Anda di halaman 1dari 8

Rabu, 5 Januari 2022

Supervisi di gedung Pinere terkait penempatan pasien TB

Permasalahan :
Ruang pinere belum masuk kriteria ruang isolasi karena tidak
mempunyai fasilitas sebagaimana ruang isolasi yang semestinya,
misalnya belum mempunyai exhaust fan, ducting dll.

Temuan :
1. Pasien dan penjaga pasien tidak memakai APD yang di anjurkan
(masker)
2. Pintu kamar pasien di biarkan terbuka tanpa ada kepedulian dari
petugas untuk menutup kembali setiap masuk atau keluar dari ruang
pasien
3. Jendela dalam keadaan tertutup ( dipaku mati )
4. Keluarga pasien keluar masuk ruang perawatan dengan mudah /bebas
termasuk anak - anak
REFERENSI

Ruang Pinere adalah ruang penyakit infeksius emerging dan re-emerging.

Ruang isolasi : Merupakan ruangan yang dirancang khusus untuk merawat


penderita penyakit menular agar terpisah dari penderita
lainnya. Tujuan dari ruang isolasi di rumah sakit adalah
untuk mengontrol penyebaran penyakit menular yang dapat
menyebar termasuk Penyakit Infeksi New Emerging dan
Re Emerging (PINERE) atau memiliki kondisi yang
mudah tertular

Karena ruang isolasi di rumah sakit adalah ruangan khusus,


orang yang bisa masuk ke ruangan ini juga sangat terbatas.
Prosedur admisi tidak sembarangan dan harus diikuti oleh
perawat, dokter, petugas rumah sakit, dan anggota keluarga
pasien.

Ruang isolasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu 


a. Ruangan yang menggunakan tekanan udara negatif digunakan untuk
pasien dengan infeksi yang penularannya dapat terjadi melalui udara
( airborne ). Dengan tekanan negatif ini, udara dari dalam ruang isolasi yang
mungkin mengandung kuman penyebab infeksi tidak keluar dan
mengontaminasi udara luar. Misal: TB, SARS, MDRO
b. Ruangan yang menggunakan tekanan udara positif,digunakan
untuk pasien yang rentan mengalami infeksi. Tekanan udara positif
didapatkan dari udara bersih yang telah disaring dan dibersihkan,
kemudian dipompa ke dalam ruangan terus-menerus agar ruangan
isolasi tetap steril. Misal : Varicella, HIV AIDS

Syarat ruang isolasi:

1. Desain dan konstruksi bangunan harus mencerminkan kaidah PPI


2. Tersedia fasilitas kebersihan tangan (wastafel dan/atau kebersihan
tangan berbasis alkohol) setiap TT
3. Seluruh kamar isolasi memiliki pertukaran udara minimal 12
ACH.✓Pada masa pandemi COVID-19, WHO dan CDC menyarankan
minimal 25 ACH diruang isolasi tempat melakukan tindakan memicu
aerosol.

✓ Idealnya Semua ruang isolasi memiliki anteroom dengan tujuan


tempat memakai dan melepas APD agar tidak mengkontaminasi
lingkungan diluar kamar isolasi. Bila tidak memiliki anteroom
pastikan saat melepas APD tidak mencemari lingkungan

4. Restriksi pengunjung, harus seizin petugas dan menggunakan APD


yang sesuai
5. Persediaan APD dan linen disiapkan di luar ruang atau area isolasi
(mis. Di ruang ganti).

A. Tekanan Udara Standar

Untuk merawat pasien infeksi dengan transmisi kontak dan/atau


droplet dengan sistem kohorting ( disatukan pasien dengan infeksi yang
sama ).

Kriteria ruangan ini adalah:

1. Setiap ruang perawatan ( bangsal )harus menyediakan minimal 2


kamar (laki-laki dan perempuan) masing-masing maksimal 4 TT
(dengan jarak antar TT minimal 1,5 meter)
2. Lokasi berada terdekat di pintu masuk atau keluar (paling ujung)
3. Isolasi standar juga disediakan di IGD, unit hemodialisis, ICU

B. Tekanan Negatif ( Kelas N )

Untuk pasien yang membutuhkan isolasi airborne dengan ketentuan:

1. Anteroom yang beroperasi sebagai airlock


2. Shower dan toilet khusus pasien didalam ruangan
3. 1 wastafel di ruang isolasi dan Anteroom
4. Memiliki saluran pembuangan udara tersendiri,dialirkan keluar
melalui hepafilter atau sinar UV didalam ducting.
5. Adanya sistem komunikasi antara ruangan dengan area luar.
6. Tersedia ruang rawat satu pasien (single room) untuk isolasi pasien
infeksius dan pasien dengan imunitas rendah.
7. Jarak antar tempat tidur adalah ≥1.5 meter. Bila memungkinkan 1,8
m.
8. Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih antara
12-16 m2 per tempat tidur.
9. Pasien transmisi airborne jika tidak memiliki isolasi tekanan negative
dapat disediakan ruangan isolasi dengan tekanan standar tertutup
dengan pergantian udara 12 ACH dengan syarat udara dari kamar
tidak keluar ke selasar

C. Tekanan Positif ( Kelas P )

Untuk melindungi pasien dari transmisi penularan infeksi pada


perawatan pasien non infeksi dengan imunitas menurun. contohnya
pada pasien yang mendapat kemoterapi kanker atau transplantasi
dengan imunitas menurun dengan ketentuan:

1. HEPA filter harus dipasang ke saluran masuk udara suplai.


2. Pasien imunitas menurun jika tidak memiliki ruang isolasi tekanan
positif maka dapat disediakan ruangan isolasi tekanan standar
tertutup dengan pergantian udara 12 ACH dengan syarat udara dari
luar tidak masuk ke kamar

Komite/Tim PPI-RS
Sukiana, S.ST

Kamis, 27 Oktober 2022


Supervisi di Rawat Jalan terkait kelayakan ruang tunggu untuk pasien TB MDR

Permasalahan :

Ruang tunggu Poliklinik belum sesuai standar untuk pasien TB MDR,


karena masih berbaur/ gabung dengan pasien lain dan mengingat
bahwa pasien TB MDR sangat rentan untuk tertular demikian pula
sebaliknya pasien lain beresiko sangat besar untuk terkontaminasi
dengan TB yang mana penularannya melalui airborne ( udara ).

Temuan :

1. Ruang tunggu Poliklinik sangat padat dengan pengunjung sehingga


terlihat penumpukan pasien dan pengunjung .
2. Tidak terdapat ventilasi sama sekali di ruang tunggu sehingga tidak
memungkinkan untuk pasien TB MDR untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan khususnya pemeriksaan Audiometri.

Saran:
Sebaiknya pasien TB MDR yang mendapatkan pemeriksaan Audiometri
sebaiknya di lakukan di ruangan Poli TB MDR
REFERENSI

Pencegahan gangguan pendengaran merupakan salah satu hal penting


yang harus di nilai dan di awasi dalam pengobatan pasien tuberculosis
sensitive obat dan tuberculosis resisten obat ( multi drug resistans
tuberculosis). MDR TB adalah tuberculosis yang kebal terhadap
sekurang – kurangnya dua obat anti tuberkulosis yang paling kuat,
yaitu Isoniazid dan Rifampisin. Sehingga perlu adanya tambahan obat,
di mana salah satu jenis obat yang diberikan kepada pasien TB MDR
yaitu obat golongan aminoglikosida yang dapat mempengaruhi fungsi
pendengaran. Oleh karena itu , pasien TB MDR yang mendapat
aminoglikosida, perlu melakukan pemeriksaan audiometri secara
berkala untuk melihat ada tidaknya gangguan pada pendengaran akibat
efek samping obat yang di berikan.

Kondisi saat ini belum semua fasyankes menerapkan pencegahan dan


pengendalian infeksi. Sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pada
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya transmisi
pasien TB MDR dan risiko berkembangnya TB MDR pada pasien,
keluarga, pasien, pasien lainnya serta petugas kesehatan

Salah satu Kebijakan PPI TB pada tingkat nasional adalah :


a. Memastikan desain, renovasi fasilitas pelayanan kesehatan telah
memenuhi persyaratan PPI TB
b. Melaksanakan kegiatan advokasi, komunikasi dan sosial
mobilisasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan penerapan PPI
TB
Rekomendasi WHO tentang ventilasi ruangan :

REKOMENDASI UTAMA:

1. Untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang ditransmisikan


melalui airborne, perlu diupayakan ventilasi yang adekuat di semua
area pelayanan pasien di fasilitas kesehatan
2. Untuk fasilitas yang menggunakan ventilasi alamiah, perlu
dipastikan bahwa angka rata- rata ventilation rate per jam yang
minimal tercapai, yaitu:
a. 160/l/detik/pasien untuk ruangan yang memerlukan
kewaspadaan airborne
(dengan ventilation rate terendah adalah 80/l/detik/pasien)
contoh:
Bangsal perawatan MDR TB.
b. 60/l/detik/pasien untuk ruangan perawatan umum dan
poliklinik rawat jalan
c. 2,5/l/detik untuk jalan/selasar (koridor) yang hanya dilalui
sementara oleh pasien. Bila pada suatu keadaan tertentu ada
pasien yang terpaksa dirawat di selasar Rumah Sakit, maka
berlaku ketentuan yang sama untuk ruang kewaspadaan
airborne atau ruang perawatan umum

Desain ruangan harus memperhitungkan adanya fluktuasi dalam


besarnya ventilation rate. Bila ventilasi alamiah saja tidak dapat
menjamin angka ventilasi yang memadai sesuai standar diatas,
maka dianjurkan menggunakan ventilasi campuran.

3. Rancangan ventilasi alamiah di rumah sakit, perlu memperhatikan,


bahwa aliran udara harus mengalirkan udara dari sumber infeksi ke
area di mana terjadi dilusi udara yang cukup dan lebih diutamakan
ke arah luar gedung.
4. Di ruangan di mana dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol
berisi pathogen potensial menular, maka ventilasi alamiah harus
paling sedikit mengikuti rekomendasi nomor 2 diatas. Bila agen
infeksi ditransmisikan melalui airborne, hendaknya diikuti
rekomendasi 2 dan 3

Anda mungkin juga menyukai