Anda di halaman 1dari 32

PENCEGAHAN & PENGENDALIAN

INFEKSI (PPI) DI RUANG ICU

Ns. Dwi Siwi Murni Hastuti, S.Kep


Infection Prevention & Control Nurse (IPCN)
MATERI
A. Pendahuluan
B. Pengertian
C. Faktor risiko terjadi transmisi
infeksi
D. Sumber infeksi di ICU
E. Jenis HAIs di ICU
F. PPI di ICU
G. Mikroorganisme di ICU
A. PENDAHULUAN
Ruang ICU :
 Kapasitas bed 5-20% dari total bed di RS.
 Infeksi nosokomial di ICU semata-mata
tdk disebabkan oleh mikroorganisme yg
ada di ICU, tetapi jg mikroorganisme yg
dibawa dari ruangan lain sblm psn masuk
ICU (IGD, OT, Ranap).
 Bukti ilmiah : infeksi tersering dari
alat/prosedur operasi.
B. PENGERTIAN
Healthcare Associated
Infections (HAIs) :

• Infeksi yg didapat di RS atau


Fasyankes lainnya,
• Pada saat masuk tdk ada
INFEKSI infeksi & tdk dlm masa
NOSOKOMIAL : RUANG inkubasi,
Infeksi yg terjadi di RS LINGKUP • Termasuk infeksi
setelah 2x24 jam masa LEBIH didapat di RS & muncul
LUAS
perawatan, tidak dalam setelah pasien pulang,
• Termasuk infeksi yg dapat
masa inkubasi. terjadi pada petugas karena
pekerjaannya (kontak psn)

(CDC, 2007)
Tanda2 infeksi
1. Dolor : rasa nyeri pada area infeksi
2. Calor : rasa panas pada area infeksi
3. Rubor : kemerahan pada area infeksi
4. Tumor : bengkak pada area infeksi
5. Fungsio laesa : terjadinya gangguan
fungsi pada area yang terkena infeksi
C. FAKTOR RISIKO TERJADI
TRANSMISI INFEKSI, MELALUI :

1. Area/Lingkungan
2. Pasien
3. Petugas
4. Peralatan
5. Kurang / Tidak ada pengawasan
terhadap pencegahan infeksi :
Komite PPI di RS ?
IPCLN di ICU ?
1. AREA RISIKO TERJADI INFEKSI
RUANG ICU :
• Terdapat pasien infeksius /
imunokompromise
• Pemaparan cairan tubuh pasien
ke alat & lingkungan, melalui
tangan petugas
• Pasien mendapat terapi AB
• Lingkungan udara
terkontaminasi kuman dari
aerosol pasien, lembabnya area,
sampah infeksius yg tidak
tertutup.
• Dinding tembok, gordyn, meja,
side rel terkontaminasi kuman
dari cairan tubuh & aerosol
pasien

RUANG ICU
RUANG RAWAT INAP :
• Pasien terkadang tidak
terdeteksi penyakit menular
karena terfokus pada
diagnosa primer.
• Ada keluarga/penunggu yang
tidak terdeteksi penyakit
menular.
• Lingkungan kotor
(pembersihan area tidak
rutin)  ceceran cairan
tubuh & aerosol pasien.
• Penggantian tempat sampah
tidak rutin.
• Kurang edukasi tentang
pencegahan infeksi kepada
pasien & keluarga (Hand
hygiene, APD, Etika batuk,
dll)
RUANG RAWAT INAP
2. PASIEN
1. Kondisi pasien : umur, (> 60th), malnutrisi,
beratnya penyakit imunokompromise,
stress fisiologis & psikologis, sudah
terjadi syok saat pasien masuk ICU
2. Penggunaan akses vena sentral, Arteri
Line terus-menerus
3. Penggunaan Ventilasi mekanik, tindakan
Trakheostomie
4. Penggunaan pemantauan Tekanan Intra
Kranial
3. PETUGAS

1. Kurangnya kepatuhan kebersihan tangan


2. Penggunaan APD yg tidak tepat
3. Kurangnya tekhnik aseptik & antiseptik
4. Penggunaan spuit yg berulang kali
5. Pemakaian peralatan pasien yg tidak tepat
6. Penggunaan AB yg tidak tepat
7. Kurangnya pemahaman petugas tentang PPI
8. Kurangnya perawatan dasar
9. Utilisasi rasio yg tidak memadai
4. PERALATAN

ALAT :
• Stetoskop : tidak dibersihkan (swab alkohol) setelah digunakan antar pasien
• Manset Tensimeter : tidak dicuci rutin, tidak dibedakan untuk pasien menular
melalui kontak kulit.
• Alat pembersih ruangan (milik Cleaner) : tidak dibedakan antar area bersih
– kotor, infeksius – non infeksius.
5. Komite PPI
 Harus ada di setiap RS,
 Berada di bawah wewenang Direktur RS
 Bertugas : melakukan upaya PPI di RS hingga ke unit
kerja (audit, surveilans, edukasi, koordinasi dengan
manajemen hingga ke Dinkes)
 Persyaratan akreditasi
 Memiliki Tim :
- Ketua KPPI
- IPCN
- Di unit kerja (Infection Prevention & Control Link
Nurse/IPCLN, Infection Prevention & Control
Officer/IPCO)
D. SUMBER INFEKSI DI ICU
1. Tangan petugas (tidak patuh Hand hygiene
sesuai momen kegiatannya)
2. Alat invasif yang terpasang di pasien
3. Adanya luka & tind perawatan luka
4. Alat yang tidak dibersihkan rutin
5. Kualitas udara tidak diperhatikan (cek
rutin)
6. Pembersihan lingkungan ICU tidak
dilakukan rutin
7. Pembuangan sampah yang tidak tepat
E. JENIS HAIs DI ICU
AKIBAT PEMASANGAN ALAT :
1. Ventilator Acquired Pneumonia (VAP)
; infeksi pneumonia yang terjadi 2x24 TANPA PEMASANGAN ALAT
jam setelah pemasangan ETT & (Kurangnya perawatan) :
ventilator

1. Dekubitus : akibat alih baring


2. Infeksi Aliran Darah (IAD) / Central
yang tidak dilakukan rutin (pasien
Line Associated Blood Stream
Infections (CLABSI) : infeksi yang tirah baring lama), timbul infeksi
terjadi setelah pemasangan central line (pus)
(CVC, PICC, Mahokar), dan ada hasil
kultur menunjukkan adanya
2. Hospital Acquired Pneumonia
mikroorganisme.
(HAP) : Infeksi pneumonia akibat
tirah baring lama
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK) HAIs :
infeksi akibat pemasangan kateter urine
3. Infeksi Daerah Operasi
(IDO) : infeksi (pus) yang terjadi
4. Phlebitis : infeksi akibat pemasangan
kateter, tanpa adanya kultur 30-90 hari pasca operasi
F. PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI) DI ICU

1. Terapkan Kewaspadaan Isolasi


2. Terapkan Bundle VAP, ISK, IDO, IAD
3. Antibiotic Control  bentuk Program
Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA)

PERLU.. : KERJA SAMA TIM INTERNAL ICU :

• Perawat
• Dokter (KIC, Dokter Jaga, Spesialis terkait)
• Cleaner
• Tim KPPI di ICU (Infection Prevention and Control Link Nurse/ IPCLN)
F.1. Kewaspadaan Isolasi
11 (sebelas) 3 (Tiga)
Kewaspadaan Standar Kewaspadaan berbasis transmisi

1. Kebersihan tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Peralatan perawatan pasien (pre-
cleaning – desinfeksi – sterilisasi)
4. Pengelolaan Linen (bersih & kotor)
5. Pengelolaan sampah 1. Kewaspadaan kontak (tangan)
6. Pengelolaan benda tajam 2. Kewaspadaan droplet (aerosol)
pembuangan jarum & benda tajam
7. Kesehatan karyawan 3. Kewaspadaan airborne (udara)
8. Penempatan pasien infeksi menular
9. Hygiene respirasi/Etika batuk
10.Praktek menyuntik aman
11.Praktek pencegahan infeksi unt uk
prosedur lumbal pungsi
F.2. PENERAPAN BUNDLE

Bundle :
 Sekumpulan cara yang terukur untuk
meningkatkan perawatan terhadap pasien
 Untuk memudahkan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan
pada pasien yang berisiko terjadi infeksi
 Harus dilakukan oleh semua orang yang
memberikan pelayanan perawatan terhadap
pasien dan dilakukan secara bersama-sama
pada setiap tindakan
F.2.1. Bundle VAP
1. Head Of Bed : Elevasi bagian kepala tempat tidur 30ᵒ – 45ᵒ 
cegah aspirasi  risiko Pneumonia.
2. Oral Hygiene dengan menggunakan Chlorhexidine 0,2% / 2-4 jam
 utk menghambat kolonisasi kuman di mulut
3. Menyikat gigi setiap 12 jam.
4. Suction dengan tetap hindari iritasi mukosa
ETT -> Hidung  mulut
5. Penilaian setiap hari kesiapan untuk dilakukan extubasi (intubasi
lama risiko infeksi laring)
6. Pencegahan Peptic Ulcer Disese (PUD)  Sonde Fooding, Terapi
Profilaksis
7. Pencegahan Deep Venous Thrombosis (DVT)  gunakan kaos kaki
khusus, terapi Profilaksis, lakukan massage.
8. Pemeliharaan asesoris & sirkuit ventilator :
 Pakai sirkuit disposible, ganti/3 hari.
 Pasang bakterial filter di sirkuit inspirasi (menjaga kebersihan
udara yg akan masuk ke paru2 pasien) & ekspirasi valve
(menjaga kebersihan udara yg keluar ke lingk).
 Hindari terbentuknya biofilm di sirkuit & ETT :
sirkuit jangan basah/terisi air, termasuk water trap  buang
air sesegera mungkin, tampung dengan plastik kuning yg
dibawa dekat ke water trap (hindari water trap terbuka lama
 kontaminasi udara).
 Hindari air refluk ke humidifier  koloni kuman di air.
 Perhatikan suhu humidifier
 Hindari manipulasi sirkuit ventilator
 Lakukan pembersihan asesoris ventilator sesuai ketentuan
reusable PPI (flowsensor, axpiration valve  Desinfeksi
Tingkat Tinggi atau Sterilisasi Suhu Rendah/Tinggi)
F.2.2. Bundle IAD
1. Hand Hygiene
2. Penggunaan APD lengkap sesuai kebutuhan/kegiatan
3. Gunakan tehnik aseptik saat insersi
4. Gunakan Chlorhexidin 0,5 – 2 % untuk preparasi
kulit & sebagai barrier kulit terhadap residu di kulit
5. Pemilihan lokasi insersi (hindari juguler)
6. Rawat & Observasi setiap hari kondisi area insersi
dari tanda2 infeksi :
- Pakai dressing tahan air,
- Ganti setiap hari/jika kotor
Mekanisme terjadinya IAD, dapat dengan cara :
1. Infeksi lokal dari tempat insersi :
 Rawat balutan tidak steril (tehnik / alat tidak steril)
 Fiksasi balutan masih menggunakan bahan tembus air &
tertutup (kondisi area insisi tidak terlihat).
 Balutan tidak diganti
 Alur pembersihan balutan dari area kotor – bersih & tidak
gunakan APD sesuai.
2. Kolonisasi kuman kateter :
 Kateter expired / reusable
 Lumen kateter terbuka
 Lumen kateter digunakan obat/cairan inkompatible
3. Hematogen :
 Penyakit penyerta (DM, riwayat risiko perdarahan,
hipoalbumin)
F.2.3. Bundle IDO/SSI

