Anda di halaman 1dari 53

Prinsip Pencegahan Infeksi

Kontrak Belajar

DON’T
Standar Kompetensi

Area
kompetensi 5
: Keterampilan
klinis dalam
praktik
kebidanan
Objektif Perilaku Siswa
Setelah perkuliahan ini, mahasiswi mampu :
1. Menjelaskan prinsip pencegahan infeksi
2. Memahami tentang transmisi kuman
3. Memahami teknik isolasi
4. Memahami tentang pelindung diri
5. Memahami tentang aseptik dan antiseptik
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A dan Hidayat, M. 2008. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

JNPKK-KR. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta:


YBP-SP

Uliyah M, Hidayat A.A, 2011. Keterampilan Dasar Praktik


Klinik (KDPK). Surabaya: HealthBooks Publishing
Siapa? Dan apa tujuannya menggunakan
perlengkapan seperti in?
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

Prinsip pencegahan infeksi merupakan


upaya yang dilakukan untuk mencegah
risiko penularan atau penyebaran infeksi
mikroorganisme dari lingkungan klien, dan
tenaga kesehatan, yang bertujuan untuk
mengurangi terjadinya infeksi, dan
melindungi klien dan tenaga kesehatan dari
risiko penularan
TRANSMISI KUMAN

Transmisi kuman merupakan proses masuknya


kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit. Proses
tersebut melibatkan beberapa unsur, diantaranya:
Jalan masuk
merupakan jalan
Reservoir, merupakan
masuknya
habitat pertumbuhan
mikroorganisme ke
dan perkembangan
tempat penampungan
mikroorganisme, dapat
dari berbagai kuman,
berupa manusia,
seperti saluran
binatang, tumbuhan
pernapasan,
maupun tanah.
pencernaan, kulit dan
lain-lain
Jalur
Jalan keluar,
penyebaran,
Inang (host), tempat
merupakan jalur
tempat keluarnya
yang dapat
berkembangnya mikroorganisme
menyebabkan
suatu dari reservoir,
berbagai kuman
mikroorganisme, seperti sistem
mikroorganisme
yang dapat pernapasan,
ke berbagai
didukung oleh sistem
tempat, seperti
ketahanan pencernaan, alat
air, makanan,
kuman kelamin dan lain-
udara, dan lain-
lain
lain.
CARA PENYEBARAN MIKROORGANISME

Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada


manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, diantaranya:

Kontak tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses


penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung. Penyebaran
secara langsung melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara
tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.

Makanan dan minuman. Terjadinya penyebaran dapat melalui


makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada
penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
Serangga. Contoh proses penyebaran kuman melalui
serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh
plasmodium pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit
saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.

Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat


dijumpai pada penyebaran penyakit sistem pernapasan.
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi
di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan
kesehatan yang berasal dari proses
penyebaran di sumber pelayanan kesehatan,
baik melalui pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, maupun sumber lain.
Teknik Isolasi
Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :

• Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien


dengan penyakit yang mudah tertular.
• Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan
menggunakan teknik isolasi yang tepat untuk mencegah
penyebaran penyakit untuk orang lain.
• Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi,
sekresi, darah atau cairan tubuh yang mengandung mikroba
yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus dianggap
terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus
diberlakukan dengan cara khusus.
Unit Isolasi

Unit isolasi dapat berupa


ruangan khusus. Ruangan Sangat infeksius
dengan fasiliitas cuci
tangan dan ruangan yang • Mempunyai higiene
berdampingan dengan pribadi yang buruk
fasilitas kamar mandi dan • Membutuhkan
toilet adalah unit isolasi prosedur pengendalian
yang terbaik. Ruangan udara yang khusus
khusus dianjurkan untuk dalam kamar
pasien yang :
1. Cuci Tangan

Cuci tangan dapat dikatakan sebagai satu-


satunya prosedur sederhana tetapi sangat
penting dalam upaya pencegahan infeksi.

Mencuci tangan secara seksama dengan sabun,


kemudian membilasnya dengan air bersih dapat
menghilangkan sekitar 80% mikroorganisme.
Sebaiknya selalu disediakan sabun dan air
bersih (dari keran atau ember) untuk
mencuci tangan. Untuk sebagian besar
kegiatan, cukup mencuci tangan dengan
sabun biasa atau antiseptic selama 15
sampai 30 detik dan dilanjutkan dengan
membilas tangan dengan air yang
mengalir.
Cuci tangan dilakukan sebelum:

Memeriksa (bersentuhan
langsung) klien, dan

Memakai sarung tangan


steril/DTT
Cuci tangan dilakukan sesudah:
Setiap keadaan dimana kemungkinan tangan
terkontaminasi, misalnya:
• Membersihkan alat-alat atau bahan lainnya
yang habis dipakai
• Menyentuh membrane mukosa, darah atau
cairan tubuh lainnya
• Melepas sarung tangan
Ingat: Cuci tangan
setiap setelah
melepas sarung
tangan, karena
mungkin ada
lubang/robekan
yang tidak terlihat
pada sarung tangan.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang
biak dalam air yang diam, oleh karena itu:

Bila menggunakan sabun biasa, sediakan sabun ukuran kecil dan taruh di tempat
sabun berlubang sehingga tetap kering

Hindari memasukkan tangan berulang-ulang ke dalam air baskom, meskipun telah


diberi antiseptik , karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang dalam
larutan tersebut
Bila tidak ada air
mengalir, pilih salah
satu cara berikut:

Gunakan ember dan gayung atau ember berkran yang dapat


ditutup saat menggosok tangan dan dibuka saat membilas

Gunakan alcohol
Keringkan tangan menggunakan handuk
bersih/hembusan udara hangat dan pisahkan handuk
yang sudah dipakai. Sebaiknya setiap petugas
memiliki handuk kecil pribadi atau saputangan

Bila tempat pembuangan air tidak tersedia,


kumpulkan air bekas pakai di dalam baskom,
kemudian buang ke jamban.
2. Menggunakan Sarung Tangan

Sarung tangan harus dipakai oleh semua petugas


sebelum menyentuh darah atau cairan tubuh dari
klien. Setiap kali memeriksa klien, petugas harus
selalu mengganti sarung tangan untuk mencegah
kontaminasi silang. Sebaiknya memakai sarung
tangan sekali pakai, meskipun sarung tangan
dapat dipakai ulang setelah diproses hingga ke
tahap akhir (sterilisasi/DTT). Sarung tangan dibuat
dari karet alam atau bahan sintetik seperti vynil.
Ada 3 jenis sarung tangan yaitu :

Sarung tangan rumah


tangga, dipakai
Sarung tangan sewaktu memproses
Sarung tangan pemeriksaan, dipakai peralatan,
bedah, dipakai untuk melindungi menangani bahan-
sewaktu melakukan petugas kesehatan bahan
tindakan invasive sewaktu melakukan terkontaminasi, dan
atau pembedahan pemeriksaan atau sewaktu
pekerjaan rutin membersihkan
permukaan yang
terkontaminasi.
Petugas pembersihan:
Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal dan
bersih pada saat membersihkan peralatan, perlengkapan
lain, linen, maupun permukaan yang terkontaminasi dan
waktu membuang sampah medik.

Jangan menggunakan sarung tangan yang telah rapuh, tipis,


berlubang atau robek.

Banyak staf klinik yang belum mengetahui cara melakukan


DTT dengan cara perebusan atau penguapan sarung
tangan pakai ulang dan cara mengeringkan atau
menyimpannya ditempat yang aman.
4. MENGGUNAKAN GAUN
(CELEMEK) PELINDUNG

Gaun ( dari kain ) yang bersih atau


disposable ( dari bahan sejenis kertas )
atau apron ( pakaian pelindung ) plastik
digunakan saat seragam perawat
kemungkinan akan kotor. Umumnya, gaun
disposable digunakan di rumah sakit. Gaun
harus mempunyai lapisan kedap air
sehingga cairan dan cairan tubuh tidak
dapat tembus.
5. Memakai Gaun Bedah
• Adalah memakai / memasang baju steril pada diri
sendiri atau orang lain setelah cuci tangan, dengan
prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas
dan mikroorganisme.
• Tujuan :
a. Untuk menghindari kontaminasi.
b. Agar tidak terjadi infeksi luka operasi
c. Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
6. Gaun untuk ruang isolasi

1) Pengertian
Menggunakan penutup, pelindung, seperti penutup
kepala, masker, gaun/ baraskot, dan sarung tangan
sebelum perawat masuk ke ruang isolasi.
2) Tujuan
• Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan
mikroorganisme saat merawat pasien yang diisolasi
• Melindungi perawat dari penularan penyakit
7. Jas Operasi
8. MASKER

Pada kewaspadaan standar, masker digunakan untuk


mencegah masuknya material yang berpotensi infektif ke
dalam mulut, hidung, atau mata perawat selama prosedur
dilakukan apabila darah/ cairan tubuh lain dapat memecik
dekat muka perawat. Satu buah unit yang biasanya
digunakan terdiri dari masker kertas dengan pelindung
plastic jernih yang dapat ditarik ke atas dari masker untuk
melindungi mata.

