Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSEDUDUR PENCEGAHAN INFEKSI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebutuhan Dasar Manusia

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:
Nama : Destriana Ekha Prastiwi
NIM : PO.62.24.2.307

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Telah Disahkan Tanggal: Juni 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi ,

Sofia Mawaddah, SST ., M.Keb


NIP. 19811105 200212 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Koordinator Mata Kuliah


Terapan Kebidanan dan Ketrampilan Dasar Manusia
Pendidikan Profesi Bidan

Erina Eka Hatini ,SST., MPH Yeni Lucin, S.Kep. MPH


NIP. 19800608 200112 2 001 NIP 19650727 198602 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karuniaNya
sehingga panduan pelaksanaan pembuatan laporan pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia
mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan Angkatan VII Semester II Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.
Penyusunan panduan ini dimaksud sebagai acuan bagi mahasiswa dan juga teman-
teman semua dalam melaksanakan pembuatan laporan pendahuluan yang pelaksanaannya
ditatanan pelayanan Rumah Sakit dengan mematuhi aturan dan protokol kesehatan menuju
transis endemic kegiatan praktik sesuai dengan capaian pembelajaran.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman ini sehingga kami
terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan panduan ini dan
semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran ini.

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda
yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara
langsung sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan programPPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan,
perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumahsakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care).
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar
penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatanagar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi
masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada
efisiensi pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.