1. CLIPPERS  Cukur rambut bila mengganggu lapang


pandang operasi, 1 jam sebelum operasi & gunakan alat
elektrik CLIPPERS  mencegah terkikisnya kulit kepala yg
berisiko membuat luka.
2. Antibiotics (Prophylactic Antibiotic) : berikan dalam 1
(satu) jam sebelum insisi  agar efektifitas AB terjaga.
3. Temperature (Pertahankan suhu tubuh normal)
4. Sugar (Kontrol Gula Darah) ≤ 200 mg/dl  tidak stabil
berisiko menganggu pertumbuhan jaringan
F.2.4. BUNDLE ISK
1. Kaji kebutuhan indikasi pasang kateter
2. Hand hygiene
3. Tehnik insersi dan Peralatan Steril
4. Pemeliharaan Kateter :
 Posisi kateter lebih rendah dari kandung kemih  untuk hindari
refluk.
 Bag urine jangan menyentuh lantai.
 Selang kateter jangan tertekuk.
 Ganti kateter/7 hari atau kotor/obstruksi.
5. Perawatan Katater :
• Vula/penis hygiene 2x/hari (saat mandi)  arah bersih ke kotor.
6. Pelepasan Kateter
Lepas kateter jika sudah tidak indikasi atau ada tanda2 infeksi (hasil
kultur urine jmh koloni kuman 105
F.3. Penerapan AB terkontrol
 Penggunaan AB di ICU menjadi perhatian sangat besar.
 AB merupakan pengobatan utama penatalaksanaan
infeksi.
 Penggunaan yg berlebihan akan diikuti dengan munculnya
kuman kebal berbagai AB, sehingga manfaatnya akan
berkurang, meningkatkan angka kesakitan, kematian,
diperlukan AB ke-2, 3, yg efektivitasnya lebih kecil & efek
samping lebih banyak, biaya mahal.
 Risiko pemberian AB tidak terkontrol :
Multi Drug Resistant Organisms (MDRO)  hasil
kultur darah menunjukkan resistant 2/> AB.
Penyebab munculnya kuman kebal :
 Selective pressure : AB membunuh populasi
bakteri yg sensitif pada tubuh pasien & kuman yg
kebal akan berkembang dengan pesat.
 Perpindahan di bagian tubuh lain pasien, ke
tangan petugas, ke lingk. sekitar pasien, pasien
lain, klg/pengunjung.
 Society for Healthcare Epidemiology of America
(SHEA) : adanya hubungan pemakaian AB di RS
dengan resistensi AB.
WHO : merekomndasikan bbrp upaya untuk
mengendalikan peningkatan resistensi
antimikroba.

Indonesia : program nasional PPRA (Program


Pengedalian Resistensi Antimikroba)  RS bentuk
tim (ICU, Medis, KPPI, Farmasi).

ICU : perlu ada petugas Farmasi Klinis


(mengontrol pemberian AB & berkoordinasi
dengan medis ICU).
CONTOH HAIS

1. Dressing tidak
menutupi area insersi.
2. Dressing tidak pakai
bahan tahan air.
3. Metode fiksasi tidak
sesuai.
G. MIKROORGANISME ICU
No Nama Transmisi Habitat Pencegahan
mikroorganisme
1 Acinetobacter Kontak • Area lembab (sirkuit • Hand hygiene 6
baumanii (tangan) ventilator, langkah, 5 moment.
humidifier) • Pembersihan ruangan
• Sudut ruangan rutin sesuai prosedur.
lembab. • Jangan bergantian
• Menempel di peralatan antar pasien
linen/baju petugas • Prinsip tind. intubasi
• Mampu bertahan steril.
hidup di uadara
bebas berulan2.
2 Staphylococcus aureus Kontak • Flora normal di kulit • Hand hygiene 6
(tangan) (barrier sensasi langkah, 5 moment,
panas/dingin kulit) • AB sesuai pola kuman
• Berubah patogen • Dekolonisasi pasien
jika pindah ke area pasca rawat & terapi
lembab manusia invasif > 5 hari.
(lubang hidung,
ketiak, lipat paha,
rectal)
G. MIKROORGANISME ICU
No Nama Transmisi Habitat Pencegahan
mikroorganisme
3 Klebsiela pneumonia : Kontak (tangan) dari • Tanah • Hand hygiene 6
retensi sputum kental, bahan makanan tidak langkah, 5 moment.
demam dicuci bersih, air yg • Cuci bersih bahan
terkontaminasi makanan
• APD
DLL
Mikrorganisme : mampu memproduksi
enzim ESBL (Extended Spektrum Beta
Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja
berbagai jenis AB  bakteri menjadi kebal
& menjadi sulit dilumpuhkan

MDRO
KESIMPULAN
 Pencegahan & Pengendalian Infeksi di ICU
harus diperhatikan dengan menerapkan :
Kewaspadaan Isolasi, Bundle & Penggunaan
AB rasional.
 Kerjakan Bundle setiap shift !
 Laporkan tanda2 infeksi kepada dokter,
atasan & KPPI
 Kolaborasi pemberian terapi & berikan
asuhan keperawatan yg sesuai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai