Daftar Isi
1. MARS RSUB 3
2. Standart Akreditasi 4
3. Visi Misi RSUB 5
4. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 6
5. Pelayanan Pasien (PP) 13
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 15
7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 18
8. Bantuan Hidup Dasar (BHD) 20
9. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 22
10. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 27
11. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 29
12. Milenium Development Goals (MDGs) 33
13. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 34
14. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 38
15. Akses dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 39
16. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 41
MARS
Rumah Sakit Universitas Brawijaya
Oleh : Dr. dr. A. Andyk Asmoro SpAn
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
SLALU TERDEPAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT UTAMA
UNTUK MEMBANGUN NEGARA
MISI PENDIDIKAN, PENELITIAN
DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
ITULAH...
TRIDARMA PERGURUAN TINGGI
WUJUD KERJA KERAS KAMI
PELAYANAN PRIMA DAN TAK KENAL LELAH
BERJUANG UNTUK KESEHATAN BANGSA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SLALU TERDEPAN UNTUK INDONESIA
SLALU TERDEPAN UNTUK INDONESIA
RSUB TERCINTA
SEHATKAN GENERASI BANGSA...
INDONESIA...
Standar Akreditasi
I. KELOMPOK STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
1. AKSES KEPELAYANAN & KONTINUITAS PELAYANAN (APK)
2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
3. ASESMEN PASIEN (AP)
4. PELAYANAN PASIEN (PP)
5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
6. MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO)
7. PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)
II. KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
8. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
9. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
10. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP)
11. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
12. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)
13. MANAJEMEN KOMUNIKASI & INFORMAS! (MKI)
14. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
• Ketepatan Identifikasi Pasien
• Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
• Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
• Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
• Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
• Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
15. SASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS
• SASARAN I : PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU
• SASARAN II : PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
• SASARAN III : PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TB
Menjadi Rumah Sakit yang memiliki kualitas prima dalam pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dibidang kesehatan yang bertaraf internasional
MISI
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat dengan berorientasi pada keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan ;
b. Melaksanakan pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dibidang
kesehatan dalam rangka membangun sumber daya manusia melalui pemenuhan dan pembinaan
dokter, dokter spesialis, tenaga kesehatan dan tenaga ahli lainnya yang relevan, memiliki karakter
profesional, visioner, inovatif dan berahlak mulia melalui kerjasama dengan berbagai lembaga lain;
c. Menyelenggarakan penelitian kesehatan yang inovatif untuk penapisan dan pengembangan teknologi
dibidang kesehatan yang visioner demi kemaslahatan bagi masyarakat;
d. Menyelenggarakan pengabdian terutama dibidang kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
dan
e. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Rumah Sakit Universitas Brawijaya secara profesional,
efektif, dan efisien yang berguna untuk pengembangan pelayanan, pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi
MOTTO
RSUB : Risk Management, Safety, Unlimited Quality, Be the best
SIAP : Sigap, Inovatif, Aman, Profesional
6
2. Kancing penanda:
a. Kancing KUNING : risiko jatuh
b. Kancing MERAH : alergi
c. Kancing UNGU : DNR (Do Not Resuscitate)
7 Bagaimana prosedur 1. Cuci tangan sebelum melakukan proses identifikasi
pemasangan gelang identitas? 2. Sampaikan salam dan memperkenalkan diri dengan
menyebut nama dan unit asal
3. Minta pasien menyebutkan identitasnya dengan
menyebutkan 2 dari 4 identitas (nama, tanggal lahir).
4. Periksa kecocokan dengan gelang identitas pada saat
yang bersamaan
5. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
6. Lakukan prosedur/ berikan tindakan medis dengan benar
(laboratorium, radiologi, fisioterapi, dll).
7. Ucapkan terimakasih.
(Lebih lanjut silahkan baca SPO Identifikasi Pasien)
8 Bagaimana pasien rawat jalan, Tidak perlu menggunakan gelang identitas untuk pasien rawat
apakah harus memakai gelang jalan (kecuali pasien yang menjalani suatu proses invasif,
identitas? contoh: hemodialisa).
Sebelum melakukan suatu prosedur atau terapi, petugas
harus menanyakan identitas pasien sesuai SPO identifikasi
pasien dan dikonfirmasi dengan data yang tercantum pada
rekam medis pasien.
9 Bagaimana dengan pasien yang Pasien datang tanpa identitas menggunakan urutan penulisan
identitasnya tidak diketahui? sebagai berikut :
“Jen.Kelamin-Tanggal(dd/mm/yyyy)-Pasien ke(x) hari tersebut”
Jenis kelamin wanita disimbolkan dengan huruf “Y”
Jenis kelamin laki-laki disimbolkan dengan huruf “X”
Contoh :
• Tanggal 17 Agustus 2017 datang pasien pria tanpa identitas
yang pertama : X170820171
• Pada tanggal yang sama, datang pasien wanita tanpa
identitas : Y170820172
10 Bagaimana cara komunikasi yang Rumah sakit meggunakan metode SBAR dalam melaporkan
efektif di rumah sakit? kondisi pasien. Dan metode TbaK saat menerima
instruksi/laporan hasil pemeriksaan
• S (Situation): kondisi terkini pasien
• B (Background): informasi penting yang berhubungan
dengan kondisi pasien saat ini
• A (Assessment): hasil pengkajian kondisi psien terkini
• R (Recommendation):apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini
7
BA : BAca ulang dengan jelas.
K : Konfirmasi lisan dan tertulis.
SBAR
S Situation/situasi
Identitas pasien Saya ..... dari ruang.... RS universitas
dan masalah yang
akan dilaporkan Brawijaya
Saya melaporkan kondisi pasien ....
(identitas pasien)
Kondisi pasien saat ini.......
B Background/Latar Belakang
Latar belakang Kesadaran pasien
penyakit pasien
dan ringkasan Tanda vital pasien.. TD.../...; Nadi ....;
data diagnostik
masuk dan terapi RR.....; Suhu.....
yang sudah
diberikan Pasien masuk ... hari yang lalu dengan
diagnosa....
Hasil pemeriksaan saat masuk (fisik,
radiologi, laboratorium yang berhubungan
dengan klinis pasien saat ini)...
Pasien telah mendapat terapi....
Hasil pemeriksaan terbaru tanggal xxxx...
hasilnya...
A Asseement/Penilaian
Diagnosa/masalah Masalah/diagnosa yang saya pikirkan
untuk pasien
tersebut adalah....
R Recommendation/Rekomendasi
Diskusikan Saat ini telah saya lakukan/berikan....
rencana
perawatan lebih Atau
lanjut
Saya mengusulkan diberikan... bagaimana
dengan pendapat dokter..
Atau
Mohon saran terapi lebih lanjut dari dokter
8
o Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike),
contoh: furosemid-diazepam
o Kelompok obat yang memiliki nama mirip (Sound-Alike),
contoh: Invomi-Tomit
o Kelompok elektrolit konsentrasi tinggi, contoh: KCl 7,46%,
Meylon 84%, dan NaCl 3%
Pengelolaan:
ü Semua obat OWATI ditempatkan terpisah dari obat-
obatan rutin dan harus memiliki label pada tempat
penyimpanan, kontainer, bungkus, vial/ampul
ü Obat OWATI hanya boleh tersedia di Depo Farmasi.
Diruangan ICU, IGD, OK dan kamar bersalin disimpan
didalam trolley emergency untuk keperluan obat
emergensi.
14 Bagaimana pelabelan obat Label untuk obat dengan kewaspadaan tinggi (OWATI) dapat
OWATI? dibedakan menjadi 4 (empat) jenis :
9
ü Benar rute pemberian
ü Benar frekuensi atau interval waktu pemberian
d. Setelah dilakukan pengecekan ganda dan obat telah
sesuai, perawat mencatat dalam lembar rekam medis dan
petugas kedua menuliskan telah dicek oleh dan diisi nama
pengecek
16 Sebutkan ‘tepat’ yang harus di • tepat-lokasi,
perhatikan saat proses • tepat-prosedur
pembedahan • tepat-pasien operasi
17 Penandaan operasi Penandaan dilakukaan dengan memberi tanda panah dan titik
menggunakan tanda apa ? (à•)
18 Bagaimana prosedur penandaan • Orang yang bertanggung jawab melakukan penandaan
lokasi yang akan di operasi? adalah operator/ orang yang akan melakukan tindakan
dan dilaksanakan saat pasien sadar
• Penandaan dilakukan setelah pasien paham setuju
untuk dilakukan tindakan operasi dengan
menandatangani lembar informed concent dan
sebelum pasien dipindahkan ke kamar operasi dari
ruang rawat inap / Intalasi Gawat Darurat.
• Penandaan dibuat menggunakan surgical marking pen
yang tidak hilang bila dicuci saat preparasi lapangan
operasi.
19 Kasus seperti apa yang Prosedur operasi yang memerlukan penandaan antara lain :
memerlukan penandaan operasi? • Operasi yang memiliki dua sisi/ Lateralisasi (kanan dan
kiri)
• Operasi pada multiple Structure (contoh: Jari-jari)
• Operasi pada multiple Level (contoh: Spinal)
20 Kasus seperti apa yang tidak Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
memerlukan penandaan operasi? a. Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung,operasi
Secio Caesar).
b. Kasus intervensi seperti kateter jantung.
c. Kasus yang melibatkan gigi (penandaan dilakukan di form
penandaan)
d. Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana
penandaan akan menyebabkan tato permanen.
21 Sebutkan prosedur checklist Proses checklist keselamatan operasi atau Tahapan Surgical
keselamatan operasi atau Safety Checklist dibagi menjadi tiga bagian yaitu Sign In, Time
tahapan Surgical safety Checklist Out, dan Sign Out
22 Jelaskan secara singkat masing- Sign In adalah prosedur yang dilakukan sebelum induksi
masing tahap anastesi Pada fase ini dilakukan konfirmasi identitas pasien,
sisi operasi, apakah alat-alat berfungsi, serta faktor resiko dan
resiko kehilangan darah
10
11
Narkotik, Sedatif, Anti psokotik, Laksatif, Vasodilator,
Antiritmia, Antihipertertensi, Obat Hipoglikemik,
Hipnotik,Neuroleptik)
6) Adanya perubahan kondisi pasien:
- Pasien pasca operasi
- Pasien pasca sedasi
- Pasien pasca tindakan invasif risiko tinggi
- Penurunan kesadaran
29 Bagaimana tindakan pencegahan 1) Lakukan orientasi kamar kepada pasien
pasien jatuh? 2) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci,
kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik;
3) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam (saat
pasien bangun);
4) Lampu panggilan berada dalam jangkauan, minta pasien
untuk mendemonstrasikan penggunaan bel pasien
5) Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat
saat hendak turun dari tempat tidur.
6) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon
genggam, tombol panggilan, air minum, kacamata);
7) Pencahayaan yang adekuat
8) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu
dengar (pastikan bersih dan berfungsi)
9) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat
penopang);
10) Pantau efek obat-obatan;
11) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
30 Bagaimana manajemen pasien Pasien yang mengalami jatuh, segera dilakukan:
jatuh? 1) Perawat segera memeriksa pasien, nilai apakah terdapat
cidera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur,
cidera kepala)
2) Menilai tanda vital pasien
3) Dokter yang bertugas diberitahukan untuk menentukan
evaluasi lebih lanjut
4) Pantau pasien dengan ketat
5) Catat dalam status pasien (rekam medik)
6) Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas
dan lengkapi laporan insiden pasien jatuh
7) Lakukan assesmen ulang risiko jatuh pasien dan
modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai
dengan kondisi pasien
8) Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan upaya
pencegahannya kepada pasien dan keluarga
12
PELAYANAN PASIEN
• Kriteria pasien dan pelayanan risiko tinggi (11 kriteria)
o Pasien dengan kasus emergency
o Pasien dengan resusitasi
o Penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan produk darah (transfusi)
o Pasien koma dan yang menggunakan alat bantu hidup (ventilator)
o Pasien dengan penyakit menular
o Pasien dengan imunosupresi (penurunan daya tahan tubuh)
o Pasien dengan restraint
o Pasien lanjut usia (usia > 60 tahun)
o Pasien neonatus dan anak-anak (usia < 18 tahun)
o Pasien dengan disablitas (cacat fisik dan / atau mental)
o Pasien dengan risiko disiksa (pasien korban KDRT, perkosaan, narapidana)
• Pasien risiko tinggi, jika rawat inap, wajib menggunakan kancing warna kuning di gelang pasien.
• CODE BLUE
o Suatu sistem yang mengaktifkan tim medis reaksi cepat.
o Diaktifkan jika ditemukan orang yang tidak sadar dan memerlukan bantuan resusitasi di lingkungan
Rumah Sakit.
o Sambil mengaktifkan CODE BLUE, pegawai RS tetap wajib stand by di samping korban dan
melakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar) / BLS (Basic Life Support)
• Pelaporan & aktivasi CODE BLUE à tercantum dalam SPO terkait
o Jika menemui korban tergeletak dan tidak sadar, datangi korban, pastikan situasi dan lingkungan
sudah aman, pastikan korban tidak sadar, periksa nadi dan nafas pasien secara simultan.
o Setelah memastikan korban tidak sadar dan mengalami henti jantung / nafas, SEGERA panggil
bantuan à berteriaklah jika Anda sendirian, minta tolong untuk lakukan aktivasi CODE BLUE.
o JANGAN meninggalkan korban seorang diri.
o Lakukan BHD / BLS sesuai prosedur selagi menunggu tim CODE BLUE.
o Pelaporan CODE BLUE à Gunakan telepon internal RSUB, telepon ke nomor Call Center 1111 à
Setelah terdengar suara operator, sebutkan “CODE BLUE” à Sebutkan nama dan jabatan Anda à
Laporkan nama, jenis kelamin, dan usia korban (jika diketahui), lokasi korban, dan kondisi korban. Jika
tidak tahu data korban, cukup sebutkan jenis kelamin, dewasa / anak / perkiraan usia, lokasi, dan
kondisi gawat yang ditemukan. Contoh: “Laki-laki, dewasa, ruang rajawali lantai 3, henti jantung.”
à Tunggu operator mengulangi info yang disampaikan à Ucapkan benar jika sudah benar, ulangi jika
salah.
• RESTRAINT à pembatasan yang dilakukan dengan sengaja, oleh tenaga medis, pada pasien yang berisiko
melukai dirinya sendiri atau orang lain. Prosedur diatur SPO yang berlaku.
• Terdiri dari beberapa jenis
o Fisik à pemegangan pasien (gujer pasien)
o Mekanis à menggunakan alat bantu seperti sabuk
o Kimia
o Psikologis
o Gizi
Manajemen GIZI di RSUB
• Jadwal pemberian makanan pasien:
o Pagi = 06.30 WIB
o Snack pagi = 08.30 – 09.00 WIB
o Siang = 11.30 – 12.30 WIB
o Snack sore = 14.30 – 15.00 WIB
o Sore = 16.30 – 17.30 WIB
• Alur permintaan makanan pasien baru = pasien baru à konfirmasi petugas ruangan untuk rawat inap à
petugas ruangan konfirmasi ke gizi.
• Jam terakhir pemesanan makanan:
13
o 07.30 WIB untuk pagi
o 12.30 WIB untuk siang
o 18.00 WIB untuk sore
• MANAJEMEN NYERI DI RSUB
o Skrining nyeri à memastikan apakah pasien merasa nyeri atau tidak dengan: 1. Menanyakan apakah
pasien merasa nyeri, 2. Melihat raut wajah pasien apakah tampak kesakitan.
o Asesmen nyeri à setelah skrining, dilakukan asesmen jika pasien mengalami nyeri. Asesmen
dilakukan menggunakan skala penghitungan nyeri sesuai kebutuhan pasien.
§ Neonatus & infant = dengan NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
§ Anak-anak = FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)
§ Dewasa sadar (kooperatif & dapat berkomunikasi) = Numeric Rating Scale
§ Dewasa tidak sadar & tidak kooperatif = Wong Baker Faces Pain Scale
o Pelaporan nyeri:
§ IRJA = skala ≥ 4 lapor Tim Nyeri
§ IRNA = skala ≥ 4 lapor DPJP, jika pertama kali ditemukan skala ≥ 6, dapat langsung lapor Tim Nyeri
§ IGD = skala ≥ 4 konsultasi ke DPJP, jika jika pertama kali ditemukan skala ≥ 6, dapat langsung
lapor Tim Nyeri
o Koordinator Tim Nyeri = dr. Hanggia Pradita, Sp.An
• Pelayanan pasien tahap terminal à diberikan pada pasien RSUB yang mengalami kondisi terminal
(secara ilmu medis terkini tidak akan kembali menjadi baik dan progresif menuju kematian). Pasien yang
dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani dengan penuh hormat dan kasih.
