Anda di halaman 1dari 41

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN

JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

MATERI INTI 5
RUJUKAN ASUHAN KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif,


pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat
yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah
mereka berada.

Pelayanan Kebidanan pada kasus rujukan adalah pelayanan yang


diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan neonatus dengan
masalah dan atau dengan komplikasi. Materi ini mengajarkan tentang
bagaimana melaksanakan rujukan asuhan kebidanan sesuai standar asuhan
kebidanan pada jenjang bidan terampil pelaksana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan asuhan
kebidanan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis
2. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus patologis

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis


Pokok Bahasan 2. Rujukan klien/pasien pada kasus patologis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
420
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Bermain peran

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Skenario bermain peran

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan,
sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator memandu peserta untuk latihan membuat rencana pelayanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
421
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran :
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS FISIOLOGIS

a. Latar belakang

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan


rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan,
melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan
kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian
ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa
kita. Masalah 3T (Tiga Terlambat) merupakan salah satu hal yang
melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat
mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan


pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan
ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu,
kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi
keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk


merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam
melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

b. Pengertian

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap


kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga
atau pengetahuan, obat, dan peralatannya).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
422
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

c. Jenis-Jenis Rujukan

1) Rujukan Medik

Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional.

Jenis rujukan medik antara lain :


a) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan
diagnostic, pengobatan, tindakan operatif dan lain – lain.
b) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge/personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

2) Rujukan Kesehatan

Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen


ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

d. Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat


“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :

1) B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga


kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan
untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan–bahan yang
diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter dan
stetoskop.
3) K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)
dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan,
atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
423
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5) O (obat) : bawa obat–obat esensial diperlukan selama perjalanan


merujuk.
6) K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
7) U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan
kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan.

e. Mekanisme Rujukan

1) Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu


dan puskesmas
a) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena
mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.

b) Pada tingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas


Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.

2) Menentukan tempat tujuan rujukan


Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.

3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan


keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu

4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui


telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

5) Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu
dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
424
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus


mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.

6) Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

7) Tindak lanjut penderita


a) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan tindak
lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor,
maka perlu dilakukan kunjungan rumah.

f. Hirarki Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan


kesehatan yang ada mulai dari :

1) Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.

Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes/Poskesdes,


Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya
milik pemerintah maupun swasta.

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,


preventif, deteksi dini dan memberikan Pertolongan Pertama pada
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra
rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan UKBM termasuk
Posyandu.

2) Pelayanan kesehatan tingkat sekunder.

Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah


maupun Swasta yang setara dengan RSU Kelas D, C dan B Non
Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA).

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,


preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan dan
kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan kasus (PONEK).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
425
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3) Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A

Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah
maupun swasta.

Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif,


preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus
komplikasi mencegah terjadinya keterlambatan penanganan, kolaborasi
dengan nakes lain dalam penanganan kasus PONEK dan asuhan
kebidanan/penatalaksaaan kegawatdaruratan pada kasus-kasus
kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.

g. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar


dan Komprehensif ( PONED & PONEK )

1) Pengertian :
Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan baik,
artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan
penanganan.

2) Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan :


Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin, nifas
atau bayi baru lahir), tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, tenaga bidan perlu memiliki kemampuan penanganan
kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat.

3) Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan :

a) Di Masyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam
memberikan pelayanan esensial, deteksi dini dan penanganan
kegawatdaruratan (PPGDON).

b) Di Puskemas
Peningkatan kemampuan dan kesiapan puskesmas dlm
memberikan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED).

c) Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab/kota dalam
PONEK.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
426
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

d) Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal.


Koordinasi lintas program, AMP kab/kota, dll.

4) Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan


Kesehatan Ibu dan Bayi :
a) Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas
b) Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/
Kota
c) Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota

Jenis Kriteria Pelayanan Kesehatan Rujukan :

a. PUSKESMAS PONED

Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan


obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan
neonatus.

Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi :


1) Pemberian oksitosin parenteral
2) Pemberian antibiotik parenteral
3) Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan
plasenta manual
4) Melakukan kuretase, plasenta manual dan kompresi bimanual
5) Partus dengan tindakan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep

Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi :


1) Resusitasi bayi asfiksia
2) Pemberian antibiotik parenteral
3) Pemberian anti konvulsan parenteral
4) Pemberian Phenobarbital
5) Kontrol suhu
6) Penanggulangan gizi

b. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan
prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan
kegawatdaruratan obstetri neonatal dasar secara komprehensif dan
terintegrasi selama 24 jam secara langsung terhadap ibu hamil, nifas dan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
427
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader, bidan,
Puskesmas PONED, dll.

Kemampuan PONEK meliputi :


1) Pelayanan Obstetri Komprehensif
 Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
 Transfusi darah
 Bedah Caesar

2) Pelayanan Neonatal Komprehensif


 Pelayanan neonatal emergensi dasar
 Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam :


1) Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat,
cermat dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP.
2) Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk melaksanakan
PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang dikembangkan) – tim
PONEK terlatih.
3) Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme
kerja dan kewenangan unit pelaksana/tim PONEK – ada kebijakan.
4) Dukungan penuh dari Bank Darah/UTD – RS, Kamar Operasi, HCU/
ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya.
5) Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap
(laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain).

Pokok Bahasan 2.

RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS PATOLOGIS

Pengertian : suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus


kebidanan atau dengan penyakit penyerta atau komplikasi yang memerlukan
pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, fasilitas dan peralatan yang
memadai, atau kondisi klien/pasien di luar kewenangan bidan.

Indikasi Perujukan Ibu, yaitu :


 Riwayat sectio secaria
 Perdarahan per vaginam
 Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
 Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
428
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Ikterus
 Anemia berat
 Tanda/gejala infeksi
 Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
 TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk
5/5
 Presentasi bukan belakang kepala
 Kehamilan gemeli
 Presentasi majemuk
 Tali pusat menumbung
 Syok

Pada bab ini akan dibahas contoh–contoh kasus patologis asuhan


kebidanan pada kasus rujukan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
yang dapat ditangani oleh bidan di pelayanan dasar (Polindes/Poskesdes,
Puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS), Rumah Bersalin/RB) sebelum
dirujuk dan penanganan di tempat pelayanan rujukan (Puskesmas PONED
dan Rumah Sakit PONEK).

Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan kebidanan


kepada klien sesuai dengan Pedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan
Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan
Kebidanan Kepmenkes No. 938 tahun 2007, dimana pengambilan keputusan
klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan berdasarkan
permasalahan yang ditemui. Setelah diagnosa dibuat, maka diberikan
intervensi sesuai dengan prioritas kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai
kewenangan bidan, dan kewenangan tempat pelayanan dasar, PONED serta
PONEK. Kemudian pencatatan asuhan pada formulir/status klien/Rekam
medis yang digunakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
429
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

ALGORITMA ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS RUJUKAN

A. Ibu Hamil

1. ABORTUS IMMINENS

Penilaian Cepat :
 KU ibu
 Perdarahan pervaginam sedikit
 Nyeri abdomen
 Tidak ada pembukaan serviks

 Konseling
 Batasi aktivitas yang berlebih
 Pantang sanggama

Perdarahan berhenti Perdarahan


berlanjut

**  Konseling **
Asuhan kehamilan normal  Kolaborasi untuk evaluasi
 Kolaborasi untuk pemeriksaan USG

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
430
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. ABORTUS INSIPIENS

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam banyak, terus
menerus
 Ada dilatasi serviks
 Tidak ada pengeluaran jaringan hasil
konsepsi

 Stabilitasi KU ibu
 Konseling

Ekspulsi spontan Ekspulsi tidak spontan

Asuhan pasca abortus  Konseling


 Kolaborasi evaluasi hasil konsepsi
 Oksitosin drip 20 IU unit dalam
500 ml RL *

Tidak berhasil  Rujuk

**
Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
curetage **

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
431
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. GERAKAN JANIN YANG TIDAK DIRASAKAN

Penilaian Cepat :
 Tidak merasakan gerakan janin > 22 mgg
 Berkurangnya pergerakan janin
 DJJ tidak terdengar atau berkurang/
lambat

DJJ terdengar Tidak terdengar DJJ

 Konseling
 Persiapan Calon donor darah RUJUK
 Lakukan rujukan

**  Konseling **
RUJUK  Observasi KU ibu dan
Janin
 Persiapan O2
**  Persiapan Resusitasi
 Konseling **  Persiapan Induksi
 Observasi KU ibu  Pemeriksaan Lab :
dan janin Darah Lengkap,
 Kolaborasi dengan Fibrinogen,
SpOG untuk pembekuan, crosh
pemeriksaan USG match
 Kolaborasi dengan
SpOG untuk
tatalaksana kasus ini
 Observasi ketat pada
proses induksi

Keterangan :

: Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
432
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

4. ABORTUS INKOMPLIT

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam banyak, terus
menerus
 Ada dilatasi serviks
 Ada pengeluaran sebagian jaringan hasil
konsepsi

KU Ibu Baik KU Ibu Kurang baik

 Konseling
 Beri Infus RL 500 ml 20 tetes/menit Rujuk
 Lakukan evakuasi digital

**  Konseling **
 Beri Infus RL 500 ml
20 tetes/menit
 Jika Hb < 9 gr% siapkan
transfusi
 Kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk curetage

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
433
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5. ALGORITMA PENANGANAN ABORTUS KOMPLIT

Penilaian Cepat :
 Perdarahan pervaginam sedikit
 Sudah ada pengeluaran seluruh jaringan
hasil konsepsi

 Konseling
 Observasi Perdarahan

Anemia Sedang Anemia Berat

 Konseling asuhan pasca keguguran


 Sulfas ferros tablet 600 mg/hari Rujuk
selama 2 minggu
 Pemantauan lanjut

**  Kolaborasi untuk transfusi **


 Konseling asuhan pasca
**
keguguran **

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
434
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

6. ALGORITMA PENANGANAN DEMAM DALAM KEHAMILAN

Penilaian Cepat
Penyebab Ibu Demam
 Suhu ≥ 38 C
 KU Ibu & Janin

 Ibu istirahat baring


 Anjurkan ibu untuk minum banyak
 Kompres untuk menurunkan suhu
 Beri tablet penurun panas
 Beri tablet Antibiotik Amoksillin 3 x 500 mg
selama 5 hari

Identifikasi Penyebab Demam

Membaik Tidak Membaik

Rujuk
Asuhan Kehamilan normal
* *
 Konseling gizi dan menganjurkan
ibu untuk banyak minum
 Kolaborasi untuk pemberian
antibiotic parenteral
 Oksitosin drip 20 m unit dalam 500
ml RL

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
435
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

7. ALGORITMA PENANGANAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU ( KET )

Penilaian Cepat
 Nyeri perut hebat
 Ada tidaknya perdarahan
pervaginam
 Abdomen nyeri tekan

 Stabilisasi KU ibu
 Observasi keadaan ibu
 Ambil sampel darah dan lakukan
persiapan tranfusi
 Siapkan calon donor darah

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

**  Beri O2 **
 Pengkajian ulang tentang tanda KET **
 Kolaborasi dengan SpOG untuk pemeriksaan Kavum
douglas
 Persiapan Laparatomi dan transfusi darah
 Konseling
 Pengukuran HB seri 3x
 Follow up 4 mgg berikutnya

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
436
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

8. ALGORITMA PENANGANAN KEHAMILAN PRETERM

Penilaian Cepat :
 Tanda persalinan : Kontraksi,
pembukaan serviks dan pengeluaran
pervaginan
 Kesejahteraan janin (DJJ)
 Umur Kehamilan < 37 minggu

 Istirahat Baring
 Segera rujuk

Nilai Kontraksi
Nilai Kesejahteraan Janin

 Hamil < 35 mgg, dilatasi serviks < 3 cm  Hamil > 35 mgg, dilatasi serviks > 3 cm
 Tidak ada amnionitis  Adanya perdarahan pervaginam
 Tidak ada gawat janin  Adanya gawat janin
 Adanya Amnionitis
 Atau ada pre eklampsia

**  Kolaborasi pemberian tokolitik **


 Kolaborasi terapi pematangan paru **  Kolaborasi untuk terminasi
 Observasi perkembangan kontraksi persalinan**
(kemajuan persalinan)
 Observasi dan nilai pemberian terapi
tokolitik

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
437
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

9. ALGORITMA PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA DALAM KEHAMILAN

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu dan Janin
 Perdarahan pervaginam
 Nyeri perut dan tegang
 Gerakan bayi berubah
 DJJ berkurang menjadi lambat atau
tidak terdengar

Selama Perjalanan :
 Stabilisasi KU ibu dan tanda gawat janin
 Konseling keluarga
 Buat catatan tentang semua penilaian yang
dilakukan dan obat-obatan yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK

**  Pengkajian ulang tentang tanda solutio plasenta


 Nilai kontraksi uterus dan keadaan janin
 Jika usia kehamilan < 35 mgg, dilatasi serviks < 3
cm, Kolaborasi dengan SpOG untuk pemberian
tokolitik
 Kolaborasi terapi pematangan paru bayi **
 Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk persalinan
segera

Keterangan :

: Penanganan Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
438
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

10. ALGORITMA PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Penilaian Cepat :
 Keluar cairan ketuban tiba-tiba/merembes
 Ada/tidaknya tanda-tanda persalinan
 Usia kehamilan preterm atau aterm

Konseling
Jangan lakukan periksa dalam

Tidak ada tanda infeksi Adanya tanda infeksi

 Beri antibiotic Ampicillin 1x500 mg  Beri antibiotic Ampicillin 1000 mg


(dosis awal) (dosis awal)
 Beri dukungan dan pendampingan  Beri dukungan dan pendampingan
 Lakukan rujukan  Lakukan rujukan

*  Konseling *
 Beri antibiotic Ampicillin 4x500 mg
selama 7 hari + Erytromycin 3x250
selama 7 hari

RS PONEK
Portio Belum matang RUJUK
Infeksi

 Belum aterm  Belum aterm


 Adanya infeksi  Tidak adanya
infeksi

 Tidak boleh diberi  Kolaborasi utk


**korticosteroid** **
pemberian
 Beri antibiotic korticosteroid **
Ampicillin 4x500 mg  Konseling
Keterangan : selama 7 hari +  Informed consent
Erytromycin 3x250 semua tindakan
: Bidan Mandiri di Pelayanan Dasar selama 7 hari  Observasi KU ibu dan
 Konseling janin
*: Penanganan di Puskesmas PONED  Informed consent
semua tindakan
 Observasi KU ibu dan
** ** : Penanganan di RS PONEK Janin

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
439
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

B. Ibu Bersalin

1. ALGORITMA PENANGANAN PERSALINAN LAMA


Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi

Kemungkinan CPD dapat Malpresentasi/malposisi Terdapat CPD


disingkirkan dan keadaan bayi baik (kaput, molase, oedem, bandl’s
(lihat askeb kasus rujukan ibu
ring, gawat janin) atau tumor
bersalin 2)
jalan lahir
Kala I aktif Kala II memanjang

Tidak maju dgn HIS adekuat Tidak maju dgn HIS tdk adekuat Syarat Syarat
ekstraksi ektraksi tidak
terpenuhi terpenuhi
 Perbaiki KU Ibu dan janin
 Anjurkan ibu jalan2/rubah posisi Infus oksitosin *
Koreksi :
 Infeksi Partus pervaginam
 Kelelahan ekstraksi vakum *
 Dehidrasi
 Gangguan elektrolit
 Kosongkan kandung kemih

Amniotomi * Respon baik Tidak ada Respon

Tidak Respon Respon Partus pervaginam

Seksio caesaria**

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED


: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
440
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. PARTUS DENGAN MAL PRESENTASI DAN MAL POSISI

Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi

Malpresentasi puncak kepala, Presentasi kaki dan Presentasi


dahi dan muka/Malposisi letak lintang bokong

Kala I aktif Kala II Kepala extensi


maximal dan atau
TBJ >3500 g
Tidak maju dgn HIS adekuat Tidak maju dgn HIS tdk adekuat

Presentasi
Infus oksitosin * puncak kepala,
 Perbaiki KU Ibu dan janin dahi dan muka
 Anjurkan ibu merubah posisi Ya Tidak
dengan dagu
belakang
Koreksi :
 Infeksi Perjalanan
 Kelelahan persalinan
 Dehidrasi
sesuai
 Gangguan elektrolit
fisiologis
 Kosongkan kandung kemih Respon baik Tidak ada
Respon

Amniotomi *
Tidak Ya

Partus
Tidak Respon Respon
Pervaginam *
Partus
Pervaginam *

Sectio Caesaria **

Keterangan:

: Pelayanan Kesehatan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
441
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. DISTOSIA BAHU
Penilaian Cepat 3 P
(Power, Passege, Passengger)

Informed Consent

Identifikasi Turtle
“Sign”

- Episiotomi
- Minta Tolong

Mac Robert

Desinpaksi Bahu depan * Berhasil

Rotasi Bahu Posterior * Berhasil

Berhasil
Lahirkan Lengan Posterior *

Tidak berhasil Knee Chest Position * Berhasil

Sudah diulangi tidak berhasil * Berhasil

Janin meninggal, - Fraktur


Zavaneli **
inform consent untuk klavikula/humaris**
embriotomi** - Sympiolisis**

Seksio
caesaria** Tidak Ya

Pervaginam
Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan Dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED


: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
442
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

4. ALGORITMA PENANGANAN DISTENSI UTERUS

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu Dan Janin

Informed Consent

 Observasi keadaan ibu dan


janin
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Jika Pembukaan Selama perjalanan :


lengkap - Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Buat catatan tentang semua penilaian,
tindakan yang dilakukan dan obat-
obatan yang diberikan

Pimpin persalinan
dengan antisipasi
Distosia Bahu,
perdarahan post
partum, dll *
Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan
**

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

: Penanganan di Puskesmas PONED


*

**
: Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
443
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5. ALGORITMA PENANGANAN PERSALINAN DENGAN PARUT


UTERUS
Penilaian Cepat
Keadaan Umum ibu dan janin

Informed Consent

 Observasi keadaan ibu dan


janin
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Jika Pembukaan Selama perjalanan :


lengkap - Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Bila didapat tanda ruptur uteri berikan
Oksigen 4-6 L/menit, pasang IV line ringer
laktat
- Bila didapati tanda ruptur uteri iminens
Pimpin persalinan dengan kolaborasi dengan dokter dalam melakukan
antisipasi perdarahan tok
post partum, dll * - Buat catatan tentang semua penilaian,
tindakan yang dilakukan dan obat-obatan
yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan **

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
444
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

6. ALGORITMA PENANGANAN GAWAT JANIN DALAM PERSALINAN

Penilaian Cepat
Keadaan janin

Informed Consent

 Ibu dibaringkan miring ke kiri, jika tidak


memungkinkan bisa miring ke kanan
 Anjurkan ibu untuk makan dan minum,
bila tidak memungkinkan beri cairan
parenteral
 Beri oksigen
 Stabilisasi KU ibu dan janin

Identifikasi

Membaik Tidak membaik

Selama perjalanan :
- Awasi KU ibu dan tanda gawat janin
- Berikan oksigen 4-6 liter/menit
Pimpin persalinan dengan
- Buat catatan tentang semua penilaian,
antisipasi bayi asifiksia, dll * tindakan yang dilakukan dan obat -
obatan yang diberikan

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk
terminasi persalinan **

Keterangan :

: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
445
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

7. ALGORITMA PENANGANAN EKLAMSIA/PREEKLAMSIA

Penilaian Cepat
Keadaan Umum Ibu dan Janin

Informed Consent

Baringkan ibu pada sisi kiri :


 Pasang infus dan beri cairan terbatas (NaCl 0,9% atau RL)
 Beri Oksigen 4-6 L/mnt melalui masker atau kanula nasal
 Pantau Suhu, Nadi, Tekanan Darah dan Pernapasan
Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
 Frekuensi pernapasan minimal <16x/mnt
 Reflek patella - (negaitif)
 Urin minimal <30ml/jam dalam 4 jam terakhir

Identifikasi

Preeklampsia ringan Preeklampsia ringan kehamilan > 37 mgg Preeklampsia berat


Kehamilan < 37 mgg
Selama perjalanan :
 Stabilisasi KU ibu dan tanda gawat janin
 Konseling keluarga
Kunjungan  Buat catatan tentang semua penilaian yang
rumah dilakukan dan obat-obatan yang diberikan

Kolaborasi dengan dokter untuk * :


Tatalaksana preeklampsia / eklampsia
dengan pemberian larutan MgSO4 20%
Rujuk ke RS PONEK
sebanyak 4 gram IV selama 5 menit ,
dengan Prinsip BAKSOKUDA
dan segera rujuk

Kolaborasi dengan dokter SpOG


untuk ** :
 Tatalaksana preeklampsia /
eklampsia
 Terminasi persalinan

Keterangan :
: Pelayanan Kesehatan dasar

* : Penanganan di Puskesmas PONED

** : Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
446
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

8. ALGORITMA PENANGANAN IUFD DALAM PERSALINAN

Penilaian Cepat
Keadaan Umum ibu dan Janin

Informed Consent

Stabilisasi KU ibu

Cari penyebab IUFD


Kolaborasi dengan
dokter untuk * :
Selama perjalanan :  Persiapan transfusi
Stabilisasi KU ibu  Tidak ada gangguan
Konseling keluarga pembekuan darah ibu,
Buat catatan tentang semua penilaian yang Induksi persalinan
dilakukan dan obat-obatan yang diberikan  Ada gangguan pembekuan
darah ibu, segera rujuk

Rujuk ke RS PONEK
dengan Prinsip BAKSOKUDA

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk ** :


 Persiapan transfusi darah
 Tatalaksana IUFD
 Terminasi persalinan

Keterangan :
: Pelayanan Kesehatan dasar

: Penanganan di Puskesmas PONED


*

: Penanganan di RS PONEK
**

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
447
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

C. Ibu Nifas

1. ATONIA UTERI

Masase fundus uteri


Segera sesudah
plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Ya
Uterus Kontraksi Evaluasi Rutin

Tidak

 Evaluasi/bersihkan bekuan darah/selaput ketuban


 Kompresi Bimanual Interna (KBI)  maks. 5 menit

Ya
- Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus Kontraksi - Keluarkan tangan secara hati-hati
- Lakukan pengawasan kala IV
Tidak
 Ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
 Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
 Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m
 Pasang infus RL guyur
 Lakukan lagi KBI

Ya
Uterus Kontraksi Pengawasan kala IV

Tidak
 Rujuk siapkan laparotomi Penanganan bidan mandiri
 Lanjutkan pemberian infuse + 20 IU Oksitosin minimal 500
cc/jam hingga mencapai tempat rujukan * Penanganan di Puskesmas
 Selama perjalanan dapat dilakukan kompresi aorta PONED
abdominalis atau Kompresi Bimanual eksternal
** Penanganan di RS PONEK

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika


**

Berhenti
Perdarahan ** Pertahankan Uterus **

Tetap

Histerektomi **

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
448
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. ROBEKAN JALAN LAHIR

Perdarahan Pervaginam setelah


Persalinan

Kontraksi Uterus +

Robekan Perineum Robekan Vagina Robekan Cervix

- Jepit
Penjahitan Penjahitan - Rujuk

Perdarahan Perdarahan Penjahitan


Cervix**

Berhenti

Pengawasan
Kala IV Tidak

Rujuk

Penanganan bidan mandiri

* Penanganan di Puskesmas PONED

**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
449
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. SISA PLASENTA

- Perdarahan < 24 jam


- Plasenta sudah lahir

Kontraksi (+)

Robekan (+) Robekan (-)

Perdarahan (+) Perdarahan (- ) Sisa Plasenta


- Eksplorasi Digital

Plasenta Manual
Berhasil Tidak

- Uterotonika
- AVM *
- Antibiotik

Berhasil Tidak

- Uterotonika Kuretase **
- Antibiotik *

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
450
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

4. ALGORITMA PENATALAKSANAAN PERDARAHAN DENGAN


RETENSIO PLASENTA

Plasenta Tidak Lahir >30mnt

Aktif Manajemen Kala III ?

Sudah Belum

Lakukan Aktif Manajemen


Perdarahan (+) Perdarahan (- )
Kala III

Plasenta Manual Operasi**

Berhasil Tidak Berhasil

- KBI
- Ergometrin - Laparatomi**
0,2mg 1 M - Ligasi**
- Observasi Kala - Histerektomi**
IV

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
451
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5. ALGORITMA PENANGANAN INFEKSI PAYUDARA

 Payudara Nyeri
 Bengkak
 Demam

Pus Positif Pus Negatif

Abses Payudara Bengkak Satu Sisi Bengkak dua sisi

 Antibiotik kloksasilin 500mg/oral  Mastitis Gangguan Laktasi


4x sehari selama 10 hari  Gangguan laktasi
 Atau eritromisin 250mg, 3x  Antibiotik kloksasilin 500mg/oral
sehari selama 10 hari 4x sehari selama 10 hari
 Menyusui terus  Atau eritromisin 250mg, 3x sehari
 Gunakan BH Penyangga selama 10 hari
 Kompres sebelum menyusui  Kompres sebelum menyusui
 Paracetamol 500mg  Paracetamol 500mg

Evaluasi selama 3 hari


Pus Masih Pus Sudah
Positif Negatif
Kolaborasi
Drain abses dengan dokter
* *

Bila perlu rujuk ke RS PONEK


 Tampon, buka tepinya
 Lanjutkan menyusui **
 Topang dgn BH Penyangga
 Kompres sebelum menyusui
 Paracetamol 500mg *

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
452
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

6. ALGORITMA PENANGANAN GANGGUAN LAKTASI

 Kedua payudara bengkak


 Nyeri tekan

Bendungan Payudara

Tidak Menyusui
Menyusui

 KIE Cara Menyusui  Supresi laktasi


 Kompres Hangat  Analgetik
 Massage Punggung & Leher
 Penggunaan BH yang
menunjang
 Analgetik

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
453
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

7. ALGORITMA PENATALAKSANAAN INVERSIO UTERI

Perdarahan <24 jam

Nyeri perut

Palpasi fundus tidak teraba

Tampak masa di vagina (bukan serviks)

Stabilisasi keadaan
umum

Reposisi

Berhasil Tidak berhasil

Uterotonika
Operasi**
Antibiotik

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
454
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

D. Bayi Baru Lahir

1. ALGORITMA PENANGANAN ASFIKSIA

BBL

Menangis Tidak
Spontan menangis

Apgar 8 - 10
VTP

ABN Berhasil Tidak Berhasil

Apgar 3 - 7 Apgar 0 – 2

Gagal Nafas

Rujuk RS PONEK **) Tidak Menangis


Dengan prinsip VTP terus
BAKSOKU s.d 10 Menit

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
** Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
455
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. ALGORITMA PENANGANAN HIPOTERMI

BBL Radiasi

Evaporasi

Konveksi
20 menit
paska natal Konduksi

(REKK)
Suhu turun 2 – 4o
Suhu Normal
Celsius
(36,5 – 37,5 oC)
Hangatkan Metode
Asuhan Bayi Kangguru/PMK *

Normal ASI on demand *)


Berhasil Tidak berhasil

2 jam t tidak naik 1 jam t tidak naik


Hipotermi sedang Hipotermi Berat
(Suhu 36 – 36,4 oC) (Suhu < 36 oC)
)
Rujuk
Tindakan ** PONEK

Inkubator

ASI/OGT

Infus Dektrose 10% 60-80 ml/kg BB/ 24 jam

Terapi sesuai dengan penyulit **)

Penanganan dasar / bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
456
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. ALGORITMA PENANGANAN GANGGUAN NAPAS

BBL

TIDAK
MENANGIS
MENANGIS

VTP

TIDAK
ABN BERHASIL BERHASIL

GEJALA
 Sianosis/biru
FAKTOR RESIKO  Nafas < 40 - >60/ menit
 Apneu (henti nafas)
BLB  PCH +
BKB GANGGUAN NAFAS  Merintih
BKMK  Retraksi intercostals
Infeksi TORCH epigastrik
KPSW
Partus Lama Tindakan Stabilisasi :
Gawat Janin Bebaskan jalan nafas dan
SP, PP beri O2
PEB, Eklampsia Apneu  resusitasi (PRN)
dll Jaga bayi tetap hangat
selama perjalanan
Penanganan dasar Rujuk RS PONEK

Penanganan
Puskesmas PONED
Penanganan
RS PONEK Tata Laksana : **
 Terapi O2 ( O2 Nasal + H.B/ CPAP)
 Infus Dext 10% 60-80 cc /Kg/jam/hr
 Stabilisasi Suhu (36,5-37,5 )
 Pemberian AB (Indikasi)
 BBLR/BKB : Apnoe, Aminopilin dosis awal 6 mg/
kg BB, diteruskan 2 Mg/kg BB setiap 8 jam (7 hr)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
457
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN HYPOGLIKEMI

BBL

MENANGIS
(Kadar Glukosa
Normal) Gejala :
 Kejang tak tenang
 Kedjang gerakan tak
Hipoglikemi
beraturan Jeffery
ABN  Sianosis
Kadar glukosa < 40 –
45 mg%  Kejang
 Tremor
Faktor risiko  Letargi
Risiko kehamilan :  Poor feeding (asupan jelek)
 Prematur
 Post matur
 BBLR Rujuk RS PONEK
 Dismatur **)
 Ibu DM

Risiko persalinan :
 Asfiksia
 Makrosomia Tindakan : **
 Bolus glukose 200 mg/kg (2cc/kg
gukosa 10 % diteruskan glukose 10 %
60 – 80 ml/kg/hari
 Stabilisasi suhu
 Hipoglikemi refrakter:
Infus glukose 12 mg/kg/menit
Hidrokortison 5 ml/kg IV/IM tiap 12 jam
Glukagon 200 Ug IV perinfus diteruskan
10 Ug/kg
 Dioksaside 10 mg/kg/hari tiap 8jam

Penanganan dasar / bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
458
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

FAKTOR RESIKO
BBL PASCA
- Riwayat RESUSITASI
kehamilan primi
tua, muda,
spacing < 1 th,
riwayat BBLR
sebelumnya
- Pekerja berat,
- Sosial ekonomi,
merokok,
pengguna obat,
anemia berat
- PEB, hipertensi
HDK, ibu dengan BBL DENGAN BERAT
infeksi BADAN LAHIR
- Bayi cacat bawaan
RENDAH
- Infeksi intra uterin

BBL > 2000 gr tanpa BBL > 2000 gr


penyulit di dengan penyulit dan
komunitas BBL < 2000 gr tanpa
penyulit

Bermasalah
Tidak

PMK
ASI eksklusif RUJUK RS PONEK **
Pencegahan
Infeksi

Penanganan bidan mandiri


* Penanganan di Puskesmas PONED
**Penanganan di RS PONEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
459
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VIII. REFERENSI

1. Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya


2. Pedoman Asuhan Kebidanan Pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin,
Nifas, dan BBL
3. Perpres RI No. 9 tahun 2010 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan
4. Permenkes No. 551/Menkes/Per/VII/2009 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
5. Permenpan No. 01/PER/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsional dan
Angka Kreditnya
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 1110/Menkes/PB/XII/2008 dan No. 25 tahun 2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
7. Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/
Kota
8. Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

IX. LAMPIRAN

A. Skenario bermain peran


1. Bagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Lihatlah contoh kasus di bab inti 2 standar asuhan kebidanan
3. Dari contoh kasus di bab inti 2, mintalah peserta untuk melakukan
bermain peran penatalaksanaan rujukan yang tepat sesuai kasus yang
ditangani jika pasien berada di pelayanan kesehatan :
a. Kelompok I: Polindes
b. Kelompok II : Poskesdes
c. Kelompok III : Bidan Mandiri
d. Kelompok IV : Puskesmas rawat jalan
e. Kelompok V : BPS
4. Masing – masing kelompok membagi peran sebagai bidan, ibu/klien,
suami, keluarga, narator.
5. Sebelum bermain peran, siapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai
dengan kasus. Khusus untuk asuhan pada bayi baru lahir, peserta
dapat menggunakan manekin yang disiapkan panitia.
6. Diskusikan evaluasi bermain peran bersama-sama.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
460

Anda mungkin juga menyukai