kontaminasi permukaan lingkungan dan
peralatan. 
v. Peralatan Perawatan Pasien
Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja untuk mencegah
penggunaan bersama dengan pasien lain. Bila penggunaan bersama tidak dapat
dihindari, maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan
oleh pasien lain.
BAB III
RUANG LINGKUP

Dalam pengelolaan perawatan pasien isolasi diperlukan pengaturan baik dari tata


ruangnya, alur pasien, petugas, maupun pengunjungnya.

A. Tata Ruang
1. Sistem Ventilasi
Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu sumber infeksi nosokomial,
misalnya Mycobacterium tuberculosis, Aspergilus spp, virus campak dan varicella.
Sistem ventilasi yang dibutuhkan tergantung dari keadaan pasien yang dirawat dan
kualitas udara di sekitar ruangan
a. Ruang Rawat Intensif (HCU)
Resirkulasi udara di ruang ini sebaiknya menggunakan filter HEPA yaitu suatu filter
yang dapat menghambat 99,97% partikel dioktilphtalat yang dihembuskan dengan
cara aerosol berdiameter 0,3 µm. Penggantian udara minimal 6 kali dalam satu jam
yang menjamin udara bersih dari partikel.
b. Ruang Isolasi
Sistem ventilasi dengan tekanan negatif diperlukan untuk pasien yang terinfeksi
virus, tuberkulosis, virus campak dan varisela. Tekanan negatif dengan
menggunakan exhaust exceeding supply sekitar 15% atau feet 3/min. Udara dari
ruangan langsung dialirkan keluar. Resirkulasi boleh dilakukan tetapi perlu filter
HEPA sebelum masuk kembali ke ruangan. Sementara ini di Rumah Sakit Chevani
belum sesuai standar karena tidak memiliki exhaust van, tidak memiliki hepa filter
bertekanan negatif, tidak terdapat pintu pembatas antara ruang isolasi dengan
ruang pasien lainnya dan tersedianya APD yang standar.
c. Ruang Isolasi (IBS)
Aliran udara harus selalu berasal dari ruangan yang bersih ke ruangan yang kurang
bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara (AC) harus terjamin dan menciptakan
kondisi udara yang nyaman bagi pasien, dokter dan petugas. Masuknya udara
melalui diffuser (alat penyebar) pada ruangan, dan melalui exhaust yang berada di
dinding, tepat di atas lantai, udara keluar, sistem ventilasi harus mencakup
persyaratan berikut :
- Temperatur berkisar antara 20-240C
- Kelembababan udara antara 50-60%
- Tekanan udara dijaga agar tetap positif
- Alat yang menunjukkan tekanan udara dalam ruangan. Seluruh dinding, langit-
langit maupun lantai benar-benar tertutup agar tekanan udara tetap terjaga.
- Ada indikator kelembaban dan thermometer yang mudah dilihat
- Ada filter sekunder 2µm atau kurang dengan efisiensi 95% diletakkan di dalam
sebuah kisi-kisi/lubang masuk : terminal HEPA filter 0,3 µm dengan efisiensi
99,7% untuk hasilsangat bersih seperti kamar bedah ortopedi
- Suplai udara dari langit-langit disirkulasikan memalui exhaust yang letaknya
paling tidak 75 mm di atas lantai. Tipe diffuser sebaiknya tipe satu arah. Hindari
langit-langit dengan hig induction atau diffuser bagian dinding.
- Minimal dinding diganti sebanyak 15 kali perjam untuk sistem udara bersih
100%. Dan 25 kali perjam untuk sistem udara sirkulasi.
- Kecepatan udara 0, 1-0,3 m/detik.
- Tekanan positif pada area disekitarnya.
- Lakukan pemeliharaan rutin untuk menghindari kesalahan dalam sistem ventilasi
karena akumulasi debu pada filter menyebabkan udara tidak seimbang, dan
menurunkan kemampuan mengeluarkan udara. Hal ini bisa merubah
keseimbangan udara yang negatif menjadi positif.
- Pantau filter, kecepatan udara dan lain-lain secara rutin
- Siapkan alat cadangan portable atau menghentikan sementara kegiatan merawat
pasien jika alat tidak berfungsi dengan baik.
B. Petugas dan Pengunjung
1. Untuk petugas yang merawat di unit/ruang dengan penyakit menular harus
mendapatkan pelatihan tentang cara perawatan pasien dengan penyakit menular.
Alat pelindung diri harus digunakan sesuai prosedur dan dipantau terkait
kepatuhannya.
2. Pembatasan pengunjung sangat penting karena di tempat dimana banyak orang
bertemu resiko penyebaran infeksi dan penyakit akan meningkat. Mikroba dengan
cepat akan menyebar luar karena kontak antar orang dengan orang, namun sulit
sekali bahkan tidak mungkin dapat mencarai orang yang menjadi sumber penyebar
organisme patologis. Perlu dibuat ketentuan yang mengatur alur pasien, lalu lintas di
rumah sakit yang akan membantu pengendalian penyebaran infeksi.

C. Tempat-tempat Yang Tidak Boleh Dikunjungi Tamu


Pada tempat-tempat dimana dilakukan perawatan tertentu pengunjung harus dibatasi
seminimal mungkin dan harus berdasarkan ijin petugas, ruangan tersebut adalah :
1. Ruang rawat HCU
2. Ruang bersalin (VK)
3. Kamar operasi
4. Ruang isolasi
BAB IV
TATA LAKSANA

1. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Udara


a. Tujuan
Untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik
percikan di udara (airborne droplet nuclei, ukuran 5 µm atau lebih kecil) atau partikel
debu yang berisi agen infeksi.
b. Tata Laksana
1). Tekanan negatif yang terpantau
2). Pergantian udara minimal enam kali setiap jam
3). Pembuangan udara keluar yang memadai, atau bila tidak terpasang pada ruang
isolasi, gunakan filter udara tingkat tinggi termonitor sebelum udara beredar ke
seluruh rumah sakit.
4). Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan
Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan pasien
lain yang dugaan terinfeksi mikroorganisme yang sama tetapi tidak ada infeksi lain.
5). Gunakan alat pelindung diri waktu masuk ke ruang pasien yang diketahui atau
diduga mengidap tuberculosis.
6). Jangan masuk ruangan pasien yang diketahui atau diduga menderita campak atau
varisela bagi orang yang rentan terhadap infeksi tersebut.
7). Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal yang penting
saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari
penyebaran droplet nucleus dengan memberi pasien masker bedah.
2. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Percikan
a. Tujuan
Untuk menghindari transmisi melalui percikan dimana transmisi percikan memerlukan
kontak yang dekat antara sumber dan penerima, karena percikan besar tidak dapat
bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat.
b. Tata Laksana
1). Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi aktif
organisme yang sama dan tidak ada infeksi lain.
2). Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara kohort, dan bila
ruang untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah minimal 1 meter
antara pasien terinfeksi dengan pasien lain dan pengunjung.
3). Pakai masker N95 dan atau masker bedah 2 rangkap bila berada/bekerja dengan
jarak kurang dari 1 meter dari pasien.
4). Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan mendesak. Bila
terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker bedah untuk pasien.

3. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Kontak


a. Tujuan
Untuk meminimalkan penularan penyakit melalui kontak langsung atau kontak tak
langsung.
b. Tata Laksana
1). Tempatkan pasien di ruang tersendiri bila mungkin, bila tidak tersedia dapat
diletakkan diruang umum dengan pasien sejenis.
2). Gunakan alat pelindung diri : sarung tangan dan harus diganti setelah menyentuh
bahan yang mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (misalnya tinja
atau cairan luka). Segera buka sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan dan
kemudian harus cuci tangan sesuai dengan SPO cuci tangan.
3). Gunakan gaun pelindung yang bersih dan non steril bila diduga terjadi kontak yang
cukup rapat dengan pasien. Segera lepas gaun sebelum meninggalkan ruangan.
4). Untuk transport pasien, batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal
yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar kamar, usahakan tetap
melaksanakan kewaspadaan dengan menggunakan alat pelindung.
5). Untuk perawatan lingkungan, usahakan agar alat perawatan pasien, di sekitar
tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering tersentuh dibersihkan setiap
hari.
6). Peralatan perawatan pasien bila mungkin, gunakan peralatan pasien non kritis dan
peralatan setperti stetoskop, tensimeter, termometer rektal masing-masing satu
untuk satu atau sekelompok pasien kohort untuk menghindari pemakaian bersama.
Bila pemakaianbersama tidak dapat dihindari, peralatan tersebut harus selalu
dibersihkan dan disiinfeksi sebelum dipakai satu atau sekelompok pasien.