Semua staf harus sadar akan uniknya kebutuhan pasien dalam keadaan akhir kehidupannya. Perhatian
terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek asuhan selama stadium akhir
hidup.
• Terkait pelayanan pasien tahap terminal à sudah ada kebijakan, panduan, dan SPO terkait à intinya
terdapat pada 2 buah form = 1. Lembar asesmen pasien dalam tahap terminal, 2. Lembar pemberian
informasi pasien dalam tahap terminal.
Untuk pemenuhan kebutuhan spiritual dan rohani pasien terminal à sudah dibentuk tim Bimbingan Rohani
(Bimroh) RSUB à koordinator: dr. Cahya
14
15
16
SAFETY BOX
JARUM dan Spuilt
BEKAS
AMPUL BEKAS
GUNTING
LANCET
PISAU OPERASI
17
4. BAGAIMANA CARA ANDA MENDORONG PASIEN UNTUK AKTIF BERTANYA SAAT PEMBERIAN EDUKASI?
Dengan menggunakan teknik komunikasi efektif dan penguasaan topik sehingga terdapat umpan balik
berupa pertanyaan dari pasien.
5. BAGAIMANA ANDA MENGETAHUI CARA PENCAPAIAN KEBERHASILAN EDUKASI?
Melalui verifikasi bahwa pasien dan keluarga bias menerima dan memahami edukasi yang diberikan.
1. Apabila pasien dalam kondisi baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan
kembali edukasi yang diberikan. (pertanyaannya adalah: “dari penjelasan yang kami sampaikan,
apa yang bias Bapak/Ibu pelajari?”)
2. Apabila pasien mengalami hambatan disik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama.
3. Apabila pasien mempunyau hambatan emosional (marah ayau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan menanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi uang
diberikan dan dipahami. Proses pertanyaan ini bias via telepon atau dating langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
4. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang dengan kemampuan yang
berbeda), maka verifikasinya dengan pendamping pasien.
6. APA BUKTI BAHWA EDUKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA DIBERIKAN?
1. Bahan materi (leaflet) yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga
2. Dokumen pemberian edukasi berupa formulir pemberian edukasi terintegrasi yang ditanda tangani
oleh pemberi edukasi dan penerima edukasi
7. BAGAIMANA PENANGANAN PEMBERIAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA JIKA TERKENDALA DENGAN
GANGGUAN FISIK DAN BAHASA?
1. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka
18
- Edukasi bias diberikan pada keluarga pasien yang berwenang/ berkompeten
- Diberikan materi secara tertulis (missal: pemberian leaflet) kepada pasien dan atau keluarga
sekandung (suami/ istri, ayah, ibu, anak, atau saudara kandung) dan menjelaskannya kepada
mereka.
2. Apabila pasien mempunyai hambatan bahasa, maka petugas segera menghubungi tim penerjemah
yang bertugas.
19
AED
20
Kompresi Dada Pada Dewasa
Prinsip :
21
Sign / Rambu Bencana
Tempat Berkumpul
Jalur Evakuasi
22
Limbah yang mengandung bahan kimia, logam berat
Simbol sesuai dengan sifat dan
Kimia tinggi, wadah bertekanan.
karakteristik limbah.
Mudah meledak
Bahan Mudah Meledak .
Beracun
Bahan Beracun
Campuran Campuran
Korosif
Bahan Korosif
23
Padatan mudah
Padatan mudah menyala
menyala
Cairan mudah
Cairan mudah menyala
menyala
Berbahaya terhadap
Bahan berbahaya terhadap lingkungan
lingkungan
Area bahan
Simbol area bahan berbahaya
berbahaya
24
Bagaimana prosedur evakuasi di RSUB ?
