Anda di halaman 1dari 11

1. PMK NO.

I529 tahun 2010

Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 1529/menkes/sk/x/2010 tentang

Pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dengan rahmat tuhan yang maha esa.

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka mendukung pencapaian visi pembangunan nasional 2005-2025 yaitu
indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, telah ditetapkan program pengembangan desa
siaga;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, perlu menetapkan
pedoman umum pengembangan desa siaga dan kelurahan siaga aktif dengan keputusan menteri
kesehatan;

Menetapkan :

kesatu : keputusan menteri kesehatan tentang pedoman umum pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif.

Kedua : pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif sebagaimana dimaksud
dalam diktum kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua digunakan sebagai acuan bagi
semua pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.

Keempat : pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif sebagaimana dimaksud dalam diktum
kedua berada di bawah koordinasi pusat promosi kesehatan kementerian kesehatan.

Kelima : pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pedoman ini dilaksanakan oleh:

(a) Kementerian kesehatan berkoordinasi dengan kementerian dalam negeri dan sektor terkait

lainnya; dan

(b) Dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten dan kota berkoordinasi dengan
badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa.

Keenam : keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


2. Desa Siaga
Desa siaga dimulai sejak pada tahun 2006 dan berkembang menjadi desa dan kelurahan
siaga aktif . sehingga dapat mengakses pelayanan kesehatan seperti :Pos kesehatan
daerah (poskesdes), Pusat kesehatan masyarakat pembantu (pustu), dan Puskesmas
Desa siaga aktif memiliki komponen yaitu :
a. Pelayanan kesehatan dasar.
Pelayanan primer berupa : pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, ibu menyusui,
anak, dan penanganan penderita penyakit

b. Pemberdayaan masyarakat melalui UKBM


survailans berbasis masyarakat untuk pencatatan dan pengamatan ini dibantu oleh
kader dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari kemenkes. Berupa : (1)
pengamatan dan pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi lingkungan dan
perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, (2) pelaporan
cepat (kurang dari 24jam) kepada petugas kesehatan agar mendapat respon cepat
(3) pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan (4)
pelaporan kematian

c. kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana. Berupa : (1) bimbingan dalam


pencarian tempat yang aman untuk mengungsi (2) promosi kesehatan dan
bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-
faktor penyebab masalah (3) bantuan/fasilitas (air bersih,jamban,pembuangan
limbah) (4) pelayanan kesehatan bagi pengungsi.

d. PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)


PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atasan dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga atau masayarakat
mampu menolong diriya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Ada 10 indikator perilaku Pembinaan PHBS di Rumah Tangga :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Member ASI Eklsuif kepada bayi
3) Menimbang BB balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik nyamuk
8) Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok didalam rumah

Persiapan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dilakukan kegiatan meliputi :
a. Pelatihan fasilitator
Fasilitator desa siaga adalah petugas promkes dari dinas kesehatan kabupaten dan dinas
kesehatan kota serta tenaga lain seperti LSM, PNPM mandiri, dunia usaha dan pihak lain.
Dengan materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam pengembangan
desa dan kelurahan siaga aktif.

b. Pelatihan petugas kesehatan


Pelatihan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan kualifikasi pesertanya, yaitu : (1)
pelatihan manajemen yaitu diikuti oleh para kepala puskesmas dan penjabat pengelola
program-program kesehatan di dinkes kabupaten/kota dengan materi konsep dan aspek-
aspek manajerial dari pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
(2) pelatihan pelaksana yaitu diikuti oleh para petugas yang diserahi tanggung jawab
membina desa siaga (satu orang untuk satu puskemas), Yang membantu pelaksanaan
UKBM didesa atau kelurahan yaitu bidan desa. Pelatihan ini ditekankan pada teknis
pelayanan desa siaga dan promkes

c. Analisis situasi perkembangan desa dan kelurahan siaga aktif


Daftar desa dan kelurahan dikelompokan dalam beberapa kategori :
(1) Desa dan kelurahan yang belum digarap
(2) Desa dan kelurahan siaga aktif purnama
(3) Desa dan kelurahan siaga aktif madya
(4) Desa dan kelurahan siaga aktif purnama
(5) Desa dan kelurahan siaga aktif mandii

d. Penetapan kader pemberdayaan masyarakat


KPM adalah anggota masyarakat desa dan keluragan yang memiliki pengetahuan,
kemauan dan kemampuan untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan patisifatif di desan dan kelurahan

e. Pelatihan kader pemberdayaan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan


Kabupaten dan kota yang belum menyelenggarakan pelatihan pemberdayaan diberikan
materi tentang pengembangan desa dan keluarga siaga aktif

Kabupaten dan kota yang sudah menyelenggarakan dan telah memiliki KPM diberikan
materi dan metode penyelenggaraan pelatihann pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif untuk KPM.
Pentahapan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
Kriteria Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Forum Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan Berjalan setiap
Desa / Kelurahan belum berjalan belum rutin setiap Triwulan bulan
setiap triwulan
2. KPM/Kader Kesehatan Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
minimal Orang orang orang atau lebih
2 Orang
3. Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan
Dasar
4. Posyandu & UKBM Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & Posyandu &
lainnya aktif UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
tidak aktif aktif aktif aktif
5. Dukungan dana untuk Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
kegiatan kesehatan di dari dari dari dari Pemerintah
Desa dan Kelurahan : Pemerintah Pemerintah Pemerintah Desa dan
- Pemerintah Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan Kelurahan serta
Kelurahan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta dua sumber
- Masyarakat belum ada satu sumber dua sumber dana lainnya
- Dunia usaha sumber dana dana lainnya dana lainnya
lainnya
6. Peran serta masyarakat Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
dan Organisasi masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
kemasyarakatan tidak ada peran peran aktif satu peran aktif dua peran aktif
aktif ormas ormas ormas lebih dari dua
ormas
7. Peraturan Kepala Desa Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
atau peraturan direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Bupati/Walikota
8. Pembinaan PHBS di Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
Rumah Tangga PHBS kurang PHBS minimal PHBS minimal PHBS minimal
dari 20% 20% rumah 40% rumah 70% rumah
rumah tangga tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada
yang ada

3. PIS-PK (program Indonesia sehat dan pendekatan keluarga)

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan


melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pem- berdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelaya- nan
kesehatan.

Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:


a. meningkat- nya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
b. meningkatnya pengendalian penyakit,
c. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
d. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Prioritas Pembangunan Kesehatan Tahun 2015 - 2019

Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan,


e. terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
f. meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

PIS menegakkan tiga pilar utama, yaitu:


(1) penerapan paradigma sehat,
(2) penguatan pela- yanan kesehatan, dan
(3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN)

Penerapan paradigma sehat dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam


pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan, pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.

A. Upaya Pembangunan Kesehatan Di Indonesia

1) Dalam upaya kesehatan ibu dan anak Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB), beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain : Penanganan
komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,
dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu
dekat jarak- nya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya >3 orang).
a. Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
(1) Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu.
(2) Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
(3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
(4) Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini dan KB paska
persalinan.
(5) Meningkatan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.

b. Untuk Bayi dan Ibu Menyusui:


(1) Mengupayakan jaminan mutu kun- jungan neonatal lengkap.
(2) Menyelenggarakan konseling ASI eksklusif.
(3) Menyelenggarakan pelayanan KB paska persalinan.
(4) Menyelenggarakan kegiatan pem- berian Makanan Pendamping ASI
(MP ASI).
c. Untuk Balita:
(1) Melakukan revitalisasi Posyandu.
(2) Menguatkan kelembagaan Pokjanal Posyandu.
(3) Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
(4) Menguatkan kader Posyandu.
(5) Menyelenggarakan Pemberian
(6) Makanan Tambahan (PMT) Balita.

d. Untuk Anak Usia Sekolah:


(1) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
(2) Melakukan revitalisasi Usaha Kese- hatan Sekolah (UKS).
(3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
(4) Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
(5) Menguatkan SDM Puskesmas.

e. Untuk Remaja:
(1) Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD).
(2) Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah
menengah.
(3) Menambah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR).
(4) Mengupayakan penundaan usia perkawinan.

d. Untuk Dewasa Muda:


(1) Menyelenggarakan konseling pranikah.
(2) Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan sehat produktif
(GP2SP) untuk wanita bekerja
(3) Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD.
(4) Menyelenggarakan konseling KB pranikah.
(5) Menyelenggarakan konseling gizi seimbang.

2) Dalam upaya menurunkan kematian bayi dan balita atau AKN (Angka
kematian neonatal)Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab
utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan
erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
Sedangkan, Penyebab kematian pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine
Fetal Death (IUFD), yakni sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) sebanyak 11,2%. Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan
selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan
adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan
melahirkan serta menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu
melindungi bayi dari infeksi.

3) Gizi masyarakat

sebab selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan


gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. perbaikan
status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan
prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita
pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Mencermati hal tersebut,
pendidikan gizi seimbang yang proaktif serta PHBS menjadi suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan di masyarakat. Upaya Penurunan Prevalensi Balita
Pendek (Stunting) Dalam rangka menurunkan prevalensi balita pendek (stunting),
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Untuk Ibu Hamil dan Bersalin
(1) Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
(2) Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) ter- padu.
(3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
(4) Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, pro-
tein, dan mikronutrien (TKPM).
(5) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
(6) Pemberantasan kecacingan.
(7) Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku
KIA.
(8) Menyelenggarakan konseling Ini- siasi Menyusui Dini (IMD) dan
ASI eksklusif.
(9) Penyuluhan dan pelayanan KB.

b. Untuk balita
(1) Pemantauan pertumbuhan balita.
(2) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
untuk balita.
(3) Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak.
(4) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
c. Untuk Anak Usia Sekolah:
(1) Melakukan revitalisasi Usaha Kese- hatan Sekolah (UKS).
(2) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
(3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
(4) Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

d. Untuk Remaja:
(1) Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengkonsumsi
narkoba.
(2) Pendidikan kesehatan reproduksi.

e. Untuk Dewasa Muda:


(1) Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
(2) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).

4) Penyakit Menular.

Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penya-kit HIV/AIDS,


tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung.

5) Penyakit tidak menular

Indonesia sedang mengalami double burden diseases, yaitu beban penyakit


tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama
meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain
dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring
dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat.

6) Gangguan jiwa

Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3%
atau sekitar 57.000 kasus. Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga
berkaitan dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri.
Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan
Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah
Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat, mencegah meningkatnya
gangguan jiwa masyarakat.
lima strategi pembangunan kesehatan 2005-2025, yaitu:
(1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
(2) pemberdayaan masyarakat dan daerah;
(3) pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan;
(4) pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; serta
(5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan

Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang


Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk mening- katkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya dengan menda- tangi keluarga.
menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:
(1) Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengsiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
(2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
(3) Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelang-sungan keluarga.
(4) Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemam- puan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
(5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan adalah: Mengenal gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarganya, Mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatan yang tepat, Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya, Mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas yang meliputi kegiatan


berikut.
a. Kunjungan keluarga untuk penda- taan/pengumpulan data Profil Kesehatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
b. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif

dan preventif.
c. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk peng-
organisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai