Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

Kecenderungan dan Isu Etik Prospektif dan Retrospektif

1. Pengertian Prospektif
Kata prospektif berasal dari Bahasa Inggris: “prospective” artinya melihat menuju ke
masa depan.
 Isu Keperawatan Yang Sekarang

Setelah sekian lama tertunda, akhirnya UU Keperawatan resmi disahkan DPR.Maka ada
payung hukum yang jelas untuk profesi perawat."Seluruh fraksi menyetujui RUU ini dibawa ke
pembahasan tingkat dua (sidang paripurna), yakni tahap pengesahan.Seluruh pimpinan fraksi
sudah menandatanganinya," kata Ketua Komisi X Ribka Tjiptaning dalam Rapat Paripurna, di
Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Kamis, (25/9/2014).

Terkait dengan pandangan tersebut, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso selaku pimpinan
dalam sidang menanyakan kembali kepada seluruh fraksi yang hadir.Sontak seluruh fraksi
menyetujui RUU Keperawatan tersebut menjadi Undang-undang.Priyo pun mengetuk palu.
Menurut Priyo, UU Keperawatan yang terdiri dari 13 bab dan 67 pasal itu adalah mahakarya
yang dihasilkan oleh Anggota DPR RI peride 2009-2014."(UU) ini adalah salah satu
mahakarya.Ini kado istimewa dalam akhir masa jabatan kami," seloroh Priyo dan disambut tepuk
tangan oleh perwakilan perawat di balkon ruang sidang paripurna.

 Tujuan dibuatnya undang-undang keperawatan:

Tujuan undang-undang keperawatan dibentuk dan dibuat adalah untuk melindungi secara
maksimal tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberian pelayanan
kesehatan.Ada beberapa hal yang diatur dalam RUU perawat yang membahas segala yang
berkaitan dengan dunia keperawatan.Dan ini adalah bagian dari manfaat undang-undang
keperawatan.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 1


Substansi yang diatur dalam RUU Keperawatan ini antara lain adalah mengenai pendidikan
keperawatan, kompetensi, registrasi dan juga lisensi. Dan juga akan dibahas mengenai praktik
keperawatan, hak dan kewajiban, organisasi profesi perawat, kolegium, konsil keperawatan
Indonesia serta pembinaan dan pengembangan tenaga keperawatan. Karena Undang-Undang
Keperawatan adalah payung hukum untuk melindungi tenaga perawat itu sendiri yang
merupakan bagian dari tenaga kesehatan.

 Pentingnya Undang-Undang Keperawatan

 Pertama, Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok


pengetahuan (body of knowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan
masalah dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan
diselenggarakan di Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik;
bertanggungjawab dan bertanggun gugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih
profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan
masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien (individu,
keluarga, kelompok dan komunitas.

 Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar
menuntut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila
perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur sistem
registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan dan perundang-
undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak
kompeten, karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam Undang
Undang Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui
uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan
untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 2


bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk bekerja sesuai standar.

 Ketiga, perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat


kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga
memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian
yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi,
pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi,
fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan
kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).

Indonesia menghasilkan demikian banyak tenaga perawat setiap tahun.Daya serap Dalam
Negeri rendah. Sementara peluang di negara lain sangat besar. Inggris merekrut 20.000
perawat/tahun, Amerika sekitar 1 juta RN sampai dengan tahun 2012, Kanada sekitar 78.000 RN
sampai dengan tahun 2011, Australia sekitar 40.000 sampai dengan tahun 2010. Belum termasuk
Negara-negara Timur Tengah yang menjadi langganan kita.Peluang ini sulit dipenuhi karena
perawat kita tidak memiliki kompetensi global.Oleh karena itu, keberadaan Konsil
Keperawatan/Nursing Board sangat dibutuhkan.

Konsil ini yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengaturan, pengesahan, serta
penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan. Konsil bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa yang boleh
menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas pelayanan dan
memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi (mekanisme
pendisiplinan). Konsil akan bertanggungjawab langsung kepada presiden, sehingga keberadaan
Konsil Keperawatan harus dilindungi oleh Undang-Undang Praktik Keperawatan.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 3


Tentunya kita tidak ingin hanya untuk memperoleh pengakuan Registered Nurse (RN)
perawat kita harus meminta-minta kepada Malaysia, Singapura atau Australia.Negara yang telah
memiliki Nursing Board.Mekanisme, prosedur, sistem ujian dan biaya merupakan
hambatan.Belum lagi pengakua dunia internasional terhadap perawat Indonesia.Oleh karena itu,
sesuatu yang ironis ketika banyak negara membutuhkan perawat kita tetapi lembaga yang
menjamin kompetensinya tidak dikembangkan.Kepentingan besar itulah yang saat ini sedang
diperjuangkan oleh PPNI.Usaha yang telah dilakukan PPNI adalah beberapa kali melobi
Pemerintah, khususnya Departemen Kesehatan dan DPR untuk melolosan RUU Praktik
Keperawatan menjadi Undang-Undang.Tetapi upaya itu masih sulit ditembus karena mereka
menganggap urgensi RUU ini masih dipertanyakan.Sementara tuntutan arus bawah demikian
kuat.

 Permasalahan Etika dalam Praktek Keperawatan Saat Ini

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata tidak jujur
(bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian makanan dan cairan,
euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan
praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan
dan barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan dibahas sekilas
beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada praktik
keperawatan.

- Konflik etik antara teman sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan


pasien.Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu
mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk
mengubah keadaan tersebut.Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara
perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak
perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang
melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 4


- Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan
sebagai alternative tindakan.Dan berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk
mencari jalan sesuai dengan kondisinya.Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja
terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh
cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

- Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai kabur
dengan peran mengobati.Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di
Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan
bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul
dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara
lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi
besar.Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang
dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan
keperawatan hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.

- Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa
bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur.Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur)
sesuai kaedah asuhan keperawatan.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 5


Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh
pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak,
bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien
karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan
yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila
perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata
tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

- Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri
barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien
meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi
ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan
tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi
keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal
yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa
obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa menggambil
barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga
kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.

Selain itu ada juga permasalahan etik yg terjadi yaitu:

1) Malpraktek

Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai "kegagalan atau satu layanan
render profesional untuk melatih bahwa tingkat keterampilan dan pembelajaran umum
diterapkan dalam semua keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijaksana profesi

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 6


dengan hasil dari cedera, kerugian atau kerusakan kepada penerima layanan tersebut atau mereka
yang berhak untuk bergantung pada mereka ".

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun
suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005). Malpraktek
dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat. Profesional perbankan dan
akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.

 Kasus Malpraktik dalam bidang Orthopedy


 Gas Medik yang Tertukar

Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.Sebagaimana


layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebi dahulu.Pembiusan dilakukan oleh
dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy).

Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan
setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak
sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif dengan bantuan
mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan.Pasalnya, sebelum
dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.

Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi
(N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang diberikan gas CO2.
Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu
mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat
terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal. Ini sebuah fakta penyimpangan
sederhana namun berakibat fatal.

Dengan kata lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata, di
rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di
mesin anastesi.Padahal seharusnya ada standar, siapa yang harus memasang, bagaimana caranya,
bagaimana monitoringnya, dan lain sebagainya.Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa
perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 7


formulir yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya
prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi kekeliruan. Dan kalaupun
terjadi akan cepat diketahui siapa yang bertanggung jawab.

Tinjauan Kasus

Ditinjau dari Sudut Pandang Hukum

a. Tinjauan Malpraktik Pidana dan Sanksi Hukumnya

Kasus tersebut merupakan bentuk malpraktik pidana sebab telah melanggar beberapa aturan
dalam KUHP untuk kelalaian yang berlaku bagi setiap orang, yang diatur dalam Pasal 359, 360,
dan 361 KUHP

Dalam Kitab-Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang mengakibatkan celaka atau
bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.

Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa seseorang dapat


diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360 Kitab-Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP):

(1) ‘Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun’.

(2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa
sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling
lama enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap dokter yang terbukti melakukan
malpraktik, sebagaimana Pasal 361 Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), “Jika
kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 8


putusannya diumumkan.” Namun, apabila kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan
malpraktik yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa dan atau hilangnya nyawa orang
lain maka pencabutan hak menjalankan pencaharian (pencabutan izin praktik) dapat dilakukan.

Jika perbuatan malpraktik yang dilakukan dokter terbukti dilakukan dengan unsur kesengajaan
(dolus) dan ataupun kelalaian (culpa) seperti dalam kasus malpraktek dalam bidang orthopedy
tersebut, maka adalah hal yang sangat pantas jika dokter yang bersangkutan dikenakan sanksi
pidana karena dengan unsur kesengajaan ataupun kelalaian telah melakukan perbuatan melawan
hukum yaitu menghilangkan nyawa seseorang. Perbuatan tersebut telah nyata-nyata mencoreng
kehormatan dokter sebagai suatu profesi yang mulia.

Pekerjaan profesi bagi setiap kalangan terutama dokter tampaknya harus sangat berhati-
hati untuk mengambil tindakan dan keputusan dalam menjalankan tugas-tugasnya karena
sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Tuduhan malpraktik bukan hanya ditujukan terhadap
tindakan kesengajaan (dolus) saja.Tetapi juga akibat kelalaian (culpa) dalam menggunakan
keahlian, sehingga mengakibatkan kerugian, mencelakakan, atau bahkan hilangnya nyawa orang
lain. Selanjutnya, jika kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan tindakan medik yang tidak
memenuhi SOP yang lazim dipakai, melanggar Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, maka dokter tersebut dapat terjerat tuduhan malpraktik dengan sanksi pidana.

b. Tinjauan Malpraktik Perdata dan sanksi Hukumnya

Kasus di atas juga dapat dikategorikan sebagai malpraktik perdata ketika Seorang dokter
orthopedy yang telah terbukti melakukan kelalaian sehingga pasiennya menderita luka atau mati.
Tindakan malpraktik tersebut juga dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang
(pasien) terhadap dokter yang dengan sengaja (dolus) telah menimbulkan kerugian kepada pihak
korban, sehingga mewajibkan pihak yang menimbulkan kerugian (dokter) untuk mengganti
kerugian yang dialami kepada korban, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab-
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Seorang dokter yang telah terbukti melakukan kelalaian sehingga pasiennya menderita luka atau
mati, dapat digugat secara perdata berdasarkan Pasal 1366 atau 1370 KUH Perdata

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 9


Pasal 1366 KUH Perdata

Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur oleh Pasal 1366 yang berbunyi: “Setiap
orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.”

2) Neglience (Kelalaian)

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,
artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.Kelalaian adalah segala
tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian
orang lain (Sampurno, 2005).

Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah
sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-
hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar
yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim
dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang
sama.

a) Jenis-jenis kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak.

Misal: melakukan tindakan keperKomisi dari suatu tindakan yang tegas ilegal atau benar-
benar salah.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 10


Penyimpangan adalah istilah yang komprehensif yang digunakan dalam kedua UU
sipil dan Kriminal untuk menggambarkan setiap tindakan yang salah. Ini bukan kejahatan
atau gugatan yang berbeda, tetapi dapat digunakan secara umum untuk menggambarkan
setiap tindakan yang kriminal atau yang salah dan menimbulkan, atau entah bagaimana
memberikan kontribusi untuk, cedera dari orang lain.

Penyimpangan adalah tindakan afirmatif yang ilegal atau tidak sah.Dalam gugatan
hukum ini berbeda dari misfeasance, yang merupakan tindakan yang tidak ilegal tetapi tidak
benar dilakukan.Hal ini juga berbeda dari Nonfeasance, yang merupakan kegagalan untuk
bertindak yang menghasilkan cedera.

Perbedaan antara penyimpangan, misfeasance, dan nonfeasance memiliki sedikit efek


pada hukum kerugian. Apakah klaim cedera untuk satu atau yang lain, penggugat harus
membuktikan bahwa terdakwa berutang tugas perawatan, bahwa tugas itu dilanggar dalam
beberapa cara, dan bahwa pelanggaran menyebabkan cedera kepada penggugat. Satu
pengecualian adalah bahwa di bawah hukum Kewajiban ketat, penggugat tidak perlu
menunjukkan tidak adanya perawatan karena.Hukum strict liability biasanya diterapkan
untuk kasus Kewajiban Produk, di mana produsen dapat dimintai tanggung jawab untuk
kerugian yang diakibatkan sebuah produk yang berbahaya ketika ditempatkan di pasar.Dalam
kasus seperti penggugat tidak perlu menunjukkan penyimpangan yang sebenarnya pada
bagian dari produsen. Sebuah kesalahan sudah cukup untuk membuat kewajiban karena
hukum menyiratkan bahwa demi keselamatan publik, produsen menjamin keamanan produk
ketika ia menawarkan produk untuk dijual.

Penyimpangann sengaja melakukan sesuatu baik secara sah atau salah secara moral
mana yang tidak berhak dapat dilakukan.Ini selalu melibatkan ketidakjujuran, ilegalitas, atau
sengaja melebihi wewenang untuk alasan yang tidak tepat.Penyimpangan dibedakan dari
"misfeasance," yang melakukan yang salah atau kesalahan karena kesalahan, kelalaian atau
ketidaksengajaan, tetapi tidak oleh kesalahan yang disengaja. Contoh: seorang manajer kota
menempatkan sepupu miskin nya di gaji kota dengan upah manajer tahu berada di atas
diperbolehkan dan / atau membiarkan dia mengajukan kartu waktu palsu adalah
penyimpangan; menempatkan mampu sepupunya di gaji yang, diketahui dia, adalah
pelanggaran dari undang-undang anti-nepotisme adalah misfeasance. Perbedaan ini dapat

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 11


berlaku untuk pejabat perusahaan, pejabat publik, wali, dan lain-lain berjubah dengan
tanggung jawab.

2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat.
Sebuah istilah yang digunakan dalam UU Tort untuk menggambarkan suatu tindakan
yang legal tetapi dilakukan dengan benar. Umumnya, seorang terdakwa sipil akan
bertanggung jawab atas misfeasance jika terdakwa berutang tugas perawatan terhadap
penggugat, tergugat melanggar bahwa duty of care dengan benar melakukan perbuatan
hukum, dan kinerja yang tidak tepat mengakibatkan kerugian bagi penggugat.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa petugas kebersihan sedang membersihkan toilet di
sebuah restoran. Jika ia meninggalkan lantai basah, dia atau majikannya bisa bertanggung
jawab atas cedera yang dihasilkan dari lantai basah. Hal ini karena petugas kebersihan
berutang kewajiban untuk peduli terhadap pengguna toilet, dan ia melanggar tugas itu dengan
meninggalkan lantai basah.
Secara teori, misfeasance berbeda dari Nonfeasance. Nonfeasance adalah istilah yang
menggambarkan kegagalan untuk bertindak yang menghasilkan kerugian bagi pihak lain.
Misfeasance, sebaliknya, menjelaskan beberapa tindakan afirmatif itu, meskipun hukum,
menyebabkan kerugian.Dalam prakteknya, perbedaan membingungkan dan
uninstructive.Pengadilan sering mengalami kesulitan menentukan apakah bahaya dihasilkan
dari kegagalan untuk bertindak atau dari suatu tindakan yang tidak benar dilakukan.

3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan


kewajibannya.Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.
Kegagalan yang disengaja untuk melakukan tugas atau kewajiban yang diperlukan.
Nonfeasance adalah istilah yang digunakan dalam UU Tort untuk menggambarkan
kelambanan yang memungkinkan atau menyebabkan kerugian bagi seseorang atau
properti.Sebuah tindakan nonfeasance dapat mengakibatkan kewajiban jika (1) aktor
berutang kewajiban untuk peduli terhadap orang yang terluka, (2) aktor gagal untuk
bertindak atas kewajiban, dan (3) kegagalan untuk bertindak mengakibatkan cedera.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 12


Awalnya kegagalan untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah bahaya
tidak menciptakan kewajiban, dan aturan ini adalah mutlak.Selama bertahun-tahun
pengadilan telah mengakui sejumlah situasi di mana seseorang yang tidak dapat menciptakan
situasi berbahaya harus tetap bertindak untuk mencegah kerusakan.
Umumnya seseorang tidak akan bertanggung jawab atas kegagalan untuk bertindak
kecuali ia memiliki hubungan yang sudah ada sebelumnya dengan orang yang terluka.
Misalnya, jika pengamat melihat tenggelam asing dan tidak berusaha penyelamatan, dia tidak
bisa bertanggung jawab atas nonfeasance karena ia tidak memiliki hubungan yang sudah ada
sebelumnya dengan orang yang tenggelam. Pengamat tidak akan bertanggung jawab atas
penenggelaman bahkan jika penyelamatan akan tidak menimbulkan risiko baginya.
Namun, jika korban tenggelam di kolam renang umum dan penonton adalah lifeguard
dipekerjakan oleh kota, dan jika penjaga pantai tidak bertindak untuk membantu, dia
mungkin bertanggung jawab atas tenggelam karena pekerjaan tersebut lifeguard ini
menempatkan dirinya dalam hubungan dengan perenang di kolam renang. Karena hubungan
ini, penjaga pantai berutang kewajiban untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk
mencegah kerusakan pada perenang.
Pengadilan telah menemukan hubungan yang sudah ada sebelumnya dan kewajiban untuk
bertindak dalam berbagai hubungan, seperti hubungan antara suami dan istri, pemilik
penginapan dan tamu, majikan dan karyawan, kepala penjara dan tahanan, operator dan
penumpang, Parent and Child, sekolah dan murid, dan tuan rumah dan tamu. Seseorang yang
membuat bantuan atau perlindungan terhadap orang asing juga dapat ditemukan bertanggung
jawab jika penyelamat tidak bertindak cukup dan meninggalkan orang asing dalam posisi
yang lebih berbahaya, bahkan jika penyelamat tidak ada hubungannya dengan penyebab awal
dilema asing.
Pengadilan telah menemukan kewajiban untuk bertindak jika seseorang melakukan
sesuatu yang tidak berbahaya yang kemudian menimbulkan ancaman dan kemudian gagal
untuk bertindak untuk mencegah kerusakan.Sebagai contoh, asumsikan bahwa Johnny
meminjamkan gergaji kuat untuk Bobby. Jika Johnny kemudian ingat bahwa baut
mengamankan pisau longgar dan bahwa pisau akan mengusir dengan cara berbahaya ketika
gergaji yang digunakan, Johnny harus mencoba untuk memperingatkan Bobby. Jika Bobby

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 13


terluka karena Johnny gagal bertindak, Johnny dapat dimintai tanggung jawab untuk
nonfeasance.
Secara teori nonfeasance berbeda dari misfeasance dan penyimpangan.Penyimpangan
adalah tindakan yang ilegal atau tidak sah.Misfeasance merupakan tindakan yang legal tetapi
tidak benar dilakukan.Nonfeasance, sebaliknya, adalah kegagalan untuk bertindak yang
menghasilkan kerugian.
Dalam prakteknya perbedaan antara tiga istilah yang samar-samar dan sulit untuk
diterapkan.Pengadilan di berbagai yurisdiksi telah dibuat aturan yang berbeda yang berkaitan
dengan persyaratan.Masalah yang paling sulit yang dihadapi pengadilan adalah apakah untuk
menyiratkan kewajiban untuk bertindak dan mencari jawab atas kegagalan untuk bertindak.
Awalnya pengadilan menggunakan nonfeasance istilah untuk menggambarkan kegagalan
untuk tindakan yang tidak menimbulkan tanggung jawab untuk cedera.Arti dari istilah
berbalik arah dari waktu ke waktu, dan kebanyakan pengadilan sekarang menggunakannya
untuk menggambarkan kelambanan yang menciptakan kewajiban.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap
lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

a. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
b. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.
c. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
d. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan “Proximate cause”.

b) Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja
kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku
kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata dalam
bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 14


Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema
etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara
individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila
ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361
KUHP).

 Kasus Kelalaian
Seorang bayi, yang baru berusia enam hari, mengalami luka bakar pada kakinya akibat
kelalain dua perawat. Kaki sang bayi langsung mengalami luka bakar setelah direndam di sebuah
mangkok berisikan air mendidih.
Dua perawat dari sebuah rumah sakit yang sedang mengalami krisis kini sedang
dimintakan keterangan setelah melakukan keteledoran tersebut. Julie Ward, ibu sang bayi,
mengatakan kaki putrinya itu dicelupkan ke dalam air oleh dua bidan dari Rumah Sakit Stafford.
Sebuah rumah Sakit di mana sekitar 1.200 pasiennya selama periode tiga tahun terakhir ini
diduga tewas akibat perawat medisnya miskin pengalaman.
Katie Ward, nama sang bayi malang, mengalami luka bakar pada kaki kirinya setelah
perawat mengunjungi rumah keluarga Ward di Acton Trussell, Staffordshire. Julie mengatakan
kedua perawat Rumah Stafford, salah satunya masih mahasiswa, telah tiba di rumahnya untuk
melaksanakan tes darah rutin beberapa hari setelah dia melahirkan.Perawat meminta semangkuk
air hangat sebelum mereka bisa melakukan tes darah pada Katie.Tetapi, mereka tidak
mengatakan hal itu untuk tes tusukan tumit.
Sebagai bagian dari pemantauan, kaki bayi Katie harus ‘dipanaskan’ dengan air hangat
sebelum darah diambil dari tumit untuk memeriksa penyakit seperti cystic fibrosis.Kathryn,
nenek Katie Ward, kemudian mengisi mangkuk dari keran air panas di lantai bawah dapur.Dia
bahkan sudah memperingatkan bidan bahwa itu sangat panas.
Tapi, seluruh kaki Katie dicelupkan ke dalam air panas tersebut.Sang perawat tidak
memeriksa suhu airnya.Sementara, Julie berada di sebuah kamar tidur di lantai atas.
"Aku mendengar teriakan anakku.Saya langsung turun dan melihat kulit kaki anakku
sudah mengelupas,’’ cerita Julie."Aku panik dan mulai menangis.Kakinya melepuh dan kami
langsung membawanya ke rumah sakit.’’

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 15


Julis marah karena kejadian tersebut tidak seharusnya terjadi.‘’Dia gadis kecilku dan baru
berusia enam hari.Satu menit dia baik-baik saja dan berikutnya dia sakit,’’ katanya. ‘’Aku tidak
tahu apakah dia akan memiliki masalah berjalan. Jari-jari kaki Katie masih hitam dan tumitnya
merah mentah.Terjadi pendarahan cukup parah beberapa hari lalu.
Rumah Sakit Stafford menjadi pusat dari skandal kesehatan terburuk di Inggris pada abad
ini.Ratusan pasien meninggal diduga karena pelayana rumah sakit yang buruk.Pada tahun lalu,
Menteri Kesehatan Andrew Lansley mengumumkan penyelidikan umum tentang kegagalan di
Mid Staffordshire NHS (Yayasan Rumah Sakit Stafford).Penyelidikan ini dilakukan setelah
sebuah penyelidikan independen menemukan fakta 1.200 pasien telah mati sia-sia dan ratusan
keluhan dari kerabat dan staf yang telah diabaikan oleh pihak rumah sakit.
Ada pasien haus dibiarkan minum dari vas bunga setelah terabaikan di bangsal tanpa air
yang cukup.Julie Bailey menggalang kampanye setelah ibunya, Bella, meninggal di Rumah Sakit
Stafford.Bailey mendirikan kelompok Cure NHS yang membongkar kebobrokan Rumah Sakit
Stafford.Dia tahun lalu mengangkat isu kekuragan air di bangsal akibat perawat tidak
menyediakan air di malam air karena khawatir 'keselamatan dan kesehatan' pasien.
Bos Rumah Sakit Stafford mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden yang
melibatkan Katie Ward pada 15 Mei. Colin Ovington, direktur keperawatan di Yayasan Mid
Staffordshire NHS Trust, mengatakan: "Kami hancur dan ingin meminta maaf."

3) Liability (Liabilitas)

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan tindakannya.
Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat
baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan


sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan dalam
situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam
keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain
disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 16


Strategi Penyelesaian Masalah Etik

Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak
menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat.Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah
komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja.
Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics
Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk
menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan
terdapat permasalahan etis.

2. Pengertian Retrospektif

Kata retrospektif berasal dari Bahasa Inggris: “restrospective” artinya arah ke masa lalu.
Jadi bermakna fokus penuh pada fenomena di masa lalu.

 Isu Keperawatan Dahulu

Pada masa lalu, keperawatan dilakukan berdasarkan intituisi dan tradisi sehingga
keperawatan dianggap sebagai kiat tanpa komponen ilmiah. Pandangan ini telah menempatkan
keperawatan hanya sebagai `pelengkap' atau bagian dari disiplin kesehatan lain dengan
ketidakpastian tentang keperawatan sebagai disiplin ilmu vang unik. Sementara sebagai profesi,
keperawatan harus memiliki ilmu dan kiat vang diprasyaratkan untuk dapat secara otonom
mengendalikan mutu pendidikan dan praktik keperawatan (Hamid, 1999).

Sementara itu, untuk dapat melakukan perubahan, menghadapi tantangan dan mengambil
peluang serta merubai persepsi tentang profesi keperawatan yang tidak benar memerlukan
kesiapan semua komponen keperawatan yang secara factual masih acak¬acakan dan penuh
ketidakpastian.

Untuk dapat mengembangkan pelayanan keperawatan dibidang gerontik perlu adanya


pengembangan yang serasi tiga komponen cikal bakal pengembangan disiplin keperawatan, yang
secara skematis ditunjukan dalam diagram berikut:

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 17


Dengan demikian perawatan system pelayanan keperawatan gerontik akan kuat karena
didukung oleh teori yang kokoh, prakti keperawatan gerontik yang terstandarisasi dan penelitian
yang berkelanjutan untuk mengembangkan kedua komponen tersebut.

Pertanyaannya yang muncul adalah: bagaimana pengembangan penelitian gerotik di


Indonesia sekarang ?.Jawabnya untuk saat sekarang ini adalah bisa tapi sangat sulit karena
banyak faktor yang mempengaruhinya. Kita sepakat bahwa penelitian keperawatan diperlukan
dan harus dikembangkan namun pada waktu yang akan datang. Dikatakan bisa karena terbuka
lebar tempat penelilian, fenomena penelitian dan banyak area penelitian gerontik yang belum
tersentuh.Dalain melakukan penelitian keperawatan di pelayanan gerontik kita harus melakukan
analisa SWOT sehingga kita sadar dan memandang persoalan secara jernih.

Faktor-faktor yang mempersulit penelitian keperawatan gerontik adalah:

I. Sumber daya manusia keperawatan

Tingkat pendidikan keperawatan di Indonesia sekarang ini masih sangat bervariasi dari
jenjang pendidikan menengah sampai jeniang pendidikan tinggi. Keheterogenitasan inilah yang
akan mempersulit pengembangan penelitian tersebut karena jenjang pendidikan keperawatan
didoininasi oleh pendidikan keperawatan tingkat menengah yang secara konseptual dan
kemampuan sangat terbatas. Kelompok pendidikan keperawatan menegah diperkirakan
menguasai 80 % dari seluruh jumlah tenaga keperawatan yang ada di Indonesia saat ini. Jumlah
perawat dengan kwalifikasi sarjana keperawatan (SI keperawatan), .magisler keperawatan dan
Dok-tor

2. Model praktek keperawatan yang belum baku

Setelah peraturan menteri kesehatan nomer 647 diterbitkan, sampai sekarang belum ada
bentuk konkrit praktek keperawatan yang akan dikembangkan. Bentuk praktek keperawatan
yang jelas sangat penting termasuk praktek keperavatan gerontik karena penelitian keperawatan
yang akan dilakukan akan berhubungan erat dengan system atau bentuk praktek yang
dikembangkan.

Padahal dalam Musyawarah nasional ke VI di bandung telah menyepakati beberapa butir


untuk menindaklanjuti peraturan menteri kesehatan no 647 yang salah satunya memberikan

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 18


amanat agar Pengurus Pusat PPNI untuk membuat petujuk tekhnis operasional (Bina sehat
2000).

3. Sistem pelayanan kesehatan yang masih buruk.

Selama ini bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Indonesia masih beorientasi
pada pelayanan medis (medical oriented). Selama ini kebijakan yang dilahirkan oleh depatemen
kesehatan se!alu berorientasi medis dan menempatkan dokter sebagai 'penguasa tunggal' dalam
pelayanan kesehatan.

Para dokter selalu berangapan bahwa pendekatan tim terhadap upaya penyembuhan dan
pemulihan memerlukan adanya seorang kordinator, disini seorang tenaga medis/dokter yang
bertindak sebagai nahkoda (Yusa, 2000). Sehingga apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan selalu berorientasi medis.

Sebagai contoh konkrit baliwa pelayanan kesehatan hanya dibagi menjadi pelayanan
kedokteran (medical services) dan pelayanan keseliatan masyarakat (public health services)
sehingga mengangap profesi-profesi kesehatan diluar kedokteran sebagai pelengkap atau sebagal
subsistem pelayanan kedokteran.

Semestinya perlu dikembangkan secara professional sehingga masing - masing profesi


yang telah diakui oleh Peraturan Pemerintah No 32 tentang tenaga kesehatan (Hanafiah dan
Amir, 1999) diberi kebebasan mengembangkan diri sesual dengan sudut padang dan otonomi
profesi tersebut yang salah satunya dikembangkan melalui penelitian. Jangan semua keputusan
pengembangan system pelayana kesehatan di tentukan oleh Departemen Kesehatan tapi
organisasi profesi tak gterlibat.

Berdasarkan masalah-masalah yang ada diatas sudah saatnya dilakukan restrukturisasi


pelayanan kesehatan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga semua profesi di area kesehatan
mempunyai kesempatan mengembangkan diri, mengembangkan praktek yang pada akhirnya
mengembangakan pelayanan kesehatannya kepada masyarakat.

Restrukturisasi pelayana kesehatan merupakan suatu upaya mencapai suatu perubahan


yang diharapkan melalui perancangan kembali aspek-aspek yang dianggap menjadi penghambat
terjadinya perubahan (Nurachmah, 2000). Selama restrukturisasi ini belum dilakukan maka

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 19


selama ilu juga terjadi kesulitan pengembangan profesi keperawatan termasuk dalam hal
penelitian karena- akan berbentura.n dengan system yang masih buruk.

4. Sumber pembiayaan penelitian yang ada belum terkoordinir

Keperawatan sebagai profesi, saat li masih dalam fase pengembangan sehingga


dibutuhkan kerja keras serta infrastruktur yang menunjang perubahan tersebut.Sebagai organisasi
profesi yang datam tahap pengembangan, perawat masih lemah dari segala segi termasuk dalam
pendanaan, bargaining power dan penentuan kebijakan (regulasi).

Penelitian untuk mengembangkan pelayanan keperawatan termasuk pelayanan


keperawatan gerontik akan sangat memerlukan dana yang sangat besar untuk ini perlu
dikembangkan usaha untuk menghimpun dana dari berbagai pihak sehingga semua penelitian
keperawatan dapat di danai dari dana yang terkumpul tersebut. Perlu satu badan yang mengurusi
tentang pendanaan penelitian keperawatan. Badan tersebut berfungsi mencari donatur insidentil
dan donatur tetap serta melakukan mobilisasi terhadap dana yang terkumpul demi kepentingan
penelitian keperatvatan.

Jika perawat hanya mengandalkan dana penelitian yang disedikan oleh departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial akan selalu menemui hambatan/kesulitan karena akan
berbenturan dengan system yang berlaku sekarang ini dan proporsi pendanaan yang disedikan
juga tidak seimbang untuk masing-tnasing profesi. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, perlu
dilakukan klasifikasi karakteristik dan prioritas penelitian keperawatan.

Menurut Diers secara umum karakteristik penelitian keperawatan yang diperlukan adalah:

1. Riset keperawatan harus berfokus pada variabel yang meningkatkan asuhan keperawatan.

2. Riset keperawatan mempunvai potensi untuk berkontribusi pada pengembangan teori dan
pengembangan tubuh ilmu pengetahuan keperarwatan.

3. Masalah riset merupakan masalah riset keperawatan apabila perawat mempunyai akses dan
kendali terhadap fenomena yang diteliti.

4. Perawat yang tertarik terhadap penelitian harus mempunyai keingintahuan dan pertanyaan
yang perlu dijawab secara ilmiah.

KECENDERUNGAN DAN ISU ETIKA KEPERAWATAN PROSPEKTIF DAN RETROSPEKTIF| 20

Anda mungkin juga menyukai