Masker digunakan sebagai alat pengaman yang menutup


lubang hidung dan mulut.
Tujuan
• Mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme
melalui udara ( droplet infection ) saat merawat pasien yang
diisolasi.
• Melindungi petugas dari infeksi pernafasan, seperti
Tuberkulosis.

Indikasi
• Saat membantu prosedur sprosedur steril
• Saat menyiapkan alat-alat steril untuk area steril
• Saat merawat pasien di ruang isolasi
Masker sekali pakai
Menggunakan Masker
• Prosedur
1. Cuci tangan
Temukan tepi atas masker ( masker biasanya mempunyai strip logam tipis
disalah satu tepinya yang dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan
pangkal hidung pengguna ). Periksa kebijakan institusi untuk
menggunakan masker yang tepat.
2. Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali tersebut di
belakang kepala dengan tali di atas telinga.
3. Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan tepi masker bawah tepat di
bawah dagu. Ada juga jenis masker yang mempunyai tali elastic yang
dikaitkan di kedua telinga.
Melepas Masker
Prosedur : Bila menggunakan sarung tangan, lepaskan
terlebih dahulu sarung tangan kemudian masker, baru cuci
tangan.

Lepaskan kedua ikatan dan lipat masker menjadi


setengahnya dengan permukaan dalam saling beradapan.

Buang masker ke dalam tempat yang elah disediakan


(masker sekali pakai harus dibuang ke tong sampah
infeksius yang berwarna kuning).
9. TUTUP KEPALA PELINDUNG

Reservoir potensial lain untuk infeksi luka pasca


operatif adalah rambut petugas.

Walaupun pemakaian penutup kepala mungkin


sesuai untuk mencegah rambut jatuh kelapangan
operasi, namun keefektifan pelindung itu hanya
berkaitan dengan kemampuannya menutupi
semua rambut dan kulit kepala saja
10. Pemakaian kaca pelindung

Pemakaian kaca pelindung


merupakan bagian dari perlindungan
diri saat melakukan tindakan pada
pasien. Ada beberapa contoh alat
pelindung mata seperti safety
glasses. Goggles, Shaded Eyewear,
dan Face shields
Safety Glasses merupakan kaca mata keselamatan. Kacamata ini
tampaknya sama dengan kacamata biasa, namun bahannya
terbuat dari bahan tahan terhadap tubrukan sehingga melindungi
mata dari adanya benda yang terbang mengenai mata.

Goggles merupakan kacamata anti debu, kacamata ini berfungsi


melindungi mata dari adanya percikan cairan-cairan kimia atau
dari benda-benda yang terbang yang bisa merusak mata.

Shaded Eyewear merupakan kaca mata gelap atau bayangan, yang


berfungsi melindungi mata dari radiasi pembakaran.
11. Pemakaian sepatu boot/sepatu
tertutup
Merupakan alat pelindung
diri, memiliki fungsi
seperti mencegah adanya
tusukan benda tajam,
kontaminasi darah, bakteri
dan tahan terhadap
bahaya listrik.
Aseptic dan Antiseptic

Aseptik adalah suatu tindakan yang digunakan


dalam pelayanan kesehatan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau
menghilangkan jumlah mikroorganisme baik
pada permukaan benda hidup, seperti kulit dan
jaringan, maupun benda mati, seperti alat-alat
kesehatan hingga mencapai tingkat yang aman
Antiseptik adalah upaya pencegahan infeksi dengan
cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya
dengan menggunakan bahan antiseptik, atau anti
mikrobial

Dalam penggunaan bahan anti septik, sebaiknya


memperhatikan kriteria bahan yang akan digunakan
seperti efektivitas, kemampuan menghambat
mikroorganisme, kecepartan aktivitas awal, efek residu,
tidak iritasi kulit, tidak menyebabkan alergi, efektif
sekali pakai, tidak perlu diulang.
Beberapa contoh bahan antiseptik yang sering digunakan
dalam tindakan kebidanan, antara lain alkohol (60-90%),
setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%), seperti hibiscrub,
heksaklorofen (3%), kloroksilenol

bahan seperti dettol tidak bisa digunakan untuk antisepsis


vagina karena dapat membuat iritasi pada selaput lendir dan
tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir,

klorheksidin Glukonat (2%), seperti savlon, iodofor (7,5-10%)


contohnya seperti betadine, larutan yang berbahan dasar
alkohol (tinctur), seperti yodium tinctur, dan triklosan (0,2-
2%).

Anda mungkin juga menyukai