4. Pilihan Kewaspadaan Khusus Sebelum Diagnosis Pasti Ditegakkan


Gejala Klinis Patogen Potensial Jenis Kewaspadaan
Diare
- Diare akut, dengan Enteropatogen Penularan melalui kontak
kemungkinan infeksi pada
pasien yang memakai popok
atau penderita
inkontinensia.
- Diare pada orang dewasa
yang baru saja menggunakan Clostridium difficile Penularan melalui kontak

antibiotik
Meningitis Neisseria meningitidis Penularan melalui percikan
Ruam atau eksantem pada
umumnya, penyebab tidak diketahui
:
- Petekiae/ekimosisdengan Neisseria meningitidis Penularan melalui percikan

demam
- Vesikuler Varisela Penularan melalui udara dan kontak
- Makulopapular dan demam Rubella Penularan melalui udara
(measless)
Infeksi pernafasan Mycobacteriumtu Penularan melalui udara
- Batuk, demam, infiltrate berculosis
lobus atas paru pada pasien
HIV-seronegatif (pasien
dengan risiko rendah HIV)
Mycobacterium Penularan melalui udara
- Batuk, demam, infiltrat di
semua bagian paru pada tuberculosis

pasien terinfeksi HIV (pasien


dengan risiko tinggi HIV)
Bordetella pertussis Penularan melalui udara
- Batuk paroksismal atau
batuk parah yang terus
Respiratory
menerus selama pertusis Penularan udara
syncitial/virus
aktif
parainfluensa
- Infeksi saluran nafas,
terutama bronchiolitis dan
croup pada bayi dan anak
kecil
Risiko adanya mikroorga-nisme yang
kebal terhadap berbagai obat - Bakteri resisten Penularan melalui kontak
- Pernah terinfeksi atau
terkolonisasi oleh organisme
yang kebal terhadap - Bakteri resisten Penularan melalui kontak

berbagai obat
- Infeksi kulit, luka atau
saluran kemih pada pasien
yang baru dirawat di rumah
sakit yang pernah dijumpai
organisme kebal obat
Infeksi kulit atau luka Abses atau Staphylococcus aureus, Penularan melalui kontak
luka yang terbuka group A streptococcus

5. Strategi transportasi/arus pasien dengan penyakit menular


a. Tujuan
Untuk meminimalkan penularan penyakit melalui kontak langsung atau kontak
taklangsung terhadap orang lain
b. Tata Laksana
1. Petugas kesehatan memastikan bahwa rute dan ruangan/unit kerja yang dituju
dalam kondisi siap
2. Semua petugas kesehatan memakai APD
3. Pasien disiapkan dan lakukan transportasi dengan cepat dan tepat
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi dilakukan pada saat :1.


1. Pendokumentasian kegiatan pendidikan staf/petugas
Kegiatan audit kepatuhan khususnya standar prosedur operasional untuk penempatan
pasien dengan penyakit menular ini dilakukan secara periodik enam bulan sekali. Kegiatan
monitoring dilaksanakan oleh IPCLN dan IPCN selanjutnya dievaluasi dan dilaporkan kepada
Komite PPIRS. Melalui Komite PPIRS maka akan diteruskan kepada PMKP dan dilaporkan
kepada Direktur.
BAB VI
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan penempatan pasien airbone diaseases dalam
waktu singkat jika tidak memiliki ruangan bertekanan negatif sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka infeksi dan menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan di
Rumah Sakit Chevani Tebing Tinggi.

Diketahui oleh :
Direktur
RS CHEVANI TEBING TINGGI

drg.Khairi Lufti Sinaga,MKKK

Anda mungkin juga menyukai