Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA TN.K DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)


DI RUANG ICU RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO

Disusun Oleh :

MUHAMMAD AZHAR RIFA’I NIM. P27220018245


NOOR FAIZAH NIM. P27220018248
RIZQA HAYATI NIM. P27220018252
SITI HAYATUN NASIHAT NIM. P27220018254

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2019
KONSEP PENYAKIT PPOK

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
(American Thoracic Society, 2013).

PPOK dapat disebabkan oleh berbagai faktor utamalingkungan dan genetik


juga mungkin menyebabkan PPOK. Gejala PPOK meliputi : sesak nafas,
Batuk Kronis, dan Produksi sputum berturut-turut.
3. Pentalaksanaa
Penatalaksanaan
• Pencegahan
• Terapi eksaserbasi akut
• Terapi oksigen
• Fisioterapi
• Terapi Bronkodilator

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan radiologi
• Analisa gas darah
• Pemeriksaan EKG
• Kultur sputum
• Lobartorium darah lengkap

5. Komplikasi
Komplikasi
Hipoxemia, Asidosis Respiratory, Infeksi Respiratory, Gagal jantung, Cardiac Disritmia, dan
Status Asmatikus.
Konsep Asuhan Keperawatan Kritis PPOK

Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
Keperawatan
a. Pengkajian Primer
b. Pengkajian Sekunder

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
b. Ketdakefektifan pola napas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Intoleransi aktivitas .
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015).

Intervensi keperawatan
3. Intervensi
Intervensi sesuai dengan pedoman dari buku Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA TN. K DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)
DI RUANG ICU RSUD IR.SOEKARNO KAB.SUKOHARJO
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K Tanggal Masuk : Rabu, 08 Mei 2019
Usia :78 Tahun No. RM : 00405xxx
Jenis Kelamin :Laki-laki Diagnosa Medik : Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
2.Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
3. Primery Survey
a.Airway
Jalan nafas paten, pasien terpasang ventilator mekanik
b. Breathing
1)Pola Napas : Awal masuk ICU pasien mengalami hiperkapnia dengan respirasi 28 x/menit, SPO2 91%
sehingga dilakukan pemberian oskigen melalui NRM 6 liter/menit, kemudian ±10 menit SPO2 pasien
semakin menurun menjadi SPO2 86%, sehingga atas instruksi dokter pasien dilakukan pemasangan
ETT dan ventilator mekanik, agar pola nafas menjadi normal kembali. Jalan napas paten, pasien
mendapatkan alat bantu nafas berupa ventilator dengan mode control, Peep 5,0 CmH2O, Fio2 : 60%,
Volume tidal : 400 ml, dan I : E ratio yaitu 1:3.
2)Frekuensi napas : Setelah dilakukan pemasangan ventilator mekanik frekuensi nafas 14 x/menit.
3)Suara napas : Pada saat di Auskultasi terdapat bunyi nafas tambahan berupa wheezing.
5)Tanda distress pernapasan : Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
6)Jenis pernapasan : Pernapasan dada
c. Circulation
1) Akral: Teraba dingin 4) Pucat: Tidak pucat
2) Sianosis: Tidak sianosis 5) Capillary refill time: < 2 detik
3) Nadi 6) Tekanan darah : 130/65 mmHg
Heart rate : 97 x/menit
9) Kelembaban kulit: Lembab 8) Turgor: Baik

d. Disability
1) Nilai GCS
E :2, M :2, V:ET
2) Pupil
Respon cahaya : (+) pupil isokor
Diameter : 4mm/ 4mm
3) Ekstremitas
Adanya keterbatasan aktivitas akibat penurunan kesadaran
4) Kekuatan Otot : 2 2
2 2
e. Exposure
Tidak ada jejas, suhu 37,2 C, Pasien terpasang infus pada tangan kiri untuk infus pump dan pada tangan
kanan untuk syringe pump, pasien terpasang manset tekanan darah di sebelah kanan atas, terpasang
elektroda, pasien terpasang CPV pada tanggal 09-Mei-2019, dan kedua tangannya di restrain karena pasien
mengalami penurunan kesadaran.
4. Secondary Survey
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kemudian
sesak semakin memberat di sertai batuk kering yang tidak kunjung sembuh sehingga pada tanggal 07-05-2019
pasien diantar keluarga ke IGD RSU Ir. Soekarno Sukoharjo, pada saat di IGD Pasien sudah dilakukan tindakan
pemeriksaan TTV, pemberian oksigen dengan nasal kanul 3 Liter/menit, pemasangan infus, pemeriksaan EKG,
pemeriksaan laboratorium dan gula darah, kemudian didapatkan hasil, TTV :TD : 130/70 MmHg, N :
89x/menit, R: 31 x/menit, S : 36,7 C, GDS : 108 mg/dl, lalu dokter menyarankan pasien untuk rawat inap di
ruang gladiol atas, kemudian pada tanggal 08-05-2019 pasien dipindahkan keruang ICU karena pasien
mengalami sesak nafas sampai mengalami penurunan kesadaran. Pada saat dilakukan pengkajian awal diruang
ICU pasien mengalami hiperkapnia dan penurunan kesadaran dengan GCS E:2 M:2 V:0, Respirasi 28 x/menit
sehingga dilakukan pemberian oskigen melalui NRM 6 liter/menit, kemudian ±10 menit SPO2 pasien semakin
menurun, sehingga atas instruksi dokter pasien dianjurkan untuk segera dilakukan intubasi dan dipasang Endo
tracheal Tube (ETT) yang disambungkan ke ventilator mekanik atas persetujuan keluarga, keadaan umum
pasien lemah, pasien dalam pengaruh obat dengan GCS : E:1 M:2 V:ET, Pasien terpasang infus pada tangan kiri
untuk infus pump dan pada tangan kanan untuk syringe pump, tampak sekret pada mulut dan selang ETT, TTV
:TD: 130/64 MmHg, MAP: 88 MmHg, N: 97x/menit, R : 15x/menit, S : 37,2o C, SaO2 86%, mode control,
Peep 5,0 CmH2O, Fio2 : 60%, Volume tidal:400 ml, dan I : E ratio 1:3.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat merokok dengan jenis
rokok cigaret sejak pasien masih muda sampai sebelum pasien sakit. Pasien tidak
memiliki riwayat pengobatan apapun, dan belum pernah dirawat kerumah sakit
sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit DM,
penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan penyakit keganasan, dll.
Pemeriksaan Fisik Persistem

a. Fungsi Respirasi
Pengkajian A, B
b. Fungsi Kardiovaskuler
Pengkajian C
c. Fungsi Neurologis
Tingkat kesadaran Sopor (Dalam Pengaruh Obat), GCS E:1 M:2 V:ET, pada saat dirangsang cahaya pupil
(+), pupil tampak isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, pasien terpasang restrain.
d. Fungsi Gastrointestinal
Abdomen tampak simetris, tidak ada jejas, keadaan bersih, tidak ada jaringan parut, mukosa mulut kering,
tidak ada distensi abdomen, bising usus: 8x/menit, tidak ada lesi, Pasien terpasang selang NGT, dan pasien
diberikian nutrisi makanan melalui NGT, dengan porsi yang sudah diditetapkan oleh dokter dan ahli gizi
pasien mendapatkan diet 1500 kkal/hari dengan diberikan MC (Makan Cair) peptamen sebanyak: 150 ml
untuk 5x pemberian dalam 24 jam.
e. Fungsi Genitourinari
Pasien terpasang kateter urine, organ genitalia tampak bersih, warna urine kuning jernih, dengan aroma khas,
produksi urine sejak pukul 11:00 WIB sampai dengan 13:00 WIB berjumlah 270 cc.
f. Fungsi Muskuloskeletal dan Integumen
Pengkajian Disability
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin, Index, Kimia, Gula Darah, BGA, Elektrolit, HBSAq, ANTI HIV, TCM.

b. Pemeriksaan Rontgen
Tanggal pemeriksaan : 08 Mei 2019
Interpretasi Hasil Rontgen :
Kesan :
Gbr. Bronchopneumonia bilateral
Cardiomegali dengan aortosklerosis.

c. Pemeriksaan EKG
Kesimpulan Interpretasi EKG tanggal 09- Mei- 2019 :
Irama EKG atrial fibrilasi dengan ST elevasi di V1 dan V2, serta terdapat T inverted di V1, V2, V3
dan V4 (Infark Miokard Anteroseptal) dengan axis -1350 (Right Aksis Deviasi).

Kesimpulan Interpretasi EKG tanggal 10- Mei- 2019 :


Irama EKG sinus ritem dengan ST elevasi di V1 dan V2, serta terdapat T inverted di V1, V2, V3, V4
dan V5 (Infark Miokard Anteroseptal) dengan axis -1500 (Right Aksis Deviasi).
TERAPI MEDIS
 Terapi Cairan :
Ringerfundin 500 ml
IVFD RL 500 ml
KaEN 1 B 500 ml
Ca Gluconasi (di encerkan dalam NaCl) 2 gr Habis dalam waktu 30 meniti
 Terapi Injeksi
Ranitidine (Injeksi) 50mg/12 jam
Meropenem (Injeksi) 1 gr/8 jam
Methylprednisolone (Injeksi) 62,5 mg/8 jam
Arixtra (Injeksi SC) 2,5 mg/ 24 jam
 Terapi Melalu Syringe Pump
Midazolam (Syringe Pump) 0,5 mg/ jam
Fentanyl (Syringe Pump) 25 mcg/ jam
Recuronium (Syringe pump) 30 mcg/ jam
Norepinefrin 4mg (Syringe pump) 0,1 mcg/ jam
Dobutamin 250 mg (Syringe pump) 3 mcg/ jam
 Terapi Melalui Sonde :
OBH syrup (melalui sonde) 3x1 sendok takar
ISDN Isosorbide Dinitrate (melalui sonde) 3x5 mg
 Terapi Inhalasi :
Pulmicort 0.25 mg Ventolin 2,5 mg
ANALISA DATA
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Intervensi Keperawatan
Intervensi mengikuti panduan dari pedoman NANDA NIC NOC

Implementasi Keperawatan
Implementasi sesuai IntervensI pada pedoman NANDA NIC NOC
EVALUASI HARI TERAKHIR
ANALISA JURNAL
Judul :
“Effects of hydrogen peroxide mouthwash on preventing ventilator-associated pneumonia in
patients admitted to the intensive care unit”
Peneliti :
Monir Nobahar, dkk
Metode :
Penelitian ini adalah uji klinis acak yang dilakukan pada 68 pasien. Kelompok intervensi menggunakan
3% hidrogen peroksida (HP) sebagai obat kumur dan kelompok kontrol mengguankan obat kumur
dengan 0,9% normal saline 2 kali sehari.
Hasil :
Secara keseluruhan, 14,7% pasien dari kelompok intervensi (Kelompok HP) dan 38,2% pasien dari
kelompok kontrol (Kelompok NS) yang mengalami VAP. Resiko VAP pada kelompok NS 2.60 kali
lebih besar dari pada kelompok HP
Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian mengenai Efek obat kumur hydrogen peroksida (HP) pada insiden Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang dirawat di ICU, diketahui bahwa hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur HP 3% secara signifikan mengurangi kejadian VAP
dibandingkan dengan penggunaan obat kumur NS, Obat kumur HP lebih efektif daripada obat kumur
NS dalam mengurangi VAP

Anda mungkin juga menyukai