Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 6,3 juta
bayi meninggal pada periode perinatal setiap tahunnya di seluruh dunia dan
hampir semua kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Angka kematian
perinatal di negara berkembang (50 dari 1000 kelahiran) lima kali lebih tinggi
daripada di negara maju (10 dari 1000 kelahiran). Di Asia, angka kematian
perinatal adalah sebesar 50 per 1000 kelahiran. Sementara itu, berdasarkan Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian
perinatal di Indonesia sebesar 26 kematian per 1.000 kelahiran.1,2
Sebagian besar masalah ini terkait dengan berat lahir yang merupakan
parameter terpenting untuk menentukan kelangsungan hidup neonatus.
Diperkirakan bahwa 15-50% bayi yang lahir hidup di negara berkembang
memiliki berat lahir rendah, sebuah kondisi yang berkaitan dengan mortalitas dan
morbiditas perinatal yang tinggi. Berat bayi lahir rendah menjadi penyebab
kematian sekitar 9.1 juta bayi di seluruh dunia. Bayi dengan berat bayi lahir
rendah mempunyai risiko asfiksia, septikemia, respiratory distress syndrome,
hipotermia, hipoglikemia, jaundice pada neonatus yang lebih tinggi. Di sisi lain,
keadaan makrosomia janin juga dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas
perinatal. Hal ini dikarenakan, jika bayi ternyata makrosomia tanpa ada perkiraan
taksiran berat janin (TBJ) sebelumnya, keadaan ini akan fatal karena adanya risiko
distosia bahu dan bayi akan meninggal bila gagal dilahirkan setelah dilakukan
manuver manual sebanyak 2 kali. Persalinan dari bayi dengan makrosomia juga
berhubungan dengan partus lama, trauma jalan lahir, cedera pleksus brakialis,
asfiksia intrapartum, dan peningkatan morbiditas ibu.3,4,5,6,7
Berat bayi lahir dapat digambarkan melalui usia kehamilan. Kurva
pertumbuhan janin digunakan untuk menaksir rentang TBJ untuk populasi wanita
di setiap usia kehamilan, tetapi tidak berlaku secara spesifik, karena ada variasi
dari berat janin dan berat bayi lahir antar ras. Faktor yang mempengaruhi berat
bayi lahir antara lain: usia kehamilan saat bersalin, jenis kelamin bayi, ras ibu,
tinggi badan ibu, berat badan ibu, paritas, peningkatan berat badan saat hamil,

1
aktivitas fisik ibu, konsentrasi hemoglobin, kebiasaan merokok, diabetes tidak
terkontrol pada ibu, hipertensi pada ibu, preeklamsi, tinggi ayah, dan ketinggian
dari tempat tinggal ibu.8
Berat bayi lahir merupakan indikator signifikan bagi kelahiran. Menurut
Taylor dan Ward, berat janin merupakan faktor tunggal terpenting dalam
menentukan keselamatan janin. Prediksi akurat dari berat janin berdasarkan usia
kehamilan, jika diaplikasikan ke seluruh kehamilan, dapat mengidentifikasi usia
kehamilan dan pertumbuhan janin terhambat, sehingga dapat menurunkan angka
kematian perinatal preterm.9 Berat bayi lahir rendah atau makrosomia mempunyai
efek negatif bagi kesehatan neonatus dan berat bayi lahir rendah dapat
menyebabkan mortalitas. Perkiraan berat badan janin selama kehamilan dapat
membantu petugas medis untuk membuat keputusan dalam melakuan intervensi
atau tidak pada saat persalinan. Beberapa model prediksi berat janin telah
dikembangkan di Indonesia berdasarkan penilaian tinggi fundus uteri (TFU)
sebagai alternatif dari ultrasonografi (USG). Tetapi, kebanyakan model taksiran
hanya mampu memperkirakan berat janin pada usia kehamilan di atas 35 minggu
atau mendekati persalinan. Beberapa peneliti menganggap penggunaan USG lebih
unggul daripada penaksiran yang dilakukan dengan metode klinik, tetapi beberapa
peneliti juga yang sudah membandingkan kedua teknik menyimpulkan bahwa
keduanya memiliki akurasi yang mirip.10,11 Lanowski, et al. (2017) melakukan
penelitian mengenai perbandingan TBJ yang didapat melalui USG dengan metode
klinis pada usia kehamilan aterm. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
sensitivitas dan spesifisitas USG lebih tinggi dibandingkan dengan metode klinis.
TBJ yang didapat dengan metode USG juga memiliki nilai kesalahan lebih kecil
dari metode TFU. TBJ yang ditentukan dengan USG lebih akurat daripada dengan
metode TBJ.5
Penelitian yang dilakukan Garcia, et al pada tahun 2007 di Mexico
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara berat bayi lahir
dengan TBJ formula Johnson Toschach. Penilitannya dilakukan pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 39 hingga 40 minggu. Rerata TBJ dengan formula Johnson
Toschach adalah 3292.88 gram, sedangkan rerata berat bayi lahir adalah 3272.13
gram.12

2
Pada penelitian yang dilakukan Nindrea pada tahun 2016 di Rumah Sakit
Satelit Fakultas Kedokteran Universitas Andalas untuk mengetahui perbandingan
rerata TBJ menggunakan formula Dare dengan formula Risanto, didapatkan
bahwa formula Dare lebih akurat daripada formula Risanto. Pada penelitian ini,
ditemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rerata TBJ formula Dare dengan
berat bayi lahir dengan nilai p > 0.05, sedangkan ditemukan perbedaan signifikan
rerata TBJ formula Risanto dengan berat bayi lahir dengan nilai p < 0.05.13
Penelitian Asto dan Crisologo yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Filipina tahun 2014 pada ibu hamil usia kehamilan aterm untuk membandingkan
empat metode pengukuran TBJ secara klinis, menemukan bahwa dari keempat
metode yang dipakai (palpasi, modifikasi Johnson, Dare, dan Johnson), TBJ
dengan metode palpasi lebih akurat dibandingkan dengan ketiga formula lainnya,
dengan kedua terakurat menggunakan metode Johnson, lalu metode Dare.14
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat metode untuk
menaksir berat janin. Metode tersebut menggunakan pengukuran eksternal uterus
ibu, sehingga semua metode tersebut bergantung kepada keahlian klinisi dan
pasien. Keahlian untuk mengukur TBJ berdasarkan TFU diperlukan karena
simpel, murah dan mempunyai akurasi mendekati dengan pengukuran TBJ
dengan USG.15 Kesulitan dari mencari TBJ menggunakan USG adalah kurang
presisinya pencitraan dari struktur janin (terutama pada pasien obesitas,
oligohidramnion, plasentasi, dan/ atau posisi janin), metodenya yang rumit, dan
terbatas oleh visualisasi suboptimal dari struktur janin. Harga USG tergolong
mahal dan dibutuhkan tenaga medis yang sudah terlaltih. Alat USG juga tidak
tersedia di seluruh fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan obstetrik.16
Untuk daerah yang tak memiliki fasilitas USG, pengukuran TBJ secara
klinis menjadi keahlian yang penting dimiliki untuk melakukan screening TBJ,
sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam memanajemen ibu
hamil. Oleh karena itu, pengukuran TBJ selama kehamilan merupakan aspek yang
penting dalam pelayanan kesehatan antenatal dan intrapartum. 3,4,5,6
Teknik penaksiran berat janin dilakukan dengan palpasi abdomen
Pemeriksa menggunakan manuver Leopold. TFU diukur dari titik tengah batas
atas simfisis pubis ke titik tertitinggi pada fundus uteri. Lingkar abndomen ibu

3
diukur sejajar dengan umbilikus. Pengukuran menggunakan skala sentimeter.5
TFU mempunyai hubungan yang kuat dengan berat janin dan merefleksikan
pertumbuhan serta ukuran janin. Terdapat berbagai formula untuk menentukan
TBJ dengan pengukuran TFU, antara lain: formula Risanto, Dare, dan Johnson
Toschach.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, dirumuskan masalah bagaimana perbandingan akurasi
rumus Risanto, Dare, dan Johnson Toschach dalam menentukan taksiran berat
janin pada ibu hamil?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatakurasi antara rumus
Risanto, Dare, dan Johnson Toschach dalam menentukan taksiran berat
janin pada ibu hamil.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin di RSUP HAM,
RSUD dr. Pirngadi Medan dan RS jejaring.
2. Untuk mengetahui rerata berat badan lahir ibu yang bersalin di RSUP
HAM, RSUD dr. Pirngadi Medan dan RS jejaring.
3. Untuk mengetahui akurasi rumus Risanto dalam menentukan taksiran
berat janin pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui akurasi rumus Dare dalam menentukan taksiran
berat janin pada ibu hamil.
5. Untuk mengetahui akurasi rumus Johnson Toschach dalam
menentukan taksiran berat janinpada ibu hamil.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perbandingan akurasi antara rumus Risanto, Dare, dan Johnson Toschach
dalam menentukan taksiran berat janin pada ibu hamil.
1.4.3. Manfaat Metodologis

4
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peneliti dalam
mempersiapkan proposal, melaksanakan penelitian melaporkannya sesusai
dengan kaedah metodologi.
1.4.3. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemilihan metode
pengukuran taksiran berat badan janin yang paling baik berdasarkan
tingkat akurasinyadi RSUP HAM, RSUD dr. Pirngadi Medan dan RS
jejaring.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat badan janin
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola berurutan pertumbuhan,
diferensiasi, dan pematangan jaringan dan organ. Hal ini diregulasi oleh substrat
dan nutrisi dari maternal. Pertumbuhan janin dapat dibagi menjadi 3 fase
pertumbuhan konsekutif. Dalam kehidupan awal janin, penentu utama
pertumbuhan adalah genomik fetus dan pada akhir kehidupan janin penentu
adalah lingkungan, nutrisi, dan hormon. Faktor pertumbuhan insulin like growth
factor dan C peptide insuline memiliki peran dalam pengaturan berat badan janin.
Insulin like growth factor, atau secara struktural peptida proinsulin, diproduksi
oleh seluruh organ fetus pada awal pertumbuhan sebagai stimulator poten divisi
dan diferensiasi sel. IGF 1 dan 2 pada sirkulasi umbilikus berhubungan dengan
pertumbuhan fetus terutama dengan berat badan janin. Kelebihan faktor
pertumbuhan ini memicu makrosomia janin.17
Fase awal dari hiperplasia selama 16 minggu pertama dan
dikarakteristikkan dengan peningkatan jumlah sel yang cepat.. Tahap kedua yang
memanjang sampai 32 minggu, meliputi hiperplasia dan hipertrofi seluler. Setelah
32 minggu, pertumbuhan janin terjadi melalui hipertrofi seluler dan selama fase
ini terjadi deposisi lemak dan glikogen janin.17
Pertumbuhan janin kompleks melibatkan dimensi biofisik dan biokimia.
Karena banyak faktor yang terlibat dalam proses pertumbuhan janin, mekanisme
seluler dan molekuler di mana pertumbuhan janin yang normal terjadi tidak
dipahami dengan baik. pertumbuhan janin adalah 5 gram/hari pada 15 minggu,
15-20 gram pada 24 minggu dan 30-35 gram pada 34 minggu.3

2.2 Bayi lahir normal


Neonatus adalah bayi yang baru lahir, Periode neonatal adalah 4 minggu
pertama setelah lahir. Tubuh neonatus normal umumnya berbentuk silindris;
lingkar kepala sedikit lebih besar dari dada. Untuk bayi cukup bulan, lahir pada
usia kehamilan 37 – 42 minggu, nilai Apgar 8 – 10, rata – rata ukuran lingkar

6
kepala 33 – 35 cm, rata – rata ukuran lingkar dada 30 – 33 cm, dan berat badan
berkisar 2500 gr – 4000 gr.18,19

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir


Berat bayi saat lahir berhubungan tidak hanya dengan angka mortalitas
dan morbiditas, tetapi juga dengan penyakit saat dewasa, seperti penyakit
kardiovaskuler dan diabetes tipe 2. Beberapa faktor yang mempengaruhi berat
badan bayi yang berhubungan dengan berat bayi lahir rendah hingga pertumbuhan
janin terhambat, antara lain: usia kehamilan saat persalinan, jenis kelamin janin,
Ibu perokok, berat badan ibu, tinggi badan ibu, aktivitas fisik ibu, hipertensi,
preeklamsi, diabetes tak terkontrol, tinggi ayah kandung, ketinggian tempat
tinggal ibu8
Janin dengan jenis kelamin laki – laki lebih berat dan lebih tinggi dari
perempuan dan janin dengan masa kehamilan masa kehamilan cukup mempunyai
berat yang lebih dari janin dengan masa kehamilan kurang. Beberapa karakteristik
maternal mempunyai efek terhadap berat janin, seperti paritas, indeks massa
tubuh, pertambahan berat ibu selama kehamilan, dan glukosa puasa. Janin pada
ibu multipara lebih berat daripada janin pada ibu primipara. BMI ibu
mempengaruhi berat janin, di mana ibu dengan BMI normal atau lebih berat
janinnya akan lebih berat dari ibu dengan BMI kurang. Glukosa puasa terbukti
mempunyai pengaruh pada berat janin, tetapi hanya untuk janin perempuan.20
2.3 Berat badan lahir rendah
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya kurang dari 2500 gram. Selama ini, bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi prematur. Pembagian
menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan bayi prematur atau
tidak. Akhir – akhir ini, diketahui bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada maturitas bayi itu.2
Sesuai dengan pengertian yang dijelaskan sebelumnya, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:21
1. Prematuritas murni

7
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan - sesuai masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Artinya, bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan disebut bayi kecil masa kehamilan (KMK).

Permasalahan pada bayi prematur adalah berat badan bayi kurang dari
2500 gram dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu, sehingga alat - alat vital
(otak, jantung, paru, ginjal) belum sempurna, akibatnya bayi akan mengalami
kesulitan dalam adaptasi untuk tumbuh kembang dengan baik, selain itu bayi
mudah terkena infeksi.
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah
melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan
pemeriksaan selama kehamilan. Statistik menunjukkan bahwa pemeriksaan
kehamilan yang dini dan baik bisa mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil
masa kehamilan dan angka morbiditas akibat persalinan dan saat baru lahir.22

2.4 Makrosomia
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan
berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir, apabila komplikasi
tersebut tidak dideteksi secara dini atau segera ditangani. Bayi besar
(makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram.
Normalnya, berat bayi baru lahir sekitar 2500 - 4000 gram. Berat neonatus pada
umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram
adalah 0,4%.25
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya dikarenakan faktor
keturunan yang memegang peranan penting. Selain itu, janin besar dijumpai pada
wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan grande multipara.
Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian - bagian lain macet, janin

8
dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak proporsional
kepala bayi dengan panggul ibu) karena janin besar, seksio sesarea perlu
dipertimbangkan.26

2.5 Tinggi fundus uteri


Mc Donald adalah orang pertama yang mengukur tinggi fundus uteri untuk
memperkirakan usia kehamilan pada tahun 1906 dan 1910. Pada tahun 1953,
pengukuran tersebut diperkenalkan sebagai bagian dari asuhan antenatal untuk
mendeteksi bayi yang memiliki berat badan yang rendah dan pada kasus
insufisiensi plasenta. Ini merupakan awal dimana pengukuran tinggi fundus uteri
digunakan.21
Terdapat 4 metode pengukuran TFU, yaitu:21
1. Metode I
Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dengan
memperkirakan di mana fundus uteri berada pada setiap minggu
kehamilan, diukur mulai dari simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung
prosesus xifoid, menggunakan jengkal jari pemeriksa sebagai alat ukur.
Ketidakakuratan metode ini adalah setiap wanita bervariasi jarak simfisis
pubis ke prosesus xifoid dan lokasi umbilikus di antara 2 titik imajiner.
Selain itu, jengkal jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang
kurus. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan adalah, jika tidak
ada Caliper atau pita pengukur, jari cukup akurat untuk menentukan
perbedaan yang signifikan antara perkiraan usia kehamilan dengan tanggal
dan temuan hasil pemeriksaan, dan untuk mengindikasi perlunya
pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan kelainan serta penyebabnya.

9
2. Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan
meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain
pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal.
Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak ketika 2
ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu
kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu. Keuntungannya antara lain, lebih
akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah
22-24 minggu kehamilan. Kerugiannya antara lain, jarang digunakan
karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca,
dan lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur.
3. Metode III
Menggunakan pita pengukur. Mungkin merupakan metode terakurat kedua
dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita
pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik
melewati garis tengah abdomen sampai puncak fundus. Hasil dibaca dalam
skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan
jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.
Keuntungannya adalah lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca
hasilnya, mudah digunakan, dan cukup akurat. Sedangkan kerugiannya
adalah kurang akurat dibandingkan caliper.

10
4. Metode IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis
nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis
abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur
diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan
sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur, sehingga pita pengukur
mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara
relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari jari pemeriksa, pita tidak
melewati slope anterior dari fundus. Sebelum fundus mencapai ketinggian
yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang
terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah
minggu kehamilan. Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama
dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah
total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan.Walaupun sedikit petugas yang menggunakan metode ini, tidak
ada penelitian yang dapat menujukkan kesamaan pada selisih atau
simpangan dari metode - metode lain. Keuntungannya adalah cukup
akurat, sedangkan kerugiannya adalah rumit dan tidak praktis.21

2.6 Taksiran berat badan janin

11
Berat badan janin mempunyai makna yang sangat penting dalam
pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan persalinan. Apabila mengetahui
berat janin yang akan dilahirkan, bidan dapat menentukan saat rujukan, sehingga
tidak terjadi keterlambatan penanganan. Selain itu, dengan mengetahui TBJ,
penolong persalinan dapat memutuskan rencana persalinan pervaginam secara
spontan atau tidak.17
Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat badan bayi
diantaranya palpasi uterus, pemeriksaan USG, pengukuran diameter biparietal,
pengukuran tinggi fundus uteri, dan lingkar perut. Penggunaan USG telah umum
dijumpai pada rumah sakit yang telah memiliki fasilitas dan sarana pelayanan
kesehatan yang cukup modern terutama di kota besar.27
Penaksiran berat badan janin masih dipandang perlu oleh banyak ahli
kebidanan, meskipun demikian, belum ada suatu metode yang berhasil membuat
taksiran berat badan janin yang tepat. Di beberapa rumah sakit, masih dilakukan
taksiran berat badan janin intrauterin dengan pengukuran tinggi fundus uteri.
Ketepatan taksiran berat badan janin baik melalui pengukuran tinggi fundus uteri
ataupun cara lain akan mempengaruhi penatalaksanaan persalinan.17

2.7 Metode pengukuran TBJ


2.7.1 Metode palpasi
Berani et al menggunakan teknik palpasi dalam menentukan TBJ, namun,
kurang akurat untuk pasien obesitas dan ditemukan intravarian yang signifikan.
TBJ tidak jarang ditentukan dengan palpasi Leopold. Loeffler et al. melaporkan
bahwa palpasi sederhana abdomen dan uterus pada 585 pasien yang sedang dalam
persalinan oleh dokter berpengalaman memiliki akurasi yang berkisar antara 10-
72%. Penelitian Chauhan et al. pada 661 pasien menemukan perbedaan berat
badan janin sebesar 367 gram dengan palpasi, yang hampir sama dengan
penggunaan rumus.28

2.7.2 Faktor risiko klinis


Metode ini menggunakan penilaian kuantitatif faktor risiko klinis dan telah
terbukti akurat dalam memprediksi berat badan janin. Dalam kasus makrosomia

12
janin, adanya faktor risiko, seperti diabetes mellitus ibu, kehamilan
berkepanjangan, obesitas, berat badan saat kehamilan naik >20 kg, usia ibu >35
tahun, tinggi badan ibu >5 kaki 3 inci, multiparitas, jenis kelamin janin laki - laki,
dan ras kulit putih menjadi faktor risiko klinis yang penting. Dalam kasus BBLR,
faktor risiko yang pentin adalah, sosio ekonomi rendah, konstitusional ibu yang
kecil, berat badan ibu yang sangat kurang, infeksi janin, cacat bawaan, kelainan
kromosom, paparan teratogenik, anemia pada ibu, sindrom antibodi anti
fosfolipid, dan morbiditas kehamilan lainnya.25

2.7.3 Rumus pengukuran TBJ


1. Rumus Dare
Ojwang et al. menggunakan perkalian antara tinggi simfio - fundal dan
ukuran lingkar perut pada berbagai titik di atas simfisis pubis untuk mendapatkan
nilai prediksi yang dapat diterima. Dare et al. (1990) merevisi rumus ini dengan
perkalian antara tinggi fundus uteri (pengukuran Mc Donald) dengan lingkar perut
pada titik umbilikus yang diukur dalam sentimeter, dan hasilnya adalah berat
badan yang dinyatakan dalam gram. Pada penelitiannya pada 498 pasien,
didapatkan korelasi yang baik (r=0,742) antara TBJ rumus Dare dengan berat
badan bayi lahir. Rumus Dare lebih unggul daripada rumus Johnson untuk wanita
obesitas.26
3. Rumus Johnson – Toschach
Pada tahun 1954, publikasi awal Johson dan Toschach menunjukkan
bahwa rumusnya memiliki akurasi 353 gram pada 68% kasus dan 240 gram pada
50,5% kasus dari 200 wanita yang diteliti. Mereka menunjukkan bahwa selain
tinggi fundus uteri, TBJ juga dipengaruhi oleh penurunan kepala janin dan
obesitas maternal. Obesitas maternal (>90 kg) lebih sering menjadi kendala pada
rumus ini sehingga mereka melakukan koreaksi dengan mengurangi 1 cm pada
TFU untuk pasien obesitas > 90 kg. Gonzalez et al. melalui penelitian pada 504
pasien menemukan bahwa TBJ dengan rumus Johnson tidak berbeda secara
signifikan dari berat badan lahir (p=0,0002).29,30,31

13
Berat janin (gram) = (pengukuran tinggi fundus uteri Mc Donald dalam cm –
n) x 155
n= 13, janin belum engage,
n=12 bila janin sudah engage atau di stasiun,
n=11 bila janin telah turun setidaknya pada stasiun +1.
Jika pasien memiliki berat badah lebih dari 91 kg, tinggi fundus uteri kurangi 1
cm.
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%.29

4. Rumus Risanto
Rumus Risanto merupakan rumus yang ditemukan oleh dr. H. Risanto
Siswosudarmo, SpOG(K) yang dikemukakan berdasarkan studi 560 ibu hamil di
RS. Dr. Sardjito Jogjakarta pada tahun 1995. Rumus Risanto ini sendiri digunakan
melalui perhitungan (126,7 x TFU) – 931,5.24
5. Rumus Bothner
Pada penelitiannya, Bothner menemukan korelasi yang kuat antara
pengukuran SFH intrapartum dengan berat badan janin (r=0,56). Peneliti
melakukan penelitian pada wanita dengan usia kehamilan 27 - 44 minggu
berdasarkan HPHT atau 25-42 minggu berdasarkan USG. Penurunan kepala janin
dan status selaput ketuban (utuh atau ruptur) dapat mempengaruhi pengukuran
SFH. Jeffery et al., bahkan menunjukkan korelasi yang lebih baik dengan rumus
tersebut (r=0,74). Penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa pengukuran tinggi
fundus uteri pada janin dengan berat badan kurang dari 2000 g atau <29 cm
kurang efektif, sebaliknya pada bayi makrosomia (>38 cm atau >4000 g), rumus
ini dapat digunakan.29,32,33
TBJ= (tinggi fundus uteri – penurunan kepala janin (perlima) – 20) x 300
6. Rumus Dawn
TBJ (gram) = ½ x diameter longitudinal uterus x diameter transversal
uterus x 1,44
Pengukuran dilakukan dengan pelvimeter. Jika ketebalan dinding abdomen lebih
dari 3 cm, kelebihan itu dipotong dari diameter longitudinal.29

2.7.4 Metode radiologis

14
1. USG
USG tidak mengukur berat badan janin secara langsung melainkan secara
tidak langsung dengan mengukur berbagai segmen tubuh. Ultrasonografi dua
dimensi secara rutin digunakan untuk tujuan tersebut, dan menaksir berat janin
dengan menggunakan tabel sesuai program komputer yang terintegrasi. Parameter
yang sering digunakan meliputi: diameter biparietal, lingkar perut, dan panjang
femur. Terdapat kesalahan kumulatif pada masing - masing dimensi janin, seperti
ada bayangan akustik di ujung ekstremitas dari diafisis pada pengukuran panjang
femur. Sebuah formula tunggal tidak mampu mencakup seluruh rentang berat
badan janin. Potensi kesalahan pengukuran masing - masing dimensi dapat
menambah kesalahan ketika dilakukan kombinasi nilai - nilai yang dimasukkan ke
dalam rumus. USG 3 dimensi mungkin dapat meningkatkan akurasi penilaian
TBJ.34
2. MRI
Penelitian menunjukkan MRI lebih baik dari USG untuk memprediksi
TBJ. Untuk perhitungan TBJ, volume janin dikalikan dengan densitas janin (1.031
g/dm3 kemudian ditambah 0.12 kg.35

2.8 Perbandingan rumus Risanto, Dare dan Johnson Toschach


Beberapa penelitian mencoba membandingkan rumus TBJ klinis dengan
USG.
Kavitha et al. (2014) melakukan penelitian prospektif pada 180 wanita
dengan usia kehamilan 38-40 minggu di RS Mamata untuk membandingkan TBJ
dengan USG dan rumus Johnson. Hasil penelitian yang membandingkan kedua
metode menunjukkan USG ditemukan jauh lebih akurat dalam memprediksi berat
bayi lahir dengan berat badan lahir 2500-3000 gram. Sensitivitas 86,4% vs 93,1%;
spesifisitas 59,3% vs 71,8%; PPV 90,7% vs 93,9%; NPV 48,7% vs 71,8% untuk
rumus Johnson dan USG. Hal ini menunjukkan bahwa baik sensitivitas,
spesifisitas, PPV, maupun NPV, USG jauh lebih superior dibandingkan rumus
Johnson.36
Njoku et al. (2014) melakukan penelitian untuk membandingkan akurasi
rumus Dare dengan USG dalam memprediksi berat janin. Mereka melakukan

15
penelitian prospektif pada 200 pasien dan menunjukkan perbedaan rumus Dare
dengan berat badan lahir sebesar 11,6% dan USG sebesar 9%, dan perbedaan ini
tidak berbeda secara signfikan (p=0,205). Penelitian ini menunjukkan bahwa
akurasi rumus Dare dan USG sama dalam menaksir berat badan janin.37
Chithra et al. (2014) melakukan penelitian untuk menilai keakuratan rumus
Hadlock dengan Johnson pada 150 wanita dengan usia kehamilaan 37-40 minggu.
Rerata TBJ dengan metode Hadlocks adalah 2.930,82 gram dengan SD 330,73
gram dan rerata TBJ dengan metode Johnson adalah 2.950,96 gram dengan SD
279,13 gram, sedangkan rata-rata berat badan lahir sebenarnya bayi adalah
2.860,03 gram dengan SD 403,20 gram. ANOVA menunjukkan metode Hadlocks
unggul dari Johnson dengan p = 0.054 (F = 2,934). Selisih rata - rata prediksi per
kilogram berat badan oleh Hadlock -70 gram dibandingkan dengan yang dengan
metode Johnson -90 gram. Estimasi TBJ 2,5 sampai 3,5 kg cukup akurat dinilai
oleh kedua metode. TBJ 1,5 sampai 2,5 kg terlalu overestimasi pada rumus
Johnson sedangkan TBJ >3,5 kg dinilai overestimasi padarumus Hadlock.38
Beberapa peneliti membandingkan setiap rumus TBJ. Penelitian
Numprasert et al. (2004) dilakukan untuk evaluasi keakuratan formula Johnson.
Pneleitian dilakukan pada 400 wanita yang akan bersalin. Hasil peneltiian
menunjukkan perbedaan antara TBJ oleh rumus Johnson dan berat badan lahir
adalah TBJ Johnson menunjukkan rerata nilai berat badan 227 gram (95% CI
209.51 – 244.83) lebih berat dibandingkan berat badan lahir sebenarnya. Mhaskar
et al. (2002) juga menunjukkan TBJ 310 gram lebih berat bila menggunakan
rumus Johnson dibandingkan berat badan lahir.25,27
Penelitian Altenfender et al., (2008) dilakukan untuk membandingkan
beberapa metode TBJ pada 100 wanita yang akan bersalin. Hasil penelitian
penunjukkan bahwa perbedaan rerata antara setiap metode dengan berat badan
lahir adalah 436 gram (SD 359 gram) dengan rumus Dare, 335 gram (SD 234
gram) dengan rumus Johnson, 355 gram (SD 200 gram) dengan persepsi maternal,
dan 312 gram (SD 229 gram) dengan USG. Tingkat akurasi paling tinggi
ditunjukkan oleh taksiran dengan USG yaitu 65%, diikuti dengan rumus Johnson,
59% dengan persepsi ibu, dan 57% untuk rumus Dare.39

16
Titisari et al. (2014) melakukan penelitian membandingkan akurasi Rumus
Risanto dan rumus Johnson dalam menentukan TBJ. Penelitian cross sectional ini
dilakukan pada 655 wanita hamil dengan usia kehamilan 37 - 42 minggu di RS
Sardjito dan jejaring. Berat lahir ditimbang dengan menggunakan timbangan yang
sama. Selisih antara berat lahir dengan TBJ Risanto dibandingkan dengan selisih
berat lahir dengan TBJ Johnson. Uji Wilcoxon digunakan untuk menilai
kemaknaan perbedaan rerata TBJ Risanto dan delta mean TBJ Johnson. Hasil
penelitian menunjukkan rerata TBJ berdasarkan rumus Risanto adalah 3056 ±
322,5 gram, rerata berat lahir adalah 3021 ± 341,1 gram, dan rerata TBJ Johnson
adalah 3136 ± 392,2 gram. Selisih antara berat lahir dengan TBJ Risanto adalah
100,8±86,1 gram sedangkan selisih antara berat lahir dengan TBJ Johnson adalah
156,1±107,3 gram. Uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
secara statistik (p=0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa TBJ Risanto lebih
akurat dibanding TBJ Johnson.24
Sharma et al. (2014) melakukan penelitian untuk membandingkan TBJ
dengan metode klinis atau radiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
rumus Dare lebih inferior dalam menentukan TBJ <3500 gram, sedangkan rumus
Johnson lebih inferior dalam menentukan TBJ >3500 gram.USG lebih superior
dibandingkan kedua rumus untuk menentukan TBJ BBLR dan bayi makrosomia.
MRI dinilai penting dalam mendeteksi deposisi lemak sentral janin.4
Wijayanti melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan akurasi
(ketepatan) antara taksiran berat janin berdasarkan rumus Johnson dan taksiran
berat janin berdasarkan rumus Risanto. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode observasional analitik, dedengan pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan exhaustive sampling, dimana
semua populasi dipakai sampel penelitian yaitu jumlah seluruh ibu hamil dengan
umur kehamilan cukup bulan yang akan melahirkan di RSUD Amanah Husada
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Data dianalisis dengan menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara berat
bayi lahir dengan TBJ rumus Risanto dengan beda rerata 32,37 , nilai p=0,024 dan
berat bayi lahir dengan TBJ Johnson dengan beda rerata sebesar 59,47, nilai
p<0,001. Dari uji yang membandingkan akurasi formula Risanto dan formula

17
Johnson didapatkan rata-rata untuk TBJ Risanto sebesar 3099,34 gram dan TBJ
Johnson sebesar 3191,18 gram, dengan beda rerata sebesar 91,84 gram, nilai
p<0,001. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik
antara rumus Risanto dan rumus Johnson dengan berat bayi lahir yang
sesungguhnya dengan perbedaan rumus Johnson lebih besar atau lebih tidak
akurat dibandingkan rumus Risanto.40
Taksiran berat janin yang tepat akan membantu dalam keberhasilan
persalinan dan mempersiapkan klinisi terhadap komplikasi yang berhubungan
dengan berat bayi lahir rendah dan makrosomia. Dengan demikian, morbiditas
dan mortalitas perinatal dapat menurun jika intervensi dilakukan tepat pada
waktunya. Pada akhir kehamilan, TBJ merupakan faktor yang penting dalam
penentuan metode persalinan yang akan dilakukan, baik persalinan spontan
pervaginam, persalinan spontan dibantu alat (vakum atau forseps), dan seksio
sesarea.4,5,41
Dalam dua dekade terakhir, TBJ telah dimasukkan ke dalam pelayanan
antenatal, terutama pada kehamilan berisiko tinggi. Bila TBJ melebihi besar
pasase janin, harus dipertimbangkan untuk tindakan seksio sesarea. Pada
persalinan preterm, harus dilakukan penundaan persalinan bila didapati TBJ yang
kurang, sementara itu bila TBJ telah cukup, dapat dipertimbangkan keputusan
lain.41,42
TBJ tidak dapat diukur secara langsung, sehingga harus diperkirakan atas
dasar karakteristik anatomi dan biokimia dari janin dan ibu. Berbagai metode
telah dikembangkan untuk menilai TBJ, baik metode klinis maupun radiologis.
Terdapat berbagai cara untuk menentukan TBJ diantaranya palpasi uterus,
pemeriksaan ultrasonografi, pengukuran diameter biparietal, pengukuran tinggi
fundus uteri dan lingkar perut. Semua teknik yang tersedia saat ini memiliki
tingkat akurasi yang bervariasi dengan kelemahan masing - masing.43
Namun demikian, ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan pemeriksaan
ultrasonografi di berbagai fasilitas kesehatan masih terbatas. Oleh karena itu,
diperlukan suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin jika
fasilitas USG tidak tersedia. Berbagai penelitian telah mencoba menemukan
rumus untuk TBJ tanpa menggunakan USG.Pengukuran TBJ dengan pengukuran

18
tinggi fundus uteri dengan berbagai rumus menjadi suatu modalitas yang penting
di negara berkembang. Metode ini cukup mudah dan sederhana untuk dilakukan
oleh setiap petugas kesehatan. Ada beberapa cara atau rumus yang telah
dikembangkan untuk menghitung taksiran berat badan janin, diantaranya rumus
Risanto, Dare, dan Johnson Toschach, yang perhitungannya berdasarkan TFU dan
lingkar perut. Meskipun demikian, perlu diketahui ketepatan dari setiap rumus ini
dalam menghitung TBJ.39,44

19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep

Taksiran Berat Badan


Janin dengan Rumus
Dare

Taksiran Berat Badan Janin Berat Badan Bayi


Rumus Johnson Toschach Baru Lahir

Taksiran Berat Badan


Janin Rumus Risanto

Variabel Independen Variabel dependen

Perbandingan Taksiran Berat Badan Janin Risanto, Dare dan Johnson Toschach
terhadap Berat Badan Lahir

20
3.2. Kerangka Teori

Taksiran Berat
Badan Janin

Metode
Pengukuran
Taksiran Berat Janin

Metode Palpasi Rumus Prediksi Metode Radiologis

Risanto, Dare dan


Johnson Tausach USG, MRI

Berat Badan Janin

BBLR Normal Makrosomia

3.3. Rancangan penelitian


Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik dengan metode cross
sectional yang membandingkan tingkat akurasi taksiran berat janin dengan
menggunakan rumus Risanto, Dare, dan Johnson-Toschach.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat penelitian
Tempat penelitian di lakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP H. Adam Malik
Medan, RSUD dr. Pirngadi Medan dan RS jejaring.

3.4.2 Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai Juni - Juli 2018.

21
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang akan melahirkan di
RSUP HAM dan RS jejaring Medan. Sampel penelitian adalah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi yang diambil
secara consecutive sampling.
Pada penelitian ini, kriteria inklusi adalah:
1. Seluruh ibu hamil yang sudah dijadwalkan elektif atau sudah dalam
keadaan inpartu di RSUP-HAM, RSUD dr. Pirngadi Medan dan RS
jejaring yang menyetujui informed consent penelitian
2. Kehamilan tunggal, presentasi kepala janin hidup
3. Kehamilan 37 – 42 minggu
4. Indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil (18.5 - 24.9) kg
Kriteria eksklusi adalah:
1. Bayi yang dilahirkan meninggal
2. Mengalami anomali kongenital
3. Terdapat bukti secara klinis atau USG adanya mioma uteri,
oligohidramnion, atau polihidramnion
Penentuan besar sampel, dilakukan berdasarkan perhitungan statistik
dengan menetapkan tingkat kepercayaan 95% dan kekuatan uji (power test) 90%.
Besar sampel penelitian dihitung secara statistik berdasarkan rumus:
Zα2 P (1−P)
N=
𝑑2
1,962 0,5 (0,5)
N=
0,12

N = 96, 03 ~ 97 orang
, di mana:
Zα = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai α
yang ditentukan. Nilai α = 0,05  Zα=1,96
P = proporsi (50%)
d = presisi (0,1)
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini, dengan Confidence
Interval 95%, adalah 97 orang.
3.6. Identifikasi variabel

22
Variabel Bebas
 Taksiran berat janin
Variabel Tergantung
 Berat badan bayi baru lahir
3.7. Definisi Operasional
Berat Badan Lahir
Definisi : Ukuran berat badan bayi baru lahir yang ditimbang
dalam satu jam pertama, tanpa menggunakan pakaian.
Alat Ukur : Timbangan digital berat badan bayi merek LAICA,
dengan tingkat ketelitian per 10 gram.
Cara Ukur : Menimbang bayi baru lahir menggunakan alat
timbangan dalam keadaan telanjang setelah perawatan
pasca persalinan dalam satuan gram.
Skala Ukur : numerik berat badan bayi (gram).

Taksiran berat badan janin


Definisi : perkiraaan berat badan janin sebelum dilahirkan
Alat ukur : 1. Timbangan digital berat badan bayi merek LAICA,
dengan tingkat ketelitian per 10 gram
2. Pita sentimeter lentur tetapi tidak elastis dengan skala
sentimeter dan milimeter menggunakan merek
BUTTERFLY
Cara ukur : menimbang berat badan janin lahir
Skala ukur : numerik, berat badan janin (gram)
Taksiran berat badan janin Rumus Dare
Definisi : Rumus TBJ revisi Dare atas rumus Owjang dengan
menggunakan perkalian antara TFU dan lingkar perut
maternal.
Alat ukur : pengukuran lingkar perut
Cara Ukur : TBJ = TFU x lingkar perut ibu
Skala ukur : numerik, taksiran berat janin (gram)
Taksiran berat badan janin Rumus Johnson - Toschach

23
Definisi : TBJ, berdasarkan Johnson Toschach, dipengaruhi oleh
TFU dan penurunan kepala janin, dan obesitas maternal.
Cara ukur : TBJ = (TFU – n) x 155
Ket. n = 13 bila kepala janin masih floating, n = 12 bila
kepala janin sudah engage, n = 11 bila kepala janin sudah
melewati Hodge III. Bila berat badan pasien > 90 kg,
kurangi TFU dengan 1 cm. Bila ketuban sudah pecah,
TFU ditambah 10%.
Skala ukur : numerik, taksiran berat janin (gram)
Taksiran berat badan janin Rumus Risanto
Defenisi : taksiran berat badan janin Risanto yang dikemukakan oleh
atas studi 560 ibu hamil di RS. Dr. Sardjito Jogyakarta
pada tahun 1995.
Alat ukur : tinggi fundus uteri
Cara Ukur : TBJ= (126,7 x TFU) – 931,5
Skala Ukur : numerik, taksiran berat janin (gram)
3.8. Cara kerja dan teknik pengumpulan data
1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian,
penelitian dimulai dengan mengumpulkan pasien sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.
2. Dilakukan wawancara untuk mengetahui identitas pasien yang tidak tersedia
direkam medis dan pengisian informed consent.
3. Pengukuran IMT berdasarkan berat badan sebelum hamil dalam kg/m2
IMT = Berat badan (kg) / (Tinggi badan (m))2
3. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) untuk menentukan station,
pembukaan serviks, presentasi dan keadaan selaput ketuban. Penurunan
bagian terendah janin pada level spina iskiadika ditunjukkan dengan station
0. Level di atas spina iskiadika ditunjukkan dalam sentimeter dengan nilai
negatif, yaitu station -1, -2, -3. Tingkat di bawah spina iskiadika ditunjukkan
dalam sentimeter dengan nilai positif yaitu station +1, +2, +3, turun ke
dalam dasar panggul

24
4. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU). Prosedur pengukuran TFU dimulai
dengan cara mempersilahkan ibu untuk berkemih di kamar mandi untuk
mengosongkan kandung kemihnya, memposisikan ibu dalam posisi
terlentang, kedua kaki diluruskan. Kemudian dengan menggunakan pita non
elastik dengan satuan sentimeter, tinggi fundus uterus diukur mulai dari
pinggir atas simfisis pubis sampai dengan puncak fundus uterus yang telah
ditentukan sebelumnya, ukuran dalam satuan sentimeter.
5. Pengukuran lingkar perut ibu. Ibu dalam posisi berbaring kemudian lingkar
perut ibu dihitung setinggi umbilikus dalam senti meter dikalikan dengan
tinggi fundus.
6. Penentuan TBJ berdasarkan rumus Risanto, Dare, dan Johnson Toschach.
7. Berat badan janin yang telah lahir, ditimbang dengan menggunakan
timbangan yang sama untuk semua subjek. Kemudian dilakukan pencatatan.
3.9. Kerangka Kerja

Sampel penelitian

Pengumpulan identitas pasien dan


data sekunder dari rekam medik

Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran lingkar perut ibu

Penentukan taksiran berat janin


dengan rumus Risanto, Dare dan
Johnson Toschach

Timbang berat badan bayi lahir

Analisis statistik

25
3.10. Rancangan analisis
Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Data
ditampilkan dalam bentuk tendensi sentral yaitu nilai rerata, nilai tengah, dan
standar deviasi serta selisih standar deviasi untuk melihat ketepatan analisis
taksiran berat badan janin dengan berat badan lahir bayi. Data yang akan
dianalisis pada penelitian ini yaitu berat badan lahir bayi, taksiran berat janin
berdasarkan formula Dare, Risanto, dan Johnson Toschach.

2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan rerata antara taksiran berat
janin berdasarkan formula Dare, Risanto, dan Johnson Toschach dengan berat
badan lahir bayi. Terlebih dahulu data dianalisis dengan menggunakan uji
normalitas untuk mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov (n >30), kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat,
apabila data terdistribusi normal maka dilakukan analisis dengan menggunakan
uji dependent t test, namun jika diketahui tidak terdistribusi normal maka
dilakukan uji Wilcoxon dengan confident interval (CI) 95% dan α = 0,05.
Kesimpulan dari hasil uji apabila nilai p ≤ 0,05 maka H0 ditolak, berarti terdapat
perbedaan rerata antara variabel independen dengan variabel dependen.45

3. Analisis Receiver Operating Curve (ROC)


Analisis Receiver Operating Curve (ROC) dilakukan untuk menentukan cut off
point taksiran berat badan janin terhadap keluaran berat badan lahir bayi. Pada
analisis ROC akan didapat luas area dibawah kurva atau Area Under The Curve
(AUC). Nilai AUC yang dianggap memiliki spesifitas dan sensitivitas yang baik
apabila ≥ 70%.45

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden


Penelitian ini menggunakan sampel ibu bersalin sebanyak 100 orang.
Tempat penelitian di lakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD
dr. Pirngadi Medan dan RS jejaring.

4.2. Hasil Analisis Data


Pengujian terhadap hipotesis untuk menyatakan huhubugan antara rumus
TBJ dengan berat badan lahir, dilakukan dengan bantuan program komputer yang
menganalisis secara bersama-sama variabel independen dan variabel dependen.

Uji Normalitas Data


Uji normalitas dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov –
Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan terhadap berat badan lahir bayi, taksiran berat badan janin
dengan formula Dare, Risanto, dan Johnson Toschach. Hasil uji normalitas data
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini

Tabel 4.1 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian

No. Variabel n Mean ± SD p value


1. Berat Badan Lahir Bayi 100 3106.80 ± 257.175 0.579
2. Taksiran Berat Badan 100 3133.53 ± 223.693 0.506
Janin Formula Dare
3. Taksiran Berat Badan 100 3356.37 ± 299.834 0.626
Janin Formula Risanto
4. Taksiran Berat Badan 100 3374.52 ± 369.279 0.589
Janin Johnson Toschach

27
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa hasil uji normalitas data berat
badan lahir bayi, taksiran berat badan janin dengan formula Dare, Risanto, dan
Johnson Toschach terdistribusi normal dengan p > 0.05
4.3 Deskripsi Karakteristik Demografis Maternal
Gambaran karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu


Usia N %
< 20 tahun 8 8
20 - 29 tahun 61 61
30 - 39 tahun 29 29
40- 49 tahun 2 2
> 50 tahun 0 0

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa usia ibu hamil yang paling
banyak adalah 20 – 29 tahun dengan 61% dan paling sedikit adalah 40 – 49 tahun
dengan 2 persen.

4.4 Deskripsi Karakteristik Demografis Neonatal


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Bayi N %
Laki-laki 41 41
Perempuan 59 59

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa jenis kelamin bayi yang paling
banyak adalah perempuan dengan 59% dan paling sedikit adalah laki – laki
dengan 41%

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Bayi Baru Lahir


Berat Bayi Baru Lahir N %
<2500 gram 3 3

28
2500-4000 gram 97 97
>4000 gram 0 0

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa sebanyak 97% bayi lahir dengan
berat badan 2500 – 4000 gram, dan 3% lahir dengan berat badan <2500 gram

4.4 Analisis Univariat


Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir Bayi, Taksiran
Berat Badan Lahir Bayi Formula Dare, Risanto, dan Johnson
Toschach

No BBL % Formula % Formula % Formula %


Dare Risanto Johnson
Toschach
1 <2500 3 <2500 0 <2500 0 <2500 0
2 2500 – 4000 97 2500 – 4000 100 2500 – 4000 100 2500 – 4000 98
3 >4000 0 >4000 0 >4000 0 >4000 2
X1 = 3106.8 X2 = 3133.5 X3 = 3356.4 X4 = 3374.5
SD1 = 257.2 SD2 = 223.7 SD3 = 299.8 SD 4 = 369.3

Berdasarkan tabel 4.5, diketahui kategori Berat Badan Lahir Bayi (BBL)
dengan BBL < 2.500 gr (3%), 2500-4000 gr (97%), dan > 4000 gr (0%). Kategori
taksiran berat badan janin formula Dare yang < 2500 gr (0%), 2500-4000 gr
(100%), dan > 4000 gr (0%). Kategori taksiran berat badan janin formula Risanto
yang < 2500 gr (0%), 2500-4000 gr (100%), dan > 4000 gr (0%). Sedangkan
taksiran berat badan janin formula Johnson Toschach yang < 2500 gr (0%), 2500-
4000 gr (98%), dan > 4000 gr (2%).
Rerata berat badan lahir bayi adalah 3106.8 gr dengan standar deviasi
257.2 gr. Rerata taksiran berat badan janin formula Dare yaitu 3135.5 gr dengan
standar deviasi 223.7 gr, formula Risanto yaitu rerata 3356.4 gr dengan standar
deviasi 299.8 gr, dan formula Johnson Toschach yaitu rerata 3374.5 gr dengan
standar deviasi 369.3 gr.

29
4.5. Analisis Bivariat

4.5.1. Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula Dare


dengan Berat Badan Lahir Bayi

Tabel 4.6 Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula Dare
dengan Berat Badan Lahir Bayi
Variabel Mean Standar Beda 95% CI p value
Deviasi Rerata
Formula Dare 3133.5 223.7
Berat Badan 3106.8 257.2 26.7 -61.9 – 8.5 0.135
Lahir Bayi

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rerata taksiran berat badan janin
formula Dare yaitu 3133.5 gr dengan standar deviasi 223.7 gr, sedangkan rerata
berat badan lahir bayi yaitu 3106.8 gr dengan standar deviasi 257.2 gr. Beda rerata
antara taksiran berat badan janin formula Dare dengan berat badan lahir bayi
adalah 26.7 gr. Dari hasil uji statistik diketahui tidak ada perbedaan rerata taksiran
berat badan janin formula Dare dengan berat badan lahir bayi dengan nilai p =
0.135 (p value > 0.05).

4.5.2. Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula


Risanto dengan Berat Badan Lahir Bayi

Tabel 4.7 Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula Risanto
dengan Berat Badan Lahir Bayi
Variabel Mean Standar Beda 95% CI p value
Deviasi Rerata
Formula Risanto 3356.4 299.8
Berat Badan Lahir 3106.8 257.2 249.6 -296.9 – -202.2 0.000
Bayi

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rerata taksiran berat badan janin
formula Risanto yaitu 3356.4 gr dengan standar deviasi 299.8 gr, sedangkan rerata

30
berat badan lahir bayi yaitu 3106.8 gr dengan standar deviasi 257.2 gr. Beda rerata
antara taksiran berat badan janin formula Dare dengan berat badan lahir bayi
adalah 249.6 gr. Dari hasil uji statistik diketahui ada perbedaan rerata taksiran
berat badan janin formula Dare dengan berat badan lahir bayi dengan nilai p =
0.000 (p value < 0.05).

4.5.3. Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula


Johnson Toschach dengan Berat Badan Lahir Bayi

Tabel 4.8 Perbedaan Rerata Taksiran Berat Badan Janin Formula Johnson
Toschach dengan Berat Badan Lahir Bayi
Variabel Mean Standar Beda 95% CI p
Deviasi Rerata value
Formula Johnson 3374.5 369.3 -328.9 – -206.6 0.000
Toschach 267.7
Berat Badan Lahir Bayi 3106.8 257.2

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rerata taksiran berat badan janin
formula Johnson Toschach yaitu 3356.4 gr dengan standar deviasi 299.8 gr,
sedangkan rerata berat badan lahir bayi yaitu 3106.8 gr dengan standar deviasi
257.2 gr. Beda rerata antara taksiran berat badan janin formula Dare dengan berat
badan lahir bayi adalah 249.6 gr. Dari hasil uji statistik diketahui ada perbedaan
rerata taksiran berat badan janin formula Dare dengan berat badan lahir bayi
dengan nilai p = 0.000 (p value < 0.05).

4.6 Perbedaan Keakuratan Taksiran Berat Badan Janin Antara


Formula Dare, Risanto, dan Johnson Toschach dengan Berat
Badan Lahir Bayi
Perbedaan keakuratan taksiran berat badan janin antara formula Dare,
Risanto, dan Johnson Toschach dengan berat badan lahir bayi dapat dilihat pada
hasil analisis Receiver Operating Curve (ROC). Hasil uji ini dengan melihat
sensitifitas dan spesifisitas taksiran berat badan janin masing-masing formula

31
dengan melihat luas area di bawah kurva atau Area Under The Curve (AUC).
Hasil analisis ROC dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.9 berikut :

Gambar 4.1 Receiver Operating Curve (ROC) Keakuratan Taksiran Berat


Badan Janin Antara Formula Dare, Risanto, dan Johnson
Toschach dengan Berat Badan Lahir Bayi
Gambar 4.1 menggambarkan luas area di bawah kurva pada ROC
keakuratan taksiran berat badan janin antara Formula Dare, Risanto, dan Johnson
Toschach dengan Berat Badan Lahir Bayi dengan titik acuan adalah garis
referensi. Pada tabel 4.9 dijelaskan mengenai luas area di bawah kurva.

32
Tabel 4.9 Sensitifitas dan Spesifisitas berdasarkan Area Under The Curve
(AUC) Keakuratan Taksiran Berat Badan Janin Antara Formula
Dare, Risanto, dan Johnson Toschach dengan Berat Badan Lahir
Bayi Variabel Luas Area Dibawah Kurva (%)
Variabel Luas Area di Bawah Kurva (%)
Formula Dare 85.7%
Formula Risanto 84.8%
Formula Johnson Toschach 73.9%

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai sensitifitas dan spesifisitas


tertinggi untuk memprediksi taksiran berat badan janin dilihat berdasarkan luas
area di bawah kurva. Hasil analisis didapatkan bahwa Formula Dare lebih akurat
untuk memprediksi taksiran berat badan janin dengan luas area dibawah kurva
adalah 85.7%, sedangkan Formula Risanto 84.8%, dan Formula Johnson
Toschach 73.9%.

33
BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada perbedaan rerata taksiran
berat badan janin Formula Risanto dan Johnson Toschach dengan berat badan
lahir bayi dengan nilai p < 0,05. Namun, tidak ada perbedaan rerata taksiran berat
badan janin Formula Dare dengan berat badan lahir bayi dengan nilai p = 0.135 (p
value > 0,05).
Tidak adanya perbedaan rerata berat badan lahir bayi dengan taksiran berat
badan janin Formula Dare karena selisih antara rerata berat badan lahir bayi tidak
jauh berbeda dengan taksiran berat badan janin Formula Dare. Rerata berat badan
bayi baru lahir adalah 3.106 gr dengan standar deviasi 257.2 gr, sedangkan rerata
taksiran berat badan janin Formula Dare yaitu 3133.5 gr dengan standar deviasi
223.7 gr. Hasil penelitian ini berbeda dengan taksiran berat badan janin Formula
Risanto yaitu rerata 3356.4 gr dengan standar deviasi 299.8 gr dan Formula
Johnson Toschach yaitu rerata 3374.5 gr dengan standar deviasi 369.3 gr.
Hasil analisis Receiver Operating Curve (ROC) untuk melihat keakuratan
di antara formulasi perhitungan berat badan janin diketahui nilai sensitifitas dan
spesifisitas tertinggi untuk memprediksi taksiran berat badan janin dilihat
berdasarkan luas area di bawah kurva ROC. Hasil analisis didapatkan bahwa
Formula Dare lebih akurat untuk memprediksi taksiran berat badan janin dengan
luas area di bawah kurva adalah 85.7%, sedangkan Formula Johnson Toschach
73.9%, dan Formula Risanto 84.8%. Nilai area di bawah kurva yang dianggap
memiliki spesifitas dan sensitifitas yang baik apabila ≥ 70%.
Pada penelitian yang dilakukan Garcia, et al pada tahun 2007 di Meksiko
untuk mengevaluasi keakuratan taksiran berat janin formula Johnson Toschach
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara berat bayi lahir
dengan TBJ formula Johnson Toschach. Penilitannya dilakukan pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 39 hingga 40 minggu. Rerata TBJ dengan formula Johnson
Toschach adalah 3292.88 gram, sedangkan rerata berat bayi lahir adalah 3272.13
gram. Perbedaan rerata berat bayi lahir dengan rerata taksiran berat janin dengan
formula Johnson Toschach adalah 20.75 gram.12

34
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Asto dan Crisologo yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Filipina tahun 2014 pada ibu hamil usia
kehamilan aterm untuk membandingkan empat metode pengukuran TBJ secara
klinis, menemukan bahwa dari keempat metode yang dipakai (palpasi, modifikasi
Johnson, Dare, dan Johnson), TBJ dengan metode palpasi lebih akurat
dibandingkan dengan ketiga formula lainnya, dengan kedua terakurat
menggunakan metode Johnson, lalu metode Dare.14
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat metode untuk
menaksir berat janin. Metode tersebut menggunakan pengukuran eksternal uterus
ibu, sehingga semua metode tersebut bergantung kepada keahlian klinisi dan
pasien. Keahlian untuk mengukur TBJ berdasarkan TFU diperlukan karena
simpel, murah dan mempunyai akurasi mendekati dengan pengukuran TBJ
dengan USG.15 Kesulitan dari mencari TBJ menggunakan USG adalah kurang
presisinya pencitraan dari struktur janin (terutama pada pasien obesitas,
oligohidramnion, plasentasi, dan/ atau posisi janin), metodenya yang rumit, dan
terbatas oleh visualisasi suboptimal dari struktur janin. Harga USG tergolong
mahal dan dibutuhkan tenaga medis yang sudah terlaltih. Alat USG juga tidak
tersedia di seluruh fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan obstetrik.16
Hasil penelitian dilakukan Nindrea pada tahun 2016 di Rumah Sakit Satelit
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas untuk mengetahui perbandingan rerata
TBJ menggunakan formula Dare dengan formula Risanto, didapatkan bahwa
formula Dare lebih akurat daripada formula Risanto. Pada penelitian ini,
ditemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rerata TBJ formula Dare dengan
berat bayi lahir dengan nilai p > 0.05, sedangkan ditemukan perbedaan signifikan
rerata TBJ formula Risanto dengan berat bayi lahir dengan nilai p < 0.05.13
Penggunaan metode untuk menentukan taksiran berat janin yang akurat
diperlukan agar bayi dengan perkiraan berat yang ekstrim lebih atau kurang dapat
diketahui dan beberapa pencegahan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
sebelum persalinan. Namun, kondisi keterbatasan penggunaan USG terutama pada
banyak daerah yang belum dilengkapi dengan fasilitas tersebut dan dengan
sumber daya manusia terlatih yang terbatas pula maka penggunaan perhitungan
taksiran berat badan janin dalam praktik sehari-hari dapat digunakan sebagai

35
alternatif untuk memperkirakan taksiran berat janin dimana dalam pelaksanaannya
mudah dan murah, namun belum banyak diketahui dan digunakan.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai perbedaan
rerata taksiran berat badan janin antara formula Dare, Risanto, dan Johnson
Toschach dapat disimpulkan:
1. Tidak ada perbedaan rerata taksiran berat badan janin formula Dare
dengan berat badan lahir bayi.
2. Ada perbedaan rerata taksiran berat badan janin formula Risanto dengan
berat badan lahir bayi.
3. Ada perbedaan rerata deviasi taksiran berat badan janin formula Johnson
Toschach dengan berat badan lahir bayi.
4. Formula Dare lebih akurat dalam menentukan taksiran berat badan janin
dibandingkan Formula Risanto dan Johnson Toschach.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan:
1. Perlu adanya penggunaan formula Dare untuk menentukan taksiran berat
janin yang dapat digunakan untuk komponen dalam pelayanan antenatal,
konseling, diagnosis, dan cara persalinan.
2. Perlu adanya sosialisasi pada daerah dengan sumber daya manusia serta
fasilitas yang kurang memadai dengan menggunakan formula Dare untuk
menghitung perkiraan berat lahir bayi.
3. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan menambahkan jumlah
sampel dan membuat formulasi lainnya mengenai taksiran berat badan
janin.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Neonatal and Perinatal Mortality:


Country, Regional, and Global Estimates. WHO; 2006. h: 20
2. BKKBN, Kementerian Kesehatan, Badan Pusat Statistik. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2012: 147
3. Nahum G. Estimation of fetal weight-a review article. 2002
4. Sharma N, Srinivasan KJ, Sagayaraj MB, Lal D. Foetal weight estimation
methods – Clinical, Sonographic and MRI imaging. Int Journal of Scientific
and Research Publications. 2006; 4(1): 1-2
5. Lanowski JS, Lanowski G, Schippert C, Drinkut K, Hillemanns P, dan
Staboulidou I. Ultrasound versus Clinical Examination to Estimate Fetal
Weight at Term. Geburtshiffe Frauenheilkd. 2017; 77(33): 276 – 283.
6. Joshi A, Panta O.B, Sharma B. Estimated Fetal Weight: Comparison of
Clinical Versus Ultrasound Estimate. J Nepal Health Res Counc. 2017;
15(35): p51
7. Bari MI, Ullah MA, dan Khatun MA. Morbidity and Mortality of Low
Weight Baby. TAJ. 2008; 21(1); 35 – 39.
8. Jolly MC, Sebire NJ, Harris JP, Regan L, Robinson S. Risk factors for
macrosomia and its clinical consequensces: a study of 350,311 pregnancies.
Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2003; 111(1): 9 -14
9. Taylor HW, Ward EJ. The Intrinsic Fetal Mortality of Cesarean Section.
Am J Obst Gynec 1953; 65:1276.
10. Shittu AS, Kuti I, Orji EO, Makinde NO, Ogunniyi SO, Ayoola OO, Sule
SS. Clinical versus Sonographic Estimation of Foetal Weight in Southwest
Nigeria. J Health Popul Nutr. 2007; 25(5): 1 – 43.
11. Anggraini D, Abdollahian M, Marion K. Accuracy Assessment on
Prediction Models for Fetal Weight Based on Maternal Fundal Height.
Springer. 2016.
12. Soto GC, Germes PF, Garcia JG. Johnson and Toshach method utility for
calculating fetal weight in term pregnancies within a second level hospital.
Ginecol Obstet Mex. 207: 75(6): 317 – 324.

38
13. Nindrea RD. Perbedaan Taksiran Berat Badan Janin Menurut Formula
Perhitungan Berat Badan Lahir Bayi. Jurnal Ipteks Terapan. 2017; 5(11): 36
– 42
14. Asto RD, Crisologo CP. Comparative Study of Four Methods of Clinical
Estimation of Fetal Weight in the Late Third Trimester Admitted for
Delivery: A Prospective Study. 2016; 38(4): 14 - 22
15. Ugwa EA. Advances in Clinical Estimation of Foetal Weight Before
Delivery. Nigeria. 2015; 12(2): 67 – 73
16. Sarmandal P, Bailey SM, Grant JM. A Comparison of Three Methods of
Assessing Inter – Observer Variation Applied to Ultrasonic Fetal
Measurement in the Third Semester. Br J Obstet Gynaecol. 1989; 96(11):
1261 – 1265.
17. Williams Obstetrics 21st edition. Chapter 29. Fetal growth disorders Pg
743-760.
18. Lubchenco LO, Hansman C, Boyd E. Intrauterine growth in length and head
circumference as estimated from live births at gestational age from 26 to 42
weeks. Pediatrics. 1996;37(3): 403 – 408
19. Queensland Clinical Guidelines. Routine newborn assessment. Pediatrics.
2014.
20. Roland MCP, Friss, CM, Godang K, Bollerslev J, Haugen G, Henriksen T.
Maternal factors associated with fetal growth and birthweight are
independent determinants of placental weight and exhibit differential effects
by fetal sex. PLoS One. 2014;9(2).
21. Behrman, R., M.D., Vaughn III. V.C., M.D., Prematuritas da retardasi
pertumbuhan intrauteri : dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bag. I, EGC,
Jakarta, 1992, hal 561-572.
22. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Perinatologi dalam Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak, Buku 3, Infomedika, Jakarta, 2000, hal 1051-1054.
23. Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo

39
24. Titisari RI. Perbandingan Akurasi Rumus Risanto dan Rumus Johnson
dalam Menentukan Taksiran Berat Janin Berdasarkan Tinggi Fundus
Uterus. UGM.
25. Mhaskar R ,Mhaskar A, Molly SR, Symphysiofundal height (SFH)
measurement for prediction of birth weight-A new formula. J obstet
Gynaecol Ind 2001; 51:73-6
26. Dare FO, Ademowore AS, Ifaturoti OO, Nganwuchu A. The value of
symphysiofundal height/abdominal girth measurement in predicting fetal
weight. Int J gynaecol Obstet 1990; 31:243-8
27. Numprasert W. A study in Johnson’s Formula: Fundal height measurement
for estimation of birth weight. AU JT 8 (1): 15-20.
28. Chauhan SP, Lutton PM, Bailey KJ, Guerrieri JP, Morrison JC. Intrapartum
clinical, sonographic, and parous patients’ estimates of newborn birth
weight. Obstet Gynecol. 1992;79(6):956-8.
29. Mehdizadeh A, Alaghehbandan R, Horsan H. Comparison of clinical versus
ultrasound estimation of fetal weight. Am J Perinatol 2000; 17:233-6
30. Sauceda González LF, Ramírez Sordo J, Riviera Flores S, Falcón Martínez
JC, Zarain Llaguno F. Estudio multicéntrico de predicción clínica del peso
fetal en embarazos de término. [Multicenter study of fetal weight estimation
in term pregnancies]. Ginecol Obstet Mex. 2003;71:174-80.
31. Johnson RW, Toshach CE. Estimation of fetal weight using longitudinal
mensuration. Am J Obstet Gynecol 1954;68:891-6.
32. Bothner BK, Gulmezoglu AM, Hofmeyr GJ. Symphysis fundus height
measurements during labour: a prospective, descriptive study. Afr J Reprod
Health 2000;4:48-55.
33. Jeffery BS, Pattinson RC, Makin J. Symphysis-fundal measurement as a
predictor of low birthweight. Early Hum Dev 2001;63:97-102.
34. Titapant V, Chawanpaiboon S, Mingmitpatanakul K. A comparison of
clinical and ultrasound estimation of fetal weight. J Med Assoc Thai
2001;84:1251-7.

40
35. Hassibi S, Farhataziz N, Zartesky M, McIntire D, Twickler DM.
Optimisation of fetal weight estimates using MRI: comparison of
acquisitions. AJR Am J Roentgenol 2004; 183:487-492.
36. Kavitha, Prabhakar GC, Shaivilini, Suprada K. A comparative study of fetal
weight estimation using ultrasound and Johnson formula and its correlation
with actual birth weight. Int J Sci Res. 2014; 3(2): 1.
37. Njoku C, Emechebe C, Odusolu P, Abeshi S, Chukwu C & Ekabua J.
Determination of Accuracy of Fetal Weight Using Ultrasound and Clinical
Fetal Weight Estimations in Calabar South, South Nigeria. Int Scholar Res
Not. 2014; 1: 1-8.
38. Chithra CS, Kumari KL, Sangeereni M. Comparative Study of Fetal Weight
Estimation Using Hadlock’s and Johnson’s Formula and its Correlation with
Actual Birth Weight. Int J Sci Study 2014; 2(7) 1-5.
39. Altenfelder MD, et al. Clinical formulas, mother’s opinion and ultrasound in
predicting birth weight. Sao Paulo Med J. 2008;126(3):145-9.
40. Wijayanti Y. Perbedaan Akurasi Antara Rumus Risanto dan Rumus Johnson
Untuk Memperkirakan Berat Bayi Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
41. Ashrafganjooei T, Naderi T, Eshrati B & Babapoor. Accuracy of ultrasound,
clinical, and maternal estimates of birth weight in term women. Eastern
Mediterranean Health Journal. 2010; 16(3): 313-317
42. Nzeh DA, Oyawoye O, Adetoro OO. Ultrasound estimation of birth weight
in late pregnancy among African women. West African J ultrasound. 2000;
1:9-14
43. R.L. Shield. Three dimensional volumetry and fetal weight
measurement.Ultrasound Obstet gynaecol. 2007; 30: 799-803
44. O’ Reilly - Green C, Divon M. Sonographic and clinical methods in the
diagnosis of macrosomia. Clin Obstet Gynecol. 2000; 43:309-20
45. Hastono, P. 2007. Analisis data Kesehatan. Jakarta. FKM UI.
46. Baum JD, Gussman D, Wirth JC 3rd. Clinical and patient estimation of fetal
weight vs. ultrasound estimation. J Reprod Med. 2002;47(3):194-8.

41
47. Ratanasiri T, Jirapornkul S, Sombooporn W, Seejorn K, Patumnakul P.
Comparison of the accuracy of ultrasonic fetal weight estimation by using
the various equations. J Med Assoc Thai. 2002; 85:962-7.

42
Lampiran 1

MASTER TABEL PENELITIAN

No. Nama Ibu Umur Berat Tinggi Indeks Berat Jenis F. Dare F. Risanto F. J.
(th) Badan Badan Massa bayi lahir Kelamin (gram) (gram) Toschach
Ibu (kg) (cm) Tubuh (gram) Bayi (gram)
1 Sri Helviana 18 61 164 22.7 3180 Laki- laki 3198 3237 3395
2 Nurmala Trisna 29 61 170 21.1 2960 Laki- laki 2936 3250 2806
3 Desy Novita Ketaren 41 68 170 23.5 3030 Perempuan 2990 2844 2914
4 Nurul Hasanah 19 59 169 20.7 3140 Laki- laki 3069 3009 3255
5 Azniar Sri Handayani 30 58 157 23.5 3420 Laki- laki 3576 3858 3844
6 Imelda Mawarni 30 63 173 21.0 3130 Perempuan 3039 3174 3317
7 Mariana 29 56 170 19.4 3410 Laki- laki 3361 3085 3953
8 Darna Sartika 33 64 175 20.9 3240 Laki- laki 3398 3668 3612
9 Dwi Cipta Sari 35 61 164 22.7 3040 Perempuan 2872 3136 3054
10 Nurzannah Alda 23 60 160 23.4 3350 Laki- laki 3320 3769 3271
11 Ranie Pesta Evina 27 63 170 21.8 3060 Laki- laki 3374 2946 3627
12 Ade Sapriance 33 61 165 22.4 3270 Perempuan 3343 3642 3736
13 Sriani 35 60 174 19.8 2780 Perempuan 2863 2895 2666
14 Vivi Jananti 30 62 163 23.3 2940 Laki- laki 2915 3262 2728
15 Eka Puspita Dewi 29 59 169 20.7 3130 Laki- laki 3058 3136 2961
16 Indah Lestari 22 63 161 24.3 3420 Perempuan 3587 3680 3937

43
17 Dina Rizkha Utami 27 62 161 23.9 3030 Laki- laki 3168 3528 3534
18 Nur Falah 27 67 171 22.9 3440 Perempuan 3104 3883 4185
19 Fatimah 32 66 171 22.6 2850 Perempuan 2730 3161 2744
20 Desiarani Kesuma 32 69 174 22.8 3210 Laki- laki 3027 3617 3302
21 Susilawati 25 57 170 19.7 2820 Perempuan 2989 3136 2961
22 Putri Wulandari 29 58 175 18.9 3290 Perempuan 3227 3693 3271
23 Melly Resti 24 53 156 21.8 3080 Perempuan 3188 3389 3550
24 Siti Khadijah 21 55 157 22.3 3170 Laki- laki 3165 3427 3627
25 Siti Aisah 28 58 160 22.6 2860 Perempuan 2759 2831 3271
26 Mayang Sari 27 59 164 21.9 3350 Perempuan 3372 3604 3751
27 Rina Abdillah 30 57 158 22.8 3440 Perempuan 3299 3427 4046
28 Tias Asmarani 34 60 169 21.0 2730 Perempuan 2797 3250 2790
29 Sumarni 27 67 167 24.0 3150 Perempuan 3163 3364 3550
30 Meita Karolina Ginting 25 59 172 19.9 3060 Perempuan 3084 3756 3875
31 Trinovita Sari 28 70 174 23.1 3240 Laki- laki 3324 3516 3426
32 Nuraini Manik 27 58 162 22.1 3200 Laki- laki 3330 3630 3209
33 Elsa Qadila 23 50 159 19.7 3330 Laki- laki 3342 3680 3627
34 Susiani 30 59 169 20.7 3320 Perempuan 3335 3680 3472
35 Fifi Evalina Lubis 25 56 155 23.3 3340 Perempuan 3303 3592 3829
36 Heni Mastafarida P. 23 70 168 24.8 3450 Laki- laki 3267 3769 3627
37 Rika Kumala Sari 24 60 160 23.4 2800 Perempuan 3511 3693 2945
38 Salwi 25 61 172 20.6 2970 Perempuan 3168 3326 3348
39 Cici Hariati 19 62 158 24.8 2450 Laki- laki 2870 2958 2899

44
40 Nila Damayanti 31 59 175 19.3 3280 Perempuan 3167 3402 3286
41 Sarwalufa Saragih 33 65 167 23.3 3090 Laki- laki 2855 2946 3038
42 Henny Widiawati 21 55 165 20.2 2470 Perempuan 2830 2933 2713
43 Novialisa 23 58 158 23.2 3040 Perempuan 3163 2946 3038
44 Julia Citra Harahap 23 60 158 24.0 2940 Laki- laki 3185 3326 3348
45 Rizky Fitrah Ayu 24 62 173 20.7 3220 Perempuan 3234 3617 3100
46 Saniah 29 61 169 21.4 3240 Laki- laki 3435 3794 3767
47 Nila Chairani 34 69 169 24.1 3190 Laki- laki 3463 3592 3829
48 Dessy Mayasari 30 63 165 23.1 3370 Laki- laki 2968 3313 3488
49 Jenny Sutanti 29 70 169 24.5 3270 Laki- laki 3215 3402 3286
50 Neti Karolina 24 64 171 21.9 3060 Perempuan 3401 2870 3953
51 Leni Agusriani 30 55 163 20.7 3020 Laki- laki 2867 2971 3069
52 Rahma Dewi Putri 29 61 170 21.1 2910 Laki- laki 2712 3617 3705
53 Risda Ulina 30 68 166 24.7 3030 Laki- laki 3206 2870 3953
54 Hikmah Fitri 25 66 171 22.6 3650 Laki- laki 3447 3820 3550
55 Cholidah 42 58 175 18.9 3040 Perempuan 2974 3060 3178
56 Cici Sumarna Andadari 27 61 172 20.6 3050 Laki- laki 3275 3554 3782
57 Tivia 25 53 155 22.1 2780 Perempuan 2874 3161 3147
58 Sari Noviani 29 67 173 22.4 3050 Perempuan 3354 3554 3891
59 Novita Sari 25 58 161 22.4 3020 Laki- laki 3190 3072 3038
60 Ertha br. Ginting 28 67 167 24.0 2910 Perempuan 2898 3338 3720
61 Sulastri 31 65 167 23.3 3080 Perempuan 3001 3554 3627
62 Mei Haryanti P. 32 58 167 20.8 3150 Perempuan 3014 3047 3007

45
63 Irma Lara 29 67 172 22.6 3090 Perempuan 3061 3465 3364
64 Nurainun 25 64 161 24.7 3050 Perempuan 3023 3186 3333
65 Ermita 37 58 169 20.3 2560 Perempuan 2765 3123 2945
66 Suma Wijaya 27 68 173 22.7 3050 Perempuan 2878 3085 2899
67 Ruri Mayliza 30 62 167 22.2 3430 Laki- laki 3268 3706 3613
68 Susi Susanti 38 59 168 20.9 3320 Laki- laki 3211 3452 3503
69 Chairani 39 57 169 20.0 2650 Perempuan 2811 3098 2914
70 Juli Purwanti 28 62 169 21.7 3240 Perempuan 3319 3769 3891
71 Afriyanti Chandra 29 60 163 22.6 3330 Perempuan 3604 3845 3639
72 Purnama Sari 34 61 158 24.4 2910 Laki- laki 2860 3060 3023
73 Rahmawati F. 30 56 159 22.1 3520 Laki- laki 3525 3566 3488
74 Rizka Dwi Putri 17 59 169 20.7 2740 Perempuan 2973 2870 2891
75 Mery Divya Febrina 20 69 171 23.6 2970 Laki- laki 3002 2831 2744
76 Yuna Yulistika 21 56 159 22.2 3450 Laki- laki 3371 3769 3689
77 Dina Monica 20 59 158 23.6 3150 Perempuan 3090 3541 3567
78 Nurul Hawaliyah 22 54 155 22.5 3240 Perempuan 3295 3478 3410
79 Warsiwi 28 67 172 22.6 3420 Perempuan 3274 3250 3922
80 Irmalani 25 62 165 22.8 3630 Laki- laki 3491 3744 3705
81 Syarifah Aini 24 56 158 22.4 2940 Perempuan 3078 3402 2945
82 Dian Lestari 35 62 159 24.5 2380 Perempuan 2658 2971 3286
83 Titik Meitaningsih 28 55 161 21.2 3270 Perempuan 3177 3275 2759
84 Husna Rahmayani 27 55 172 18.6 3350 Laki- laki 3355 3414 3612
85 Shintya Anggraini 18 57 168 20.2 3140 Perempuan 3101 3085 3054

46
86 Arnita 27 60 156 24.7 3430 Perempuan 3332 3883 3891
87 Mira 33 70 173 23.4 2910 Laki- laki 2831 3376 3875
88 Windy Aryaningsih 27 55 156 22.6 3130 Perempuan 3082 3642 3410
89 Nuraeny Ningsih 28 61 164 22.7 3240 Perempuan 3233 3364 3240
90 Aminatu Zariah 27 55 169 19.3 3250 Perempuan 3216 3668 3178
91 Tuti Lestari 26 65 168 23.0 2860 Perempuan 3094 3313 3441
92 Dessy Anggraini 17 60 169 21.0 3120 Perempuan 3193 3288 3457
93 Neni Tri Handayani 24 60 158 24.0 2690 Perempuan 2989 3022 3131
94 Putri Ulfa Dewi 22 64 175 20.9 3350 Laki- laki 3318 3490 3550
95 Trisusilawati 25 52 155 21.6 2630 Perempuan 2877 3174 3317
96 Hani Susanti 25 58 158 23.2 3240 Perempuan 3018 3516 3565
97 Sutarni 39 70 168 24.8 2950 Laki- laki 2766 3376 2899
98 Anggriani 27 67 173 22.4 2760 Perempuan 2759 2971 2914
99 Teti Hardianti 23 64 168 22.7 2850 Perempuan 3094 2831 3534
100 Sundari Prihatin 26 56 169 19.6 3500 Perempuan 3212 3478 3426

47
Lampiran 2

1. Uji Normalitas
Lampiran Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

FormulaDare FormulaRisanto FormulaJohnsonToschach BeratBayiLahir

N 100 100 100 100

Normal Mean 3133.53 3356.37 3374.52 3106.80


Parametersa,,b Std. 223.693 299.834 369.279 257.175
Deviation

Most Extreme Absolute .082 .075 .077 .078


Differences Positive .073 .069 .077 .051

Negative -.082 -.075 -.067 -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .824 .751 .773 .779

Asymp. Sig. (2-tailed) .506 .626 .589 .579

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

2. Analisis Univariat
Statistics

BeratBayiLahir FormulaDare FormulaRisanto FormulaJohnsonToschach

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Mean 3106.80 3133.53 3356.37 3374.52

Median 3130.00 3166.00 3376.00 3402.50

Mode 3240 2759a 3769 3627

Std. Deviation 257.175 223.693 299.834 369.279

Minimum 2380 2658 2831 2666

Maximum 3650 3604 3883 4185

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

KATBBL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <2500 3 3.0 3.0 3.0

2500-4000 97 97.0 97.0 100.0

48
Statistics

BeratBayiLahir FormulaDare FormulaRisanto FormulaJohnsonToschach

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Mean 3106.80 3133.53 3356.37 3374.52

Median 3130.00 3166.00 3376.00 3402.50

Mode 3240 2759a 3769 3627

Std. Deviation 257.175 223.693 299.834 369.279

Minimum 2380 2658 2831 2666

Maximum 3650 3604 3883 4185

Total 100 100.0 100.0

KatDare

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2500-4000 100 100.0 100.0 100.0

KatRisanto

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2500-4000 100 100.0 100.0 100.0

KatJohnsonToschach

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2500-4000 98 98.0 98.0 98.0

>4000 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

49
3. Analisis Bivariat
Perbedaan Taksiran Berat Badan Lahir dengan Formula Dare, Formula
Risanto, dan Formula Johnson Toschach

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 BeratBayiLahir 3106.80 100 257.175 25.718

FormulaDare 3133.53 100 223.693 22.369

Pair 2 BeratBayiLahir 3106.80 100 257.175 25.718

FormulaRisanto 3356.37 100 299.834 29.983

Pair 3 BeratBayiLahir 3106.80 100 257.175 25.718

FormulaJohnsonToschach 3374.52 100 369.279 36.928

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference

Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair BeratBayiLahir - -26.730 177.354 17.735 -61.921 8.461 -1.507 99 .135


1 FormulaDare

Pair BeratBayiLahir - - 238.488 23.849 - - - 99 .000


2 FormulaRisanto 249.570 296.891 202.249 10.465

Pair BeratBayiLahir - - 308.249 30.825 - - -8.685 99 .000


3 FormulaJohnsonToschach 267.720 328.883 206.557

50
4. Analisis ROC

Area Under the Curve

Test Result
Variable(s) Area
Dare15 .857
Risanto15 .848
Johnson15 .739

51

Anda mungkin juga menyukai