Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Mikroorganisme dapat hidup dimana saja dan di dalam lingkungan kita.Pada manusia normal
mikroorganisme dapat dijumpai di permukaan kulit, saluran nafas bagian atas, usus dan traktus
genetalia yang disebut flora normal.Semua mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit.Beberapa
mikroorganisme lebih pathogen dari mikroorganisme lainnya dan jenis yang lebih pathogen tentunya
lebih sering menyebabkan penyakit.Walaupun demikian, sesungguhnya semua mikroorganisme dapat
menyebabkan infeksi.

Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau klinik,
dihadapkan kepada resiko terfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya
infeksi.Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood.Bersih artinya bebas
dari infeksi.Infeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan penyebab utama kedua
dari kematian ibu dan perinatal.Persalinan terjadi di rumah sakit atau rumah sakit bersalin yang telah
menjalankan praktik pencegahan infeksi dengan baik.Dengan demikian, infeksi nosokomial atau
dengan organisme yang kebal terhadap banyak obat menjadi rendah.

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dalam dan dari setiap komponen perawatan BBL.
Pencegahan yang dilakukan antara lain adalah imunisasi maternal (tetanus, rubella, varisela, hepatitis
B). Dengan demikian risiko infeksi bayi baru lahir dapat di minimalkan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara pencegahan infeksi?

2.      Apa yang dimaksud transmisi kuman?

3.      Apa yang dimaksud teknik isolasi?

4.      Bagaimana cara mencuci tangan yang baik?

5.      Bagaimana upaya perlindungan diri dari infeksi?

6.      Apa yang dimaksud Aseptik dan antiseptik?

C.     Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :

1.      Untuk mengetahui tentang cara pencegahan infeksi terhadap kuman

2.      Untuk mengetahui tentang transmisi kuman

3.      Untuk mengetahui tentang teknik isolasi


4.      Untuk mengetahui tentang cara mencuci tangan yang baik

5.      Untuk mengetahui tentang upaya perlindungan diri dari infeksi

6.      Untuk mengetahui tentang aseptik dan antiseptik

BAB II

                                                    PEMBAHASAN                  

A.     Prinsip Pencegahan Infeksi

1.      Definis Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah Berkembang biaknya penyakit pada hospes disertai timbulnya respon imunologik
dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik.Timbulnya respon imun yang disertai gejala klinik
misalnya penyakit Tipes ditandai dengan adanya demam sampai 3-4 hari, badan lesu, kepala pusing,
tidak ada nafsu makan, dan sebagainya.Sedangkan timbulnya respon imun tanpa gejala klinik ditandai
dengan tidak adanya gejala yang umum seperti demam, nyeri, dan pusing.

Prinsip  pencegahan infeksi adalah Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga kesehatan ( Nakes ).

Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi.Termasuk di dalamnya bakteri, jamur, virus, dan
parasit. Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi lagi dalam tiga kategori: vegetative
(staphylococcus), micobacteri (tuberculosis), dan endospore (ganggre dan tetanus), yang paling sulit
dimusnahkan karena lapisan protektif yang kuat.
Pencegahan infeksi sering mengandalkan adanya barier antara pejamu dan agen.Upaya “pemusnahan
rantai” ini dapat dianggap sebagai barier protektif.Yang dimaksud dengan barrier protektif adalah
proses-proses fisik, mekanik atau kimia yang membantu mencegah penularan infeksi dari klien satu
ke klien lainnya, petugas klinik ke klien atau sebaliknya karena kurangnya tindak pencegahan infeksi
atau dari alat kesehatan yang terkontaminasi.

2.      Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :

a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit
karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).

b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan
dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah
selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.

d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar,
harus dianggap telah terkontaminasi.

e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin
dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.

3.   Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :

a. Cuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Memakai perlengkapan pelindung

d. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik

e. Memproses alat bekas pakai

f. Menangani peralatan tajam dengan aman

g. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.

B. Transmisi kuman

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh

manusia yang dapat menimbulkan radang. proses tersebut melibatkan

beberapa unsur di antaranya:


1.Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan maupun tanah.

2.Jalan Masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai
kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit dan lain-lain.

3.Inang (host) tempat berkembangnya mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan kuman.

4.Jalur Keluar yaitu tempat keluar mikroorganisme dari reservoir, seperti, sistem pernapasan, sistem
pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.

5.Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke
berbagai tempat seperti, air, makanan, dan udara.

C. Tekhnik isolasi

Tekhnik isolasi adalah memisahkan pasien dan perawatan yang diperlukannya pada suatu tempat
tersendiri atau khusus

1.      Tujuan tekhnik isolasi

a.       Menghindari penyebaran  atau penularan penyakit.

b.      Memudahkan perawatan

c.       Memberi ketenangan dan rasa aman bagi pasien bersangkutan maupun pasien lain.

2.      Dilakukan pada:

a.       Pasien berpenyakit menular

b.      Pasien yang disangka berpenyakit menular

c.       Pasien yang gelisah atau mengganggu pasien lain

d.      Pasien yang memerlukan perwatan khusus

e.       Pasien yang sedang berada dalam keadaan sakaratul maut

3.      Macam- macam tempat isolasi

a.       Pada ruangan atau kamar sendiri

b.      Pada ruangan khusus dari bangsal

c.       Pada ruangan sudut atau bagian lain yang dipisahkan dengan sampiran

4.      Syarat-syarat kamar atau ruang isolasi

a.       Lingkungan tenang, cukup ventilasi dan penerangan

b.       Bentuk ruangan memudahkan untuk observasi pasien

c.       Peralatan tersedia secukupnya dan tersendiri

d.      Cukup tersedia fasilitas dan obat-obatan dan desinfektan


e.       Kamar mandi, wc, dan spullhok tersendiri

f.        Tersedia pakaian khusus, masker dan tutup kepala untuk petugas

g.       Bel, jika mungkin disediakan

D.    Tekhnik cuci tangan

1.      Cuci tangan biasa

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab
utama infesi nosokomia yang menular dipelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme
multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wadah (Boyce dan
Pittet,2002).

Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air mengalir. Tujuannya adalah menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan
dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti mikrobial,
iritasi kulit jauh lebih rendah apabila menggunakan sabun biasa (Pereira Lee dan Wade,1990).

Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa atau kontak langsung dengan pasien, sebelum
memakai sarung tangan bedah steril atau DTT, setelah kedua tangan terkontaminasi (memegang
instrument yang kotor dan alat lainnya, kontak yang lama dan intensif dengan pasien), setelah 
melepas sarung tangan.

a.       Petunjuk :

1.      Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis

2.      Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet

3.      Bekerja secara hati-hati dan teliti

b.      Keselamatan kerja

1.      Patuhi prosedur pekerjaan

2.      Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan

3.      Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunaannya

4.      Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh tugas

c.       Peralatan dan perlengkapan :

1.      Sabun biasa atau antiseptik

2.      Handuk bersih wastafel atau air mengalir

d.      Prosedur Pelaksanaan :

1.      Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang.


2.      Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir.

3.      Gunakan sabun secara merata pada kedua tangan.

4.      Gosok kedua tangan dan jari

5.      Gosok punggung tangan secar bergantian

6.      Gosok sela jari dengan jari-jari tangan yang berlawanan, lakukan secara bergantian.

7.      Gosok ujung jari secara bergantian

8.      Gosok ibu jari secara bergantian

9.      Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergantian

10.  Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir

11.  Tutup kran dengan tisu atau handuk bersih

12.  Keringkan tangan dengan handuk bersih

13.  Tangan bersih

E.     Perlindungan Diri

1.      Sarung Tangan

Penggunaan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit
serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero, 1986).Sarung tangan digunakan
dengan alasan mengurangi resiko petugas terkena infeksi bacterial dari pasien, mencegah pencegahan
flora kulit petugas kepada pasien, mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya (kontaminasi silang). Sarung
tangan dipakai bila akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainnya,
Selaput lendir atau kulit yang terluka. Selain itu, dipakai bila akan melakukan tindakan medic infasif
(misalnya pemasangan alat-alat vascular seperti intravena, perifer) atau akan membersihkan sampah
terkontamninasi atau memegang permukaan yang terkontanminasi. Pakailah sarung tangan yang
sesuai ukuran, mengganti secara berkala pada tindakan yang perlu waktu lama, kuku cukup pendek
untuk mengurangi resiko robek, jangan memakai krim berbasis minyak karena akan merusak sarung
tangan.

a.       Petunjuk :

1.      Baca dan pelajari lembar kerja

2.      Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis

3.      Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet

4.      Bekerja secara hati-hati dan teliti

b.      Keselamatan Kerja :

1.      Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai.


2.      Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang memerlukan waktu lama.

3.      Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi resiko robek atau berlubang.

4.      Tariklah sarung tangan hingga meliputi baju (jika pakai baju operasi).

c.       Peralatan dan Perlengkapan :

1.      Sarung tangan steril.

2.      Wastafel atau air mengalir untuk cuci tangan.

3.      Handuk bersih.

4.      Sabun.

d.      Prosedur Pelaksanaan :

1.      Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

2.      Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang.

3.      Lakukan cuci tangan (sesuai dengan prosedur cuci tangan biasa atau cuci tangan bedah).

4.      Buka kemasan sarung tangan bagian luar dengan hati-hati, siapkan kesamping.

5.      Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.

6.      Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus.

7.      Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset ± 5 cm.

8.      Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan.

9.      Pegang tepi manset dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan yang tidak dominan.
Pastikan bahwa manset tidak menggulung pada tangan, pastikan  juga jari-jari ada pada posisi yang
tepat.

10.  Masukkan jari-jari dibawah manset sarung tangan kedua, dengan tangan yang telah memaki
sarung tangan.

11.  Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari
satu tangan yang dominan menyentuh bagian tangan yang non dominan yang terbuka. Pertahankan
ibu jari tangan non dominan abduksi kebelakang.

12.  Jika sarung tangan kedua telah terpasang, lakukan penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari
seperti biasa.

Berikut ini adalah contoh gambar dari perlindungan diri :


F.      Cuci Tangan Bedah

Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme secara mekanikal dan
mengurangi flora tetap selam pembedahan.Tujuannya adalah mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme dari kedua belah tangan.Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan
penggunaan penggosok dengan bahan dasar alcohol tanpa air yang mengandung klorheksidin
menunjukkan pengurangan yang lebih besar pada jumlah microbial pada tangan, meningkatkan
kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya (Larson, dkk, 2001).

G.    Aseptik dan Antiseptik

Aseptik : mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme pada jaringan bahan dan alat steril.

Antiseptik : mencegah terjadinya infeksi dengan menghambat atau mengancurkan tubuhnya


organisme pathogen dalam luka.

Dalam pembahasan ini yang didahulukan dalam aseptic dan antiseptic adalah aseptik.Contoh dari
aseptik adalah ketika seorang tenaga kesehatan atau tim tenaga kesehatan ingin melakukan suatu
tindakan pembedahan atau operasi harus melakukan pensterilan alat-alat yang akan digunakan untuk
mencegah terjadinya kuman-kuman yang akan menempel pada alat tersebut. Sedangkan contoh pada
antiseptik adalah jika seorang anak mengalami jatuh dan kakinya terluka maka harus segera dilakukan
pengobatan dengan pemberian obat luka atau dengan pemberian alcohol untuk menghilangkan kuman
yang berada pada luka yang ada.

1.      Mempersiapkan larutan desinfektan

Menyiapkan atau membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan.

a.       Tujuan : Menyediakan desinfektan yang dapat digunakan secara tepat guna dan aman serta
dalam keadaan siap pakai.

b.      Jenis desinfektan

1.      Sabun yang mempunyai daya antiseptik misalnya asepso dll.

2.      Lisol.

3.      Kereolin.

4.      Savlon.

5.      Sublimat.

6.      PK (Permanganas Kalikus).

7.      Bethadin

2.      Cara membuat larutan sabun

a.       Persiapan :

1)      Sabun padat, sabun krem, atau sabun cair.


2)      Gelas ukuran.

3)      Timbangan.

4)      Pisau atau sendok makan.

5)      Alat pengocok.

6)      Air panas atau hangat dalam tempatnya.

7)      Ember atau abskom.

b.      Pelaksanaan :

1)      Membuat larutan dari sabun padat atau krem:

Sabun padat sekurang-kurangnya 4 gram dimasukkan kedalam ember berisi 1 liter air panas atau air
hangat, lalu diaduk sampai larut.

2)      Membuat larutan dari sabun cair.

3cc sabun cair dicampurkan ke dalam ember berisi 1 liter air hangat, kemudian diaduk sampai rata.

c.       Penggunaannya :

Untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan, seperti alat tenun, logam, kaca, karpet atau plastic,
kayu bercat dan yang berlapis formika.

3.      Cara membuat larutan Lysol dan Cleorin

a.       Persiapan :

1)      Larutan Lysol.

2)      Gelas ukuran.

3)      Ember berisi air.

4)      Cleorin.

5)      Ember berisi air yang dibutuhkan.

b.      Pelaksanaan :

1)      Membuat larutan Lysol atau cleorin 0,5 % :5cc Lysol atau cleorin dicampurkan ke dalam 1 liter
air.

2)      Membuat larutan Lysol atau cleorin 2 % atau 3 % :]20cc sampai 30cc Lysol atau cleorin
dicampurkan ke dalam 1 liter air.

c.       Penggunaan :

1)      Lysol 0,5 % :Untuk mencuci tangan

2)      Lysol 1 % :Untuk desinfeksi peralatan perawatan atau kedokteran.


3)      Lysol 2-3 % :Untuk merendam peralatan yang digunaan pasien berpenyakit menular, selama 24
jam.

Berikut ini adalah contoh gambar dari antiseptic :

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa infeksi dapat disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme antara lain virus, bakteri, fungi (jamur), dan parasit. Adapun tanda gejala
yang diakibatkan infeksi berbeda beda tergantung dari penyebab infeksi yang mengakibatkannya.

B.     Saran

Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih menjaga kesehatan diri diantaranya dengan menjaga
personal hygiene terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistiani, ArdianidanNurulEko W. 2010. KDPK Kebidanan . Yogyakarta: PustakaRihama

Mujahidah, Khansa. 2012. KeterampilanDasarPraktikKlinikKebidanan. Yogyakarta: PustakaPelajar

Hidayat, A.AzizAzimul. 2008. KeterampilanDasarPraktikKlinik. Jakarta: SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai