Anda di halaman 1dari 3

Essay

Anne Cintya Afriliani


NPM 220110160167
B
CARING DALAM KEPERAWATAN
Tingginya derajat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini juga diikuti dengan tingginya
penyakit yang semakin banyak serta beragam di masyarakat Indonesia itu sendiri. Tuntutan
masyarakat pun terhadap tenaga kesehatan semakin tinggi di era globalisasi saat ini, di mana
masyarakat mulai terbuka dan mau mengungkapkan pendapat mereka kepada orang banyak.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama perawat sangat dituntut untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan mereka terhadap pasien atau klien. Mutu pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu untuk
meningkatkan citra institusi pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik, dll) di mata
masyarakat. Perawat adalah seseorang yang paling dekat dengan pasien, maka dari itu mereka
harus dapat melakukan asuhan keperawatan agar mendapatkan kepuasan pasien serta kepuasan
diri mereka sendiri. Kepuasan pasien merupakan suatu indikator mutu pelayanan keperawatan,
untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, memiliki
keterampilan dan intelektual, memiliki skill praktik dan skill interpersonal dalam berkomunikasi
yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang.
Caring menurut Jean Watson (1979) merupakan proses interpersonal yaitu hubungan yang
terjadi antara perawat dengan klien yang merupakan bagian dari intervensi yang membantu
dalam pemenuhan kebutuhan manusia dalam meningkatkan kesehatan, mengembalikan klien
pada kondisi sehat dan mencegah kesakitan (Potter & Perry, 2005). Makna caring dalam sudut
pandang Watson adalah kita sebagai perawat memiliki tugas terpenting yaitu memenuhi
kebutuhan dasar manusia dengan pendekatan interpersonal yaitu dengan komunikasi yang baik,
terarah, dan terjalin adanya kerja sama antara perawat dan pasien sehingga akan didapatkan hasil
atau evaluasi berupa kembali sehat dan dapat dipertahankan kesehatan pasien tersebut.
Tantangan terbesar pada perawat adalah terjalinnya hubungan yang baik dengan pasien agar
perawat dapat melakukan intervensi kepada pasien tersebut. Kenyataannya, tidak semua
perencanaan perawat itu berhasil dilaksanakan dalan kegiatan sehari-hari. Contohnya, pasien
yang direncanakan operasi datang ke ruang operasi dan perawat ruangan melakukan operan atau

serah terima pasien di ruang transit. Perawat OT (Operating Theatre) kemudian memindahkan
pasien ke ruang Pre-Op (Pre Operation), di situ seharusnya perawat OT melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa pre-op, melakukan perencanaan atau intervensi, dan melakukan
implementasi kepada pasien tersebut. Namun, dengan terbatasnya tenaga dan waktu yang ada,
pasien di ruangan pre-op tersebut dibiarkan sampai saat giliran pasien tersebut harus dioperasi.
Banyaknya kendala dalam melakukan proses caring terhadap pasien di ruangan OT biasanya
dikarenakan terbatasnya waktu untuk melakukan proses keperawatan tersebut seperti tindakan
operasi yang banyak, minimnya tenaga, tuntutan dari rumah sakit untuk segera melakukan
tindakan operasi, tuntutan dokter yang ingin cepat melakukan operasi dan lain hal.
Bukan berarti kita sebagai perawat mengabaikan pasien dan kesembuhan mereka, di sisi
lain banyak hal lainnya merupakan tindakan caring perawat kepada pasien. Seperti contoh
sebelumnya, sebelum tindakan operasi, perawat OT biasanya menghormati privasi pasien seperti
berkomunikasi terlebih dahulu untuk melepas pakaian atau saat akan memasang kateter pada
pasien spinal anastesi, melakukan dressing luka yang rapi, menjelaskan tindakan post-op dengan
keluarga pasien, dan mash banyak lagi. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan
Dwidiyanti (2007) yaitu caring merupakan manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, komitmen untuk mencegeah
terjadinya sesuatu yang buruk, memberi perhatian dan konsen, empati, dan penghargaan dan
menyenangkan.
Oleh karena itu, rasa caring dan semangat caring harus tumbuh dalam diri setiap perawat
dan berasal dari hati perawat itu sendiri. Tanpa caring, perawat tidak akan diakui karena caring
memperlihatkan siapa perawat itu, merupakan landasan kita berprofesi dan bertindak, fondasi
awal dan terkuat profesi kita, tanpa caring, perawat Indonesia akan kalah bersaing dengan
perawat lain dari luar negeri karena adanya pasar bebas. Dengan demikian, perilaku caring harus
kita tumbuhkan secara seksama dan bertahap dengan ilmu yang tinggi, lalu kita implementasikan
perilaku caring tersebut kepada pasien, dan kemudian kita pertahankan dan kuatkan perilaku
caring kita dalam melakukan pelayanan kesehatan.

REFERENCES

Dwidiyanti, M. 2007. Caring. Semarang: Hapsari


Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai