Anda di halaman 1dari 27

Aspek Legal PENATA ANESTESI

Dalam Peningkatan Profesionalisme


Menuju Keselamatan Pasien

H IRCHAM SAIFUDIN Skep Ns.MM


POLTEKES KEMENKES YOKYAKARTA
Dasar Hukum Penyelenggaraan
Pekerjaan Penata Anestesi

UU NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG UU NOMOR 36 TAHUN 2014
KESEHATAN TENTANG TENAGA KESEHATAN

Permenkes 18 Tahun 2016 Permenkes


tentang Penyelenggaraan 519/Menkes/Per/III/2011
Pekerjaan Penata Anestesi
(mencabut Permenkes 31 tentang Pedoman
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi
Pekerjaan Perawat dan Terapi Intensif di
Anestesi Rumah Sakit
DEFINISI PENATA
ANESTESI

 Penata Anestesi adalah setiap orang


yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata
Anestesi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(Permenkes No.18 Tahun 2016)

 Tenaga keperawatan yg telah


menyelesaikan pendidikan dan ilmu
keperawatan anestesi.

(PMK No 519 tahun 2011)


KETENTUAN UMUM

 Lembaga Penjamin Mutu tenaga kesehatan


adalah Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI)  Untuk di tingkat Provinsi adalah MTKP

 Standar Profesi Penata Anestesi adalah batasan


kemampuan minimal yang harus dimiliki/
dikuasi oleh seorang Penata Anestesi untuk
dapat melaksanakan pekerjaannya secara
profesional dan diatur oleh Organisasi
Profesinya.
SERTIFIKASI, REGISTRASI
DAN LISENSI

INSTITUSI
PENDIDIKAN

SERTIFIKASI
KTKI
KAB/KOTA
Lulus
Pendidikan REGISTRAS
Uji
I IZIN
Kompetensi

Sertifikat STRPA SIPPA


Kompetensi
SERTIFIKASI KOMPETENSI

 Sertifikasi Kompetensi : surat tanda pengakuan terhadap


kompetensi Tenaga profesi untuk dapat menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi
 Syarat untuk mendapatkan STR
 Berlaku selama 5 Tahun
 Diperoleh sesuai ketentuan  organisasi
Profesi.
PERSYARATAN SIPPA
a. Fotokopi ijazah yang dilegalisasi;
b. Fotokopi STRPA;
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang
memiliki Surat Izin Praktik;
d. Surat pernyataan memiliki tempat praktik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
e. Pas foto terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3
(tiga) lembar berlatar belakang merah;
f. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. Rekomendasi dari Organisasi Profesi

* Dalam hal SIPPA dikeluarkan oleh dinas kesehatan


kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi pada huruf f tidak
diperlukan
DATA STR PERAWAT ANASTESI YANG DITERBITKAN TAHUN 2012 - 2015

* Tahun 2015 sampai dengan bulan


September
DIAGRAM STR PERAWAT ANASTESI YANG DITERBITKAN TAHUN
2012 - 2015

PERAWAT ANESTESI

2,500

1,985
2,000

1,500

PERAWAT ANESTESI

1,000

500 444 396


234

0
2012 2013 2014 2015

* Tahun 2015 sampai dengan bulan September


Kualifikasi Anggota Ikatan
Penata Anestesi Indonesia :

1.D-III Keperawatan Anestesi


2.D-IV Keperawatan Anestesi
3.Pelatihan Anestesi 6 bulan
4.Pelatihan Anestesi 3 bulan
5.Inhoush training
TANTANGAN PROFESI PENATA
ANESTESI
 Tenaga penata anestesi sebagai salah satu bagian
dari tenaga kesehatan turut berperan dalam
pemberian pelayananan kesehatan yang
berkualitas bagi masyarakat.
 Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang
kesehatan tercantum bahwa tenaga keperawatan
dan tenaga kesehatan lainnya termasuk dalam
kelompok tenaga kesehatan
PENATA ANESTESI WARGA NEGARA
INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI
 Penata Anestesi WNA
yang akan bekerja di
Indonesia harus memiliki
SIPPA;
 SIPPA diperoleh setelah
memenuhi persyaratan
untuk memperoleh SIPPA
juga harus mengikuti
evaluasi kompetensi.

* Evaluasi kompetensi dilakukan sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan
PENATA ANESTESI
WARGA NEGARA ASING
SIPPA
SIPPA diperoleh setelah memenuhi persyaratan
dan untuk memperoleh SIPPA juga harus:
a. membuat surat pernyataan mematuhi etika
profesi dan peraturan perundang-undangan;
b. mengikuti evaluasi kompetensi;
c. memiliki surat izin kerja dan izin tinggal
serta persyaratan lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
d. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN
 Upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan (knowledge), ketrampilan
(skill) serta sikap (atitude) tenaga kesehatan agar
senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik.
 Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. (UU no 36 /
2014 ttg Nakes)
PERAN ORGANISASI PROFESI

1. Menentukan jumlah satuan kredit profesi (SKP) dalam


setiap ranah sebagai syarat Re-sertifikasi atau Re Registrasi.
2. Jumlah dan besaran SKP ditentukan oleh OP
3. Penetapan besaran SKP dengan mempertimbangkan:
 Bentuk dan skala penyelenggaraan kegiatan.
 Materi yang disajikan.
 Reputasi/kompetensi narasumber.
 Durasi penyelenggaraan kegiatan.
 Aksesibilitas, dsb.
PENYELENGGARAAN
KEWENANGAN PENATA ANESTESI

praanestesi
intraanestes Setiap Tenaga
Mandiri kesehatan dalam
i
pascaanest menjalankan
esi
Pelimpahan praktik
Wewenang wewenang berkewajiban
dari dr.spes untuk mematuhi
anestesi atau Standar Profesi,
Pelimpahan dokter lain Standar
wewenang Penugasan Pelayanan Profesi,
pemerintah dan
sesuai Standar Prosedur
kebutuhan Operasional
PERSYARATAN PELIMPAHAN WEWENANG

 melaksanakan pelayanan sesuai dengan


kompetensi;
 menerima imbalan jasa profesi; dan
 memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko
kerja yang berkaitan dengan tugasnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Pelimpahan wewenang berdasarkan penugasan
pemerintah hanya dapat dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan milik Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah
PERSYARATAN PELIMPAHAN WEWENANG

• dilakukan dalam hal tidak terdapat dokter spesialis


anestesiologi di
• hanya dapat dilakukan oleh Penata Anestesi yang telah
mendapat pelatihan
• Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan anestesi
sesuai dengan kompetensi tambahan yang diperoleh
melalui pelatihan
• Pelatihan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota bekerjasama dengan organisasi profesi
dan melibatkan organisasi profesi terkait lainnya.
KAPAN PELIMPAHAN
WEWENANG BERHENTI..??
Dalam hal daerah telah
terdapat dokter spesialis
anestesiologi, wewenang
untuk melakukan pelayanan
berdasarkan penugasan
pemerintah tidak berlaku
DALAM KEADAAN DARURAT

Setelah
Dapat melakukan
pertolongan
tindakan pelayanan
pertama selesai
anestesi di luar mengurangi rasa sakit &
wajib merujuk
wewenangnya menstabilkan kondisi pasien kepada
dalam rangka pasien. tenaga
pertolongan
kesehatan yang
pertama
berkompeten
PENCATATAN

Dalam melaksanakan
praktik keprofesiannya,
Penata Anestesi wajib
melakukan pencatatan.
Pencatatan tersebut wajib
disimpan sesuai
ketentuan.
HAK
PMK NO.I8 TAHUN 2016Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik


keprofesiannya, Penata Anestesi
mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan praktik
keprofesiannya sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, dan
standar operasional prosedur;
b. memperoleh informasi yang lengkap
dan jujur dari pasien dan/atau
keluarga;
HAK
PMK NO.I8 TAHUN 2016
melaksanakan pelayanan sesuai dengan
 c.
kompetensi;
 d. menerima imbalan jasa profesi; dan
 e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap
risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEWAJIBAN

(1) Menghormati hak pasien


(2) Menyimpan rahasia pasien
(3) Memberi informasi tentang masalah
kesehatan dan pelayanan yang
dibutuhkan
(4) Meminta persetujuan tindakan
(5) Mematuhi standar profesi, standar
pelayanan, dan standar operasional
prosedur
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pemda
Menteri
Prov

Pemda Organisasi
Kab/Kota Profesi
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

• Teguran Lisan
• Teguran tertulis
• Pencabutan SIPPA
PENUTUP

Semua Nomenklatur
Dalam memenuhi Perawat Anestesi
perkembangan ilmu dalam Permenkes
pengetahuan dan No.
teknologi di bidang 519/Menkes/Per/III/20
kesehatan serta 11 tentang Pedoman
kebutuhan pelayanan Penyelenggaraan
kesehatan, Menteri Pelayanan
dapat menetapkan Anestesiologi dan
jenis Tenaga Terapi Intensif di
Rumah Sakit harus di
Kesehatan lain baca dan dimaknai
dalam setiap sebagai PENATA
kelompok ANESTESI

Anda mungkin juga menyukai