Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

RUANG PERAWATAN ISOLASI

RUMAH SAKIT UMUM SRI PAMELA


TEBING TINGGI
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................. i


BAB I. DEFINISI .............................................................................................. 1
BAB II. RUANG LINGKUP .............................................................................
BAB III. TATA LAKSANA
A. Standar Ruang Isolasi ............................................................................. 3
B. Kriteria pasien masuk dan keluar kamar isolasi Airborne ..................... 6
C. Petugas yang berwenang ........................................................................ 7
D. Tatalaksana kamar isolasi ....................................................................... 7
E. Penggunaan APD di ruang isolasi .......................................................... 8
F. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen .......................10
G. Pembersihan lingkungan kamar isolasi selama di tempati
pasien dan sesudah pasien pindah atau pulang ......................................10
H. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi ................................11
I. Penanganan pasien dengan penularan airborne bila tidak
tersedia ruang tekanan negatif ................................................................11
J. Edukasi staf tentang penanganan pasien infeksi ....................................12
K. Penempatan pasien .................................................................................13
L. Penanganan pasien menular sementara ruang isolasi belum tersedia.....14
M. Pemindahan pasien .................................................................................14
N. Penanganan spesimen .............................................................................15
O. Kesehatan Profesi ...................................................................................15
BAB IV. DOKUMENTASI ................................................................................16
BAB I
DEFINISI
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di Rumah Sakit untuk
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu yaitu penyakit infeksi yang
ditularkan melalui udara, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh secara ekstrim. Pasien ditempatkan secara terpisah dari pasien
lain dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien lain
dan pemberi layanan kesehatan, serta untuk melindungi pasien dengan
immunosupresi dari resiko tertular penyakit infeksi dari pasien lain, petugas dan
lingkungan.
Penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara adalah penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang mempunyai partikel kurang dari 5 mikron
dan melayang dapat bertahan lama di udara hingga 24 jam. Penyakit-penyakit
tersebut adalah penyakit TB paru yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, Flu burung yang disebabkan oleh virus H1n1, H7N9, MERS Cov
(Middle East Respiratory Corona Virus), penyakit cacar air yang disebabkan oleh
virus measles (rubella) yang sering kali dipicu karena sistem udara di fasilitas
pelayanan kesehatan yang tidak baik.
Pasien imunosupresi adalah pasien-pasien yang mempunyai defisiensi
mekanisme imun yang disebabkan gangguan imunologi (antara lain Infeksi
Human Immunodefisiensi Virus (HIV), Sindroma defisiensi imun kongenital,
penyakit-penyakit kronik (diabetes melitus, kanker, emfisema, gagal jantung) atau
terapi imonusupresi (antara lain radiasi, kemoterapi, sitotoksik, medikasi
antirejeksi, pengobatan steroid) pasien imunosupresi yang dimasukkan sebagai
pasien resiko tinggi harus mempunyai risiko infeksi paling tingi untuk mendapat
infeksi yang ditularkan mikroorganisme melalui udara dan air.
Pasien yang termasuk dalam kriteria ini adalah pasien dengan netropenia
berat (sel polimofuneklear kurang dari 1000 sel/mikroliter selama 2 minggu atau
kurang dari 100 sel/mikroliter selama 1 minggu), pasien dengan alogenik HSCT
(Hematopoietic Stem Cell Transplantation dan pasien-pasien yang telah menerima
kemoterapi fase intensif (Leukimia amieloid pada anak).

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kamar isolasi terdiri dari :


1. Standar Ruang Isolasi penularan melalui udara.
2. Pencegahan kontaminasi silang.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri di ruang isolasi
4. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
5. Pembersihan lingkungan ruang isolasi selama ditempati dan sesudah
pasien pindah atau pulang.
6. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi.
7. Penanganan pasien dengan penularan melalui udara bila tidak memiliki
ruangan tekanan negatif.
8. Edukasi staff tentang penanganan pasien infeksi.
9. Penempatan pasien berdasarkan penularan melalui udara, melalui droplet
dan kontak.
10. Bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang
sama (Kohort).
11. Penanganan pasien menular sementara ruang isolasi belum tersedia.
12. Pemindahan pasien dari ruang isolasi.
13. Penanganan spesimen.
14. Kesehatan profesi.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 2


BAB III
TATA LAKSANA
Pasien-pasien dengan infeksi penularan melalui udara harus dirawat di
ruangan khusus tersendiri atau secara kohort pada ruang isolasi penularan melalui
udara (airborne), karena pasien tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat
menyebarkan mikroba ke lingkungan sekitar dan bertahan lama di udara.
Sementara pasien yang mempunyai penyakit yang menyebabkan imunitas yang
rendah atau dengan keadaan imunitas rendah atau imunosupresi harus
ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan positif karena pasien tersebut sangat
beresiko tertular infeksi dari pasien lain, petugas, pengunjung, maupun
lingkungan dengan berbagai macam jalur transmisi.
Skrining pasien dilakukan mulai pasien datang ke Instalasi Rawat Jalan
(IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Divisi Pelayanan Khusus (Poliklinik
Anggrek). Semua pasien dengan gejala-gejala batuk kronik lebih dari 2 minggu
atau batuk darah langsung diberikan masker bedah.

A. Standar Ruang Isolasi


a. Ruang Isolasi penularan melalui udara
1) Desain ruang isolasi penularan melalui udara dilengkapi dengan ruang
antara (anteroom).
2) Kamar isolasi penularan melalui udara bertekanan negatif,
menggunakan ventilasi alamiah dengan cara jendela dibuka kea rah
luar gedung, dipasang kipas angin dinding, angin diarahkan ke
jendela.
3) Kamar isolasi dilengkapi HEPA filter.
4) Tekanan udara dimonitor menggunakan magnahelic, suhu dan
kelembaban udara kamar dimonitor menggunakan hygrometer
thermometer dan didokumentasikan.
5) Standar pintu kamar isolasi harus kedap terhadap pertukaran udara
dan pintu kearah dalam (2 buah) diruang antara harus selalu tertutup
dan dipasang door closer.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 3


6) Harus dilakukan evaluasi tekanan udara secara berkala dalam ruang
isolasi dengan ter asap/tissue/pita.
7) Pasien dengan penyakit yang sama ditempatkan dalam satu kamar
(kohorting). Pasien dirawat di lantai 10.

Gambar 1. Standar Ruang Isolasi

Keterangan :
- Meja dan lemari samping diletakkan pada sisi kanan.
- Lubang angin di bawah jendela setinggi 15 cm dari lantai dari lantai
dapat berupa lubang kisi (grille).
- Jendela mempunyai bukaan 100% ke arah luar
- Arah buka pintu kamar mandi keluar dengan lebar minimal 90 cm.
- Lebar pintu ruangan perawatan minimal 120 cm dan dilengkapi
dengan lubang kaca.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 4


Gambar 2. Standar Ruang Isolasi (dimensi)

Gambar 3. Ruang Isolasi Menggunakan HEPA

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 5


b. Isolasi pasien imunosupresi
1) Desain ruang isolasi imunosupresi harus dilengkapi dengan ruang
antara (anteroom)
2) Kamar isolasi pasien imunosupresi bertekanan positif menggunakan
air conditioner sehingga udara dalam kamar isolasi lebih dingin
dibandingkan udara luar kamar.
3) Tekanan udara dimonitor menggunakan magnahelic, suhu dan
kelembababn udara kamar dimonitor menggunakan hygrometer
thermometer dan didokumentasikan.
4) Standar pintu kamar isolasi harus kedap terhadap pertukaran udara
dan pintu kearah dalam (2 buah) di ruang antara harus selalu tertutup
dan dipasang door closer.
5) Harus dilakukan evaluasi tekanan udara secara berkala dalam ruang
isolasi dengan tes asap.
6) Ruang perawatan pasien imunosupresi anak di lantai 10

B. Kriteria pasien masuk dan keluar kamar isolasi Airborne


a. Kriteria masuk kamar isolasi Airborne
1) Pasien masuk ke ruang rawat isolasi penyakit menular melalui udara
Pasien masuk ke ruang rawat isolasi penyakit menular yaitu :
Penyakit TB paru yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis,
penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varicella-zoozter,
campak yang disebabkan oleh virus measles (rubella) dan flu burung
yang disebabkan oleh virus H1N1, H7N9 dan MERS COV (Middle
East Respiratory Corona Virus). Diagnosa tersebut ditegakkan di
IGD/IRJA oleh dokter yang bertugas dan telah dikonfirmasikan ke
dokter konsulen penanggung jawab pasien dan berkolaborasi dengan
Tim TB dan Divisi penyakit infeksi SMF Paru RS.Royal Prima
Medan.
Pasien dengan TB paru masuk kamar isolasi tekanan negatif
apabila hasil BTA positif dan negatif, suspek TB paru dab TB yang
klinis dan radiologis mengarah adanya TB yang infeksius.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 6


Khusus untuk kasus tersangka Flu burung dan Mers Cov pasien
ditempatkan di ruang isolasi lantai 10.
2) Pasien yang masuk ke kamar isolasi imunosupresi
Pasien yang masuk ke kamar isolasi imunosupresi adalah pasien
dengan gangguan imunologi (antara lain Human Immunodefisiensi
Virus, sindrom defisiensi imun kongenital, penyakit-penyakit kronik
seperti ; diabetes mellitus, kanker, emfisema, gagal jantung) atau
terapi imunosupresi (antara lain radiasi, kemoterapi sitotoksik,
medikasi antirejeksi, pengobatan steroid) dengan hasil laboratorium
neutrophil ≤ 500 sel/mikroliter.
b. Kriteria pasien keluar kamar isolasi melalui udara
Pasien dengan TB paru boleh dipindahkan dari ruang isolasi Airborne ke
ruang perawatan biasa atau pulang bila telah mendapatkan terapi obat anti
tuberculosis (OAT) intensif selama 2 minggu dan pasien yang awalanya
BTA positif terdapat konversi BTA negatif.
Kasus cacar air dan campak dapat keluar dari kamar isolasi setelah satu
minggu perawatan dan krusta sudah bersih.

C. Petugas yang berwenang


Petugas berwenang menentukan pasien dirawat di kamar isolasi atau keluar
kamar isolasi adalah dokter penanggung jawab pasien (DPJP).

D. Tatalaksana kamar isolasi


a. Pencegahan kontaminasi silang
1) Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptic, sesudah kontak dengan pasien, sesudah
terkena cairan tubuh pasien, sesudah meninggalkan lingkungan
pasien, segera setelah melepas Alat Pelindung Diri (APD).
2) Tanda peringatan kewaspadaan standar berdasarkan transmisi harus
terpasang di pintu masuk ruang isolasi.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 7


E. Penggunaan APD di ruang isolasi
a. APD yang digunakan adalah sesuai dengan APD untuk mencegah
penularan infeksi melalui udara, terdiri dari :
- Petugas dan pengunjung menggunakan masker N95
- Bila pasien keluar kamar isolasi menggunakan masker bedah
b. APD yang lain digunakan sesuai dengan risiko pajanan.
c. Perlengkapan APD diletakkan di ruang antara (anteroom)
d. APD harus digunakan dalam konteks strategi dan rekomendasi
pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan kewaspadaan standar,
kontak, droplet, da udara.
e. Penggunaan kembali perlengkapan APD sekali pakai harus dihindari.
f. Pemilihan APD harus sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan.
Perkirakan risiko terjadi pajanan. Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh
atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan
kesehatan.
g. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum memasuki
ruangan. Gunakan dengan hati-hati, jangan menyebarkan kontaminasi.
h. Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD. Lepas
dang anti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan
kembali yang sudah rusak atau sobek segera setelah anda mengetahui
APD tersebut tidak berfungsi optimal.
i. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan
pelayanan dan hindari kontaminasi.
1) Lingkungan diluar ruang isolasi
2) Para pasien atau pekerja lain
3) Diri anda sendiri
j. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera lakukan
hand hygiene
k. Penggunaan sarung tangan :
Pencegahan kontaminasi tangan personil kesehatan ketika :
1) Mengantisipasi kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh,
selaput lender.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 8


2) Lepas sarung tangan dengan benar untuk mencegah kontaminasi
tangan.
3) Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
4) Penggunaan masker
- Masker efisiensi tinggi (N 95) direkomendasikan bila penyaringan
udara dianggap penting (misalnya kasus Flu burung atau SARS)
dan TB paru.
- Lakukan fit test setiap saat sebelum memakai masker efisiensi
tinggi
- Masker bedah harus terpasang erat di wajah menutupi hidung dan
mulut pemakai dan harus segera setelah dipakai.
- Bila masker basah atau kotor terkena secret harus segera diganti.
Gambar . Penggunaan Masker N95

l. Gaun pelindung
1) Penggunaan gaun pelindung harus diutamakan untuk pelaksanaan
prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan risiko
penularan patogen dan untuk kegiatan yang berdekatan dengan pasien
atau bila ada kemungkinan seringnya kontak langsung dengan pasien.
2) Bila gaun pelindung tidak mencukupi, gaun pelindung petugas
kesehatan bisa dipakai untuk pelayanan lebih dari satu pasin di ruang
rawat gabungan saja, dan bila gaun pelindung tidak bersentuhan
langsung dengan pasien.
m. Pelindung mata
1) Kacamata biasa tidak dirancang untuk perlindungan percikan terhdap
mukosa mata dan tidak boleh digunakan sebagai pelindung mata.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 9


2) Alat pelindung mata yang dapat dipakai ulang bisa digunakan (google
faceshiald), dan harus dibersihkan dan didekontaminasi dengan benar
setelah digunakan sesuai dengan petunjuk.
3) Pembersihan harus dilakukan sebelum disinfeksi.

F. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen


a. Bila peralatan digunakan kembali, ikuti prosedur umum disinfeksi dan
sterilisasi sesuai dengan jenis penggunaannya (kritikal, semi kritikal, dan
non kritikal)
b. Peralatan makan dan minum pasien cukup di cuci menggunakan air panas
dan detergent.
c. Perlengkapan sekali pakai harus dibuang sebagai limbah
d. Semua linen bekas pakai daru ruang isolasi yang tidak terpapar cairan
tubuh pasien dikelola sebagai linen non infeksius dan linen yang terpapar
cairan tubuh dikelola sebagai linen infeksius.
e. Jangan melakukan pemilahan linen di tempat perawatan pasien,
manipulasi minimal dan jangan mengibas-ngibasan untuk menghindari
kontaminasi udara dan orang.
f. Semua petugas yang menangani peralatan yang sudah digunakan dan
linen bekas pakai harus menerapkan kewaspadaan standar dan
membersihkantangan setelah memakai APD.

G. Pembersihan lingkungan kamar isolasi selama di tempati pasien dan


sesudah pasien pindah atau pulang.
a. Bersihkan terlebih dahulu cairan tubuh pasien (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran, noda, dll) dengan menggunakan deterjen dan air sebelum
dilakukan disinfeksi.
b. Setelah dibersihkan dengan deterjen dan air dilap dengan larutan sodium
hipochlorit 0,05% - 0,5% ; Na DCC atau alcohol 95%.
c. Permukaan horizontal di ruang isolasi, terutama tempat tidur dan barang
yang sering disentuh oleh pasien harus dibersihkan setiap hari dan setelah
pasien meninggalkan rumah sakit.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 10


d. Hindari pembersihan aerosolisasi patogen, harus dilakukan pembersihan
lembab, jangan menggunakan pembersihan kering atau menyapu.
e. Peralatan yang digunakan untuk pembersihan dan disinfeksi harus
dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan.
f. Untuk mempermudah pembersihan setiap hari, singkirkan persediaan dan
peralatan yang tidak perlu dari lokasi di sekitar pasien.
g. Petugas yang membersihkan kamar isolasi pasien menular melalui udara
harus menggunakan sarung tangan rumah tangga dan masker N95.

H. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi


a. Pengunjung harus menggunakan APD sesuai standar di fasilitas pelayanan
dan harus diberi petunjuk mengenai cara penggunaannya serta mengenai
praktek kebersihan tangan sebelum memasuki ruang isolasi.
b. Pemberian informasi tentang kewaspadaan standar, kebersihan tangan,
etika batuk, dan strategi pencegah infeksi rutin lainnya disediakan pada
saat pasien masuk RS.
c. Penyediaan informasi dalam bentuk pamflet, dan materi cetakan lainnya
yang mencakup informasi tentang dasar pemikiran pencegahan infeksi.
d. Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap pengunjung dan
pasien ruang isolasi secara rutin dan terjadwal.

I. Penanganan pasien dengan penularan airborne bila tidak tersedia ruang


tekanan negatif.
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah yang berventilasi baik.
b. Kamar harus terletak di tempat yang jelas terpisah dari tempat perawatan
pasien lainnya.
c. Prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan penularan
patogen harus dilakukan menggunakan APD yang sesuai pencegahan
patogen yang ditularkan melalui udara.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 11


J. Edukasi staf tentang penanganan pasien infeksi
a. Pelatihan tentang penanganan infeksi diberikan kepada semua petugas
yang memiliki kesempatan untuk kontak dengan pasien ataupun peralatan
medis.
b. Petugas harus mendapatka pelatihan yang sesuai mengenai penggunaan
APD.
c. Edukasi dalam tugas (in service training) dapat berupa aspek klinis
maupun aspek manajemen program.
1) Pelatihan dasar
- Pelatihan penuh, seluruh materi diberikan.
- Pelatihan ulangan (retreining), pelatihan formal yang dilakukan
terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tetapi
masih ditemukan banyak masalah dalam kinerjanya, dan tidak
cukup hanya dilakukan melalui supervisi. Materi yang diberikan
disesuaikan dengan inkompetensi yang ditemukan, tidak seluruh
materi diberikan seperti pada pelatihan penuh.
- Pelatihan penyegaran, pelatihan formal yang dilakukan terhadap
peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya minimal 5 tahu
atau ada up-date materi.
- Pelatihan di tempat tugas/refresher (On the job training), diberikan
terhadap petugas yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya, tetapi
masih ditemukan masalah dalam konerjanya pada waktu supervisi.
2) Pelatihan lanjutan (continued training / advanced training) pelatihan
untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan program yang
lebih tinggi.
d. Materi pelatihan dan metode pembelajaran.
e. Materi yang akan dipelajari dalam pelatihan harus disesuaikan dengan
kebutuhan program dan tugas peserta latih.
f. Evaluasi pelatihan
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dalam setiap pelatihan dengan
tujuan untuk :
1) Mengetahui apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 12


2) Mengetahui mutu pelatihan yang dilaksanakan dan meningkatkan
mutu pelatihan yang akan datang.
g. Evaluasi paska pelatihan
h. Kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas yang
mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi
petugas dalam bekerja.

K. Penempatan pasien
a. Airborne precautions
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang memiliki syarat sebagai
berikut :
1) Bertekanan udara negatif dibanding dengan ruangan sekitarnya.
2) 12kali pergantian udara perjam
3) Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang memandai.
4) Pintu kearah dalam harus selalu tertutup.
5) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama pasien
lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama (kohort).
b. Droplet precautions
1) Tempatkan pasien dikamar tersendiri
2) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar
bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama tetapi tidak boleh dengan infeksi yang berbeda.
3) Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak ingin menggabungkan
dengan pasien lain, makan pisahkan dengan jarak sedikitnya 1 meter
dengan pasien lainnya.
4) Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu
boleh tetap terbuka.
c. Kontak precautions
1) Tempatkan pasien dikamar tersendiri
2) Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar
bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama tetapi tidak boleh dengan infeksi yang berbeda.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 13


3) Bila tidak tersedia tersendiri dan penggabungan dengan pasien lain
tidak diinginkan, pertimbangkan sifat epidemiologi mikroorganisme
dan populasi pasien saat menempatkan pasien.

L. Penanganan pasien menular sementara ruang isolasi belum tersedia


a. Tempatkan pasien diruang untuk satu pasien dengan ventilasi yang
memadai.
b. Bila memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak terpisah minimal 1
meter dari pasien lainnya.
c. Gabungkan (kohorting) pasien-pasien yang didiagnosis penyebab
penyakitnya sama.
d. Lakukan pengendalian sumber infeksi pada pasien saat batuk dan
pembersihan tangan setelah kontak dengan sekresi pernafasan.

M. Pemindahan pasien
Petugas yang memindahkan pasien dengan penyakit menular melalui udara
menggunakan masker N95, sedangkan pasiennya menggunakan masker
bedah. Sedangkan APD yang digunakan untuk memindahkan pasien dengan
penyakit menular melalui droplet baik pasien maupun petugas menggunakan
masker bedah. Tempat penerimaan harus diberitahu sesegera mungkin
sebelum kedatangan pasien mengenai diagnosis pasien tersebut serta
kewaspadaan yang diperlukan.
a. Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamat khusus yang
tersedia hanya untuk hal yang sangat penting saja.
b. Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran
droplet dengan memakai masker bedah pada pasien.
c. Gunakan jalur transport yang mengurangi pajanan staf, pasien lain dan
pengunjung.
d. Gunakan jalur transport yang mengurangi pajanan staf, pasien lain dan
pengunjung.
e. Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap
terjaga.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 14


N. Penanganan spesimen
a. Petugas kesehatan yang mengambil spesimen dari pasien harus
mengenakan APD sesuai kewaspadaan standar.
b. Spesimen yang akan dibawa harus dimasukan kantong spesimen anti
bocor (kantong plastik spesimen biohazard).
c. Spesimen harus dibawa dengan tangan bila memungkinkan, sistem tabung
pneumatik tidak boleh digunakan untuk membawa pasien.
d. Formulir permintaan harus menyatakan dengan jelas “Suspek Infeksi
Airborne” yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan laboratorium harus
diinformasikan bahwa spesimen tersebut sedang dalam perjalanan.

O. Kesehatan Profesi
a. Petugas kesehatan yang beresiko tinggi mengalami komplikasi (wanita
hamil, daya tahan tubuh rendah dan orang yang mengalami penyakit
jantung, paru, atau pernafasan) sebaiknya diberikan informasi medis dan
dibebas tugaskan dalam merawat pasien yang menular melalui udara.
b. Pemantauan kesehatan petugas khususnya yang memberikan pelayanan
kepada pasien penularan airborne yang menimbulkan kekhawatiran
dengan pelaporan diri oleh petugas kesehatan yang memperlihatkan
gejala.
c. Berikan akses segera untuk mendapatkan diagnosis, konsultasi dan
perawatan.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 15


BAB IV
DOKUMENTASI

Pemantauan edukasi hand hygiene, tekanan, suhu dan kelembaban udara,


kepatuhan penggunaan APD bagi petugas dan pengunjug, ketersediaan APD yang
sesuai, kelengkapan fasilitas hand hygiene, edukasi etika batuk, pembuangan
sputum oleh Komite PPI dilakukan seminggu sekali.

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 16


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis


di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Depkes RI, 2008. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Depkes RI, 2008. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
http://www.panduan_penilaian_resiko_akibat_dampak_renovasi_terhadap_pealay
anan_di_rshs_.or.id

Panduan Ruang Perawatan Isolasi RSU Sri Pamela 17

Anda mungkin juga menyukai