Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Akademika Baiturrahim

Vol.7 No 1, Maret 2018

PENGALAMAN KELUARGA MENGHADAPI HOSPITALISASI


PASIEN KRITIS DI RUANG ICU RS Dr. BRATANATA JAMBI

Mega Herawati1, Fithriyani2


1,2
Program Studi S1Keperawatan STIKes Baiturahim Jambi
Email:Megaherawati20@yahoo.co.id

ABSTRACT
Hospitalization is a process that for a reason of planning or emergency, which requires
patients to stay in the hospital. Hospital patient care not only causes problems for the patient,
but also for the family. The purpose of this study was to determine the family’s experience in
dealing with hospitalization of critical patients in ICU Dr. Bratanata Hospital Jambi. This
research is a qualitative research with phenomenology approach using Colaizzi model
analysis which is implemented in Dr. Bratanata Hospital Jambi. Participants in this study
were 5 participants with core family inclusion criteria who had been waiting for more than 7
days and were over 18 years old. Data collection techniques with in-depth interviews.The
results of the study there is a Critical Hospitalization Patient Response in the ICU room for
the family consisting of physical response include fatigue, body complaints and sleep
disorders; Psychological responses include anxiety, tension, fear and sadness; Social
responses include reduced communication and new experiences.

Keywords: Hospitalization, family, critical patients

ABSTRAK
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan berencana atau darurat,
dimana mengharuskan pasien untuk tinggal di Rumah Sakit. Perawatan pasien di Rumah
Sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi pasien, tetapi juga bagi keluarga. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam pengalaman keluarga menghadapi
hospitalisasi pasien kritis di ruang ICU RS Dr. Bratanata Jambi. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi menggunakan analisis model Colaizzi
yang dilaksanakan di RS Dr. Bratanata Jambi. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 5
partisipan dengan kriteria inklusi keluarga inti yang sudah menunggu lebih dari 7 hari dan
berusia lebih dari 18 tahun. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Hasil
penelitian terdapat tema Respon Hospitalisasi Pasien Kritis di Ruang ICU bagi Keluarga
yang terdiri dari respon fisik meliputi kelelahan, keluhan tubuh dan gangguan tidur; respon
psikologis meliputi cemas, tegang, takut dan sedih; respon sosial meliputi komunikasi
berkurang dan pengalaman baru.

Kata Kunci : Hospitalisasi, keluarga, pasien kritis

33
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

PENDAHULUAN dan komprenhensif. Untuk pasien yang


kritis, waktu adalah vital. Proses
Hospitalisasi merupakan suatu keperawatan memberikan suatu
proses yang karena suatu alasan pendekatan yang sistematis, dimana
berencana atau darurat, dimana perawat keperawatan kritis dapat
mengharuskan pasien untuk tinggal di mengevaluasi masalah pasien dengan
Rumah Sakit, menjalani terapi dan cepat (Laura, 2004).
perawatan sampai pemulangannya Klasifikasi pasien yang
kembali ke rumah. Selama proses membutuhkan perawatan kritis harus
tersebut, pasien dan keluarga dapat berfokus pada tingkat perawatan yang
mengalami berbagai kejadian yang dibutuhkan oleh masing-masing
menurut beberapa penelitian individu, dimanapun mereka berada.
ditunjukkan dengan pengalaman yang Klasifikasi ini mengalami pergeseran
sangat traumatik dan penuh dengan dari pengelompokan pasien berdasarkan
stres. Perawatan pasien di Rumah Sakit geografis pasien, misalnya Intensive
tidak hanya menimbulkan masalah bagi Care Unit (ICU) dan High Depencency
pasien, tetapi juga bagi keluarga. Unit (HDU), menuju suatu sistem
Banyak penelitian membuktikan bahwa klasifikasi yang menggambarkan adanya
perawatan pasien di rumah sakit jenjang menaik tingkatan perawatan
menimbulkan stres pada keluarga untuk setiap pasien, tidak tergantung
(Supartini, 2004). pada lokasi mereka di dalam Rumah
Keluarga adalah unit terkecil Sakit (Jevon, 2009).
dari masyarakat yang terdiri atas kepala Data yang diperoleh Rekam
keluarga dan beberapa orang yang Medik RS Dr. Bratanata Jambi diketahui
terkumpul dan tinggal di suatu tempat jumlah pasien yang dirawat di ruang
di bawah suatu atap dalam keadaan ICU tahun 2015 sebanyak 395 pasien,
saling ketergantungan. Keluarga adalah tahun 2016 sebanyak 411 pasien, dan
unit terkecil dalam masyarakat tahun 2017 sebanyak 621 pasien. Setiap
merupakan klien keperawatan atau si tahun terjadi peningkatan jumlah pasien
penerima asuhan keperawatan. Keluarga di ruang ICU tersebut. Berdasarkan
berperan dalam hospitalisasi anggota data-data yang didapat diatas, maka
keluarga yang sakit (Jhonson, 2010). peneliti tertarik untuk mengetahui dan
Hampir semua keluarga menggali pengalaman keluarga
berespon terhadap penyakit dan menghadapi hopitalisasi pasien kritis.
hospitalisasi pasien dengan reaksi yang Survey awal pada tanggal 22
luar biasa konsisten. Pada awalnya November 2017 terhadap 2 orang
keluarga bereaksi dengan tidak percaya, keluarga pasien kritis dengan
terutama jika penyakit tersebut muncul menggunakan metode wawancara di RS
tiba-tiba dan serius. Setelah realisasi Dr. Bratanata Jambi, keluarga
penyakit keluarga bereaksi dengan mengatakan sedih, kasihan dan prihatin
marah. Takut, cemas dan frustasi melihat keadaan anggota keluarganya
merupakan perasaan yang banyak yang kritis. Hasil wawancara terhadap 2
diungkapkan oleh keluarga (Wong, orang partisipan adalah sebagai berikut :
2009). Partisipan 1 : “ saya was-was
Pasien kritis adalah pasien mbak, bingung tidak tau harus
dengan penyakit atau kondisi yang bagaimana, takut apakah suami saya
mengancam keselamatan jiwa pasien bisa sembuh atau tidak, saya sedih
tersebut. Keperawatan kritikal adalah mbak, kasihan, perihatin, saya berdoa
suatu bidang yang memerlukan dan bersabar semoga suami saya cepat
perawatan pasien yang berkualitas tinggi

35
sembuh mbak, saya merasa pegal-pegal, HASIL DAN PEMBAHASAN
masuk angin, pilek”.
Partisipan 2 : “ saya panik, Distribusi Karakteristik Partisipan
bingung, bleng mbak, soalnya bapak Status dg
No. Inisial Usia
baru pertama kali dirawat di rumah pasien
sakit dan langsung di rawat di ICU, 1. Ny. M 41 Th Ibu
saya kuatir dan kasihan mbak, saya 2. Tn. S 50 Th Suami
merasa kurang enak badan, sempat 3. Ny. S 32 Th Anak
masuk angin juga mbak, kemaren 4. Nn. A 27 Th Anak
sempat kerokan”. 5. Ny. L 42 Th Istri
Peristiwa atau fenomena diatas,
dapat memicu peneliti untuk tertarik Partisipan yang diwawancarai
melakukan penelitian tentang merupakan 1 Laki-laki dan 4
pengalaman keluarga menghadapi Perempuan, berusia antara 27-50 Tahun.
hospitalisasi pasien kritis yang dirawat Jumlah partisipan dalam penelitian ini
di ruang ICU RS Dr. Bratanata Jambi. diambil sebanyak 5 partisipan, karena
peneliti menyesuaikan tercapainya
METODE PENELITIAN saturasi data dari masing-masing data
yang telah diperoleh dari keseluruhan
Jenis penelitian ini adalah partisipan. Peneliti berusaha semaksimal
penelitian kualitatif, yaitu metode mungkin mendapat informasi dari 5
penelitian yang digunakan untuk partisipan tersebut sehingga diperoleh
meneliti pada kondisi obyek yang data yang sesuai dengan tujuan
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai penelitian
instrumen kunci, teknik pengumpulan Hasil wawancara kepada 5
data dilakukan secara trianggulasi partisipan menunjukkan ada hubungan
(Sugiyono, 2016). Peneliti memilih jenis dengan tema. Tema yang dibahas dalam
penelitian kualitatif karena ingin analisa data meliputi :
memperoleh jawaban mengenai Respon hospitalisasi pasien
bagaimana pengalaman keluarga pasien kritis di ruang ICU bagi keluarga
dalam menunggu pasien kritis yang memiliki tiga kategori. Kategori tersebut
dirawa di ruang ICU. dihasilkan berdasarkan penggolongan
Penelitian ini menggunakan kata kunci dan sub kategoridari hasil
pendekatan fenomenologis, yaitu fokus wawancara kepada partisipan. Kategori
pada berbagai pengalaman individu yang didapatkan oleh peneliti antara lain
yang bersifat universal yang dialami
oleh seorang individu terhadap suatu a. Respon Fisik
fenomena yang dialaminya dalam Pasien kritis yang mengalami
kehidupan sehari-hari. Peneliti hospitalisasi akan menimbulkan respon
menggunakan pendekatan ini karena fisik terhadap keluarganya yang telah
ingin mendapatkan data dengan cara menemaninya. Berdasarkan data dari
memahami bentuk pengalaman hidup hasil wawancara mendalam
responden sebagai individu yang menunjukkan lima partisipan
mengalami keadaan sebenarnya yaitu mengalami kelelahan, keluhan tubuh
tentang menunggu pasien kritis yang di dan gangguan tidur. Dua dari lima
rawat di ruang ICU. Analisis data pada partisipan yang mengalami kelelahan,
penelitian ini menggunakan model saturasi dengan dokter dan perawat,
Colaizzi (1978, dalam Streubert & Empat dari lima partisipan yang
Carpenter, 2003). menyatakan bahwa respon fisik dalam
menghadapi pasien kritis yaitu keluhan

36
tubuh. Empat dari lima partisipan yang yang sakit akan tergantung pada orang
menyatakan bahwa respon fisik dalam yang melindunginya (Supartini, 2004).
menghadapi pasien kritis yaitu
gangguan tidur. a. Respon Fisik
Hasil penelitian yang dilakukan
b. Respon Psikologi oleh peneliti bahwa respon fisik yang
Pasien kritis yang mengalami timbul selama menunggu pasien kritis
hospitalisasi dapat menimbulkan respon yang dirawat di ruang ICU, yaitu timbul
kepada keluarga, sehingga keluarga kelelahan, keluhan tubuh dan gangguan
mengalami emosi. Berdasarkan data tidur.
hasil wawancara mendalam Kecukupan waktu tidur
menunjukkan bahwa empat dari lima seseorang sebenarnya tidak hanya
partisipan mengalami cemas, empat diukur dari lama waktu tidur, tetapi juga
dari lima partisipan mengalami tegang, kualitas tidur itu sendiri. Selain itu,
tiga dari lima partisipan mengalami sebenarnya tidur tidak hanya
sedih, dan tiga dari lima partisipan mengistirahatkan tubuh, tetapi juga
mengalami takut. mengistirahatkan otak, khususnya
serebral korterk, yakni bagian otak
c. Respon Sosial terpenting atau fungsi mental tertinggi,
Keluarga yang sedang yang digunakan untuk mengingat,
mengalami hospitalisasi pasien kritis memvisualkan resta membayangkan,
yang dirawat di ruang ICU juga menilai dan memberikan alasan tertentu
mengalami respon sosial. Sosialisasi (Subandi, 2008).
keluarga terhadap tetangga atau saudara Hasil penelitian ditemukan
berkurang karena keluarga sibuk, bahwa gangguan tidur yang dialami
kelelahan serta lebih mementingkan partisipan disebabkan karena kondisi
saudaranya yang dirawat di ruang ICU. ruang tunggu yang dipakai secara
Hasil wawancara mendalam bersama-sama oleh seluruh keluarga
menunjukkan empat partisipan menjadi penunggu pasien kritis di ruang ICU,
komunikasi berkurang dan lima seperti adanya suara keluarga yang
partisipan mempunyai pengalaman baru. keluar-masuk ruang tunggu, pikiran
yang tidak menentu terhadap anggota
Hasil Penelitian Pengalaman keluarganya yang sakit serta lingkungan
keluarga menghadapi hospitalisasi udara yang dingin saat malam hari
pasien kritis di ruang ICU, respon fisik sehingga menyebabkan kualitas tidurnya
yang meliputi kelelahan, keluhan tubuh keluarga terganggu.
dan gangguan tidur; respon psikologis Kelelahan adalah suatu kondisi
meliputi cemas, tegang, takut dan sedih; yang memiliki tanda berkurangnya
respon sosial meliputi komunikasi kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
berkurang dan pengalaman baru. bekerja dan mengurangi efisiensi
Pasien yang menderita sakit prestasi, dan biasanya hal ini disertai
kritis akan mengalami hospitalisasi. dengan perasaan letih dan lemah (Arnot,
Pengalaman Hospitalisasi dapat 2009).
mengganggu psikologi dan psikososial Kelelahan dalam hasil penelitian
keluarga terlebih bila keluarga tidak ini dikarenakan keluarga merasa capek
dapat beradaptasi dengan lingkungan menunggu anggota keluarganya di ruang
barunya di Rumah Sakit. Hospitalisasi ICU. Rasa capek keluarga disebabkan
menyebabkan keluarga akan memainkan karena pola tidur yang tidak teratur dan
perannya terutama terhadap anggota keluarga yang harus hilir mudir
keluarga yang tergantung, seperti anak memantau kondisi keluarga yan dirawat.

37
Keluhan tubuh pada keluarga Rasa sedih yang dialami
yang menunggu pasien di ICU keluarga muncul terutama pada saat
disebabkan karena keluarga tidak pasien dalam kondisi terminal dan
sempat mengontrol / mengecek keluarga mengetahui bahwa tidak ada
kesehatannya. Keluarga lebih lagi harapan bagi pasien untuk sembuh.
memikirkan kesehatan anggota Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keluarganya yang dirawat, tanpa keluarga mengalami sedih ketika
memikirkan kesehatannya sendiri, anggota keluarganya harus dirawat di
padahal kondisi kesehatan sangat ruang ICU.
penting dalam menunggu pasien di ICU.
c. Respon sosial
b. Respon Psikologi Hasil penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa respon sosial ketika
bahwa respon psikologi yang timbul keluarga menunggu pasien kritis di
selama menunggu pasien kritis yang ruang ICU, yaitu komunikasi berkurang
dirawat di ruang ICU, yaitu berupa dan adanya pengalaman baru. Keluarga
cemas, tegang, sedih dan takut. mengalami komunikasi berkurang di
Kebanyakan keluarga merasa cemas saat lingkungan tempat tinggalnya karena
anggota keluarganya dirawat di ruang keluarga sibuk dalam menemani salah
ICU dan ketika keluarga mendapat satu anggota keluarganya yang dirawat
panggilan dari petugas kesehatan terkait di ruang ICU. Komunikasi adalah
anggota keluarga yang dirawat di ruang penyampaian seseorang kepada orang
ICU. lain, dengan menyertakan kode atau
Kecemasan adalah respon lambang penyampaiannya itu sendiri
individu terhadap suatu keadaan yang melalui suatu proses (Kariyoso, 2005).
tidak menyenangkan dan dialami oleh Faktor yang mempengaruhi
seluruh makhluk hidup. Stuart dan komunikasi keluarga dalam menunggu
Laraia mendefenisikan ansietas sebagai pasien kritis di ruang ICU, yaitu
pengalaman emosi dan subyektif yang persepsi keluarga dengan perawat.
bersifat individual. Ansietas adalah Komunikasi juga dipengaruhi oleh
respon emosi tanpa subyek yang spesifik sosial. Pengaruh komunikasi yang lain
sehingga klien merasakan suatu adalah saluran atau alat tubuh dari
perasaan was-was seakan sesuatu yang komunikator terutama dalam
buruk akan terjadi dan biasanya disertai komunikasi lisan (Kariyoso, 2005).
gejala-gejala otonomik yang Hasil penelitian ini juga
berlangsung beberapa hari, bulan mendapat hikmahnya yaitu keluarga
bahkan tahun (Sumiati, 2009). mengerti keadaan dan kondisi ruang
Rasa takut muncul pada ICU, keluarga mendapat teman baru
keluarga terutama akibat takut untuk saling bercerita tentang kondisi
kehilangan pasien pada kondisi sakit keluarganya sehingga keluarga
yang terminal. Rasa takut yang dialami mendapat pengalaman baru.
keluarga, yaitu sering bertanya atau
bertanya hal yang berulang-ulang pada SIMPULAN
orang yang berbeda. (Supartini, 2004).
Rasa takut yang dialami keluarga saat Penelitian ini dilakukan oleh
menunggu pasien kritis di ruang ICU, peneliti terhadap 5 orang partisipan, dari
yaitu keluarga takut akan kehilangan hasil penelitian dengan wawancara
anggota keluarganya, keluarga takut mendalam yang dilakukan oleh peneliti,
bahwa anggota keluarganya dan bahwa pengalaman keluarga
kecilnya kemungkinan untuk sembuh. menghadapi hospitalisasi pasien kritis di

38
ruang ICU dapat diambil kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
antara lain, Respon keluarga
menghadapi hospitalisasi pasien kritis di 1–16
1. Wong DL. Buku Ajar :
ruang ICU antara lain menimbulkan
Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
respon fisik yang meliputi kelelahan,
EGC; 2009.
keluhan tubuh dan gangguan tidur;
2. Talbot L. Pengkajian
respon psikologis meliputi cemas,
Keperawatan Kritis. Jakarta:
tegang, takut dan sedih; respon sosial
EGC; 2004.
meliputi komunikasi berkurang dan
3. Suyanto. Metodologi Dan
pengalaman baru.
Aplikasi Penelitian
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
SARAN
Medika; 2011.
4. Sugiyono. Memahami Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Kualitatif. Bandung: Alfabeth;
Keperawatan. Pasien Kritis itu
2016.
tidak hanya berfokus pada pasien,
5. Sabarguna BS. Manajemen
tapi juga keluarga pasien yang
Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
dirawat, bagi intitusi pendidikan
Dan Manajemen Resiko Klinis
untuk lebih memperdalam ilmu
Untuk Rumah Sakit. Jakarta:
keperawatan khususnya
Sagung seto; 2009.
keperawatan pasien kritis.
6. Rasmun. Keperawatan
2. Bagi Pihak Rumah Sakit. Petugas
Kesehatan Mental Psikiatri
kesehatan atau non kesehatan yang
Terintegrasi Dengan Keluarga.
khususnya berada di ruang ICU
Jakarta: Sagung seto; 2009.
sebaiknya ikut memperhatikan
7. Nursalam. Metodologi
kondisi keluarga pasien, agar
Penelitian. Jakarta: Salemba
keluarga merasa nyaman dan tidak
Medika; 2005.
bingung. Petugas kesehatan agar
8. Ningsih SS. Pengalaman
memberikan informasi terkait
keluarga menghadapi
keadaan pasien dan peraturan
Hospitalisasi pasien kritis di
menunggu pasien di ruang ICU
Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi
yang sejelas-jelasnya agar keluarga
Semarang. Skripsi Univ
paham dan tidak merasa khawatir
Diponegoro Semarang. 2017.
akan keadaan anggota keluarganya.
9. Lumenta B. Peran Dan Perilaku.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Untuk
Yogyakarta: Kanisius; 1998.
dapat melakukan penelitian secara
10. Kariyoso. Pengantar Komunikasi
kuantitatif dengan cara
Bagi Siswa Perawat. Jakarta:
membandingkan atau mengetahui
EGC; 2005.
lebih dalam hubungan variabel-
11. Jhonson. Keperawatan Keluarga.
variabel yang tergambar di tema
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
dalam penelitian ini.
12. Jevon P. Pemantauan Pasien
4. Bagi Keluarga Pasien. Agar dapat
Kritis. Jakarta: Erlangga; 2009.
meningkatkan pengetahuan mereka
13. Hudak CM. Keperawatan Kritis.
tentang penyakit-penyakit kritis
Jakarta: EGC; 1997.
sehingga mengurangi tingkat
14. Herawati M. Gambaran Tingkat
kecemasan, kekhawatiran serta rasa
Kecemasan Keluarga terhadap
panik keluarga terhadap keluarga
Pasien Kritis di Ruang ICU RS
yang sedang dirawat di ruang ICU.
Dr. Bratanata Jambi tahun 2013.
karya tulis Ilm Akad
Keperawatan Garuda Putih

39
Jambi. 2013.
15. Haliman A. Cerdas Memilih
Rumah Sakit. Yogyakarta: Rapha
Publishing; 2012.
16. Alimul A. Metode Penelitian
Keperawatan Dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2011.

40

Anda mungkin juga menyukai