DEFENISI
Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai macam pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan Kesehatan. Beberapa pasien yang di golongkan resiko tinggi karena
umur, kondisi atau kebutuhan yang bersifat kritis.Anak dan lanjut usia umumnya dimasukan
dalam kelompok inikarena mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak
mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya.
Demikian pula pasien yang ketakutan , bingung atau koma tidak mampu memahami proses
asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagaian termasuk yang
beresiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan (penggunaan
darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat
berisiko tinggi (misalnya kemoterapi).
Tujuaanya adalah pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk dapat
secara optimal memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan menggunakan optimal
memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan menggunakan sumber daya, obat-
obatan dan peralatan sesuai standar pedoman yang berlaku.sumber daya, obat-obatan dan
peralatan sesuai standar pedoman yang berlaku.Panduan ini disusun dalam rangka
penyelenggaraaan pelayanan pasien. Panduan ini disusun dalam rangka penyelenggaraaan
pelayanan pasien beresiko beresiko tinggi tinggi yang yang berkualitas berkualitas dan dan
mengedepankan mengedepankan mutu mutu dan dan keselamatan pasien di rumah
sakit. pasien di rumah sakit
BAB II
Ruang Lingkup
Rumah sakit mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi sesuai kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki
meliputi. Kelompok Pelayanan Pasien yang berisiko tinggi antara lain :
a. Pasien Emergensi
b. Pasien koma
c. Pasien dengan alat bantu hidup
d. Pasien risiko tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi,
diabetes
e. Pasien dengan risiko bunuh diri
f. Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanan dialysis
g. Pelayanan pada pasien yang direstrain
h. Pelayanan pasien paliatif
i. Pelayanan pada populasi khusus seperti geriatric,anak-anak, gangguan jiwa,
kekerasan fisik
j. Pasien yang memburuk
k. Resusitasi
l. Pelayanan Darah
BAB III
TATLAKSANA
A) Pasien Emergensi
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
dilakukan pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat darurat
dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survey sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi :
A (Airway) : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafasdisertai
kontrol servikal
B ( Breathing):mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
C (Circulation): mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan
D ( Disability) : mengecek status neurologis
E ( Exposure, environmel control ) : buka baju penderita tapi cegah hipotermia.
B) Pasien koma
Koma adalah keadaan turunnya kesadaran yang paling berat, dimna pasien
tidak beraksi lagi terhadap rangsang nyeri dan memerlukan penanganan yang
khusus. Penanganan pada pasien koma adalah :
1.Identifikasi pasien koma sebagai pasien risiko tinggi “RISIKO TINGGI” pada
bagian atas lembar catatan perkembangan terintegrasi dan pada lembar assesmen
2.Perawatan dasar :
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal
adalah sebagai berikut:
Diabetes Melitus
-Hipertensi stadium 2 :
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25-100
mg/hari) atau penyakit reseptor beta atau penghampat kalsium.
13. Petugas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi yang telah
dilakukan
14. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi kepada keluarga pasien.
15. Petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa hieprtensi umumnya prognosis
sesuai dengan berat ringannya penyakit, dan pasien dengan penyakit hieprtensi
harus mendapatkan perawatan lebih lanjut.
16. Petugas mendokumentasikan seluruh kegiatan pelayanan pada status rekam medis
pasien
Jantung
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang timbul karena menurunnya daya
pompa jantung. Penyebabnya bermacam-macam antara lain anemia, hipertensi,
tirokosikosis, penyakit jantung koroner atau kelainan katup jantung. Pelayanan yang
di berikan adalah :
1.)Melakukan pengkajian awal risiko bunuh diri pada pasien saat pasien masuk
rumah sakit
viii.Baru saja pindah ke daerah perkotaan dan hidup dalam situasi tanpa
adanya dukungan sosial.
1. Persiapan pasien :
2. Persiapan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara: Filtrasi ,Softening ,Deionisasi, Reverse osmosis
c. Sistem sirkulasi dialisat : Sistem proporsioning , Acetate / bicarbonate
d. Sirkulasi darah : Dializer / hollow fiber , Priming
3. Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfusi set
c. Normal saline 0.9%
d. AV blood line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Mangkok kecil
m. Desinfektan (alkohol/betadin)
n. Klem
o. Matkan
p. Timbangan
q. Tensimeter
r. Termometer
s. Plastik
t. Perlak kecil
4. Langkah-langkah
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran
darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan
cairan normal sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat petunjuk
conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan “preparation”,
selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
a.Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b.Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c.Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d.Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan
ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam
waktu 10 menit
e.Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached”
artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteri Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai
2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi
ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm c. Dialyzer siap
pakai ke pasien Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak
boros Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk
membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350 rpm). Bilaslah
selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000 cc
b. Memulai Hemodialisa
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat
badan pre hemodialisa
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood
line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin
otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar +
jumlah makan saat hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan diprogram
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena
teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140
mmol)
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
- Matikan (klem) selang infus
- Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
- Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab dengan
kassa betadine sebagai desinfektan
- Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
- Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
- Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika aliran
tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
- Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi ¾
bagian
- Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya
cairan sisa priming
- Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa
darah
pasien
w. Kembalikan alat-alat ke tempat semula
x. Perawat melepas sarung tangan
y. Perawat mencuci tangan
Suatu metode atau cara pembatasan atau restriksi yang disengaja terhadap gerakan
atau perilaku seseorang. Dalam hal ini, ‘perilaku’ yang dimaksudkan adalah tindakan yang
direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari atau tidak disengaja atau sebagai
suatu reflek.
1.Persiapan alat :
1.Format Persetujuan Restrain
2.Lembar Informasi tentang rentrain
3. Alat Restrain Sesuai jenisnya : Restrain Mumi atau Bedong , Restrain Jaket c.
2.Persiapan pasien / keluarga : Pasien dan keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan
serta prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3.Pelaksanaan :
a).Ucapkan salam
b)Lakukan cucitangan
c)Pastikan identitas pasien.
d)Ciptakan suasana yang nyaman dan dan aman
e)Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
f)Lakukan asesmen tentang Restrain
g)Jelaskan tentang Restrain yang akan dilakukan ( Alasan dipasang Restrain, berapa
lama dan akan berakhir,antisipasi ketidaknyamanan.
h)Jelaskan tentang
1.Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya
dilipat ketengah.
2 .Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada dilipatkan dan kaki ke
arah sudut yang berlawanan.
3)Lengan kanan bayi kearah bawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke
tengah melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
4)Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut
dikencangkan melintang bahu dan dikunci di bawah tubuh anak bagian kanan. Sudut
bagian bawah dilipat dan ditarik ke arah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan
dengan pin pengaman, mummy untuk mencegah gerakan bayi atau anak saat
dilakukan tindakan tertentu.
b.Restrain Jaket
Bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan pasien, diletakkan diluar pakaian atau
piyama pasien
- Pengkajian
Data yang di kumpulkan melalui wawancara diperoleh dari pasien, keluarga dan
caregiver. Kesiapan keluarga dan caregiver dalam merawat anggota keluarga yang
sakit termasuk fasilitas yang di perlukan di rumah dan adanya layanan rujukan yang
terdekat. Pengkajian pasien paliatif kanker meliputi pengkajian pemenuhan kebutuhan
pasien dan kesiapan keluarga dalam menerima proses kehilangan yang akan terjadi
(kematian)
Geriatric
Pelayanan Geriatri adalah pasien diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan dan
kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapatkan kualitas asuhan yang sama, untuk
melaksanakan prinsip kualitas yang setingkat yang menghasilkan pelayanan yang
seragam tanpa membedakan status social, ekonomi, budaya, agama, dan waktu pelayanan
dan diberikan oleh praktisi yang kompeten dan memadai serta tidak tergantung waktu,
pemberian asuhan keperawatan yang sama di seluruh Rumah Sakit
Pasien di periksa melalui poliklinik atau IGD yang sudah lanjut usia, akan di
lakukan pengkajian oleh Tim Terpadu Geriatri , selanjutnya Tim Geriatri akan mengkaji
kondisi umum pasien , menilai status fungsional, menilai status mental dan fungsi kognitif.
Dan menilai social dan lingkungan pasien. Selnjutnya Tim Terpadu Geriatri merencanakan
tatalaksana yang komprehensif (Rawat jalan /Rawat ianp/Homecare).
Pelayanan di rawat jalan (poliklinik) dilakukan asesmen dan konsultasi,
selanjutnya Tindakan kuratif ,intervensi psikososial dan rehabilitasi. Pelayanan di rawat inap
akut berupa asesmen dan konsultasi, selanjutnya kuratif, intervensi psikososial , psikoedukasi
keluarga dan rehabilitasi.
a.
Rawat Jalan
Pelayanan Geriatri adalah pasien diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan dan
kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapatkan kualitas asuhan yang sama, untuk
melaksanakan prinsip kualitas yang setingkat yang menghasilkan pelayanan yang
seragam tanpa membedakan status social, ekonomi, budaya, agama, dan waktu
pelayanan dan diberikan oleh praktisi yang kompeten dan memadai serta tidak
tergantung waktu, pemberian asuhan keperawatan yang sama di seluruh Rumah Sakit.
Asuhan pasien meliputi Pelayanan kedokteran dan keperawatan yang diberikan mengacu
pada standart prosedur yang ada baik dari segi medis maupun keperawatan dan profesi
lain serta SPO sesuai dengan perundang undangan yang berlaku dan sesuai standar
profesi. Asuhan pasien diberikan dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan praktisi pelayanan dan unit pelayanan
Asuhan kepada pasien Geriatri direncanakan dan ditulis di rekam
medis,direncanakan oleh DPJP, perawat dan pemberi pelayanan dalam waktu 24 jam
sesudah rawat inap. Rencana asuhan pasien harus bersifat individu dan berdasarkan data
asesmen awal pasien, rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan
terukur pencapaian sasaran, kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai
kebutuhan, berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan
kesehatan,di review dan di verifikasi oleh DPJP dengan mencatat kemajuannya dan
dicatat pada rekam medis pasien oleh pemberi pelayanan. Mereka yang diijinkan
memberikan perintah/order menuliskan perintah dalam rekam medis pasien adalah DPJP,
petugas lain : dokter, perawat, bidan, terapis, ahli gizi sesuai dengan
bidang/kompetensinya, serta permintaan pemeriksaan diagnostic imaging dan
laboratorium kllinis harus disertai indikasi klinis/rasional apabila memerlukan ekspertise
perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasien. Pasien dan
keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk kejadian yang tidak
diharapkan
c. Pelayanan Instalasi
Pelayanan Instalasi meliputi : pelayanan IGD, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan kasus emergency diidentifikasi,
dan dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten di Instalasi Gawat Darurat.
d.Pelayanan Homecare
Pelayanan homecare dilakukan kepada pasien yang meminta dilakukan
pemeriksaan kerumah pasien yang dilakukan oleh dokter umum,perawat dan petugas
laboraturium. Ataupun pasien yang datang dengan tujuan untuk dilakukannya asuhan di
rumah
Gangguan Jiwa
Kekerasan fisik
a.Tatalaksana perlindungan dari kekerasan fisik
1. Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui
pengkajian secara terperinci.
2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien: Perawat unit bertanggung jawab
untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai
kebutuhan fisik dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staff rumah sakit. Perawat unit
bertanggung jawab menegur staff tersebut dan melaporkan insiden ke kepala
bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung: Staff bertanggung jawab dan
memiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung
tersebut memasuki area Rumah Sakit.
5. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan dan area
parkiran dengan patroli petugas keamanan 2 jam sekali.
6. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi: tamu RS, detailer,
pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas keamanan
7. Pemberlakuan jam berkunjung pasien:
Kunjung Umum Rawat Inap:
Siang : Pukul 10.00 s/d 11.00 WIB
Sore : Pukul 16.00 s/d 17.00 WIB
Ruang ICU
Siang : Pukul 11.00 s/d 12.00 WIB
Sore : Pukul 17.00 s/d 18.00
8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung terebut sampai ke pasien yang dimaksud.
9. Staff perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran
maupun kekerasan.
Sistem peringatan dini yang dipakai di rumah sakit dalam mendeteksi kejadian
perburukan kondisi pasien dan meminimalkan terjadinya kerusakan organ lebih
lanjut.Pelayanan yang di terpakan di Rumah sakit adalah :
1. Nilai score EWS pada assesmen awal dengan kondisi pasien resiko terjadi
perburukan kondisi dan setiap assesmen awal di IGD
2. Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1x dalam satu shift
3. Ukur score EWS sesuai dengan parameter
4. Laporkan skor EWS kepada DPJP
5. Catat hasil EWS sesuai skor yang didapatkan
a. Parameter EWS Dewasa
Gambar 1. Parameter EWS
Ketentuan :
J.) Resusitasi
L.)Pelayanan darah