Anda di halaman 1dari 5

PELAYANAN PASIEN DENGAN RESIKO TINGGI

RSIA PRAMALIESA

No. Dokumen Halaman


No. Revisi
1/5

Ditetapkan oleh,
STANDAR Direktur RSIA Pramaliesa

PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal terbit

(SPO)

dr. Suheri Parulian Gultom M.Kes


PENGERTIAN Prosedur kegiatan ini mengarahkan pelayanan terhadap
pasien dengan resiko tinggi seperti korban kekerasan,
pasien usia lanjut, pasien penderita cacat, resiko tinggi pada
anak, pelayanan resiko tinggi pada pasien hemodialis,
pasien yang menggunaakan ventiltor, serta pasien yang
menjalani kemoterapi.
TUJUAN Memberikan pelayanan yang tepat pada pasien dengan
kriteria resiko tinggi.
KEBIJAKAN SK NO: SK-DIR/RSIA-Pramaliesa/PAP/VIII/2022 Tentang
Asuhan Pasien Resiko Tinggi Dan Pelayanan Pasien Resiko
Tinggi;
PROSEDUR 1. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia
lanjut dan gangguan kesadaran:
A. Pasien Rawat Jalan
1. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan
mengantarkan sampai tempat periksa yang dituju dengan memakai
alat bantu bila diperlukan.
2. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi
pasien untuk dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
B. Pasien Rawat Inap
1. Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat
mungkin dengan kamar perawat.
2. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat
tidur.
PELAYANAN PASIEN DENGAN RESIKO TINGGI
RSIA PRAMALIESA

No. Revisi Halaman


No. Dokumen

- - 2/5

3. Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh


pasien dan dapat digunakan.
4. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga
atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya.
2. Tata Laksana perlindungan terhadap penderita cacat:
1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien
penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu
serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses
selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga
pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang
disandang.
3. Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan
pasien dapat menggunakan bel tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
3. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan. tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV di ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung
bayi bukan kepada keluarga yang lain.
RSIA PRAMALIESA PELAYANAN PASIEN DENGAN RESIKO TINGGI

No. Dokumen No. Revisi


Halaman
3/5

4. Tata Laksana perlindungan terhadap pasien yang


berisiko disakiti (risiko penyiksaan, napi, korban dan
tersangka tindakpidana, korban kekerasan dalam rumah
tangga):
1. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat
mungkin dengan kantor perawat.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan
mencatat identitas di kantor perawat, berikut dengan
penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu
kamar perawatan dengan pasien beresiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan
untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga
maupun pengunjung pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.
5. Tatalaksana pada pasien dengan bantuan hidup dasar
ventilator
1. Mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan
ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
2. Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan
pembentukan sekresi apapun kondisi pasien yang
mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya
sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam.
3. Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup
pemeliharaan selang endotrakea atau trakeostomi.
4. Mobilitas dan aktivitas otot sangat bermanfaat karena
menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan
rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk
mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
PELAYANAN PASIEN DENGAN RESIKO TINGGI
RSIA PRAMALIESA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


4/5

5. Mobilitas dan aktivitas otot sangat bermanfaat karena


menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental.
Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam
untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
6. Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan
untuk pasien dengan ventilasi mekanik. Bila
keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir,
menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh,
papan komunikasi, papan pengumuman.
7. memberikan dorongan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan mengenai ventilator, kondisi
pasien dan lingkungan secara umum.
6. Tatalaksana Pada Pasien Hemodialisa Beresiko Tinggi
1. Penggunaan gelang untuk pasien hemodialisa dan
pelabelan dialyzer untuk mencegah resiko tertukarnya
dialyzer dengan pasien.
2. Melaksanakan tindakan dengan prinsip- prinsip
sterilisasi seperti cuci tangan, penggunaan sarung
tangan.
3. Penggunaan alat- alat sekali pakai terutama yang
digunakan untuk tindakan- tindakan invasive.
4. Penggunaan alat-alat untuk menjamin tingkat sterilisasi
alat dan prosedur kerja seperti sterilisator, autoklaf dan
sarung tangan.
5. Menggunakan tempat tidur pasien yang memiliki
penghalang untuk menghindari pasien jatuh.
6. Menggunakan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan
seperti iv kateter yang sesuai nomor kebutuhan.
RSIA PRAMALIESA PELAYANAN PASIEN DENGAN RESIKO TINGGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

5/5

7. Menyimpan obat-obatan yang berbahaya ( meiliki


resiko penyalah gunaan obat) pada tempat khusus serta
menggunakan label yang jelas.
8. Melakukan pasien serah terima pasien secara tertulis
maupun secara komunikasi langsung dengan penjelasan
data-data yang lengkap.
9. Waspada tersengat listrik, untuk setiap alat yang
berhubungan dengan pasien seperti mesin hemodialisa
selalu dicek kondisi kabel, dan penempatannya jauh dari
tempat tidur pasien,
7. Tatalaksana Pada Pasien Kemoterapi Resiko Tinggi
1. Setiap pasien yang menjalani kemoterapi pengobatan
melalui jalur IV beresiko flebitis,untuk mencegah hal
itu maka dalam pemberian obat di barengi kompres
lembab pada daerah jalur IV.
2. Pada pasien yang menjalani kemoterapi, perawat tetap
memberi support dalam memotivasi kepada pasien
untuk makan dengan efek obat yang membuat pasien
mengalami mual muntah.
3. Perawat membuat racikan obat diruang khusus
peracikan obat,dengan memakai APD selama
peracikan obat.
4. Perawat memberikan edukasi pada pasien dan
keluarga selama pasien dirumah.
5. Pada pasien kemoterapi yang terdapat luka,kolaborasi
dengan perawatan luka dalam menangani luka kanker
yang diderita pasien.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
pada pasien yang telah menjalani kemoterapi.

UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan resiko tinggi

Anda mungkin juga menyukai