Disusun oleh:
Nama : Destriana Ekha Prastiwi
NIM : PO.62.24.2.307
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi ,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karuniaNya
sehingga panduan pelaksanaan pembuatan laporan pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia
mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Angkatan VII Semester II Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.
Penyusunan panduan ini dimaksud sebagai acuan bagi mahasiswa dan juga teman-
teman semua dalam melaksanakan pembuatan laporan pendahuluan yang pelaksanaannya
ditatanan pelayanan Rumah Sakit dengan mematuhi aturan dan protokol kesehatan menuju
transis endemic kegiatan praktik sesuai dengan capaian pembelajaran.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman ini sehingga kami
terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan panduan ini dan
semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda
yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara
langsung sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan programPPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan,
perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumahsakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care).
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar
penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatanagar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi
masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada
efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.
B. TUJUAN
Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia
kesehatan, pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk digunakan
oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
C. MANFAAT
Untuk melindungi diri dan orang lain. Untuk menghindarkan kita dari bahaya–bahaya
serangan infeksi serta resiko–resiko penularan penyakit yang mengancam kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir.komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Sebab sistem imunitasnya masih kurang sempurna. Konsekuensi akibat tidak mengikuti
prinsip pencegahan infeksi biasanya sangat merugikan. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
1. Dekomintasi Alat
Dekontaminasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang
melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik maupun kimiawi.
Prosedur Cara Dekontaminasi di Rumah Sakit, Rumah sakit menjalankan proses
dekontaminasi dengan dua cara, yaitu desinfeksi dan sterilisasi. Untuk mengetahui upaya
desinfeksi dan sterilisasi telah sesuai ketentuan dan persyaratan, maka harus dibuatkan
prosedur dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan dekontaminasi.
Persyaratan disinfeksi dan sterilisasi sebagai bentuk upaya kesehatan lingkungan
dekontaminasi Persyaratan penyimpanan peralatan yang telah disterilisasi
2. Mencuci alat, Adapun berikut ini adalah prosedur cara dekontaminasi di lingkungan
rumah sakit:
Pencucian alat
Alat dan bahan : Sterilisator kering yang terhubung dengan aliran listrik 1 buah,
Sterilisator basah atau autoclave 1 bua, Sterilisator panas kering ( OVEN ), Larutan
hypochlorite/klorin 0,5%, Sarung tangan 1 pasang, Sikat, Baskom. Handuk kering.
Langkah-langkah :
a) Dekontaminasi : 1) Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan Melepas
Handscoen). 2) Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan klorin 0,5 %
dengan cara : Mencampur 1 sendok makan kaporit dengan 1 liter air. 3) Mengaduk
larutan sampai terlarut. 4) Memasukkan alat–alat kesehatan yang sudah terpakai dan bisa
digunakan lagi kedalam bak perendaman dengan cara : 5) Memasukan satu persatu alat
kesehatan kedalam bak perendaman klorin 0,5% dengan korentang. 6) Biarkan selama
kurang lebih 10 menit.
b) Pencucian dan pembilasan : 1) Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum
jam (model kran bukan putaran) dengan tangan kanan. 2) Mengambil peralatan bekas
pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam,
seperti gunting dan jarum jahit). Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari
plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam atau kaca.
3) Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang berbeda caranya dengan
mengambil satu persatu alkes atau peralatan laboratorium yang sudah didekontaminasi
dengan korentang. 4) Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang terbuat dari
kaca dengan cara : i) Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah dan berulang-ulang di
bawah air mengalir sampai sisa darah dan kotoran bersih di semua permukaan. ii)
Membuka engsel, gunting dan klem dengan cara memutar skrup secara perlahan ke kiri
sampai terlepas. Menyikat dengan seksama terutama pada bagian sambungan dan sudut
peralatan dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah dan berulang-ulang di bawah
air mengalir sampai tidak tampak noda darah atau kotoran. iii) Memastikan sudah tidak
ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan dengan cara melihat dengan
membolak balik di bawah penerangan yang cukup terang. 5) Mengulangi prosedur di
atas setiap benda sedikitnya tiga kali ( atau lebih bila perlu ) dengan air dan sabun atau
detergen. 6) Membilas benda- benda tersebut dengan air bersih dengan cara 7)
Mengambil satu persatu alkes dan peralatan laboratorium. 8) Membilas satu persatu di
bawah air mengalir. 9) Mengulangi prosedur tersebut untuk benda- benda lain. Jika
peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi ( misalkan dalam larutan klorin
0,5% ), tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum mulai
proses (DTT). 10) Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus /
rebus, atau di sterilisasi di dalam autoclave / oven panas kering, tidak perlu dikeringkan
dulu sebelum proses sterilisasi dimulai. 11) Selagi masih menggunakan sarung tangan,
cuci sarung tangan dengan air dan sabun, kemudian bilas dengan seksama menggunakan.
12) Melepas sarung tangan (lihat SOP memasang dan melepas handscoen). 13)
Menggantung sarung tangan dan biarkan kering 14) Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir (lihat SOP mencuci
tangan).
c) Sterilisasi Instrument
Penyimpanan peralatan alat kesehatan (alkes) yang telah disterilkan harus ditempatkan
pada tempat (lemari) khusus atau ruangan khusus dengan ketentuan sebagai berikut : a)
Lemari penyimpanan bersuhu 18° s/d 22°C dan kelembaban 35% s/d 75%, ventilasi
menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi particular antara 90% s/d 95%
(untuk particular 0,5 mikron). b) Dinding dan ruangan penyimpanan alkes terbuat dari
bahan yang halus, kuat dan mudah dibersihkan. c) Barang yang telah disteril disimpan
pada jarak 20 cm s/d 2 4cm dari bawah/lantai, 40cm dari langit-langit dan 5cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan. d)
Rak tempat penyimpanan yang berada di paling bawah harus berbahan solid atau tidak
berlobang.
3. Disinfektan yang digunakan harus memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan, tidak
merusak peralatan maupun orang. Disinfektan tersebut harus mempunyai efek sebagai
deterjen dan efektif dalam waktu yang relative singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan
air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada. Petugas yang melakukan
disenfektasi harus mengikuti petunjuk penggunaan disinfektan yang berlaku.
4. Petugas sterilisasi harus menggunakan sterilan yang ramah lingkungan. Petugas
sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri (APD) dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup. Kamar/ruang operasi yang habis dipakai harus
segera dilakukan disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi
berikutnya.
5. Indikasi Kuat untuk Tindakan Dekontaminasi dengan Cara Disinfeksi atau Sterilisasi
Berikut ini adalah beberapa hal atau kondisi yang harus segera dilakukan tindakan
dekontaminasi, yaitu:
Peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang termasuk kategori kritis, yaitu
untuk peralatan yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, system vaskuler atau melalui
saluran darah haruslah dilakukan proses dekontaminasi dengan cara sterilisasi sebelum
digunakan.
Peralatan yang termasuk dalam kategori semi kritis, yaitu yang menyentuh selaput lendir
seperti peralatan endoskopi, pipa endotracheal di mana kesemuanya harus deilakukan
dekontaminasi dengan cara isinfeksi tingkat tinggi dahulu sebelum digunakan.
Peralatan yang termasuk kategori non kritis, yaitu peralatan yang menyentuh kulit seperti
stetoskop, mansheet dan lainnya, maka petugas medis harus melakukan desinfeksi
tingkat rendah atau menengah sebelum menggunakannya.
Sterilisasi untuk alat implant juga harus melalui tahapan uji biologi dan menunjukkan
angka kuman dengan hasil negatif.
Dekontaminasi juga dilakukan untuk semua peralatan yang mengalami penurunan fungsi
sebelum dan setelah sterilisasi, tidak dipergunakan kembali.
Tindakan dekontaminasi baik sterilisasi maupaun disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai kebijakan rumah sakit.
Admin. (2016, Desember 07). Teknik Hand Hygiene (Cuci Tangan) Steril Metode Bedah.
Diambil kembali dari teknik-hand-hygiene-cuci-tangan-steril-metode-bedah.:
https://medianers.blogspot.com/2016/12/teknik-hand-hygiene-cuci-tangan-steril-
metode-bedah.html?m=1
Sleman, D. K. (2022, Mei 24). Tutorial Pembuatan dan Pemakaian Desinfektan. Diambil
kembali dari dinkes.slemankab: https://dinkes.slemankab.go.id/tutorial-pembuatan-
dan-pemakaian-desinfektan.html
Tirtjen, B. (t.thn.). Pembersihan Desinfeksi Tingkat Tinggi DDT. Diambil kembali dari
pembersihan-desinfeksi-tingkat-tinggi-dtt.:
https://text-id.123dok.com/document/1y96dnvvy-pembersihan-desinfeksi-tingkat-
tinggi-dtt.html