Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIKUNDUL
Jln. Merdeka No. 291 Telp. (0266) 240 041 KOTA
SUKABUMI

Sistematika/ Format Kerangka Acuan Program/ Kegiatan

Sistem Rujukan Tahun 2016

a. Pendahuluan

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang


kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama
bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi
oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar
belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang
tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor
yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama
dalam mengatasi keterlambatan.

b. Latar Belakang

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam


Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya
guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan
kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Pelaksanaan sistem rujukan di
indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan
kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak
berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila
pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya,
demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat
awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang
sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan
proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait,
keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan. (Setandar Kesehatan Nasional ;
2009).
c. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

Tujuan Umum
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan
untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan
medis dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

Tujuan khusus sistem rujukan adalah:


Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani
rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu
maternal dan bayi dan menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di
wilayah kerja puskesmas.

d. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

a. rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap;


b. rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya;
c. rujukan bahan pemeriksaan laboratorium; dan/atau
d. rujukan pengetahuan dan ketrampilan

e. Cara Melaksanakan Kegiatan

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskestersier hanya dapat diberikan atas
rujukan darifaskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapatdikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat;Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. bencana;Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan.
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawatdapat memberikan pelayanan
kesehatantingkat pertama sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukanrujukan ke dokter dan/atau dokter
gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama kecualidalam kondisi gawat
darurat dan kekhususanpermasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisidi luar
kompetensi dokter dan/atau dokter gigipemberipelayanan kesehatan tingkat
pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan saturangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukanoleh fasilitas kesehatan perujuk.

f. Sasaran

Pasien atau Ibu hamil beresiko tinggi, maupun dengan kondisi gawat darurat
pada masa kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas. Neonatus, bayi dan balita
di dalam ruang lingkup KIA.

g. Jadual Pelaksanaan Kegiatan

Telah di ketahui adanya penyulit ataupun resiko yang akan terjadi, dan pada
saat terjadinya kegawatdaruratan.

h. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan pelaporan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilakukan ketika pasien telah


diterima
oleh tempat rujukan yang dituju, dengan melampirkan hasil tindakan yang dilakukan
pada pasien yang d rujuk.

i. Pencatatan Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan dilakukan setiap kali dilakukan rujukan dan dilaporkan setiap
bulannya, berapa jumlah rujukan tersebut disertai dengan diagnosa masalah.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RUJUKAN
No. Dokumen : Ditetapkan Oleh
No. Revisi : Kepala Puskesmas
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
Dr.Hj. Dian Nurdiani

1. Pengertian Pelayanan yang dilalukan oleh bidan dalam


rangka rujukan ke sistem pelayanan yang
lebih tinggi, atau pelayanan yang dilakukan
bidan ke tempat atau fasilitas kesehatan lain
baik secara horizontal maupun vertikal
2. Tujuan Meningkatkan kemampuan puskesmas dan
peningkatannya dalam rangka menangani
rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat
darurat yang terkait dengan kematian ibu
maternal dan bayi dan menyeragamkan dan
menyederhanakan prosedur rujukan di
wilayah kerja puskesmas.

3. Kebijakan

4. Referensi Permenkes No. 001 tahun 2012


http://www.scribd.com/doc/92034380/PMK-
No-001-Ttg-Sistem-Rujukan-Pelayanan-
Kesehatan-Perorangan#scribd
5. Prosedur/ Langkah-langkah  Menentukan kegawat daruratan
penderita
 Menentukan tempat rujukan
 Mendampingi penderita
 Melengkapi alat dan obat selama
dalam perjalanan
 Mempersiapkan persetujuan dengan
keluarga
 Mempersiapkan surat rujukan
 Mempersiapkan dana
 Mengirimkan informasi pada tempat
rujukan yang dituju (memberi
tahukan bahwa akan ada penderita
yang dirujuk, meminta petunjuk apa
yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan)
 Mempersiapkan pendonor

6. Unit Terkait Bidan

Tokoh Masyarakat

Puskesmas

Rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai