Anda di halaman 1dari 28

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN

JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

MATERI INTI 1
PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Persiapan pelayanan kebidanan adalah proses menyiapkan dan memberikan


asuhan kebidanan yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenangnya guna
mencapai pelayanan yang optimal dan meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan dengan memperhatikan keselamatan, keamanan dan kesehatan
lingkungan yang dimulai dari persiapan tindakan pencegahan infeksi,
menyiapkan alat dan obat serta memproses alat/limbah setelah bekas pakai.

Materi ini mengajarkan tentang bagaimana seorang bidan melaksanakan


pencegahan infeksi dan menyiapkan pelayanan kebidanan sesuai standar
asuhan kebidanan pada jenjang bidan terampil pelaksana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan persiapan
pelayanan kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini,peserta mampu:
1. Mempersiapkan alat dan bahan pencegahan infeksi
2. Memproses limbah/alat bekas pakai

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Persiapan Pelayanan Kebidanan pada kasus fisiologis


bermasalah dan kegawatdaruratan kebidanan
Pokok Bahasan 2. Persiapan Pelayanan Kebidanan pada kasus fisiologis
bermasalah, kasus sederhana dan kegawatdaruratan
kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
325
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Simulasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario Simulasi
 Alat pencegahan infeksi

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
326
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII.URAIAN MATERI

Pokok bahasan 1.

PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA KASUS FISIOLOGIS


BERMASALAH DAN KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

Pencegahan Infeksi

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen – komponen


lain dalam asuhan kebidanan dan persalinan bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,
keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeki karena virus, bakteri dan jamur serta upaya untuk
menurunkan risiko penularan penyakit – penyakit yang berbahaya yang
hingga kini belum ditemukan pengobatannya.

Pernyataan Standar. Bidan dapat melakukan pencegahan infeksi dan


mengolah limbah/alat bekas pakai secara tepat dan benar.

Kriteria pencegahan infeksi:


Alat dan bahan pencagahan infeksi relevan dan benar.

Pencegahan infeksi yang dimaksud meliputi :

1. Pengertian pencegahan infeksi

a. Asepsis atau teknik aseptik adalah istilah umum yang biasanya


digunakan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Teknik aseptic membuat prosedur lebih aman
bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara
menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh mikroorganisme pada
kulit, jaringan dan instrumen/peralatan hingga tingkat yang aman.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
327
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

b. Anti septic adalah pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau


menghambat pertumbuhan mikrooganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
c. Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari
benda – benda mati atau instrumen.
d. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda
yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung
tangan dan permukaan (misalnya meja periksa) harus segera
didekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
e. Mencuci dan membilas adalah tindakan – tindakan yang dilakukan
untuk mengilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda
asing (misalnya debu, kotoran) dari kulit atau instrumen/peralatan.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri
dengan cara merebus atau kimiawi.
g. Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora
bakteri dari benda – benda mati atau instrumen.

2. Tujuan pencegahan infeksi :

a. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan


b. Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik
c. Menurunkan risiko transmisi penyakit menular

3. Prinsip pencegahan infeksi :

a. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi


dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
c. Permukaan benda disekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya
yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak
utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan baik maka semua itu dianggap masih
terkontaminasi.
e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan – tindakan PI
secara benar dan konsisten.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
328
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

4. Langkah – langkah pencegahan infeksi

a. Cuci tangan
Prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan :

 Segera setelah tiba di tempat kerja.


 Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan
bayi baru lahir.
 Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir.
 Sebelum memakai sarung tangn (kontaminasi melalui lubang dan
robekan sarung tangan).
 Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah
atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa
(misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang
menggunakan sarung tangan.
 Setelah ke kamar mandi atau menggunakan toilet.
 Sebelum pulang kerja.

Mencuci tangan yang efektif :

 Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.


 Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
 Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau
yang mengandung anti septic selama 10-15 detik (pastikan sela-sela
jari digosok menyeluruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci
lebih lama.
 Bilas tangan dengan air bersih yang mengali.
 Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan
dengan kertas (tissue) atau handuk peribadi yang bersih dan kering.

Pedoman mencuci tangan :

 Bila menggunakan sabun padat (misalnya, sabun batangan), gunakan


potongan-potongan kecil dan tempatkan dalam wadah yang dasarnya
agar air tidak menggenangi potongan sabun tersebut.
 Jangan mecuci tangan dengan mencelupkannya ke dalam wadah
berisi air meskipun air tersebut sudah diberi larutan antiseptic (seperti
Dettol atau Savlon). Mikroorganisme dapat bertahan hidup da
berkembang baik dalam larutan tersebut.
 Bila tidak tersedia air mengalir :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
329
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

- Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada


saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
- Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
- Minta orang lain menyiramkan air ke tangan, atau
- Gunakan larutan pencuci tangan yang mengandung alcohol
(campurkan 100 ml 60-90% alcohol dengan 2 ml gliserin). Gunakan
kurang lebih 2 ml dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi
tiga kali.
 Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan oelh orang lain. Handuk
basah/lembab adalah tempat yang baik untuk perkembang-biakan
mikroorganisme.
 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah
digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah
atau jamban di kamar mandi.

b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak
utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan,
sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk setiap ibu
atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
digunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula
(Tabel 1-1).

 Gunakan sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk


prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau
pengambilan darah.
 Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah
atau cairan tubuh.
 Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan
tubuh.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
330
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Tabel 1-1 : Prosedur/tindakan yang memerlukan sarung tangan

Perlu Sarung Tangan Sarung


Prosedur/ Tindakan Sarung desinfeksi Tangan
Tangan tingkat tinggi Steril
Memeriksa tekanan darah,
temperatur tubuh atau Tidak Tidak Tidak
menyuntik
Menolong persalinan dan
kelahiran bayi, menjahit laserasi Ya Bisa Diterima Dianjurkan
atau episiotomi
Mengambil contoh darah/
Ya2 Tidak Tidak
pemasangan IV
Menghisap lendir dari jalan
Ya Ya Tidak
nafas bayi
Memegang dan membersihkan
Ya3 Tidak Tidak
peralatan yang terkontaminasi
Memegang sampah yang
Ya Tidak Tidak
terkontaminasi
Memberikan percikan darah
Ya3 Tidak Tidak
atau cairan tubuh.

1) Jika sterilisasi tidak memungkinkan, sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi


adalah satu-satunya alternatif yang bisa diterima.
2) Dapat gunakan sarung tangan periksa yang bersih.
3) Sarung tangan tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks adalah
yang paling praktis untuk tujuan ini.

Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat
terbatas maka sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan
dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi.
Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih
dari tiga kali karena mugkin ada robekan atau lubang yang tidak terlihat
atau sarung tangan mungkin robek pada saat sedang digunakan.

c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic

Teknik aseptic membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi
baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptic meliputi aspek :

 Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi


Perlengkapan pelindung pribadi (kaca mata pelindung, masker
wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) mencegah petugas
terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
331
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

atau membatasi petugas dari percikan ciran tubuh, darah atau cedera
selama melaksanakan prosedur klinik.

 Antiseptis
Antiseptis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi
dengan cara membunuh atau mngurangi mikroorganisme pada
jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak
dapat disterilkan maka penggunaan antiseptic akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi
luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di
antara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu
untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

 Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi.


Larutan antiseptic digunakan pada kulti atau jaringan yang tidak
mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam
desinfektan. Larutan desinfektan dipakai juga untuk
mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam
prosedur bedah. Larutan antiseptic (seperti alkohol) memerlukan
waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh agar
dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena itu, penggunaan
antiseptic tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan segera
(misalnya, penyuntikan, penyuntikan oksitosin secara IM pada
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat)
asalkan peralatan yang digunakan sudah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril.

Larutan antiseptic berikut bisa diterima :


 Alkohol 60 – 90% etil, isopropyl, atau metal spiritus
 Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi
(Savlon)
 Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens)
 Heksaklorofen 3% (Phisohex)
 Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), berbagai
konsentrasi (Dettol)
 Iodine 1-3%, larutan yang dicampur alcohol atau encer (e.g.
Lugol) atau tincture (iodine dalam alkohol 70%). Iodine tidak
boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina.
 Iodophor, berbagai konsentrasi (Betadine)
Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptic yang
paling baik untuk digunakan pada selaput mukosa. Persiapkan
kulit atau jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi larutan antiseptic secara melingkar dari
tengan ke luar seperti spiral.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
332
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Larutan desinfektan berikut ini bisa diterima :


 Larutan peutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT
peralatan)
 Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tapi karena
mahal biasanya hanya digunakan untuk desinfeksi tingkat tinggi)

Jangan gunakan desinfektan dari senyawa fenol untuk desinfeksi


peralatan atau bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir
karena dapat membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut.
Larutan antiseptic dan desinfektan juga dapat terkontaminasi.
Mikroorganisme yang mampu mengkontaminasi larutan tersebut
adalah Staphilokokus, baksil gram negatif dan beberapa macam
endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi
nosokomial berantai jika larutan yang terkontaminasi digunakan
untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.

Cegah kontaminasi larutan antiseptic dan desinfektan dengan cara :


 Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika
pengenceran diperlukan)
 Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada
saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran
wadah larutan yang utama tidak boleh bersentuhan dengan
wadah yang lebih kecil)
 Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta
membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya
sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian
ulang)
 Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa
(jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah
ataupun mencelupkannya ke larutan antiseptic)
 Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap.

Pemeliharaan Teknik Steril atau Desinfeksi Tingkat Tinggi

Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan


dipelihara untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan.

Sediakan dan jaga daerah steril atau desinfeksi tingkat tinggi :


 Gunakan kain steril.
 Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-
benda ke daerah yang steril/desinfeksi tingkat tinggi.
 Hanya benda-benda steril/desinfeksi tingkat tinggi atau petugas
dengan atribut yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki
daerah steril/desinfeksi tingkat tinggi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
333
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai


benda terkontaminasi.
 Tempatan daerah steril/desinfeksi tingkat tinggi jauh dari pintu
atau jendela.
 Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan desinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di
daerah steril.

d. Memproses alat bekas pakai

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan


benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah :
1) Dekontaminasi
2) Cuci dan bilas
3) Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

1) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani


peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang
terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan
karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari
bahan lateks jika menangani peralatan bekas atau kotor. Segera
setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke
dalam larutan khlorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan
cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-
benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan
khlorin. Daya kerja larutan khlorin cepat mengalami penurunan
sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat
jika terlihat kotor atau keruh.

2) Pencucian dan Pembilasan

Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera


setelah didekontaminasi, bilas peralatan denga air untuk mencegah
korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan
seksama secepat mungkin.

a) Perlengkapan/bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk :

 Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah


tangga dari lateks
 Sikat (boleh menggunakan sikat gigi)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
334
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml untuk kateter, termasuk


kateter penghisap lendir)
 Wadah plastik atau baja anti karat (stainless steel)
 Air bersih
 Sabun atau deterjen

b) Tahap-tahap pencucian dan pembilasan :

 Pakai saung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.


 Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi
(hati-hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting
dan jarum jahit).
 Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastic atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari
logam.
 Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
- Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan
sisa darah dan kotoran.
- Buka engsel gunting dan klem.
- Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan
sudut peralatan.
- Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu)
engan air dan sabun deterjen.
- Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
 Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan khlorin 0,5%) tempatkan peralatan
dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum
memulai proses DTT.
Alasan : Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan mebuat larutan menjadi
kurang efektif.
 Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan
dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau
oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum
proses DTT atau sterilisasi dimulai.
 Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih.
 Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara
diangin – anginkan.

Bola karet penghisap tidak boleh dibersihkan dan digunakan


ulang untuk lebih dari satu bayi. Bola karet seperti itu harus
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
335
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

dibuang setelah digunakan, kecuali jika dirancang untuk dipakai


ulang. Secara ideal kateter penghisap lendir De Lee harus
dibuang setelah satu kali digunakan, jika hal ini tidak
memungkinkan, kateter harus dibersihkan dan didesinfeksi
tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin sangat sulit
dibersihkan dan didesinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter
dengan kondisi tersebut diatas pada lebih dari satu ibu dapat
meningkatkan risiko infeksi jika tidak diproses dengan benar.

c) Untuk mencuci kateter (termasuk slang atau pipa plastik


penghisap lendir), ikuti tahap-tahap berikut :
 Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan
rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.
 Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter
penghisap lendir).
 Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam
kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air
dan sabun atau deterjen.
 Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.
 Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum dilakukan DTT.
Catatan : Kateter harus didesinfeksi tingkat tinggi secara kimia.
Kateter bisa rusak jika didesinfeksi tingkat tinggi dengan
direbus.

3) DTT dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yag paling efektif untuk membunuh


mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan
dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif dalam situasi
tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau
kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali menggunakan
metode DTT yang paling sederhana dan efisien.

a) DTT dengan cara merebus :

 Gunakan plastik dengan penutup


 Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan.
 Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam
dalam air.
 Mulai panaskan air.
 Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.
 Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih
setelah perhitungan waktu di mulai.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
336
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

- Rebus selama 20 menit.


- Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku
khusus.
- Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan
sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam
keadaan lembab maka keadaan desinfeksi tingkat tinggi
tidak terjaga).
- Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan
dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup.
Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan
penutupnya tidak dibuka.

b) Desinfeksi Tingkat Tinggi sarung tangan dengan


menggunakan uap panas :

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung


tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan
ditaburi dengan bubuk talk).
 Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan pengukus.
 Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai
sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat
terkontaminasi baru.
 Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang
berlubang dibawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian
atas nampan pengukus, letakkan 5 – 15 pasang sarung tangan
dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar
proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal
sarung tangan dalam satu nampan.
 Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi
sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci
perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong
di sebelah kompor.
 Letakkan penutup diatas nampan pengukus paling atas dan
panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan,
hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin
tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorgnanisme. Jika
air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan
ini merupakan pemborosan bahan bakar.
 Jika uap mulai keluar dari celah-celah diantara panci
pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat lamanya
pengukusan sarung tangan dalam buku khusus.
 Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci da
letakkan dalam posisi terbalik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
337
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung


tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang terisisa
pada sarung tangan dapat menetes keluar.
 Letakkan nampan pengukus diatas panci perebus yang kosong
disebelah kompor.
 Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang
berisi sarung tangan tersusun diatas panci perebus yang
kosong. Letakkan penutup diatasnya agar sarung tangan
menjadi dingin dan kering tanpa terkontamiasi.
 Biarkan sarung tangan kering dengn diangin-anginkan sampai
kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan
segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10
menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat
masih basah atau lembab.
 Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering
gunakan penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk
memindahkan sarung tangan.

c) DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan utnuk DTT adalah khlorin dan


glutaraldehid (Cidex). Alkohol, iodine dan iodofor tidak
digolongkan sebagai desinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak
membunuh virus dan spesies Pseudomonas bisa tumbuh dalam
larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan
sebagai desinfektan jika desinfektan yang dianjurkan tidak
tersedia. Lysol, Karbol dan Densol (asam karbolik 5% atau fenol
1-2%) digolongkan sebagai desinfektan tingkat rendah dan tidak
dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT.

Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan


tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan
dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif.
Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga
tidak boleh lagi digunakan sebagai desinfektan. Larutan
desinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal
adalah khlorin. Karena larutan khlorin bersifat korosif dan proses
DTT memerlukan perendaman selam 20 menit maka peralatan
yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus
segera dibilas dengan air matang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
338
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Langkah-langkah kunci pada desinfeksi tingkat tinggi secara


kimia termasuk :
 Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan
desifektan. Ingat: Jika peralatan basah sebelum direndam
dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan
tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau
efektifitasnya.
 Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
 Rendam peralatan selama 20 menit.
 Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di
buku khusus.
 Bilas peraltan dengan air matang dan angin-anginkan sampai
kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
 Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau
disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi berpenutup
rapat.

DTT kateter secara kimiawi :


 Persiapkan larutan khlorin 0,5%
 Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga
pada kedua tangan.
 Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam
larutan khlorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk
membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan
khlorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam
dalam larutan.
 Biarkan kateter terendam selama 20 menit.
 Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter
dengan air DTT.
 Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah
itu dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT
yang bersih.

e. Menangani peralatan tajam dengan aman

Luka tusuk benda tajam (misalnya jarum) merupakan salah satu alur
utama infeksi HIV dan Hepatitis B di antara para penolong persalinan.
Oleh karena itu perhatikan pedoman berikut ini :

 Letakkan benda-benda tajam diatas kaki steril atau desinfeksi tingkat


tinggi atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah
ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil
peralatan tajam).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
339
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk


secara tak sengaja.
 Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan
pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
 Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau
melepaskan jarum yang akan dibuang.
 Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel
dengan prekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan
benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang
sudah disegel tadi harus dibakar di dalam incinerator.
 Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara
insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan khlorin 0,5%
(dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan
dan kemudian kuburkan:
Cara melakukan tenik satu tangan :
- Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
- Pegang tabung suntik dengan satu tangan, gunakan ujung jarum
untuk “mengait” penutup jarum. Jangan memegang penutup
jarum dengan tangan yang lainnya.
- Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah
jarum dan gunakan tangan yang lain untuk mendapatkan
penutupnya.

f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan


sampah secara benar)

1) Pembuangan Sampah
Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang
tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang
menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran
bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan
benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi
siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut
termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk
darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang kotor
oleh cairan tubuh.

2) Tujuan pembuangan sampah secara benar adalah :


 Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang
menangani sampah dan kepada masyarakat.
 Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak
sengaja oleh benda-benda tajam sudah terkontaminasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
340
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Cara pembuangan yang benar untuk benda-benda tajam


terkontaminasi adalah dengan menempatkan benda-benda tersebut
dalam wadah tahan bocor (misalnya botol plastik air mineral atau
botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah
yang terbuat dari bahan logam. Singkirkan sampah yang
terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak
memungkinkan, kuburkan bersama wadahnya. Sampah yang tidak
terkontaminasi bisa dibuang ke dalam wadah sampah biasa.

3) Mengatur Kebersihan dan Kerapihan


 Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (khlorin
0,5%) yang belum terpakai.
 Gunakan desinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan
yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh diantara
pemakaian, terutama sekali diantara ibu dan bayi yang berbeda.
 Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih,
steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula
dengan alcohol tidak mencegah terjadinya infeksi.
 Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan khlorin 0,5%
pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain.
 Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong
atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.
 Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur,
segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut
dengan kain yang dibasahi khlorin0,5% dan deterjen.
 Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan
larutan khlorin 0,5%.
 Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai,
dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan khlorin 0,5% dan deterjen.
 Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapihan :
- Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh
dapat dihilangkan.
- Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
- Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai
setiap setelah digunakan.
- Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastic atau
logam vertical untuk mencegah penumpukan debu.
- Jika dinding atau tirai terkena percika darah, segera bersihkan
dengan larutan khlorin 0,5%.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
341
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

g. Pencatatan (dokumentasi) PI
1) Semua tindakan yang dilakukan mulai persiapan sampai memproses
alat harus dicatat, jika hal tersebut tidak dicatat dapat dianggap hal
tersebut tidak
dilakukan.
2) Waktu dan tanggal hal tersebut dikerjakan
3) Indentifikasi tenaga yang mengerjakan.

Pokok bahasan 2.

PERSIAPAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA KASUS FISIOLOGIS


BERMASALAH, KASUS SEDERHANA DAN KEGAWATDARURATAN
KEBIDANAN

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasien pada kasus fisiologis bermasalah


meliputi kehamilan disertai keluhan emesis yang berlebihan, sering kencing,
gangguan pola dan kualitas tidur serta kecemasan terhadap perubahan
kehamilan.

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasien pada kasus sederhana meliputi


tindakan biopsi, pap smear, exterpasi poly servix, aff IUD, insersi IUD, mikro
kuret dan vagina toilet.

Pelayanan kebidanan kepada klien/pasien pada kasus kegawatdaruratan


kebidanan meliputi perdarahan post partum, eklampsia/PEB, retensio
plasenta, partus macet dan asfiksia neonatorum.

Pernyataan standar :
Bidan mempersiapkan semua fasilitas dan lingkungan pelayanan kebidanan
yang tepat, relevan dan lengkap sesuai dengan kondisi klien/pasien dan kasus
yang dihadapi.

Kriteria hasil :
1. Tersedianya alat dan obat pelayanan kebidanan sesuai kasus yang dihadapi
2. Adanya daftar inventaris alat secara teratur dan berkala
3. Adanya dokumen kalibrasi alat
4. Adanya tenaga terlatih untuk pemeliharaan alat
5. Adanya tempat penyimpanan alat dan obat

Persiapan alat pelayanan kebidanan meliputi :


1. Alat dan obat pelayanan kebidanan pada antenatal care, persalinan, nifas
dan nifas serta bayi baru lahir pada kasus fisiologis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
342
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. Alat dan obat pelayanan kebidanan pada tindakan biopsi, pap smear,
exterpasi poly servix, aff IUD, insersi IUD, mikro kuret dan vagina toilet.
3. Alat dan obat pelayanan kebidanan pada perdarahan post partum,
eklampsia/ PEB, retensio plasenta, partus macet dan asfiksia neonatorum

Penyataan :
Proses penyediaan alat dan obat untuk pelayanan antenatal care persalinan,
nifas dan bayi baru lahir serta nifas baik dari segi jumlah, jenis dan spesifik
untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan.

Rasionalnya :
Terpenuhinya alat dan obat pelayanan antenatal care persalinan, nifas dan bayi
baru lahir persalinan, nifas dan bayi baru lahir dan kegawadaruratan yang
memadai untuk mendukung pelayanan kebidanan yang efektif dan efisien.

Kriteria struktur :
a. Adanya kebijakan Rumah Sakit/Puskesmas tentang pengelolaan alat dan
obat pelayanan kebidanan
b. Adanya mekanisme pengelolaan alat dan obat
c. Adanya SOP/Protap penggunaan alat
d. Adanya SOP/Protap pemeliharaan alat
e. Adanya standar alat sesuai dengan jumlah, jenis dan spesifikasi
f. Adanya tempat penyimpan alat yang memadai
g. Adanya pengelolaan alat dan obat

Kriteria proses :
a. Mengindentifikasi kebutuhan alat dan obat kebidanan sesuai dengan jumlah,
jenis dan spesifikasi.
b. Menyusun rencana kebutuhan alat dan obat kebidanan sesuai dengan
jumlah, jenis dan spesifikasi
c. Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan
obat kebidanan sesuai SOP/Protap
d. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait dalam pengelolaan alat dan
obat untuk pelayanan kebidanan
e. Mengoptimalkan alat dan obat menurut fungsi dan masa pakai sesuai
SOP/Protap
f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat dan obat secara
teratur dan berkala

Kriteria hasil:
a. Tersedianya alat dan obat pelayanan kebidanan sesuai standar
b. Tersedianya dokumen meliputi jumlah, jenis, spesikasi, kondisi dan masa
pakai

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
343
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

c. Adanya dokumen meliputi frekuensi penggunaan alat dan obat tertentu,


kondisi dan masa pakai.
d. Adanya daftar inventaris alat dan obat disetiap unit kerja secara teratur dan
berkala.

VIII.REFERENSI

1. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan


2. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
3. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
5. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
6. Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit (2005). Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
7. Standar Pelayanan Kebidanan. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

IX. LAMPIRAN

1. Skenario simulasi
2. Alat Pencegahan Infeksi
3. Alat – alat Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
344
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

LAMPIRAN

A. Skenario simulasi
1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Berikan 5 contoh kasus patologis dengan penyakit penyerta
a. Kelompok I : Mempersiapkan alat pada kasus eklampsia dan
memproses alat setelah pakai
b. Kelompok II : Mempersiapkan alat pada kasus retensia plasenta dan
memproses alat setelah pakai
c. Kelompok III : Mempersiapkan alat pada kasus partus macet dan
memproses alat setalah pakai
d. Kelompok IV : Mempersiapkan alat pada kasus asfikasia neonatorum
dan memproses alat setelah pakai
e. Kelompok V : Mempersiapkan alat pada kasus Haemoragie Post
Partum dan memproses alat setelah pakai
3. Diskusikan hasil simulasi penatalaksanaan asuhan sebagai evaluasi.

B. ALAT–ALAT YANG HARUS TERSEDIA UNTUK DESINFEKSI TINGKAT


TINGGI

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA ALAT
TERSEDIA
1 Sarung tangan DTT
2 Sarung tangan rumah tangga
Perlengkapan perlindungan pribadi:
3
masker, kacamata dan alas kaki tertutup
4 Larutan khlorin
5 Sabun cuci tangan
7 Deterjen
8 Celemek plastic
9 Perlak/alas plastik untuk tempat tidur ibu
10 Kantong plastik (untuk sampah)
11 Sumber air bersih yang mengalir
12 Wadah untuk larutan khlorin 0,5%
13 Wadah untuk air DDT

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
345
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

C. ALAT KEBIDANAN DI RUANG KEBIDANAN/KAMAR BERSALIN

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA BARANG
TERSEDIA
1 Partus set
2 Hecting set
3 Chomic/ benang hecting
3 Set HPP
4 Alat vacuum
5 Alat Forceps
6 Alat kuret
7 Alat resusitasi dewasa
8 Infus set
9 Cairan infuse: RL,Asering, NaCl,
10 Leenec/Doppler
11 Bengkok

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
346
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

D. ALAT KEBIDANAN DI RUANG NIFAS

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA BARANG
TERSEDIA
1 Tensimeter
2 Stetoskop
3 Timbangan berat badan/tinggi badan
4 Sterilisator
5 Tabung oksigen + Flow meter
6 Suction pump
7 VC set
8 Gunting verband
9 Korentang dan tempatnya
10 Bak instrument besar
11 Bak instrument kecil
12 Blas spuit
13 Gliserin spuit
14 Bengkok
15 Pispot
16 Set hecting aff
17 Set ganti balutan
18 Termometer
19 Standar infuse
20 Masker 02
21 Nasal kateter

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
347
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

E. ALAT–ALAT YANG TERSEDIA UNTUK ASUHAN BAYI LAHIR NORMAL


DAN BAYI ASFIKSIA

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA ALAT DAN OBAT
TERSEDIA
1 Meja bayi/Table warmer
2 Lampu sorot
3 Balon resusitasi dan sungkup nomor 1
4 Balon penghisap lender/section
5 Selimut bayi
6 Handuk bayi
7 Topi bayi
8 Salep mata
9 Timbangan bayi
10 Pita pengukur
11 Cairan Natrium Clorida 0,9%
12 Spuit 10 cc
13 Wing needle/ kanula IV no 22

F. OBAT – OBAT UNTUK KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN

BERI TANDA (  ) JIKA


NO OBAT
TERSEDIA
1 MgSO4
2 Oksitosin
3 Ergometrin
4 Adrenalin
5 Nipedipin
6 Lidocain
7 Cairan: RL,NaCL, Asering, Hass
8 Spuit 10 cc, 5cc, 2 1/2cc
9 Poly kateter
10 Kanula IV no: 16 atau 18
11 Spuit 10cc, 5cc, 2 ½cc
12 Aquades

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
348
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

G. KEBUTUHAN ALAT PENCATATAN DAN PELAPORAN

BERI TANDA (  ) JIKA


NO NAMA ALAT/BARANG
TERSEDIA

1 Formulir pengkajian awal


2 Formulir asuhan kebidanan
3 Formulir catatan perkembangan pasien
4 Formulir observasi
5 Observasi partograf
6 Formulir resume
7 Formulir catatan pemberian obat
8 Formulir medik
9 Formulir laboratorium
10 Formulir rontgen
11 Formulir permintaan darah
12 Formulir keterangan kelahiran
13 Formulir keterangan kematian
14 Resep
15 Formulir konsul
16 Buku ekspedisi
17 Buku register pasien
18 Buku laporan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
349
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

H. ALAT YANG DIPERSIAPKAN UNTUK TINDAKAN BIOPSI

1. Alat Tindakan Biopsi/Exterpasi Polyp Servix :


a. Spekulum Sim
b. Tang Biopsi
c. Cairan formalin

2. Alat Tindakan Pap Smear :


a. Spekulum Sim
b. Cyto brush
c. Cairan formalin
d. Obyek glass

3. ALAT AFF IUD :


a. Spekulum Sim
b. Tampon tang
c. Irigator

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
350
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

URAIAN TUGAS

I. NAMA :
JABATAN : Bidan Pelaksana /Terampil (Perawat Klinik I)
ATASAN LANGSUNG : Kepala Instalasi

II. RINGKASAN JABATAN

Bidan Pelaksana (Perawat Klinik I) melaksanakan asuhan kebidanan


berdasarkan standar asuhan kebidanan dan kode etik kebidanan.

III. HASIL KERJA

1. Laporan jaga shift pagi, sore atau malam dan timbang terima.
2. Jumlah alat dan obat sesuai kebutuhan.
3. Lapoan kegiatan SMK3.
4. Laporan KIE kebidanan pada klien dan keluarga.
5. Laporan data hasil pengkajian, pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.
6. Dokumentasi kegiatan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain.
7. Dokumentasi persiapan tindakan operasi obstetri dan ginekologi
8. Laporan kegiatan pengembangan : ilmiah, presentasi kasus, ronde
keperawatan, CNE, diskusi, refleksi, dll.
9. Laporan kegiatan mutu, dan kehadiran rapat ruangan.

IV. URAIAN TUGAS

1. Melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan sesuai kewenangan.


2. Mempersiapkan pelayanan kebidanan, alat dan obat pada kasus fisiologis
maupun kegawatdaruratan kebidanan.
3. Melaksanakan SMK3.
4. Melakukan pendidikan kesehatan dasar pada klien dan keluarga.
5. Melaksanakan asuhan kebidanan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
pengambilan sediaan laboratorium, membuat diagnosa, menyusun
rencana operasional, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi.
6. Melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain.
7. Mempersiapkan tindakan operasi obstetric dan ginekologi pada kasus
sederhana.
8. Mengikuti kegiatan : ilmiah, presentasi kasus, diskusi, refleksi kasus, CNE,
dll.
9. Melaksanakan kegiatan mutu keperawatan dan menghadiri rapat ruangan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
351
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

V. WEWENANG

1. Memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil (antenatal care),


persalinan normal, ibu nifas, bayi baru lahir dan bayi rawat gabung.
2. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan.

VI. TANGGUNG JAWAB

1. Ketepatan kehadiran dalam menjalankan tugas.


2. Ketepatan dan keakuratan jumlah alat dan obat yang dibutuhkan.
3. Ketepatan dan kecepatan dalam melaksanakan SMK3.
4. Ketepatan dan kenyamanan dalam melakukan KIE.
5. Ketepatan dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan.
6. Ketepatan dalam melaksanakan kolaborasi.
7. Ketepatan dalam mengikuti kegiatan ilmiah, mutu keperawatan dan
menghadiri rapat ruangan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
352

Anda mungkin juga menyukai