Bila terjadi situasi darurat (kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, dll) maka yang harus dilakukan :
1. Hentikan semua pekerjaan
2. Tetap tenang, jangan panik
3. Lepaskan Sepatu hak tinggi
4. Berjalanlah biasa dengan cepat, jangan lari, ikuti jalur evakuasi menuju pintu keluar.
5. Bila berada dilantai atas gunakan tangga darurat dan bantu untuk evakuasi pasien, jangan
menggunakan lift .
6. Beritahu petugas lain/ tamu yang kebetulan berada di ruang/ lantai tersebut untuk evakuasi bersama
yang lain
7. Bila terjebak kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat dengan mengambil napas
pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk menghindari asap, jangan berbalik arah
karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda
8. Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah napas anda dan cepat menuju pintu
darurat
9. Jangan kembali ke ruangan sebelum ada instruksi bahwa situasi telah aman dari petugas Keamanan 10.
Setelah keadaan terkendali, Ketua Tim Kebakaran RSUB bersama Kepala Instalasi KL-K3RS
25
bertanggungjawab melakukan koordinasi investigasi bersama kepala unit kerja terkait maksimal 2 X 24
jam untuk dilaporkan kepada Direktur
Titik Kumpul :
Adalah tempat berkumpul sementara seluruh petugas RS, pasien dan keluarga pengunjung saat terjadi
keadaan bencana di lingkungan rumah sakit
Ingat !
• Mengetahui posisi APAR dan hidran (dimana terdapat “fire alarm”) terdekat dengan lokasi kita berada
• Mengetahui emergency exit terdekat dengan lokasi kita berada dan alternatif emergency exit jika yang
terdekat dengan kita terblokir Mengetahui lokasi tempat berkumpul / muster point yang ada di Rumah
Sakit Universitas Brawijaya :
1. Tempat berkumpul I : Depan gedung B / Depan IGD
2. Tempat berkumpul II : Depan gedung C / Di Samping Gedung IPAL
3. Tempat berkumpul III : Belakang gedung A / Lapangan Parkir Belakang
• Jangan menutup/ menghalangi jalan keluar/ emergency exit, hidran dan APAR dengan barang – barang
dan kotoran
• Jangan menggunakan peralatan yang telah rusak/ kabel yang terkelupas
• Jangan meninggalkan peralatan yang tidak dipakai lagi seperti computer, lampu, AC dll dalam kondisi
menyala/ hidup jika sudah selesai dipergunakan atau ketika hendak meninggalkan tempat kerja
26
Trolley Emergency
Bag Emergency
2 Bagaimanakah • ASO diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat
ketentuan Automatic yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review reguler, misalnya:
Stop Order (ASO)? antibakteri, antiviral, antifungi, narkotik, dan kortikosteroid.
• Pengobatan atau peresepan yang tidak disebutkan secara khusus tentang jumlah
obat atau lama hari pengobatan akan dikenai kebijakan ASO, sehingga
pengobatan harus diresepkan untuk jangka waktu yang jelas, bukan
menggunakan perkiraan waktu (misal: “dilanjutkan hingga pemberitahuan
berikutnya” atau “dilanjutkan hingga pasien dipulangkan”).
3 Bagaimanakah • Dokter yang boleh menulis resep di RSUB adalah semua Dokter yang telah
Kebijakan Penulisan mendapatkan Surat Penugasan (Clinical Appointment) dari Direktur RS yang
Resep di RSUB? memuat kewenangan klinis (Clinical Privileges) yang boleh dilakukan di
RSUB.
• Resep Narkotika dan Psikotropika harus disesuaikan dengan restriksi dan
ditandatangani oleh Dokter yang bersangkutan disertai nama jelas, dituliskan
nama dan alamat lengkap pasien, serta fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
untuk pasien di luar domisili Malang Raya.
• Instalasi Farmasi RSUB hanya melayani resep internal dari RSUB.
• Untuk resep yang tidak lengkap, tidak terbaca, dan tidak jelas akan dilakukan
konfirmasi pada Dokter penulis resep tersebut.
• Dokter wajib menuliskan resep obat sesuai Buku Formularium RSUB.
• Pedoman teknis mengenai resep diluar Formularium RSUB akan diatur lebih
lanjut dalam SPO Pengajuan Obat di Luar Formularium.
27
3 aspek yang harus tertulis dengan jelas pada Resep:
4 Apakah Trolley Trolley Emergency dan Bag Emergency merupakan penunjang pelayanan
Emergency dan Bag kegawatdaruratan medik yang dilakukan oleh Tim Code Blue yang berisi obat
Emergency itu? injeksi dan alat kesehatan habis pakai, yang disegel menggunakan segel bernomor
seri yang mudah dibuka dan hanya dapat dibuka pada saat kejadian Emergency
pada saat tim Code Blue diaktifkan.
5 Bagaimanakah 1. Team leader Code Blue harus mengisi berita acara penggunaan sediaan
penggunaan Trolley farmasi yang disertai tanda tangan saksi yaitu dokter ruangan atau perawat
Emergency dan Bag ruangan.
Emergency? 2. Team leader segera menuliskan resep untuk mengganti sediaan farmasi yang
terpakai.
3. Berita acara dan resep harus segera diserahkan ke Instalasi Farmasi.
6 Bagaimanakan 1. Petugas Farmasi menerima laporan pembukaan Trolley Emergency dan Bag
pengisian Trolley Emergency dalam waktu maksimal 2 jam setelah pembukaan Trolley
Emergency dan Bag Emergency dan Bag Emergency.
Emergency? 2. Apabila didapatkan obat yang telah kadaluarsa maka Petugas Farmasi harus
segera mengganti obat tersebut.
3. Petugas Farmasi mengecek dan mencocokkan sisa sediaan farmasi di Trolley
Emergency dan Bag Emergency dengan pengeluaran yang tertulis di dalam
resep dan berita acara.
4. Jika terdapat ketidakcocokan isi dan jumlah yang tercantum dalam Trolley
Emergency dan Bag Emergency maka petugas akan melakukan koordinasi
dengan Dokter atau Perawat.
5. Pengisian kembali sediaan farmasi di Trolley Emergency dilaksanakan paling
lambat 3 jam setelah laporan pembukaan diterima.
6. Setelah pengisian lengkap maka petugas farmasi harus mengunci kembali
Trolley Emergency dan Bag Emergency dengan segel bernomor seri yang baru.
7 Di manakah lokasi 1. Nurse Station Poli Lantai 1 (1 Trolley Emergency)
Trolley Emergency 2. Laboratorium (1 Trolley Emergency)
dan Bag 3. Nurse Station Lantai 3 (1 Trolley Emergency)
Emergency? 4. Nurse Station Lantai 4 (1 Trolley Emergency)
5. 1 Bag emergency di Intensive Care Unit (ICU).
28
29
• Kejadian infus blong
• Insiden kesalahan pemberian obat
• Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
• Kesalahan cara pemberian obat
• Kesalahan penyerahan obat pada pasien rawat jalan
• Kesalahan dosis obat
• Kejadian tertinggalnya kain kassa
• Kejadian operasi dengan kekurangan darah
• Kejadian perluasan infeksi
3 Apakah definisi Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu
kejadian nyaris
tindakan (commission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
cedera?
(omission), yang dapat mencederai pasien.
Contoh :
1. Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi tetapi tidak timbul cedera
(chance)
2. Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan (prevention)
3. Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi / dosis lethal, tetapi diketahui,
dan diberikan diberikan antidotenya ( mitigation )
4. Tidak melakukan identifikasi pasien sebelum melakukaan tindakan
5. Tidak memberikan label LASA pada obat-obatan tertentu
30
4 Bagaimana alur
pelaporan
insiden?
5 Apa saja clinical • Demam dengue
pathway yang • Demam tifoid
dilaksanakan • Diare akut
pada tahun • CVA infark
2017? • Abortus inkomplit
6 Manakah area Area Rawat Inap
prioritas
perbaikan rumah
sakit tahun
2017?
31
32
33
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
34
ALUR PENANGANAN KOMPLAIN SECARA LANGSUNG
Keluhan pasien/keluarga secara langsung
atau lisan
Penanggung jawab
Kepala Unit, Kepala Pelayanan, Shift
Waktu 1 (satu)
Hari Kerja
TIDAK SELESAI SELESAI Waktu 1 (satu)
Keterangan :
Wadir YanMed : Berhubungan Hari Kerja
dengan YanMed
Wadir Umum & Keuangan : WAKIL DIREKTUR + Konsultasi Hukum
Berhubungan dengan umum
dan keuangan
DIREKTUR
Wadir Sarana & Prasarana
SELESAI TIDAK SELESAI
Direktur + Konsultan Hukum
SELESAI TIDAK SELESAI
A D R
Alternative Dispute Resolution
SELESAI TIDAK SELESAI PENGADILAN
(Mediasi)
35
ALUR PENANGANAN KOMPLAIN SECARA TIDAK LANGSUNG
Keluhan pasien/keluarga secara tertulis
melalui e-mail, sms, surat, Koran, dll.
-
Penanggungjawab
Care Solution
Waktu 1 (satu)
HariKerja
Direktur + KonsultasiHukum
SELESAI TIDAK SELESAI
A D R
Alternative Dispute Resolution
SELESAI TIDAK SELESAI PENGADILAN
(Mediasi)
36
37
Catatan :
Bagi Petugas Pendaftaran / TPP boleh memegang / membuka rekam medis pasien kosong saat membantu
menginformasikan kelengkapan indentitas pada pasien baru.
Untuk pasien lama yang memberikan rekam medis pasien yang bersangkutan adalah petugas rekam medis
Resume medis pasien akan diberikan saat pasien KRS, Bila pasien ingin meminta ringkasan / resume riwayat
di rawat di RSUB sebelumnya harus menggunakan surat permintaan bermaterai yang ditandatangani oleh
pasien yang bersangutan kepada RSUB.
38
PENDAFTARAN RAWAT JALAN
NURSE STATION
Assessment Awal Keperawatan
Ya Tidak
Ya Tidak
DEPO
KASIR CENTRAL FARMASI
APAKAH KASUS PERLU DIRUJUK?
CENTRAL
PULANG
Ya Tidak
39
Alur Pelayanan Pasien Gawat Darurat di RSUB
Pasien Datang
Gawat Darurat
Pendaftaran Pasien
Gawat Darurat
Triage (Penilaian
Derajat Kegawatan)
ICU OK
Rawat Inap
Kasir
Pulang/Selesai
40
1. Anestesi Umum
Bius total dimana pasien tidak sadar, tidak dapat merasakan sakit. Obat bius dimasukkan melalui pembuluh
darah atau dihirup.
2. Anestesi Regional
Bius sebagian / separuh bawah tubuh. Pasien tidak dapat merasakan ataupun menggerakkan bagian tubuh yang
dibius. Obat bius dimasukkan melalui suntikan di punggung pasien.
3. Blok Perifer
Bius satu bagian tubuh saja (cth: pergelangan tangan kanan kebawah atau pergelangan kaki kiri ke bawah).
Pasien tidak merasa sakit dibagian tubuh yang dibius, kadang masih dapat digerakkan tergantung konsentrasi
obat bius yang digunakan. Obat bius disuntikkan di proksimal saraf yang akan di bius.
4. Anestesi Lokal
Bius menggunakan obat tetes atau salep yang dioleskan pada bagian yang akan dilakukan tindakan untuk
mendapatkan efek tebal atau mati rasa.
5. Sedasi
Menyutikkan obat bius ke dalam pembuluh darah pasien yang menyebabkan pasien mengantuk dan atau tenang
selama tindakan/pemeriksaan dilakukan.
Prosedur penandaan :
- Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah dokter Bedah / Operator yang akan
melakukan tindakan.
- Dokter bedah / operator yang membuat tanda itu hadir pada operasi tersebut.
- Penanda lokasi yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang dimana operasi akan
dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat premedikasi.
- Tanda berupa “àO” di titik yang akan dioperasi dengan inisial dokter.
- Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam (atau warna putih jika pasien
berkulit hitam atau warna yang terlihat jelas dikulit pasien) dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien
disiapkan dan diselimuti.
- Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau penyisipan instrumen harus
ditandai.
- Semua penandaan harus dilakukam bersamaan saat pengecekan hasil pencitraan pasien didiagnosa misalnya
sinar X, CT Scan, USG atau hasil test lainnya dan pastikan dengan catatan medis pasien dan gelang identitas
pasien.
- Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi)
atau multiple level (tulang belakang).
Kuning : Daerah Semi Steril, Publik / Semi Publik, baju biasa dan baju OK, Alas kaki dalam
41