Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TEKNIK PERAWATAN ISOLASI

A. PENGERTIAN
Teknik perawatan isolasi adalah suatu teknik merawat pasien dengan kondisi medis
tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan
mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko
terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak
terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan
(Kusyanti, 2006).

B. TUJUAN
Tujuan dari perawatan isolasi (Kusyanti, 2006), yaitu:
1. Mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak
langsung dari pasien yang menderita penyakit menular kepada orang lain.
2. Memberikan observasi kewaspadaan yang khusus dalam merawat pasien atau klien
yang mempunyai kerentanan lebih besar terhadap infeksi, carrier mikroorganisme
atau penyakit yang mudah menular sehingga dapat mencegah penularan terhadap
orang lain.

C. KLASIFIKASI
1. Isolasi Ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat
virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung.
Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi
mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung
tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi Kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang
serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai
tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun
penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker
diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas
diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung
tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
3. Isolasi Pernafasan
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan
ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit
yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-
hal pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak
dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran radiologisnya
menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar khusus
dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok
yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke
ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan
sarung tangan atidak diperlukan.
5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui
tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu disediakan
ruangan khusus bagi penderita yang hygiene perorangannya rendah. Masker tidak
diperlukan jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika
menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi.

D. PRINSIP
1. Ruangan dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan harus steril dan hanya untuk
pasien tersebut, tidak untuk digunakan untuk pasien lain. Kecuali sudah diproses
dekontaminasi sterilisasi.
2. Ruang perawatan isolasi yang memenuhi syarat
a. Ruangan tertutup atau terpisah dari ruangan pasien-pasien yang lainnya
b. Pencahayaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan : 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas
cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain
itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
c. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip
tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :
 Ruang Isolasi Bertekanan Negatif.
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih
rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara
yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh
udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk
penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman-
kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode
pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan
HEPA.
 Ruang Isolasi Bertekanan Positif.
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara
dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara
luar yang masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak
terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan
untuk penyakit-penyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS atau pasien-
pasien transplantasi sum sumtulang. Untuk memperoleh udara di ruang isolasi
sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar
yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.
3. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan
limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
4. Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
a. Ruang ganti umum
b. Ruang bersih dalam
c. Stasi perawat
d. Ruang rawat pasien
e. Ruang dekontaminasi
f. Kamar mandi petugas
5. Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi
yaitu:
a. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan
di koridor.
b. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
c. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA
(High-Efficiency Particulate Air)
d. Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri.
e. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus memakai
masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin).
f. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius.
g. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung
dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

E. PROSEDUR
1. Persiapan sarana
a. Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan
b. Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki
c. Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran
pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran
tangan.
d. Sebuah gaun luar dan apron DTT
e. Penutup kepala yang bersih.
f. Masker N95
g. Kaca mata pelindung
h. Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang – barang pribadi.
2. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi
Lakukan hal sebagai berikut :
a. Lepaskan cincin, jam atau gelang
b. Lepaskan pakaian luar
c. Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
d. Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang-barang pribadi
lainnya di dalam lemari berkunci yang telah disediakan.
3. Mencuci tangan
4. Memakai Skort (Celemek plastik atau apron) di pegang pada bahu sebelah dalam,
kemudian kedua lengan dimasukkan bersama-sama dan tali di ikatkan
5. Kenakan Masker N95 atau Masker yang dilapisi Masker Bedah diluarnya
6. Kenakan penutup kepala
7. Kenakan alat pelindung mata (goggles / kacamata)
8. Kenakan gaun luar/jas operasi
9. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
10. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
11. Kenakan sepatu boot karet
12. Kemudian yang harus dilakukan perawat kepada pasien adalah
a. Komunikasi Terapeutik dan Senyum, salam, sapa (3S)
b. Memberikan motivasi serta dukungan pada pasien dan bertanya apakah ada
keluhan yang dirasakan pasien
c. Mengecek kesehatan pasien atau tindakan keperawatan
13. Setelah selesai pemeriksaan atau tindakan :
a. Buka semua APD dan buanglah alat/bahan disposible langsung ke tempat sampah
infeksius dan alat/bahan tidak habis pakai ketempat khusus untuk dilakukan
dekontaminasi/sterilisasi.
b. Buka tali dan lepaskan skort dengan cara memasukkan jari tangan kedalam lengan
sehingga tidak terkontaminasi
c. Jika skort di gantungkan di dalam kamar, lipat kebagian yang kotor atau bagian
luar (terbalik)
14. Cuci tangan

F. REFERENSI
Kusyanti, Eni, S.Kep.Ns, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Labolatorium. Jakarta:
EGC.
Perry, dkk. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar . Jakarta; EGC.
Ratna, Aryani, S.Kep,Ns, dkk. 2009. Prosesur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai