Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM RUJUKAN
DOSEN :ISLAMIYATI, AK., MKM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
1. Sapta Aprilia Khasanah 2115371071
2. Sari Anugrah Putri 2115371072
3. Srie Elvie Yanda 2115371073
4. Salsa Billa 2115371078

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKHNIK KESEHATAN RANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN METRO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah
ini terdiri dari pokok pembahasan mengenai " system rujukan “
Dalam penyelesain makalah ini, kami sedikit mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
teori ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami.
Kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat berharap kritik dan saran yang bersifat positif demi
penyempurnaan makalah ini.

Metro, 05 september 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Jenis-jenis Rujukan............................................................................................4
C. Persiapan Rujukan..............................................................................................4
D. Mekanisme Rujukan...........................................................................................4
E. Hirarki Pelayanan Kesehatan.............................................................................6
F. Kebijakan Pengelolaan Rujukan Obstetri dan Neonatus Dasar dan
komprehensif (KONED &
PONEK).............................................................................................................6
G. Rujukan Klien/Pasien pada kasus Patologis......................................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................9

A. Kesimpulan........................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam


Permenkes No. 01 Tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Sederhananya,
sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan
kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang


kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar
belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan.

Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan


kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang
menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian Sistem Rujukan?
2. Apa saja jenis-jenis Rujukan?
3. Apa saja persiapan untuk Rujukan?
4. Bagaimana mekanisme Rujukan?
5. Bagimana hirarki pelayanan kesehatan?
6. Bagimana kebijakan pengolahan rujukan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Rujukan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Rujukan
3. Untuk mengetahui persiapan Rujukan
4. Untuk mengetahui mekanisme Rujukan
5. Untuk mengetahui hirarki Pelayanan kesehatan
6. Untuk mengetahui kebijakan pengolahan rujukan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi


klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan, obat,
dan peralatannya).

Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009,


merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dariunit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal antar unitunit yang stingkat kemampuannya. Sistem rujukan upaya
keseamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah
yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antar unit yang sederajat) maupun
horizontal (komunikasi inti yang lebih tingi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi

B. Jenis-Jenis Rujukan
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
1. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul
baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional.
Jenis rujukan medic antara lain:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,
pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lenih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
2. Rujukan kesehatan

Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas


yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

C. Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat


“BAKSOKUDA” yang dijabarkan sebagai berikut :

1. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten


dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
2. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
3. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
5. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
cepat
7. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan
8. DA (Darah & Do’a)

D. Mekanisme Rujukan
Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
a. Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat
menetapkan tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu atau
dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam
perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan
seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat
rujukan.
6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka perlu
dilakukan kunjungan rumah
E. Hirarki Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan yang ada
mulai dari:
1. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes / Poskesdes, Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun
swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri neonatal
(PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan
UKBM termasuk Posyandu
2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder
Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun Swasta
yang setara dengan  RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit
Bersalin (RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah  terjadinya
keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan
kasus (PONEK).
3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A
Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi
dini, melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain dalam penanganan kasus
PONEK dan asuhan kebidanan/penatalaksaaan kegawat-daruratan pada kasus-kasus
kompleks sebelum mendapat penanganan lanjut.

F. Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar


dan Komprehensif ( PONED & PONEK )
Pengertian: Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan baik,
artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan penanganan
Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas atau bayi baru
lahir), tidak dapat diprediksi.Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan
penanganan kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat
Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
1. Dimasyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam memberikan pelayanan
esensial, deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan  (PPGDON)
2. Di Puskemas
Peningkatan kemampuan  dan kesiapan puskesmas dlm memberikan Penanganan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED )
3. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK
4. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal
Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll

Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi

1. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas


2. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/Kota
3. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota

Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:


1. PUSKESMAS PONED
Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetri
neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal
dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan neonatus

Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:

a. Pemberian oksitosin parenteral


b. Pemberian antibiotik parenteral
c.  Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan plasenta manual
d. Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual
e.  Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep
Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:

a. Resusitasi bayi asfiksia


b. Pemberian antibiotik parenteral
c. Pemberian anti konvulsan parenteral
d. Pemberian Phenobarbital
e. Kontrol suhu
f. Penanggulangan gizi

2. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM


Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pertolongan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dasar dan komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam secara langsung
terhadap ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader, bidan, Puskesmas PONED, dll

Kemampuan PONEK meliputi :

a. Pelayanan obstetri komprehensif


 Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)
  Transfusi darah
 Bedah Caesar
b. Pelayanan Neonatal Komprehensif
 Pelayanan neonatal emergensi dasar
  Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam:

a.  Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat-cermat


dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP
b. Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk melaksanakan
PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang dikembangkan) – tim PONEK
terlatih
c. Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme kerja dan
kewenangan unit pelaksana/tim PONEK- ada kebijakan 
d.  Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar Operasi,
HCU/ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya 
e. Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap
(laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain. )

G. RUJUKAN KLIEN/PASIEN PADA KASUS PATOLOGIS


Pengertian: suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus kebidanan atau
dengan penyakit penyerta atau komplikasi yang memerlukan pelayanan dengan
menggunakan pengetahuan, fasilitas, dan peralatan yang memadai, atau kondisi
klien/pasien di luar kewenangan bidan.
Indikasi perujukan ibu yaitu :
1. Riwayat seksio sesaria
2. Perdarahan per vagina
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10.  Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
11.  Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12.  Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
13.  Presentasi bukan belakang kepala
14.  Kehamilan gemeli
15.  Presentasi majemuk
16.  Tali pusat menumbung
17.  Syok
Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan kebidanan kepada klien 
sesuai denganPedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin,
Nifas, dan Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan Kebidanan Kepmenkes nomor 938 tahun
2007, dimana  pengambilan keputusan klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan
berdasarkan permasalahan yang ditemui. Setelah diagnosa  dibuat, maka diberikan
intervensi sesuai dengan prioritas kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai kewenangan
bidan, dan kewenangan tempatpelayanan dasar, PONED serta PONEK. Kemudian
pencatatan asuhan pada formulir/ status klien/ Rekam medis yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi


klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan, obat,
dan peralatannya).

Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009,


merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dariunit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal antar unitunit yang stingkat kemampuannya. Sistem rujukan upaya
keseamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah
yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antar unit yang sederajat) maupun
horizontal (komunikasi inti yang lebih tingi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi.

B.SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan
lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di
hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan & Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal,Jakarta

Meilani,Niken,S.SiT,DKK.2009.Kebidanan Komunitas,Yogyakarta

Nur Muslimatun,Wafi.2010.Asuhan Neonatus Bayi & Balita,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai