Anda di halaman 1dari 12

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat (Depkes RI, 2009).

Menurut Wolper dan Pena (1987), di kutip dari Adisasmito (2007), rumah sakit
adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta
tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai
tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Serta dapat dimanfaatkan sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Karena rumah sakit merupakan
sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum dan tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan atau dapat menjadi tempat penyebab panularan penyakit (Dartini, 2004).

Ruang isolasi adalah Tempat yang mampu merawat pasien yang


memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan lanjutan
dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu pintu) serta mampu
menciptakan lingkungan yang aman dari kontaminasi bagi seluruh komponen.
Ruang isolasi adalah Suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien
menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien
dan petugas kesehatan.

1.2 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Ruang Isolasi.
2. Menjelaskan syarat sebuah Ruang Isolasi.
3. Menjelaskan ketentuan yang berlaku di Ruang Isolasi.
4. Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.

1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Ruang isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien
dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka menerima
perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006).

Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan
penyakit resiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-penyakit
infeksi antara lain HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (DepKes
RI).

Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara
negatif (Negative Pressure) dimana tekanan udara di ruang isolasi negatif terhadap
area disekitarnya untuk mencegah penyakit-penyakit yang mudah mengkontaminasi
seperti, tuberculosis, cacar air (varicella), herpes zoster, dan measles (rubella),
sedangkan pasien yang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan
pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow
Transplant) menggunakan ruang isolasi dengan tekanan udara positif (Positive
Pressure) dimana tekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk
melindungi pasien dari kontaminasi luar.

2
2.2 Syarat-syarat Ruang Isolasi
Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, syarat untuk ruang isolasi meliputi :

 Pencahayaan
Intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 – 0,5 lux dengan warna cahaya biru.

Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.

 Pengaturan sirkulasi udara


Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan
yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :


A. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendah
dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar
dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari
ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit-
penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman-kuman
penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar,

Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi
dengan HEPA.

B. Ruang Isolasi Bertekanan Positif


Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari
dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang
masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolaso tidak terkontaminasi oleh
udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakit-penyakit
immunodeficiency seperti HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi sumsum
tulang. Untuk memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan
positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi
terlebih dahulu.

2.3 Universal Precaution di ruang isolasi

3
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik
berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).

Secara garis besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :

 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran
mukosa
 Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
 Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
 Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
 Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
 Proses instrumen dengan benar
 Lakukan pengelolaan limbah dengan benar
 Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
 Buang sampah terkontaminasi dengan aman
 Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi steril
dan siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dan
sterilisasi

Penerapan universal precaution meliputi :

 Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)


Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas
maupun pengunjung dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.

Langkah-langkah Penggunaan APD :

4
1. Persiapkan Sarana
 Baju operasi yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran badan, sepatu
boot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki
 Sarung tangan dtt (desinfeksi tingkat tinggi)/steril ukuran pergelangan dan
sepasang sarung bersih ukuran tangan
 Sebuah gaun luar dan apron dtt serta penutup kepala yang bersih
 Masker n95 dan alat pelindung mata
 Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang–barang pribadi
2. Langkah Awal Saat Masuk Ke ruang Perawatan Isolasi (Masuk Ke Ruang Bersih
Luar)
 Lepaskan cincin, jam/gelang (jika ada) dari tangan
 Lepaskan pakian luar (termasuk pakain dalam, jika memungkinkan)
 Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
 Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang-barang pribadi
lainnya di dalam lemari berkunci yang telah disediakan, kunci dengan hati-
hati, ambil anak kunci dan simpan dalam saku pakian operasi yang telah
dikenakan tersebut
3. Mencuci Tangan
 Lakukan cuci tangan efektif 40-60 detik
1. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
2. Kenakan gaun luar/jas operasi
3. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
4. Kenakan masker N95
5. Kenakan masker bedah
6. Kenakan celemek plastik/apron
7. Kenakan penutup kepala
8. Kenakan alat pelindung mata (goggles/kacamata)
9. Kenakan sepatu boot karet

 Penanganan Linen
 Linen bekas pakai dimasukkan dalam kantong, diikat dan di beri label
 Pakain pasien di usahakan menggunakan pakaian RS (baju bedah)
 Mengumpulkan dan membawa linen kotor, lakukan dengan kontak minimal
 Anggap semua linen yang telah dipakai sebagai linen infeksius

5
 Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik

 Pemulasaran Jenazah
 Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan perundangan yang berlaku
dilakukan di ruang isolasi
 Perlakuan terhadap jenasah: luruskan tubuh,tutup mata, telinga dan mulut
dengan kapas / plester kedap air, lepaskan alat kesehatan yang dipasang, setiap
luka diplester dengan rapat
 Jika diperlukan pemandian jenasah air pencuci di beri desinfektan (pertahankan
universal pracaution)
 Jenasah setelah di kafan dibungkus dengan bahan plastik tak tembus air
 Jenasah yang sdh dibungkus tak boleh di buka lagi
 Peti jenasah dilakukan disinfeksi lalu di gembok
 Jenasah diangkut mobil jenasah lewat jalur khusus

 Penatalaksanaan Ruang Rawat


 Lakukan pembersihan dengan menggunakan larutan klorin 0,5 % seluruh
permukaan ruangan sebelum pergantian pasien
 Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap
 Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan pembersihan dengan
larutan klorin
 Peralatan untuk pasien tidak dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain

 Penatalaksanaan Ambulance
 Ambulan pembawa pasien dilakukan pembersihan dengan semprotan air
desinfektan secara otomatis dengan menekan tombol (ambulance bagian luar)
 Bagian dalam dibersihkan dengan semprotan larutan clorin 0,5 %
 Petugas ambulance dan petugas pengantar wajib melakukan dekontaminasi
individu sesuai alur dan protap

Universal precaution yang dilakukan di ruang isolasi dapat dibagi menurut jenis
isolasinya, yaitu :

1. Strict isolation

6
 Untuk wabah dipteri, pneumonia, varicella
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran kuman lewat udara
 Universal Precaution-nya meliputi :
a. Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup
b. Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan
sepatu yang direkomendasikan.
c. Harus menggunakan masker.
d. Harus menggunakan sarung tangan
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

2. Contact isolation

 Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes
simplex, rubela scabies
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Perlu ruangan khusus
b. Harus menggunakan gaun jika ada cairan
c. Harus menggunakan masker jika kontak dengan klien
d. Memakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

3. Respiratory isolation

 Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll


 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan
karena batuk, bersin, inhalasi
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Perlu ruangan khusus
b. Tidak perlu gaun
c. Harus memakai masker

7
d. Perlu menggunakan sarung tangan
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

4. Tuberculosis isolation

 Untuk TBC
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif
b. Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi
c. Harus memakai masker
d. Tidak perlu menggunakan sarung tangan
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan
perpindahan penyakit

Selain menurut jenis isolasinya, universal precaution di ruang isolasi juga dibagi
menurut hal yang patut diwaspadai, antara lain :

1. Enteric precaution

 Untuk gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius,


encepalitis, meningitis
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan feces
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Perlu ruangan khusus jika kebersihan klien buruk
b. Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
c. Tidak perlu masker
d. Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

8
2. Drainage/ secretion precaution

 Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus,
konjungtivis
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung
maupun tidak langsung dengan material tubuh
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
b. Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
c. Tidak perlu masker
d. Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

3. Blood/ body fluid precaution

 Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria


 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung
maupun tidak langsung dengan cairan tubuh
 Universal Precaution nya meliputi :
a. Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk
b. Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi
c. Tidak perlu masker
d. Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh
e. Perlu cuci tangan setiap kontak
f. Menggunakan disposal

4. Disease-Specific Isolation
Untuk pencegahan penyakit specifik, contoh tuberkulosis paru

 Kamar khusus

9
 Gunakan masker
 Tidak perlu sarung tangan

2.4 Peran Perawat Di ruang Isolasi

Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari
pasien ke petugas maupun dari pasien ke pasien lainnya) dan infeksi oportunistik
(khususnya pada pasien hiv aids itu sendiri) dengan penerapan universal precaution
melalui :

I. Administrative Controls
 Pendidikan
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan pencegahan kepada pasien,
petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung
jawab dalam menjalankannya.

 Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan pencegahan)


Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya
perbaikan langsung.

II. Standard Precautions


Standard Precaution yang diterapkan meliputi :

 Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhubungan dengan pasien


atau setelah membuka sarung tangan.
 Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh.
 Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau
peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakai.
 Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh.
 Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman;
 Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok.
 Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis.
 Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai prosedur.
 Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak
limbah tersebut dihasilkan

10
a. Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dibuang ke
tempat sampah kantong plastik kuning

b. Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh


dibuangke tempat sampah kantong plastik hitam

c. Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang berwarna


kuning tahan tusuk dan tahan air

 Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogen


Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:

a. Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan permukaan tajam.

b. Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau mernanipulasinya


dengan kedua tangan.

c. Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum

d. Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam wadah yang tahan
tusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau.

e. Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan ventilasi lain


sebagai alternatif mulut ke mulut.

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan.

Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka

11
mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi
kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.

Syarat-syarat untuk ruang isolasi menurut KepMenKes


1204/Menkes/SK/X/2004, syarat untuk ruang isolasi meliputi Pencahayaan dan
Pengaturan sirkulasi udara.

Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial dan


infeksi oportunistik dengan penerapan universal precaution melalui Administrative
Controls (Pendidikan dan Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan
pencegahan)) serta menerapkan Standard Precautions

12

Anda mungkin juga menyukai