B. TUJUAN
Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia
kesehatan, pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk digunakan
oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
C. MANFAAT
Untuk melindungi diri dan orang lain. Untuk menghindarkan kita dari bahaya–bahaya
serangan infeksi serta resiko–resiko penularan penyakit yang mengancam kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir.komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Sebab sistem imunitasnya masih kurang sempurna. Konsekuensi akibat tidak mengikuti
prinsip pencegahan infeksi biasanya sangat merugikan. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
1. Dekomintasi Alat
Dekontaminasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang
melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik maupun kimiawi.
Prosedur Cara Dekontaminasi di Rumah Sakit, Rumah sakit menjalankan proses
dekontaminasi dengan dua cara, yaitu desinfeksi dan sterilisasi. Untuk mengetahui upaya
desinfeksi dan sterilisasi telah sesuai ketentuan dan persyaratan, maka harus dibuatkan
prosedur dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan dekontaminasi.
Persyaratan disinfeksi dan sterilisasi sebagai bentuk upaya kesehatan lingkungan
dekontaminasi Persyaratan penyimpanan peralatan yang telah disterilisasi
2. Mencuci alat, Adapun berikut ini adalah prosedur cara dekontaminasi di lingkungan
rumah sakit:
 Pencucian alat
Alat dan bahan : Sterilisator kering yang terhubung dengan aliran listrik 1 buah,
Sterilisator basah atau autoclave 1 bua, Sterilisator panas kering ( OVEN ), Larutan
hypochlorite/klorin 0,5%, Sarung tangan 1 pasang, Sikat, Baskom. Handuk kering.
Langkah-langkah :
a) Dekontaminasi : 1) Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan Melepas
Handscoen). 2) Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan klorin 0,5 %
dengan cara : Mencampur 1 sendok makan kaporit dengan 1 liter air. 3) Mengaduk
larutan sampai terlarut. 4) Memasukkan alat–alat kesehatan yang sudah terpakai dan bisa
digunakan lagi kedalam bak perendaman dengan cara : 5) Memasukan satu persatu alat
kesehatan kedalam bak perendaman klorin 0,5% dengan korentang. 6) Biarkan selama
kurang lebih 10 menit.
b) Pencucian dan pembilasan : 1) Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum
jam (model kran bukan putaran) dengan tangan kanan. 2) Mengambil peralatan bekas
pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam,
seperti gunting dan jarum jahit). Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari
plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam atau kaca.
3) Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang berbeda caranya dengan
mengambil satu persatu alkes atau peralatan laboratorium yang sudah didekontaminasi
dengan korentang. 4) Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang terbuat dari
kaca dengan cara : i) Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah dan berulang-ulang di
bawah air mengalir sampai sisa darah dan kotoran bersih di semua permukaan. ii)
Membuka engsel, gunting dan klem dengan cara memutar skrup secara perlahan ke kiri
sampai terlepas. Menyikat dengan seksama terutama pada bagian sambungan dan sudut
peralatan dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah dan berulang-ulang di bawah
air mengalir sampai tidak tampak noda darah atau kotoran. iii) Memastikan sudah tidak
ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan dengan cara melihat dengan
membolak balik di bawah penerangan yang cukup terang. 5) Mengulangi prosedur di
atas setiap benda sedikitnya tiga kali ( atau lebih bila perlu ) dengan air dan sabun atau
detergen. 6) Membilas benda- benda tersebut dengan air bersih dengan cara 7)
Mengambil satu persatu alkes dan peralatan laboratorium. 8) Membilas satu persatu di
bawah air mengalir. 9) Mengulangi prosedur tersebut untuk benda- benda lain. Jika
peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi ( misalkan dalam larutan klorin
0,5% ), tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum mulai
proses (DTT). 10) Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus /
rebus, atau di sterilisasi di dalam autoclave / oven panas kering, tidak perlu dikeringkan
dulu sebelum proses sterilisasi dimulai. 11) Selagi masih menggunakan sarung tangan,
cuci sarung tangan dengan air dan sabun, kemudian bilas dengan seksama menggunakan.
12) Melepas sarung tangan (lihat SOP memasang dan melepas handscoen). 13)
Menggantung sarung tangan dan biarkan kering 14) Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir (lihat SOP mencuci
tangan).
c) Sterilisasi Instrument
 Penyimpanan peralatan alat kesehatan (alkes) yang telah disterilkan harus ditempatkan
pada tempat (lemari) khusus atau ruangan khusus dengan ketentuan sebagai berikut : a)
Lemari penyimpanan bersuhu 18° s/d 22°C dan kelembaban 35% s/d 75%, ventilasi
menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi particular antara 90% s/d 95%
(untuk particular 0,5 mikron). b) Dinding dan ruangan penyimpanan alkes terbuat dari
bahan yang halus, kuat dan mudah dibersihkan. c) Barang yang telah disteril disimpan
pada jarak 20 cm s/d 2 4cm dari bawah/lantai, 40cm dari langit-langit dan 5cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan. d)
Rak tempat penyimpanan yang berada di paling bawah harus berbahan solid atau tidak
berlobang.
3. Disinfektan yang digunakan harus memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan, tidak
merusak peralatan maupun orang. Disinfektan tersebut harus mempunyai efek sebagai
deterjen dan efektif dalam waktu yang relative singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan
air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada. Petugas yang melakukan
disenfektasi harus mengikuti petunjuk penggunaan disinfektan yang berlaku.
4. Petugas sterilisasi harus menggunakan sterilan yang ramah lingkungan. Petugas
sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri (APD) dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup. Kamar/ruang operasi yang habis dipakai harus
segera dilakukan disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi
berikutnya.
5. Indikasi Kuat untuk Tindakan Dekontaminasi dengan Cara Disinfeksi atau Sterilisasi
Berikut ini adalah beberapa hal atau kondisi yang harus segera dilakukan tindakan
dekontaminasi, yaitu:
 Peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang termasuk kategori kritis, yaitu
untuk peralatan yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, system vaskuler atau melalui
saluran darah haruslah dilakukan proses dekontaminasi dengan cara sterilisasi sebelum
digunakan.
 Peralatan yang termasuk dalam kategori semi kritis, yaitu yang menyentuh selaput lendir
seperti peralatan endoskopi, pipa endotracheal di mana kesemuanya harus deilakukan
dekontaminasi dengan cara isinfeksi tingkat tinggi dahulu sebelum digunakan.
 Peralatan yang termasuk kategori non kritis, yaitu peralatan yang menyentuh kulit seperti
stetoskop, mansheet dan lainnya, maka petugas medis harus melakukan desinfeksi
tingkat rendah atau menengah sebelum menggunakannya.
 Sterilisasi untuk alat implant juga harus melalui tahapan uji biologi dan menunjukkan
angka kuman dengan hasil negatif.
 Dekontaminasi juga dilakukan untuk semua peralatan yang mengalami penurunan fungsi
sebelum dan setelah sterilisasi, tidak dipergunakan kembali.
 Tindakan dekontaminasi baik sterilisasi maupaun disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai kebijakan rumah sakit.

STERILISASI PANAS KERING ( OVEN )


1) Membuka pintu oven dan meletakkan alat-alat yang akan disterilisasi dengan rapi.
2) Memasukkan bak instrumen yang telah disusun ke dalam oven.
3) Menutup pintu oven dengan cara : Memastikan semua peralatan sudah masuk dengan
benar. Menutup pintu oven dengan rapat.
4) Tunggu sampai suhu mencapai 1700 C dan biarkan selama 60 menit.
5) Setelah selesai, tunggu sampai suhu turun, buka pintu oven, keluarkan alat-alat yang sudah
steril dengan menggunakan korentang steril
6) Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus atau tutupnya.
STERILISASI MENGGUNAKAN AUTOCLOVE
1) Menuangkan air suling secukupnya ke dalam autoclave.
2) Menuang air suling sampai batas tertentu ke dalam autoclave.
3) Menata tabung reaksi atau peralatan gelas lain di dalam wadah aluminium bagian dalam
sedemikian rupa hingga tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara bebas diantara
alat-alat selama sterilisasi, letakkan wadah ke dalam autoclave.
4) Meletakkan tutup sterilisator pada tubuh sterilisator dan meletakkan baut-baut penahan ke
atas tempat yang sesuai dengan tutup sterilisator, kemudian kencangkan masing-masing
murnya secara bersama pada tempat yang berlawanan
5) Membuka pengatur klep pengaman, dalam keadaan terbuka penahan tersebut letaknya
lurus. Pasang pemanasnya. Uap yang terbentuk pada dasar sterilisator akan mengalir ke atas
di seputar wadah bagian dalam dan kemudian ke bawah diantara labu-labu dan tabung-tabung
ke dasar wadah, memaksa keluarnya udara dari dasar ke atas melalui tabung pengeluran
fleksibel dan klep pengaman.
6) Bila uap air mulai keluar dengan deras ( menimbulkan bunyi mendesis ) tutuplah klep
pengaman dengan cara mendorong pengaturnya ke bawah sehingga posisinya mendatar.
Tekanan dalam sterilisator akan naik dan dapat dibaca pada alat pengukur tekanan.
7) Mempertahankan tekanan pada suhu 1210C, dengan cara mengurangi pemanasan
seperlunya untuk mempertahankan tekanan tersebut
8) Menyeterilkan media dan peralatan dengan cara mempertahankan
tekanan 1 atm selama 15-20 menit.
9) Mengawasi tekanan selama proses sterilisasi
10) Mematikan pemanasan dan tunggulah sampai tekanan kembali nol.
11) Bila alat penunjuk tekanan sudah mencapai nol dan suhu telah turun sampai jauh di
bawah 1000C, bukalah pengatur klep pengaman.
12) Membuang air yang tersisa di dalam sterilisator dan keringkan baik- baik semua
bagiannya.
1. Cara pembuatan, Campurkan air dan salah satu jenis desinfektan sesuai takaran. larutan
tersebut diaduk sampai homogen. Masukkan larutan ke dalam sprayer.
2. Cara desinfeksi permukaan : 1) semprotkan langsung pada permukaan benda
(dinding/lantai/karpet/pintu/lemari/meja/dan lainnya) atau gunakan kain bersih atau tisu
untuk mengelap permukaan benda yang kecil dengan cara zigzag atau dari memutar dari
tengah keluar. 2) biarkan permukaan tetap basah selama 10 menit. Bila ingin dikeringkan
dapat di lap dengan kain/tisu yang bersih.
3. Paska desinfeksi, APD Lepas dan ditempatkan pada tempatnya. Masker khusus
disposabel buang ke tempat sampah. APD lainnya bersih. Cuci tangan memakai sabun
dengan air bersih mengalir.
4. Strerilisasi
STERILISASI DAN DESINFEKSI
Sterilisasi didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk
dalam bentuk spora. Desinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat
patogen, namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille, 2017).
JENIS STERILISASI DAN FUNGSINYA
Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan metode fisika maupun kimia (Tille, 2017).
a) Sterilisasi dengan metode fisika dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemanasan kering : i. Pemijaran, ii. Pembakaran, iii. Hot air oven, iv. Insinerator.
2) Pemanasan basah Merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi, contohnya adalah
dengan menggunakan autoklav. Sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk
sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat yang tahan
terhadap panas (bluetip, mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan.
Pemanasan yang digunakan pada suhu 1210C selama 15 menit (Tille, 2017).
Pemanasan basah dapat menggunakan : i. Autoklaf manual, ii. Autoklaf
digital/otomatis.
3) Radiasi Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan alat-alat berupa bahan plastic
seperti kateter, plastic spuit injeksi, atau sarung tangan sebelum digunakan.
4) Filtrasi (penyaringan) Metode ini digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang
sensitive terhadap panas seperti radioisotope, kimia toksik. i) Filtarsi berupa cairan
dengan menggunakan prinsip melewatkan larutan pada membran selulosa asetat atau
selulosa nitrat. ii) Filtarsi berupa udara dengan menggunakan high-efficiency
particulate air (HEPA) untuk menyaring organisme dengan ukuran lebih besar dari
0.3 µm dari ruang biology savety cabinet (BSCs)
b) Sterilisasi dengan metode kimiawi : a). Uap formaldehide atau hydrogen peroksida
digunakan untuk sterilisasi filter HEPA pada BSCs. b) Glutaraldehyde bersifat sporisidal,
yaitu membunuh spora bakteri dalam waktu 3-10 jam pada peralatan medis karena tidak
merusak lensa, karet, dan logam, contohnya adalah alat untuk bronkoskop
5. DTT
Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial.
DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus dengan uap panas, atau
merendam alat dalam desinfektan kimiawi. a. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan
atau Pengukusan Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan
rendah adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk
DTT sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan
praktis untuk DTT alat-alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air
selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan
tidak membunuh semua endospora. Perebusan alat selama 20 menit, dilakukan dalam tempat
merebus yang tertutup. Waktu perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih. Semua
alat- alat logam harus terendam sempurna. Selama perebusan berlangsung, jangan
menambahkan sesuatu kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat- alat
dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu, kemudian simpan dalam kontainer yang
telah di DTT dan tutup rapat. b. Desinfesi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi Walaupun
banyak desinfektan tersedia dimana-mana, 4 desinfektan yaitu klorin, glutaraldehid,
formaldehid, dan peroksfd secara rutin digunakan sebagai Universitas Sumatera Utara
desinfektan tingkat tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika alat- alat yang
akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan
pada jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat tertinggal dalam jarum tersebut.
Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIVAIDS, serta
murah dan mudah didapat. Larutan klorin 0,5 dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1
dibuat dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh. Masalah korosi dapat
dikurangi jika beda-benda tersebut dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi
terjadi bila lamanya perendaman dilakukan 20 menit dan terjadi kontak pada konsentrasi 0.5.
Disinfektan kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi, jangan disimpan di
bawah. cahaya matahari atau panas yang berlebihan karena semua desinfetan kimiawi sensitif
terhadap panas. Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1.
6. Cuci Tangan Bedah (steril)
Hand hygiene(cuci tangan) steril metode bedah adalah suatu upaya membersihkan
tangan dari benda asing dan mikroorganisme dengan menggunakan metode yang paling
maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Upaya mengurangi mikroorganisme
patogen pada area tangan, mencuci tangan metode bedah dilakukan dengan sangat hati-
hati dan dalam waktu yang relatif lebih lama. Pelaksanaan membersihkan tangan dengan
mencuci tangan efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit melalui 3 tahapan dengan
langkah-langkah :
 Membasahi tangan dengan air mengalir, dimulai dari ujung jari sampai 2 cm diatas siku.
 Menempatkan sekitar 15 ml (3 x tekanan dispenser) cairan handscrub antiseptik di
telapak tangan kiri, dengan menggunakan siku lengan yang lain atau dengan dorongan
lutut untuk mengoperasikan dispenser.
 Meratakan dan menggosok cairan handsrub
 Ratakan dengan kedua telapak tangan,dilanjutkan dengan menggosok punggung, sela-
sela jari tangan kiri dan kanan dan sebaliknya.
 Kedua telapak tangan, jari -jari sisi dalam dari kedua tangan saling menggosok dan
mengait dilanjutkan dengan membersihkan kedua ibu jari dan ujung kuku jari bergantian.
 Mengambil pembersih kuku dan bersihkan dalam air mengalir
 Mengambil sikat steril yang sudah berisi cairan handsrub
 Menyikat tangan kanan dan tangan kiri bergantian.
 Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan.
 Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela jari, secara urut mulai dari ibu jari sampai
dengan kelingking.
 Telapak tangan, punggung melalui gerakan melingkar.
 Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar.
 Ulangi cara ini pada tangan kanan selama 2 menit.
 Membilas tangan dengan air mengalir dari arah ujung jari ke siku dengan memposisikan
tangan tegak
 Lakukan sekali lagi menyikat tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian
 Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan
 Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela-sela jari, secara urut mulai dari ibu jari
sampai dengan kelingking
 Telapak tangan dan punggung dengan gerakan melingkar
 Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar
dilakukan selama 2 menit.
 Membiarkan air menetes dari tangan sampai dengan siku.
 Mengeringkan menggunakan handuk steril yang dibagi 2 bagian, satu bagian untuk
tangan kiri dan bagian yang lain untuk tangan kanan, memutar dari jari- jari tangan ke
arah siku.
 Meletakkan handuk pada tempat yang disediakan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membersihkan tangan antara lain :
Sebelum dan sesudah melakukan hand hygiene, ada hal hal yang harus diperhatikan agar
tujuan hand hygiene dapat tercapai, diantaranya adalah :
1. Perawatan kuku tangan, Kuku tangan harus dalam keadaan bersih dan pendek. Kuku yang
panjang dapat menimbulkan potensi akumulasi bakteri patogen yang terdapat di bawah kuku.
2. Perhiasan dan aksesoris, Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan pada pada area
tangan seperti cincin, karena adanya resiko akumulasi bakteri patogen pada perhiasan yang
dipakai.
3. Kosmetik, Kosmetik yang dipakai petugas kesehatan, seperti cat kuku, dapat menyimpan
bakteri patogen, juga dapat terlepas dari tangan dan berpindah saat melakukan kontak dengan
pasien. Hal ini sangat berbahaya dan disarankan untuk tidak dilakukan.
4. Penggunaan handuk atau tissue, Pengeringan tangan sebaiknya menggunakan tissue
disposable. Namun bila terdapat keterbatasan dalam sumber daya, handuk yang bersih juga
dapat digunakan, dengan catatan.
B. TUJUAN
Tujuan dan sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi
sumber daya manusia kesehatan, pasien danmasyarakat dari penyakit infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk
digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi
tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
C. INDIKASI
Tidak ada indikasi
D. KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi dan peringatan sulfadiazine perlu diperhatikan, terutama pada
hipersensitivitas, lanjut usia, gangguan ginjal atau hati, dan ikterus. Kontraindikasi
penggunaan sulfadiazine antara lain: Riwayat hipersensitivitas pada antibiotik sulfonamida
lainnya, Gagal ginjal atau hati yang parah, Porfiria, akut, Ikterus, gangguan darah, Bayi < 2
bulan, kecuali terindikasi untuk pengobatan toksoplasmosis kongenital, Kehamilan trimester
ketiga, Ibu menyusui Penggunaan bersamaan dengan clozapine
E. PERSIAPAN ALAT
Berikut ini adalah daftar nama alat kebidanan beserta fungsinya:
1) Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas
dan meter yang berarti untuk mengukur.
2) Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa) adalah sebuah alat
medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk
mendengar suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan untuk
mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri dan "vein".
3) Tensi meter untuk mengukur tekanan darah.
4) Funduscope untuk mendengarkan denyut jantung janin.
5) Doppler untuk mendengarkan denyut jantung janin(elektrik)
6) USG untuk mengetahui keadaan dalam rahim, mis: janin, tumor, kanker, IUD.
7) Bak Instrumen sebagai tempat alat-alat yang akan digunakan untuk menolong
persalinan/merawat luka dan lain sebagainya.
8) Bengkok/Nier bekken sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong
persalinan/merawat luka dan lain sebagainya.
9) Gunting Penggunaan Gunting dalam praktek kebidanan ada beberapa macam diantaranya
sebagai berikut: Gunting Diseksi (disecting scissor), Gunting Benang, Gunting
Episiotomi, Gunting Tali Pusar.
10) Klem Fungsi umum klem adalah menjepit tali pusar. Klem memiliki beberapa jenis yang
masing-masing berbeda bentuk dan fungsinya.
· Klem Arteri Pean Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk
hemostatis untuk jaringan tipis dan lunak.
· Klem Kocher Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya
seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan.
· Klem Allis Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit
tumor.
· Klem Babcock Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.
11) Suction pump untuk menyedot lendir dalam saluran pernapasan bayi
12) Kateter untuk membantu mengeluarkan urin.
13) Benang CatGut yaitu benang yang digunakan dalam menjahit luka.
14) Baby Scale untuk menimbang berat badan bayi.
15) Timbangan Orang dewasa untuk menimbang berat badan ibu hamil
16) HB Sahli (Haemometer) untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah.
17) Sarung tangan / Handscoon untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja
18) Pinset anatomi yaitu alat untuk membantu proses menjahit luka, utk menjepit otot. Pinset
Sirugis Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi. Pinset Anatomis dan
Pinset Splinter.
19) Jarum Hecting adalah jarum untuk membantu proses menjahit luka.
20) Setengah Kocher Setengah Kocher adalah alat yang digunakan untuk
memecahkan/melubangi selaput ketuban jika belum pecah.
21) Tong spatel adalah tongue depressor atau penekan lidah.juga sering di sebut Tongue
Blade (bahasa inggris) dan Zungenspatel (bahasa jerman).
22) Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit
(nald heacting) dan sebagai penyimpul benang
23) Sonde (Probe) Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi,
dan mengetahui kedalam luka.
24) Korentang Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa,
jas operasi, doek, dan laken steril.
25) Spekulum adalah Alat yang berfungsi untuk melebarkan pembukaan vagina, yang
berfungsi untuk di gunakan untuk membuka vagina
26) Pispot adalah sebuah bejana yang diberi pegangan dan biasanya diletakkan di bawah
tempat tidur di dalam kamar dan digunakan untuk buang air kecil di malam hari. Fungsi :
alat yang di gunakan sebagai tempat untuk buang air kecil
27) Infusion set Kegunaan: Alat bantu saluran masuk serta penyetelan keluarnya cairan infus
ke dalam jaringan tubuh.
28) Jarum disposible Alat Suntik Sekali Pakai (Auto Disable Syringe) ini dirancang dengan
teknologi handal oleh Star Syringe Limited (K1) dimana setelah penyuntikan selesai
dilakukan, alat suntik secara otomatis terkunci / tidak berfungsi dan jika
piston/pendorong ditarik kembali maka akan patah.
29) Troli yaitu tempat untuk meletakkan alat-alat instrument.
30) Waskom yaitu tempat untuk mengisi air
31) Vial yaitu obat injeksi dapat beberapa kali pakai
32) Spuit yaitu alat untuk injeksi atau menyuntik
33) Kom kasa yaitu tempat untuk menaruh kasa
34) Kom betadine yaitu tempat untuk manaruh betadine
35) Kom sputum adalah tempat untuk mengisi sputum/dahak
36) Kom Kasa steril adalah tempat untuk kasa yang steril dan Wasped adalah alat untuk
memberikan makanan
37) Abotacth yaitu jarum untuk pemasangan inpus
38) Selang impus adalah selang untuk impus
39) Kanala nasal/kateter nasal yaitu selang untuk pemberian oksigen
40) Standar impus adalah tempat untuk menggantungkan botol impus
41) Tabung Oksigen yaitu alat untuk memberikan oksigenSpismamonometer, umidipayer,
klowmeter, tabung O.
42) Selang NGT adalah selang untuk memberikan makanan
43) Resusiatator bayi standar adalah alat untuk memompa oksigen udara bebas. digunakan
untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
F. PROSEDUR KERJA
1. Engineering controls
1. Ruangan tekanan negatif jika tersedia
2. Filter HEPA
3. Peningkatan rate ventilasi (min 12 ACH)
4. Biosafety cabinet untuk memproses sampel
5. Autoclave
6. Sentrifuse tertutup
7. Perangkat keamanan di laboratorium (body shower, eye wash)
8. Pemeliharaan peralatan
2. Administrative Controls
1. Prosedur kerja (SOP)
2. Program K3 dan PPI
3. Pelaporan dan penatalaksanaan insiden keselamatan
3. Safe Work Practices
Prosedur tepat dan aman untuk bekerja dengan cara mengurangi durasi, frekuensi dan
intensitas pajanan, misalnya:
Pembagian area kerja (bersih dan kotor)
Pengaturan alur petugas
Dekontaminasi area kerja
Pengaturan shift/pembagian tugas
dll
4. Personal Protective Equipment (PPE)
Kewaspadaan isolasi
Kewaspadaan standar
Kewaspadaan berdasarkan transmisi
DAFTAR PUSTAKA

(Eprocurement), P. (2021, Februari 12). Pengertian Dekontaminasi, dan Prosedurnya di


Rumah Sakit. Diambil kembali dari pengadaan:
https://www.pengadaan.web.id/2020/08/dekontaminasi.html?m=1

Admin. (2016, Desember 07). Teknik Hand Hygiene (Cuci Tangan) Steril Metode Bedah.
Diambil kembali dari teknik-hand-hygiene-cuci-tangan-steril-metode-bedah.:
https://medianers.blogspot.com/2016/12/teknik-hand-hygiene-cuci-tangan-steril-
metode-bedah.html?m=1

Agustiningtyas, I. (2017). STERILISASI. Diambil kembali dari mikrobiologi:


https://fk.uii.ac.id/mikrobiologi/materi/sterilisasi/

KEBIDANAN, K. d. (t.thn.). Pengertian, Tujuan, dan Tata Cara Dekontaminasi.


KEBIDANAN, KEPERAWATAN, dan PENDIDIKAN, hal.
https://jurnal.gusjigang.net/pengertian-tujuan-dan-tata-cara-cara-dekontaminasi/.

Sleman, D. K. (2022, Mei 24). Tutorial Pembuatan dan Pemakaian Desinfektan. Diambil
kembali dari dinkes.slemankab: https://dinkes.slemankab.go.id/tutorial-pembuatan-
dan-pemakaian-desinfektan.html

Tirtjen, B. (t.thn.). Pembersihan Desinfeksi Tingkat Tinggi DDT. Diambil kembali dari
pembersihan-desinfeksi-tingkat-tinggi-dtt.:
https://text-id.123dok.com/document/1y96dnvvy-pembersihan-desinfeksi-tingkat-
tinggi-dtt.html

Anda mungkin juga menyukai