Anda di halaman 1dari 34

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang
lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003
angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507
kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China
memang meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di
seluruh dunia.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga
menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh
yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi
pada penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu
pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana
Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang. (Binchoutan,2008)

1
Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan maraknya kasus
transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun
dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi organ.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Transplantasi Organ?
2. Apa saja klasifikasi Transplantasi Organ?
3. Apa penyebab Transplantasi Organ?
4. Bagaimana pandangan agama dan segi hukum mengenai transplantasi organ?
5. Bagaimana Transplantasi Organ dari dilihat dari Segi Etika Keperawatan dan norma
mayarakat?
6. Apa contoh donor organ?
7. Kasus apa saja yang terjadi pada saat donor organ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian transplantasi organ
2. Mengetahui Klasifikasi transplantasi organ
3. Mengetahui penyebab transplantasi organ
4. Mengetahui transplantasi organ dari segi agama dan hukum
5. Mengetahui transplantasi organ dari segi etika keperawatan dan norma mayarakat
6. Mengetahui contoh tranplantasi organ ginjal

2
BAB II
LANDASAN TEORI

a) Definisi Transplantasi Organ


Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut meliputi kecocokan
organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup
dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik
apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak
ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ dari
orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang ditansplantasikan
biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalma perkembangannya
organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu ornag yang sangat
memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan
atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk
memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai
‘life saving’. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi diharapkan
bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang dideritanya.

b) Sejarah Transplantasi organ


Pada perkembangan bedah cangkok telah diatasi dua rintangan, yaitu rintangan teknik
dan rintangan penolakan. Sebagian besar rintangan teknik diatasi setelah dikuasai teknik

3
bedah avaskuler, sedangkan penolakan dapat dikendalikan dengan penekanan imunitas.
Teknik transpalntasi organ dirintis oleh carrel yang melakukan implantasi ginjal anjing pada
tahun 1896. Kejadian ini menjadi titik awal perkembangan bukan hanya bidang
transplantasi, tetapi juga bidang bedah vaskuler , bedah eksperimental, dan bedah mikro,
Cangkok organ dimulai dengan pengalaman ahli bedah memindahkan kulit seorang penderita
luka bakar dari bagian yang utuh kebagian yang luka, sekitar tahun 1920-an

Perang dunia II banyak menyumbangkan pengalaman yang akhirnya membawa pada


kesimpulan bahwa transplantasi kulit yang kedua kali dari donor yang sama akan ditolak
lebih cepat, sedangkan bila transplantasi kedua dilakukan dari donor yang berbeda, reaksi
penolakan kedua sama lamanya dengan yang pertama. Ini menimbulkan dugaan bahwa
proses penolakan adalah suatu proses imunologi. Kemudian Peter Brian Medawar, dalam
periode perang dunia II, berhasil mengembangkan dasar-dasar imunologi untuk transplantasi
berdasarkan pemikiran tentang penggolongan darah ABO pada transfusi darah.

Pada tahun 1950, lawler di chicago melakukan transplantasi ginjal yang pertama pada
manusia yang disusul oleh beberapa operasi cangkok dipusat lain. Operasi secara umum
berjalan berhasil baik, tetapi cangkokan hanya bertahan beberapa waktu saja. Akhirnya tahun
1954 murray di Boston berhasil melakukan transplantasi ginjal dengan donor saudara kembar
monozigot dan cangkokan itu dapat berfungsi lama. Pengalaman yang dapat dari
transplantasi ginjal ini selanjutnya dikembangkan untuk transplantasi berbagai organ seperti
jantung, hepar, paru, dan pankreas. Untuk mengatasi kekurangan organ calon cangkokan,
maka dikembangkan metode transplantasi organ dan jenazah mati-otak. Upaya ini
dikoordinasikan dengan baik diantara pusat transplantasi, bahkan anatarnegara.

c) Klasifikasi Transplantasi Organ


Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh
orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh
orang lain.
3. Heterotransplantasi: pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.

4
4. Autograft: Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini
dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan
lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena
untuk CABG , dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan
kemudian mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk
batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
5. Allograft: Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik
anggota genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ
transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima,
penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan
berusaha untuk menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6. Isograft: Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang
ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti kembar
identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara
anatomi identik dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.
7. Xenograft dan xenotransplantation: Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies
yang lain. Sebuah contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan
sukses. Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi
Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas pulau jaringan atau) jaringan.
8. Transplantasi Split: Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi
antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya
sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih
berhasil.
9. Transplantasi Domino: Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik
karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis
untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli
penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan
transplantasi jantung. (parsudi,2007).

5
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh
seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam
kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif,
misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya
ginjal.
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan
dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya
didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya
jantung, kornea, ginjal dan pankreas.

d) Penyebab Transplantasi Organ


Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hiudp atau yang sudah
meninggal.
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh
sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup
atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian
batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum

6
tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah : jantung,
hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

e) Transplantasi Organ dari Segi Agama


1. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu,
seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan
kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya
tidak diperbolehkan.
b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal
Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus
mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa
hukum yang harus kita tahu, yaitu :
1) Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan
organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau
menandatangani kartu donor atau yang lainnya.
2) Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih
dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan
bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi
dapat membuat keputusan atas penyumbang.
3) Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang
ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia
lainnya.
4) Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur
medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.
5) Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas
yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.

7
Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ
tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang
membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka
Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara
sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah
menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang
hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban). Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm
Al Anshari RA, dia berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah
kuburan. Maka beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !”
Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan
sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah
sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup.
2. Donor organ menurut agama kristen

Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil Kehidupan,
menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan
yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan
juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang
telah meninggal dunia, maka tidak timbiul masalah normal. Seorang yang mungkin
berkehendak untuk mendonorkan tubuhnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang
berguna, yang secara moral tidak bercela dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk
menolong orang yang sakit dan menderita maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan
dibenarkan. Kaitan transplantasi organ menurut Firman Tuhan :
• Kejadian 2 : 21 – 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur,
Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging.

8
3. Donor organ menurut agama hindu

Berdasarkan prinsip-prinsip ajaran agama sebagaimana telah dipaparkan, maka dibenarkan


dan dianjurkan agar umat Hindu melakukan tindakan transplantasi organ tubuh sebagai
wujud nyata pelaksanaan kemanusiaan (manusa yajna). Tindakan kemanusiaan ini dapat
meringankan beban derita orang lain. Bahkan, transplantasi organ tubuh ini tidak hanya dapat
dilakukan pada orang yang telah meninggal, melainkan juga dapat dilakukan pada orang
yang masih hidup, sepanjang ilmu kedokteran dapat melakukannnya dengan tetap
mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan.

Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan, bahwa
pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat
menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari
keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Tetapi sekali lagi, perbuatan ini harus
dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan
dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih bersifat logis
dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya
nawani grihnati naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi”
Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama,
begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan
badan-badan lama yang tiada berguna. Kematian adalah berpisahnya Jiwatman atau roh
dengan badan jasmani ini. Badan Jasmani atau sthula sarira (badan kasar) terbentuk dari
Panca Maha Bhuta (apah = unsur cair, prethiwi = unsur padat, teja= unsur sinar, bayu =
unsur udara dan akasa = unsur ether) ibarat pakaian. Apabila badan jasmani (pakaian) sudah
lama dan rusak, kita akan membuangnya dan menggantikannya dengan pakaian yang baru.

4. Donor organ menurut agama katolik

Seorang dapat menjual salah satu organ tubuhnya sendiri untuk transplantasi merupakan
masalah lain lagi. Jawaban yang pasti adalah“Tidak”. Penjualan organ tubuh melanggar
martabat manusia, menghapuskan kriteria belas kasih sejati dalam melakukan derma yang
demikian, dan mendorong munculnya suatu sistem pasar yang bermanfaat hanya bagi mereka
yang dapat membayar, lagi melanggar belas kasih yang otentik. Paus Yohanes Paulus II telah

9
berulangkali mengarisbawahi ajaran ini, “Suatu transplantasi, bahkan sekedar transfusi darah,
tidaklah seperti operasi-operasi lainnya. Transplantasi sepatutnya tidak dipisahkan dari
tindakan memberi diri si pendonor, yang mengalir dari kasih yang memberi hidup” (Amanat
kepada Kongres Internasional Pertama Serikat Transplantasi Organ, 24 Juni 1991) dan
“Karenanya, segala prosedur yang cenderung mengkomersialkan organ-organ tubuh manusia
atau menganggapnya sebagai barang untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan, harus
dianggap tidak dapat diterima secara moral, sebab penggunaan tubuh sebagai suatu `obyek'
adalah melanggar martabat pribadi manusia” (Amanat kepada Kongres Internasional Ikatan
Transplantasi, No. 3).

Oleh karena itu, mendonorkan organ tubuh secara moral diperkenankan dengan
persyaratan-persyaratan tertentu. The Ethical and Religious Directives for Catholic Health
Care Services memberikan pedoman berikut: “Transplantasi organ tubuh dari para donor
hidup secara moral diperkenankan apabila derma yang demikian tidak mengorbankan atau
secara serius merusakkan fungsi penting tubuh dan manfaat bagi si penerima proporsional
dengan resiko yang ditanggung donor. Di samping itu, kebebasan donor wajib dihormati, dan
donor hendaknya tidak mendapatkan keuntungan finansial” (No. 30).

Pada umumnya, dalam kasus mendonorkan organ tubuh sesudah kematian, anugerah yang
Tuhan berikan kepada kita untuk kita pergunakan dalam hidup ini - mata, jantung, hati, dan
sebagainya - dapat diwariskan kepada seorang lain yang membutuhkan. Dalam kasus
mendonorkan organ tubuh sementara masih hidup, seperti memberikan sebuah ginjal yang
sehat kepada seorang kerabat yang membutuhkan, donor patut mempertimbangkan segala
implikasinya; dalam belas kasih, seorang calon donor dapat memutuskan bahwa ia tidak
dapat mendonorkan organ tubuhnya, misalnya sebab ia adalah orangtua dan tak hendak
menambah resiko tidak dapat memelihara anak-anaknya sendiri yang masih tergantung
padanya. Mendonorkan organ tubuh bukanlah suatu keharusan, namun dianjurkan sebagai
tindakan belas kasih.

5. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha

Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh karena
itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau tidak lagi

10
berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah
mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang
lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir
dengan mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu bentuk kamma
baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya, ia
akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan
saat ini.

f) Transplantasi Organ dari Segi Hukum


Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah Pasal 32
ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh kesembuhan dengan pengobatan dan
perawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan :
 Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan
fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
 Pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengobatan dan atau perawatan.
 Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan transplantasi
diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:
 Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
 Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli
waris atau keluarganya.

11
 Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981,
tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah :
1. Pasal 1
a. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
b. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang
sama dan tertentu.
c. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan
untuk menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
d. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang
lain untuk keperluan kesehatan.
e. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah
berhenti.
2. Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus
dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah penderita
meninggal dunia.
3. Pasal 11
a. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjuk oleh mentri kesehatan.
b. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.

12
4. Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
5. Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai
dengan dua orang saksi.
6. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis
keluarga terdekat.
7. Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan
oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh
dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat
dan kemungkinan yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa
calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersebut.
8. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
9. Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
10. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk
ke dan dari luar negri

g) Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu hal
yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan, Pokok
etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat. Pokok etik
tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang

13
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”. Seorang
perawat dalam meeeenjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang
prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan
dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah
seseoranhg melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan
yang telah dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)

14
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam memutuskan
untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang matang dan tidak
ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak
meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai
dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah, keyakinan
bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat menjunjung
tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan begitu mudah
membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.

15
h) Transplantasi Organ dari Segi Norma Masyarakat
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup,
jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain, dan
masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplatasi
adalah :
1. Donor Hidup
Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resipien).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti
resiko yang dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko untuk
pembedahannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, seseorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus sudah difikirkan olehdonor hidup
tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
2. Jenazah dan Donor Mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh-
sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang memerlukan
apabila ia telah meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara
wajar, dan apabila sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan
dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga
donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya
mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan
ditransplantasikan.

3. Keluarga donor dan ahli waris


Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis dan
emosi di kemudian hari. Dari keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu
pengargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila
dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

16
4. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang
penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup atau meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar-benar mengerti
semua hal yang dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan
transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien.
Akan tetapi, is harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada keungkinan
gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam
percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan
datang.
5. Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan dari
donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang
mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan
emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah
menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan
demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.
6. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka
agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan
luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ
yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi.

i) Contoh Transplantasi Organ: Tranplantasi Organ Ginjal


1) Pengertian Transplantasi atau Cangkok Ginjal
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak bisa berfungsi lagi
dengan baik. Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal adalah suatu metode terapi dengan
cara memanfaatkan sebuah ginjal sehat( yang diperoleh melaui pendonoran) melalui

17
prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup ( donor
hidup ) atau yang baru saja meninggal ( donor kadaver). Menurut Brunner and Suddarth
transplantasi ginjal adalah melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver
manusia recepient yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir. Transplantasi ginjaldapat
dilakukan secara “cadaveric “( dari seorang yang telah meninggal ) atau dari donor yang
masih hidup ( biasanya anggota keluarga ). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi
dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat dites secara
menyeluruh sebelum transplantasidan ginjal tersebut cenderung mempunyai jangka hidup
lebih panjang.
2) Anatomi fisiologi
Ginjal adalah organ ekresi yang bentuknya mirip seperti kacang. Ginjal merupakan
bagian dari sistem urinari, ginjal berfungsi sebagai filter kotoran(terutama urea) dari
darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Manusia mempunyai
sepasang ginjal yang terletak dibelakang abdomen. Ginjal terletak disebelah kanan dan
kiri tulang belakang. Ginjal sebelah kiri terletak dibawah hati dan ginjal sebelah kanan
terletak dibawah limpa. Dibagian atas(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal(juga
disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperinealyang berarti terletak dibagian
belakang peritoneumyang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak disekitar
vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan letaknya lebih rendaah dibanding ginjal kiri
dikarenakan dibagian atas ginjal kanan terdapat organ hati yang lumayan besar. Sebagian
dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga kesebelas dan dua belas. Kedua ginjal
dibungkus oleh lapisan lemak(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.
Pada orang dewasa setiap ginjal memiliki ukuran panjang 11 cmdan ketebalan 5 cm
dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan
yang menghadap kedalam.ditiap ginjal terdapat bukaan yangdisebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, vena renaldan ureter.
3) Etiologi
Yang menyebabkan seseorang harus dilakukan transplantasi ginjal adalah penyakit
gagal ginjal terminal atau biasa disebut dengan stadium akhir.
4) Terminologi transplantassi ginjal

18
Beberapa terminologi dalam transplantasi ginjal adalah
 Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokan berasal dari
individu yang sama
 Isograft adalah transplantassi dimana jaringan yang dicangkokan berasal dari saudara
kembar.
 Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokan berasal dari
individu lain dalam satu spesies atau spesies yangsama.
 Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokan berassal dari
spesies yang berbeda. Misalnya ginjal binatang yang ditransplantasikan kepada
manusia
5) Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi ginjal
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada transplantasi ginjal terdiri dari
faktor yang bersangkut paut dengan donor, resepien, faktor imunologis, faktor
pembedahan antara lain penanganan praoperatif dan post-operatif.
 Donor ginjal
Donor ginjal dibagi menjadi dua yaitudonor hidup ( living donor ) dan donor
jenasah ( cadaver donor ). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai
hubungan keluarga ( living related donor ) atau tidak ada hubungan keluarga (living
non related donor ).
Syarat untuk donor hidup, terutama untuk donor keluarga yaitu :
a) Usia lebih dari 18 tahun dan kurang dari 65 tahun.
b) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa ada unsur paksaan.
c) Kedua ginjal normal.
d) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menurunkan fungsi ginjal dalam jangka waktu
yang lama.
e) Kecocokan golongan darah, HLA dan tes silang darah (cross match).
f) Tidak mempunyai penyakit menular.
g) Sehat mental.
h) Toleransi operasi baik.

19
i) Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik lengkap, tes fungsi
ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA , infeksi virus ( hepatitis B,
hepatitis C, CMV, HIV ), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
j) Untuk donor jenasah biasanya berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak
akibat kerusakan otak yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit
menular, fungsi ginjal harus baik saat menjelang ajal. Panjang hidup ginjal
transplantasi dari donor jenasah yang meninggal karenana strok, iskemia, tidak sebaik
meninggal karena perdarahan subarachnoid.
k) Resepien ginjal
l) Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai
oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk melakukan persiapan
untuk transplantasi. Sebelum dilakukan transplantasi resepien akan dilakukan
pemeriksaan secara teliti untuk mengetahui adanya hiperrtensi, penyakit pembuluh
darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran
kemih. Selain itru, juga dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk tanda-
tanda infeksi, foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan
THT.
Syarat resepien transplantasi ginjal adalah :
a) Dewasa
b) Pasien yang kesulitan mengalami hemodialisis dan CAPD
c) Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan koreksi terlebih dahulu.
d) Dapat menjalani imunosupresa dalam jangka waktu lama dan kepatuhan berobat
tinggi.
6) Kontra indikasi
a) Infeksi akut : tuberkulosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
b) Infeksi kronik, bronkiektasis
c) Aterotema yang berat
d) Ulkus peptikum yang aktif
e) Penyakit keganasan
f) Mal nutrisi
g) Imunologi transplantasi

20
h) Ginjal donorharus mempunyai kecocokan dengan ginjal resepien agar transplantasi
behasil baik. Golongan darah yang sama merupakan syarat yang utama. Kesesuaian
imunologis pada transplantasi ginjal dapat diperiksa melalui pola HLA. Bila ginjal
tidak cocok secara imunologis maka akan terjadi reaksi rejeksi. Reaksi ini merupakan
usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga
jenis reaksi rejeksi yaitu :
i) Reaksi hiperakut yaitu terjadiseegera dengan beberapa menit atau beberapa jam
setelah klem pembuluh darah dilepas. Dan disebabkan adanya antibodyterhadap
sistem golongan darah atau HLA yang tidak cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa
diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal cangkok. Reaksi hiperakut sekarang
jarang terjadi karena dapat dihindarkan dengan reaksi silang.
j) Rejeksi akut biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantassi, dapat
dicetuskan oleh penghentian atau pengurangan dosis obat imunosupresi.Manifestasi
klinis: Demam, mialgia, malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun,
berat badan meningkat, tekanan darah meningkat, kreatinin serum meningkat,
histopatologi. Terapi rejeksi akut : metil prednisolon 250 mg – 1 gr IV/hari selama 3
hari, ALG ( Anti Lymphocyte Globulin ), ATG ( Anti Thympocyte Globulin ) atau
antibodi monoklons sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
k) Rejeksi kronik terjadi setelah berrbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca
transplantasi. Pada rejeksi kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Saat
inibelum ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati rejeksi kronik.
7) Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis
a) Lama hidup ginjal cangkok ( Graft Survival )
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara donor
dan resepien. Waktuparuh ginjal cangkok paada HLA ( Human Leukocyte Antigens )
identik 20-25 tahun, HLA yang seebagian cocok ( one haplotype match ) 11 tahun
dan pada donor jenazah 7 tahun. Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes
mellitus lebih buruk daripada pasien non diabetes.
b) Lama hidup passien ( Patient Survival )
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka panjang.
Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding donor

21
jenasah, kemungkinan dikarenakan pada donor jenasah lebih banyak obat
imunosupresi.
8) Persiapan pembedahan ( pra-operatif dan pasca operatif )
Persiapan pra-operatif untuk calon resepien bertujuan untuk : menilai kemampuan
menjalani operasi besar, menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka
waktu yang lama, menilai status vaskular anastosmosis, menilai traktus urinarius bagian
bawah, menghilangkan semua sumber infeksi, menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
Persiapan pra-operatif untuk calon donor : menilai kerelaan ( tak ada unsur paksaan
atau jual beli ), menilai kemampuan untuk nefrektomi, menilai akibat jangka panjang
ginjaltunggal, menilai kemungkinaan anastosmosis,menilai kecocokan golongan darah,
HLA dan crossmatch.
9) Komplikasi
Dalam transplantassi ginjal tidak semuanya berhasil, tapi kadang akan menimbulkan
berbagai komplikasi.komplikasi-komplikassi tersebut yaitu :
a) Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh tubuh sebagai
jarringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh reaksi antigen terhadap kesesuaian
organ asing. Reaksi penolakan yang terjadi adalah reaksi penolakan secara klinik
yaitu hiperakut, akut dan kronis.
b) Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang serius
memberikan ancaman pada tingkatatan kehidupan. Infaksi yang sering dijumpai
adalah infeksi sistem urinari, pneumonia dan sepsis adalah yang paling sering terjadi.
c) Komplikasi sistem urinari
d) Komplikasi sistem urinari adalah dikarenakan terputusnya ginjal secara spontan.
Selain itu,ada juga komplikasi lain yaitu bocornya urine dari ureteral bladder
anastomosisyang menyebabkan terjadinya urinoma yang dapat memberikan tekanan
pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.
e) Komplikasi kardiovasskular
f) Komplikasi ini bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hiperrtensi daapat terjadi
pada 50%-60% pada dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

22
stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokan jenis kronik dan
akut, hidronefrosis.
g) Komplikasi pernafasan
h) Komplikasi pada pernafasan yang sering terrjadi adalah pneumonia yang disebabkan
oleh jamur dan bakteri.
i) Komplikasi gasstrointestinal
j) Komplikasi yang mungkin terjadi adalah komplikasi hepatitis B dan serosis yang
dihubungkan dengan pengunaan obat-obatan hepatotoksik.
k) Komplikassi kulit
l) Karsinoma kulit aadalah yang paling sering terjadi. Penyembuhan luka dapat menjadi
lama karena status nutrisi yangtidak adekuat, serum albumin yang sedikit dan terapi
steroid.
m) Komplikasi – komplikasi yang lain
n) Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah pencangkokan ginjal adalah diabetes
mellitus yang disebabkan oleh steroid. Akibat terhadap muskuloskeletalyang
termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang aseptik adalah disebabkan
oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi yang digambarkan dalam frekuensi
CRF mmuncul setelah transplantasi.
o) Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%.
Biasanya kematian ini diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah dua
tahun pencangkokan telah terjadi.
10) Keuntungan dan kerugian transplantasi ginjal
Pada transplantasi ginjal ada keuntungan dan kerugiannya terutama bagi resepien.
Adapun keuntungannya yaitu :
 Ginjal baru akan bekerja sama halnya seperti ginjal normal.
 Resepien akan merasa lebih sehat dan normal kembali.
 Penderita tidak perlu melakukan dialisis.
 Penderita mempunyai harapan hidup lebih besar.
Adapun kekurangan transplantasi ginjal yaitu :
 Butuh proses pembedahan besar

23
 Proses untuk mendapatkan ginjal lebih lama atau sulit.
 Tubuh bisa menolak ginjal yang didonorkan.
 Penderita harus rutin minum obat imunosupresan yang mempunyai banyak efek
samping.
11) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
 Pre operatif
 Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan transplantasi ginjal.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
 Post operatif
 Nyeri akut berrhubungan dengan agen cidera fisik (terputusnya kontinuitas jaringan).
 Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal berhubungan dengan efek samping terapi (obat,
pembedahan).
 Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek samping obat
(medikasi, drain
 Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping dari pembedahan
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan drainase urin.
 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (luka operasi).

24
BAB III
ARTIKEL

Kasus-Kasus Pada Donor Organ


 Ketika Organ Tubuh Mulai Diperdagangkan Secara Ilegal
Jember - Maraknya kasus penculikan bayi dan anak sering dikaitkan dengan dugaan
perdagangan organ tubuh, seperti ginjal, kornea mata, hati, dan jantung. Kendati
demikian, isu tersebut masih perlu ditelusuri lagi kebenarannya. Aktivis Pusat
Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) di Kabupaten Jember, Jatim, Dewi Masyitah
membenarkan kemungkinan perdagangan organ tubuh anak dengan perdagangan anak ke
luar negeri. Namun kasus itu belum pernah ditemukan di sejumlah daerah seperti di
Kabupaten Jember.
Organ tubuh yang diperdagangkan tersebut tentu berkaitan dengan dunia kedokteran,
karena sejumlah negara di Asia dan Eropa telah berhasil melakukan transplantasi organ
tubuh seperti kornea mata, hati dan ginjal. Di Indonesia tidak semua rumah sakit bisa
melaksanakan transplantasi sejumlah organ tubuh karena keterbatasan sarana kesehatan
dan tenaga medis yang menguasai hal tersebut.
Penjualan organ tubuh dilarang keras oleh agama Islam atau haram hukumnya karena
hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Sementara itu, Pengamat
Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember (Uned), Drs
Hadi Prayitno M.Kes, mengaemukakan, banyaknya kasus penculikan anak dan balita di
Indonesia diduga berkaitan dengan perdagangan organ tubuh manusia.
Jember merupakan 'kantong' tenaga kerja Indonesia (TKI), sehingga kemungkinan
pahlawan devisa Jember bisa jadi menjadi korban perdagangan organ tubuh melalui
sindikat internasional. Kasus perdagangan anak yang terjadi di Jember, bukan tidak
mungkin menjadi peluang sejumlah pihak yang ingin menikmati keuntungan besar
dengan melakukan transaksi jual beli organ tubuh anak tersebut kepada seseorang yang
kaya dan mampu membeli organ tubuh itu dengan harga mahal.
Jurnal kesehatan "The Lancet" menyebutkan, harga ginjal di pasaran mencapai
15.000 dolar AS. Sepotong hati manusia harganya mencapai 130.000 dolar AS, sama
dengan harga sebuah jantung. Sedangkan harga paru-paru bisa mencapai 150.000 dolar

25
AS. Tinggi rendahnya harga sejumlah organ tubuh manusia sesuai dengan mekanisme
pasar, yakni semakin besar permintaan, harganya semakin mahal. Diperkirakan jutaan
orang mengantre untuk mendapatkan transplantasi organ tubuh, seperti jantung, ginjal,
dan hati. Di Indonesia, diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal kronis yang
membutuhkan cangkok ginjal. Sedangkan di Jepang terdapat 11.000-an penderita gagal
ginjal.

 Pengambilan Organ Tubuh Anak Dilakukan oleh Profesional


Republika.co.id, Jakarta, dari pantauan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas
PA) kasus penculikan anak yang dilanjutkan dengan pengambilan organ tubuh dilakukan
oleh kalangan profesional. ‘Kasus-kasus pengambilan organ tubuh yang terjadi kurun
waktu 2008-2009 dilakukan oleh orang-orang profesional,’ ungkap Ketua Komnas PA,
Arist Merdeka Sirait, kepada Republika, Rabu (24/8).
Karena, menurut Arist, tidak mungkin pengambilan organ tersebut dilakukan oleh
orang biasa. Butuh keahlian khusus untuk mengambil organ pada tubuh manusia. ‘Saya
tidak menunjuk pihak mana yang mungkin melakukan ini, tapi yang jelas mereka
profesional,’ ujarnya.
Organ yang berhasil diambil dari anak-anak yang diculik ini bisa jadi dipasarkan di
dalam maupun luar negeri. Tapi indikasi untuk menjualnya ke luar negeri, kata Arist,
sulit terjadi. Karena pencangkokkan organ pada tubuh manusia di luar negeri sangat ketat
dan biasanya melalui jalur legal.Ia mencontohkan seperti di Singapura maupun Jepang.
‘Jadi kemungkinan kuat organ tubuh dijual di dalam negeri,’ tuturnya.

 Transplantasi Dua Organ Tubuh Bisa Perpanjang Hidup Pengidap Diabetes


Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Kasus terbanyak
terjadi di India, Tiongkok dan America. Penyakit tersebut bisa menyebabkan komplikasi
yang mengancam jiwa. Tetapi transplantasi dua organ tubuh dipercaya bisa dapat
memperpanjang harapan hidup para pengidap diabetes.
Suatu hari pukul 05.30 waktu setempat di ruang bedah Rumah Sakit Barnesh-Jewish
di St Louis, Dokter Jason Wellen yang tengah melakukan pembedahan, menunjuk ke
rongga perut pasiennya yang di bedah dan pankreasnya yang baru di transplantasi. Sang

26
pasien bernama Tiffany Buchta. Ia mengidap diabetes tipe 1 dan didiagnosa ketika
berusia 15 tahun.
Dikenal sebagai diabetes usia remaja, diabetes tipe 1 ini terjadi ketika system
imunitas menyerang dirinya sendiri, menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin di
dalam pancreas. Sekitar 10 persen penderita sakit gula mengidap diabetes tipe 1.
Penyebab pasti diabetes tipe ini tidak diketahui tetapi para periset meyakini kombinasi
factor genetic dan lingkungan hidup adalah penyebabnya. Berbeda dengan penderita
diabetes tipe 2 yang seringkali mengontrol penyakit mereka dengan diet, olah raga dan
obat-obatan yang diminum. Orang yang diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin
untuk bertahan hidup. Belum lagi diabetes bisa berakibat buruk pada ginjal.
Tiffany mengatakan “Sekitar tiga atau empat athun lalu ginjal saya hanya berfungsi
45 persen dan saya tidak menyadari ini bias terjadi begitu cepat”.Hal itu terjadi ketika ia
berusia 30-an. Oktober tahun lalu, Butcha mengalami gagal ginjal. Tiga kali seminggu ia
harus pergi ke klinik setempat. Disna selama 3,5 jam ia terhubung dengan mesin dialysis.
Mesin tersebut mencuci darahnya. Pekerjaan yang tidak lagi bias dilakukan ginjalnya.
Lalu Butcha ditawari transplantasi. Tidak hanya ginjal baru tapi juga pancreas baru.
Dr. Wellen menjelaskan “Jika saya hanya memberi transplantasi ginjal kepada
penderita diabetes tipe 1, lama kelamaan waktu diabetes mereka akan menyerang ginjal
baru tersebut seperti yang terjadi pada ginjal mereka sendiri. Jadi, dengan menawarkan
mereka transplantasi ginjal dan pancreas dari donor yang sama, kita tidak hanya
meningkatkan secara drastic kualitas hidup mereka. Gula darah mereaka menjadi normal
dan tidak lagi membutuhkan insulin serta membuat ginjal itu lebih tahan lama”.
Dengan pancreas dan ginjal baru dari sang donor yaitu korban kecelakaan mobil usia
23 tahun, Butcha kemungkinan akan hidup lebih lama. “Pembedahan ini akan
memberinya harapan hidup sekitar 85 persen. Jadi dari harapan hidup 30 persen menjadi
85 persen ini merupakan perbedaan yang sangat besar”, demikian tambah Dr. Wellen dan
bagi Tiffany Butcha, kini ia bisa hidup normal lagi.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Analisa Kasus

Dari beberapa kasus diatas dapat kita analisa dari segi penyebab atau motivasi pelaku
melakukan transplantasi organ. Kasus pertama menyatakan bahwa kasus perdagangan
anak yang terjadi di Jember tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang
diperjualbelikan bisa saja organ tubuhnya dimanfaatkan juga. Mengingat kebutuhan
organ di luar negeri masih sangat tinggi sedangkan organ yang tersedia bisa dibilang
kurang. Dari motivasi ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa kasus pertama dilakukan
dengan motivasi uang. Sedangkan sumber organ diperoleh dari anak-anak yang
diperjualbelikan.

Kasus kedua mengungkapkan bahwa transplantasi organ harus dilakukan oleh


seseorang yang professional. Jika transplantasi organ tidak dilakukan oleh orang yang
benar-benar mengerti tentang transplantasi organ, maka resiko gagal lebih tinggi. Pada
kasus ini, sumber organ yang digunakan untuk transplantasi hampir sama dengan kasus
pertama. Seperti diungkapkan Arist Merdeka Sirait Ketua Komnas Perlindungan anak,
bahwa donor organ pastilah dilakukan oleh professional. Sedangkan untuk pangsa pasar,
kemungkinan masih berada di dalam negeri karena untuk penjualan organ di luar negeri
harus melalui jalur legal, seprti contohnya di Singapura dan Jepang.

Kasus ketiga menyatakan bahwa trasnplantasi dua organ bisa memperpanjang


kesempatan hidup pengidab diabetes. Dikatakan seorang pasien bernama Tiffany Butcha
didiagnosis mendertia diabetes tipe 1 (diabetes remaja), penyakit ini dikarenakan sistem
imunitas mengalami hipersensitiv, ia menyerang dirinya sendiri. Sehingga imunitas
merusak sel-sel yang berada di pankreas, dan pankreas tidak lagi memproduksi insulin
atau terganggu dalam produksi insulin. Dalam kasus ini Tiffany Butcha penderita
diabetes 1, membutuhkan suntikan insulin untuk bertahan hidup. Apalagi diabetes juga
mempunyai pengaruh yang buruk terhadap ginjal. Pada usia 30 tahun Tiffany divonis
menderita gagl ginjal, karena penyakitnya itu ia harus menjalani cuci darah 3 kali

28
seminggu. Hal ini tentu saja sangat mengganggu aktivitas Tiffany. Akhirnya Dr. Wellen
yang merawat Tiffany menyarankan untuk melakukan transplantasi organ. Tidak
tanggung-tanggung, Tiffany disarankan menjalani 2 operasi transplantasi. Yaitu
transplantasi organ ginjal dan pankreas. Alasannya adalah jika tiffany hanya melakukan
transplantasi ginjal, maka penyakit diabetesnya akan menyerang ginjalnya yang baru.
Jika dilakukan transplantasi 2 organ (ginjal dan pankreas) kemungkinan tersebut bisa
dihindari. Karena kadar gula darah akan kembali normal dengan adanya pankreas baru
dan ginjal akan tetap berfungsi normal karena kemungkinan ginjal terserang diabetes juga
telah diminimalisir. Dengan dilakukannya transplantasi dua organ kepada penderita
diabetes, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan hidup penderita dari 30 % menjadi 80
%.

Pembahasan

Dari analisa beberapa kasus diatas, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
motivasi atau penyebab seseorang melakukan transplantasi. Kasus pertama dan kedua
menyatakan bahwa transplantasi organ dilakukan oleh seorang yang telah professional
serta beberapa kasus penculikan anak, bisa saja berkembang menjadi kasus penjualan
organ tubuh. Pada kasus ini bisa dikatakan motivasinya adalah uang. Kasus ketiga dan
keenam serta keempat dan kelima, menyatakan bahwa pelaku melakukan transplantasi
dikarenakan faktor penyakit yang dideritanya. Penyakit tersebut jika tidak segera
dilakukan transplantasi, dikhawatirkan bisa menimbulkan komplikasi yang lebih
berbahaya. Pada kasus ketiga dan keenam dikarenakan penyakit diabetes. Pada kasus
keempat dan kelima dikarenakan penyakit jantung.

Jika dilihat dari segi hokum, kategori pertama jelas melanggar hokum. Dijelaskan
dalam UU. No 23 tahun 1992, pasal 34 ayat 2. Yang berbunyi “pengambilan organ dan
atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor yang
bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya”. Pada kasus
pertama dan kedua, diungkapkan sumber organ bisa berasal dari anak-anak korban
penculikan. Hal ini tentu saja tidak boleh dilakukan. Anak-anak korban penculikan tentu
saja tidak akan tahu apa yang dilakukan terhadap tubuh mereka. Apalagi jika

29
pengambilan organ anak-anak yang diculik dilakukan oleh orang yang tidak professional.
Hal ini juga melanggar pasal 34 Ayat (1) berbunyi “Transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu”. Pada kategori kedua,
transplantasi dilakukan untuk pencegahan komplikasi penyakit yang lebih berbahaya.
Jika dilihat dari Pasal 15 Undang-undang N0. 18 tahun 1981 yang berbunyi “Sebelum
persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon
donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan
kemungkinan yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa
calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersebut”, maka kategori kedua tidak melanggar hukum. Karena dokter yang merawat
pasien-pasien tersebut telah menjelaskan prosedur dan resiko-resiko yang terjadi. Dokter
juga telah memberikan alternative pengobatan, tindakan selanjutnya kembali kepada
keputusan pasien. Jadi jika pada dasarnya, transplantasi organ menurut hukum, boleh
dilakukan dengan ketentuan, transplantasi dilakukan dengan persetujuan pendonor dan
resipien serta pendonor maupun resipien paham betul bagaimana transplantasi akan
dilakukan serta resiko apa saja yang akan terjadi.

Agama memandang transplantasi organ berdasar motivasi yang mendasari dan


darimana organ diperoleh. Agama Islam memperbolehkan transplantasi organ jika donor
organ berasal dari orang yang masih hidup serta bukan organ tunggal yang dapat
menimbulkan kematian bagi pendonor. Hal tersebut tertulis di Al-Qur’an dalam beberapa
surat : yang pertama surat Al-Baqoroh ayat 195 yang artinya “dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan’, surat yang kedua adalah AnNisa ayat
29, yang artinya “dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri”. Jika donor berasal dari
organ seseorang yang sudah meninggal, hal tersebut juga dilarang. Dalam sebuah hadist
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka
beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits tersebut
secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang

30
hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan
melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup. Pada kasus ketiga transplantasi
dilakukan dengan sumber organ dari seorang korban kecelakaan. Tentu saja hal tersebut
melanggar hukum agama Islam. Dalam agama kristen tidak dijelaskan secara signifikan
mengenai aturan transplantasi organ, tetapi menyatakan transplantasi organ boleh
dilakukan dengan motivasi kemanusiaan, bukan karena uang semata. Dalam agama hindu
tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan transplantasi organ
tubuh dengan dasar yajna (pengorbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Dapat dijumpai dalam kitab
Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati
naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti
halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula
Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan
lama yang tiada berguna.

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu hal
yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan,
Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.
Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”.
Selain itu dalam prakteknya, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat juga harus
tetap menghargai kehidupan manusia sebagai individu yang unik, serata harus dihargai
sebagai seorang manusia. Jika dalam praktek transplantasi organ, sumber organnya
didapat dari seseorang secara paksa seperti dalam penculikan, tentu saja hal tersebut tidak
sesuai dengan kode etik keperawatan pokok etik 1 alinea 2. Selain pokok etik 1 dan 4
ada juga pokok etik lain yang harus klita perhatikan. Yaitu pokok etik 2 alinea 2 yang
menjelaskan bahwa seorang perawat harus memelihara mutu pelayanan yang tinggi serta
kejujuran. Dalam praktek professionalnya, tentu saja seorang perawat dilarang untuk
berbohong. Apalagi mengenai kondisi pasien. Dalam penerapannya di kasus transplantasi
organ, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat, harus berkata yang sebenarnya,
tentu saja menggunakan etiket-etiket yang berlaku.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan
atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si
penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika dilihat dari si penerima
organ meliputi autotransplantasi, homotransplantasi, heterotransplantasi, autograft, allograft,
isograft, xenograft dan xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino.
Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan
donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan
transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan,
rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang
telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis
(contoh: bibir sumbing).
Dalam agama Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh dilakukan dengan
alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan menolong nyawa
seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut. Sedangkan dalam agama
islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih dahulu dari mana organ
yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau dilihat dari sumber organ. Dalam hukum,
transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan
secara ilega, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi etika
keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi (Autonomy), Tidak
merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice),
Kejujuran (Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan.
Dari segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat
persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain transplantasi organ

32
di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara menyeluruh sehingga masih
menimbulkan beberapa pertanyaan tentang transplantasi.

B. Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan transplantasi
organ, pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari donor hidup ataukah dari
seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya penyembuhan lain sebelum
memilih transplantasi organ sebagai alternatif pengobatan.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan objektif
dan gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti
validitasnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Charlene, Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Heardman, T. Heather.2012.Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional 2012-2014.
Jakarta : EGC
Sjamuhidajat,R, & Wim de Jong (ed.). 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Safitri, Amalia,& Rina Astikawati (ed.). 2009. At a Glance Sistem Ginjal. Jakarta: Erlangga
http://diansildjian.blogspot.com/2011/05/makalah-transplantasi-organ.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

http://nursing-transplan.blogspot.com/

http://nursing-transplanUndang-undangNo. 23tahun1992tentangKesehatan.blogspot.com/

http://health.kompas.com/read/2010/10/18/06503546/Donor.Transplantasi.Organ

34

Anda mungkin juga menyukai