Anda di halaman 1dari 53

SOSIALISASI PROGRAM SHK

SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL

Yani Mulyani, SKM S.Kep Ners


SITUASI KESEHATAN BAYI NASIONAL
PENYEBAB KEMATIAN BAYI
1,30%
3% 2,50%
4,50% Diperkirakan sekitar
260,090 anak lahir
dengan kelainan
10,20% bawaan setiap tahun
36,90%
di Indonesia
( The March of Dimes Reporton
12,70% Birth Defects , 2006)

36,40%

TIDAK HANYA
BERFOKUS PADA
PENURUNAN
KEMATIAN BAYI
TETAPI JUGA
PENINGKATAN
KUALITAS KESEHATAN
BAYI
PROGRAM PENURUNAN STUNTING MELALUI SHK

Prevalensi Stunting Nasional 27,67%, (SSGBI 2019)


Prevalensi Stunting Jawa Barat 26,21% (SSGBI 2019)
Prevalensi Balita Stunting Jawa Barat (tinggi badan menurut umur) 24,5%
(SSGI 2021)

Hipotiroid kongenital yang tidak ditangani akan


menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang berkontribusi terhadap
masalah stunting.

Stunting yang terjadi pada awal kehidupan terutama pada 1000 HPK
mempunyai DAMPAK yang sangat merugikan tidak hanya pada
PERTUMBUHAN FISIK, tetapi juga pada KEMAMPUAN KOGNITIF YANG
RENDAH, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
PRODUKTIVITAS EKONOMI.
LATAR BELAKANG SHK

Kesempatan Menyiapkan Generasi Emas untuk Bonus Demografi


tahun 2025-2035 (ledakan SDM usia potensial)

Anak yang sehat dan cerdas  SDM BERKUALITAS modal


dasar dan
aset penting  pembangunan bangsa.

Tidak semua anak dapat tumbuh menjadi sehat dan cerdas karena
berbagai faktor. Salah satu diantaranya terjadi pada anak yang lahir
dengan kelainan Hipotiroid Kongenital (HK).

Terlambat diobati  pertumbuhan & perkembangan bayi


menjadi terhambat  kecacatan

Skrining Hipotiroid Kongenital 


deteksi dini 
bila +HK
 diobati dini  tumbuh dan
SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL
• Pemeriksaan laboratorium darah bayi baru lahir,
• Pengambilan spesimen darah dari tumit bayi, paling ideal adalah
umur bayi 48 sampai 72 jam
• Untuk memilah bayi HK dengan bayi bukan HK

Deteksi dini Intervensi dini :


pengobatan L-thyroxine
 anak bisa
tumbuh kembang
normal
 “ g o l d e n period”
idealnya
< 1 bulan pertama
kehidupan

Anak 2 tahun perempuan


Anak 2 tahun perempuan
Tidak ada kelenjar tiroid,
Tidak ada kelenjar tiroid,
diskrining dan diobati sebelum
tidak di skrining
usia 1 bulan
HORMON TIROID

 FUNGSI :
 1. Mengatur produksi panas tubuh
 2. Metabolisme tubuh
 3. Pertumbuhan tulang
 4. Kerja jantung, syaraf
 5. Pertumbuhan dan perkembangan otak.
HIPOTIROID KONGENITAL
 Definisi :
Kekurangan hormon Tiroid pada bayi baru lahir
 Bersifat :
- Transient : setelah bbrp bulan/tahun sejak kelahiran, bayi dapat
memproduksi sendiri hormon Tiroidnya  pengobatan sementara
- Permanen  pengobatan seumur hidup
Lebih dari 95% bayi dengan HK tidak
memperlihatkan gejala saat dilahirkan.
Kalaupun ada sangat samar dan tidak
khas.
• Jika sudah muncul gejala klinis, berarti
telah terjadi retardasi mental.
• Penting sekali dilakukan skrining HK
pada semua bayi baru lahir sebelum
timbulnya gejala klinis.
• Hambatan pertumbuhan dan
perkembangan mulai tampak nyata pada
umur 3–6 bulan dan gejala khas
hipotiroid menjadi lebih jelas.
SKRINING
HIPOTIROID
• KONGENITAL
Skrining untuk memilah bayi yang menderita HK dari bayi
yang bukan penderita HK.
• Komponen yang penting dalam sistem SHK:
1. KIE (komunikasi, informasi & edukasi)
2. Proses skrining
(Persiapan, pengambilan &
pemeriksaan spesimen)
3. Tindak lanjut hasil skrining
4. Diagnosis
5. Tatalaksana
6. Monitoring evaluasi program
KIE DALAM SHK
POKOK BAHASAN : KIE SUB POKOK
BAHASAN:

3.Faktor-faktor
1.Pengertian 2.Tujuan yang
mempengaruhi

4. Prinsip 5.Sasaran
KIE SECARA UMUM
KomunikasI informasi edukasi

1. PENGERTIAN
• KOMUNIKASI :
Proses penyampaian pesan dari pemberi pesan (komunikator) secara langsung kepada
penerima pesan, melalui suatu saluran komunikasi yg menimbulkan efek berupa
respons/reaksi positif yaitu perubahan perilaku

• INFORMASI :
Penerangan/pemberitahuan, kabar/berita tentang suatu hal. Penyampaian
informasi berarti penyampaian pesan kpd orang lain agar orang tersebut
menjadi lebih tau dari sebelumnya

• EDUKASI : artinya suatu proses pendidikan. Pemberian pendidikan kpd masyarakat


artinya memberikan pesan yg mengandung amanah hingga timbul kesadaran akan
pentingnya pesan tersebut, sehingga bisa terjadi perubahan sesuai isi pesan.
2. TUJUAN

1
Mendorong terjadinya perubahan perilaku
ke arah yg positif

2
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek di masyarakat secara wajar

3
Masyarakat melakukannnya secara mantap
sebagai perilaku yang sehat dan
bertanggung jawab
3. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KIE

FAKTOR PENDUKUNG FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR LAIN


• Kekuatan komunikator • Kelemahan komunikator • Rendahnya tingkat
(kemampuan (faktor suara, kurangnya pendidikan dari penerima
komunikator,ilmu pengetahuan dan pesan
pengetahuan yg dimiliki, pengalama, kurang
penguasaan media, percaya diri) • Lingkungan
percaya diri)
• Media tidak menarik, • Sosial budaya
• Media yg digunakan tidak sesuai dengan topik
(atriktif, mudah
dimengerti)
4. PRINSIP DALAM KIE

 Bersikap sopan & ramah terhadap lawan bicara


 Memahami, menghargai dan menerima
keadaan lawan bicara;
 Memberikan penjelasan secara persuasif, dgn
bahasa sederhana yg mudah dipahami;
 Menggunakan alat peraga/media yg menarik
dan mudah dimengerti;
 Menyampaikan isi pesan fokus pd keuntungan
dan kerugiannya.
5. SASARAN KIE

• Sasaran K I E pada S H K :
a. Tenaga kesehatan : dr Sp.OG, dr Sp.A, dr umum, bidan,
perawat bayi
b. Ibu/orang tua/keluarga
c. Masyarakat luas
d. Pemangku kebijakan

• Penjelasan skrining BBL dapat dilaksanakan saat:


a. Konseling sebelum pernikahan
b. Saat pemeriksaan kehamilan (leaflet)
c. Kunjungan posyandu dan di faskes
d. Kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan
K I E PA D A S H K

• Isi pesan:
a. Arti SHK
b. Mengapa SHK penting untuk dilakukan
c. Keuntungan & kerugian bay
jika memperoleh atau tidak memperoleh i
SHK.
d. Kapan skrining dilaksanakan
e. Bagaimana skrining dilakukan
f. Berapa biaya skrining SHK
PEDOMAN DAN MEDIA
KIE

Pedoman Leaflet

Poster

DVD
Flyer
A). Arti SHK :
Skrining / deteksi awal untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid
Kongenital dengan bayi yg bukan penderita HK.

DASAR HUKUM
 Undang-Undang NO 36 Tahun 2009 Tentang Penetapan Standar/Kriteria
Kesehatan Bayi dan Anak
 SOP SHK, Buku Pedoman SHK Kemenkes RI revisi 2014
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya
Kesehatan Anak
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrining
Hipotiroid Kongenital
 Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya Nomor 440/Kep-58-Huk/2021 ditetapkan tanggal 25 Oktober
2021
 Percepatan Pelaksanaan SHK
 SE Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakan NO. HK.02.02/B/628/2022
 SE Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakan NO. HK.02.02/II/3398/2022
 SE Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakan NO. HK.02.02/III/3887/2022
Tanda dan gejala

Tanda gejala

 Kulit Burik, kering  .Lethargi


 Perut Buncit  Ikterus
 Hernia Umbilikalis  Konstifasi
 Hipotonia/kelemahan  Kesulitan Minum
otot [sering tersedak]
 Fontanel Posterior  Kulit Teraba Dingin
Melebar  Tangisan Serak
 Lidah Besar/ Makroglosi
 Edema
 Refleks Lambat
 Giiter
B) Mengapa SHK penting utk dilakukan ?

95% bayi dgn HK tidak menimbulkan gejala klinis saat dilahirkan.


Bila sudah timbul gejala = sudah terjadi retardasi mental.

Bayi dgn HK yg tidak diobati  semakin bertambah usia, gejalanya


semakin berat

Bila tidak segera diobati  gangguan pertumbuhan pada anak dan


retardasi mental  sangat merugikan kehidupan berikutnya

Jika dideteksi pada usia < 1 bulan, ditangani dengan benar  bayi akan mengejar
pertumbuhan = Bayi Normal ( “GOLDEN PERIODE” )

Program SHK  deteksi dini HK lebih cepat ditemukan  lebih cepat
diobati  hasil lebih baik
Tujuan SHK
 Sebagai acuan dalam pengambilan sampel darah utk
mendeteksi secara dini Hipoti roid Kongenital pada bayi baru
lahir sebelum gejala klinis muncul, agar segera mendapatkan
intervensi, sehingga bayi terhindar dari kecacatan dan
kemati an, hidup sehat dan berkembang secara opti mal dan
berkualitas
KUNCI KEBERHASILAN PENGOBATAN ANAK DGN
HK
 DETEKSI DINI & PENGOBATAN HIPOTIROID
KONGENITAL SEBELUM ANAK BERUSIA 1 – 3 BULAN

TUJUAN UMUM PENGOBATAN HIPOTIROID KONGENITAL


 MENJAMIN AGAR ANAK MAMPU MENCAPAI PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MENTAL MENDEKATI POTENSI GENETIKNYA
C). Keuntungan & Kerugian jika bayi tidak memperoleh Skrining
Hipotiroid Kongenital

KEUNTUNGAN dilakukan SHK

Deteksi dini, pengobatan bisa lebih awal

2 Terapi dini, dapat mencegah


keterbelakangan mental dan gangguan
tumbuh kembang anak

Mencegah kerugian ekonomi (biaya utk


pengasuhan,perawatan/pengobatan dan
pendidikan)
KERUGIAN bila tidak dilakukan SHK

Bayi tidak terdeteksi dini, keterlambatan


1 pengobatan

Keterbelakangan mental dan gangguan


2 tumbuh kembang anak yg menetap

Kerugian ekonomi (biaya untuk


3 pengasuhan,perawatan/pengobatan dan
pendidikan)
DAMPAK HIPOTIROID KONGENITAL (HK)

DAMPAK PADA DAMPAK PADA DAMPAK PADA


ANAK KELUARGA NEGARA

• Bila tdk dideteksi • Ekonomi : biaya besar • Beban biaya Negara


dini dgn Skrining: utk merawat/pendidikan. kumulatif
pertumbuhan & • Psikososial : stigma • SDM kualitas
perkembangan dilingkungan. menurun.
terhambat : • Produktifitas
RETARDASI keluarga
MENTAL menurun.

HK permanen : Pengobatan seumur hidup


ANALISIS MANFAAT SHK

Di Indonesia dari 5.000.000 bayi baru lahir, untuk setiap


1.000.000 bayi baru lahir ada 300 bayi dengan HK

Sasaran bayi baru lahir di


Setiap tahun terdapat 1.500 bayi dengan HK Provinisi Jawa Barat menurut
Pusdatin setiap tahun
sekitar 800.000, jika
sejumlah
sasaran 883.114 dengan
Bila ratio guru murid pada sekolah SLB 1:5 dan 1 kelas 10 prevalensi kejadian HK
orang maka berapa guru SLB & berapa sekolah SLB 1:3000, maka diperkirakan
ada 294 bayi dengan HK
yang
setiap tahun nya di
harus disiapkan? Jawa Barat
Beban biaya yg dikeluarkan keluarga untuk memelihara
dan
melindungi (ketergantungan ekonomi) anak HK seumur
hidup.
Beban psikologi dan sosial keluarga  tidak terukur
COST BENEFIT
SHK DILAKSANAKAN Vs SHK TIDAK
DILAKSANAKAN
SHK memberi manfaat sebanyak 9,38 kali

Potensi kerugian negara 3,1% total PDB ≈ Rp 309 T


D) Kapan skrining dilaksanakan?
• Paling ideal : saat bayi berumur 48 sampai 72 jam.
• Pada keadaan tertentu pengambilan darah masih bisa ditolerir
antara 24 – 48 jam.
• Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama setelah
lahir karena pada saat itu kadar TSH masih tinggi, sehingga
akan memberikan sejumlah hasil tinggi/positif palsu (false
positive).
E) Bagaimana skrining dilaksanakan ?
 Bayi berumur 48 jam sampai 72 jam
 Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi (heel prick) oleh petugas
kesehatan lalu diperiksa di lab.
 Bila hasil positif, diobati sebelum usia 1 bulan.
F). Berapa Biaya Skrining HK ?
 APBN, APBD (dekonsentrasi Dinkes Prov Jabar dgn alokasi
paket pemeriksaan SHK / sampel),
 BLUD, Mandiri
 Ditanggung pemerintah (Gratis ) untuk Jampersal, Jamkeskinda,
JKN/ KIS PBI kelas 3
 Perjanjian (MOU) Dinkes Kab/kota dengan RS perujuk dan RS
tempat rujukan pemeriksaan SHK (RSHS)
 Sekitar Rp. 65.000 per pasien untuk logistik SHK dari RSHS
 Sekitar Rp. 500.000 per pasien untuk tes konfirmasi di RSHS
2. Proses Skrining

A. Persiapan
1. a. Persetujuan (informed consent) : tertulis
b. Penolakan (dissent consent/refusal consent) : harus tertulis dan disimpan di
rekam medik, lapor koord.skrining.
“mencegah tuntutan hukum dari ortu bayi bila bayi tsb ternyata menderita
HK”
2. Pengambilan spesimen
a. Waktu pengambilan darah
b. Data Identitas Bayi
c. Metode pengambilan spesimen
d. Pengiriman/transportasi
e. Proses skrining di laboratorium
f. Kesalahan pengambilan spesimen
Data/identitas bayi
 Pastikan tangan pengisi data bersih
 Hindari pencemaran pada kertas saring
 Isi identitas bayi dengan lengkap dan benar + no.telf
 Gunakan HURUF KAPITAL
 Data yang kurang lengkap akan
memperlambat penyampaian hasil tes
 Jangan menempelkan kartu identitas SHK / kertas
saring ke dalam rekam medis
 Pengisian data dilakukan sebelum pengambilan
sampel darah.
Alat & bahan (Kertas saring SHK)
METODE PENGAMBILAN DARAH
METODE PENGAMBILAN DARAH
METODE PENGAMBILAN DARAH
TRANSPORTASI SPESIMEN
PERIODE PELAKSANAAN
SHK GOLDEN
PERIOD
TERAPI

USIA 16
USIA 0 USIA 11 HARI
HARI HARI
USIA 3-4 USIA 8 USIA 23
USIA 15
HARI HARI HARI
HARI USIA 30
HARI

48-72
MAKSIMA
JAM 3 – 4 JAM MAKSIMAL MAKSIMAL MAKSIM
L
SETELA 4 HARI 3 HARI 24 JAM AL 7 7 HARI
3-4 HARI
H LAHIR HARI
Pelacakan
Pengambila Pengeringa Pengirima Hasil Ke Rumah
TERDIAGNOS
n Sampel Pemeriksaa SHK IS
BAYI n Sampel n Sampel Penyimpana Bayi,
Dari n Sampel Positif HIPOTIROID
LAHIR Darah Darah n Sampel Di Lab Konsul
Di Untuk Fasyanke Diinforma KONGENITAL
Tumit Bayi Rujukan Sp.A Dan
Atas Pengiriman s Ke Lab sikan MENDAPAT
Rujukan 2x Tes TERAPI
Kertas Kolektif Ke
Seminggu Konfirmasi
Pengiri
Saring m
Sampe
l

PENANGGUNG JAWAB
LABORATORIUM PUSKESMAS
FASYANKES WILAYA Sp.A di
RUJUKAN SHK H RS
DOMISI 3
LI BAYI 2
3. Tindak Lanjut Skrining
A . Hasil Tes laboratorium
 Kadar TSH < 20 μU/mL hasil dianggap Normal
dan akan disampaikan kepada pengirim spesimen
dalam waktu 7 hari.

 Kadar TSH antara > 20 μU/mL  menunjukkan


hasil yang tinggi, sehingga perlu pengambilan
spesimen ulang (resample).

 Bila pada hasil pengambilan ulang didapatkan:


 Kadar TSH < 20 μU/mL, maka hasil tersebut
dianggap normal
 Kadar TSH > 20 μU/mL, maka harus
dilakukan pemeriksaan TSH dan FT4 serum,
melalui tes konfirmasi.
4. Diagnosis
• Jika kadar serum neonatus TSH tinggi disertai kadar T4
atau FT4 rendah, maka dapat ditegakkan diagnosis
hipotiroid (kongenital) primer sehingga harus segera
diberikan obat tiroksin.
 Bila kadar serum FT4 di bawah normal (nilai rujukan
menurut umur), segera berikan terapi tanpa melihat
kadar serum TSH
 Bila kadar serum neonatus FT4 normal, tetapi kadar
serum TSH pada minimal 2 kali pemeriksaan ≥ 20
μU/mL (berjarak 2 minggu), dianjurkan untuk mulai
terapi.
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan

6. Monitoting Evaluasi
Program
SPO
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai