PARTUM
HENI PURWANTI, SST
1. Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang
diberikan pada ibu segera setelah kelahiran,
sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan
asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu
segera setelah melahirkan dengan
memperhatikan riwayat selama kehamilan
dalam persalinan dan keadaan segera setelah
melahirkan agar terlaksananya asuhan
segera/ rutin pada ibu post partum termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnosa,
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial, tindakan segera serta
merencanakan asuhan.
Manajemen ibu postpartum antara lain :
1. Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga
Objektif.
. Data subjektif yaitu data yang didapatkan
langsung daari pasien atau Pasien atau
keluarganya langsung yang berbicara
. Sedangkan data Objektif adalah data yang
dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau
tenaga kesehatan.
a. Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan ibu.
b. Melakukan pemeriksaan awal post partum.
c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
1. Catatan perkembangan antepartum dan
intra partum
2. Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
3. Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan
Darah postpartum
4. Pemeriksaan laboratorium & laporan
pemeriksaan tambahan
5. Catatan obat-obat
6. Catatan bidan/ perawat
d. Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan
ibu,seperti :
1. Mobilisasi
2. BAK dan BAB
3. Keadaan Nafsu makan
4. Ketidaknyamana/ rasa sakit
5. Kekhawatiran
6. Makanan bayi
7. Reaksi pada bayi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tekanan Darah, Suhu, nadi
b. Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika
diperlukan
c. Payudara & putting susu
d. Auskultasi paru2, jika diperlukan
e. Abdomen yang di lihat adalah kandung
kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
f. Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan
bau
g. Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus,
bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan
panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan Data.
Melakukan identifikasi yang benar terhadap
masalah adalah diagnosa berdasarkan
interpretasi yangg benar atas data yg telah
dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan
ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian
terhadap ibu
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah
atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan
merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa : Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
4. Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk
mengatasi kejang dan segera berkolaborasi
merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan
tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien,
misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera
berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya
tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter
utk tindakan curettage.
5. Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
Manajemen asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan :
a. Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan
membahayakan
6. Implementasi Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan
benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan
kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus
selama masa nifas.
Evaluasi secara terus menerus meliputi:
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan
sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan
ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya,
jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah
dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kak
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen
kebidanan terbagi atas :
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun
tanpa komplikasi saat melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian
kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus
pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita
dengan paritas yang banyak (multipara) dan
wanita menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara
akumulasi air susu dan meningkatnya
vaskularitas dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam
waktu tiga hari pertama setelah persalinan
kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan
hilang dalam beberapa minggu, selama
kehamilan sebagian wanita mengalami
perdarahan yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan
cairan tambahan untuk membantu
meningkatkan pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran
genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga
kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan
a. Bidan dapat memperhatikan dan memberi
ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b. Bidan dapat memberikan informasi dan
konseling mengenai kebutuhan ini.
c. Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan
. POST PARTUM GROUP
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum
di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk
kelompok.
Ibu post partum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post
partum dengan ibu post partum lainnya .
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu
post partum/ posyandu dan polindes.
Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan
konseling.tentang :
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral,
vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral,
vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna
merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa
selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b. Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) :
berwarna merah kekuningan, berisi darah dan
vernik kaseosa.
c. Lochea serosa (7-14 hari postpartum) :
Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d. Lochea alba ( 14-40 hari post partum) :
berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras,
sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi placenta.
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan
mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti
semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri,
begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan
satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Memulai hubungan suami istri tergantung pada
pasangannya.
8. Keluarga berencana
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa
menjadi seorang ibu ingin mencari kelompok
khusus dari orang-orang yang sudah
berpengalaman.
Kadangkala ibu postpartum yang sudah pernah
bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung
untuk membentuk kelompok pendukung yang
saling membantu.
Melihat hal tersebut, ternyata kelompok
pendukung merupakan kelompok yang sangat
penting dalam membantu seorang wanita yang
mengalami transisinya dalam siklus kehidupan.
Kelompok pendukung post partum atau
yang disebut dengan postpartum group
adalah kumpulan pribadi yang sedang
menjalani masa post partum yang
mencoba untuk memuaskan kebutuhan
personal, berinteraksi dengan
menghargai tujuan bersama serta untuk
mengalami kenikmatan suatu hubungan
yang interdipenden.
Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari
kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang
tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara
bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya
dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala
ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
e. Anggota tubuh
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir
selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan
menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan/gangguan
oleh karena itu penting diperhatikan dalam memberikan asuhan
SEGERA,
yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan
kulit
ibu sesegera mungkin.
a. Membersihkan jalan nafas
1. Sambil menilai pernafasan secara cepat,
letakkan bayi dengan handuk di atas perut
ibu
2. Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi
dengan kain bersih dan kering/ kassa
3. Periksa ulang pernafasan
4. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30
detik pertama setelah lahir.
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan :
1. Letakkkan bayi pada posisi terlentang di
tempat yang keras dan hangat.
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah
bahu sehingga leher bayi ekstensi.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan
tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
4. Tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
b. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali
pusat.Caranya :
1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi
tubuh lainnya.
2. bilas tangan dengan air matang /DTT
3. keringkan tangan (bersarung tangan)
4.letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih
dan hangat.
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan
menggunakan
benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling
ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dengan simpul
kunci dibagian TP pd sisi yang berlawanan.
7. Lepaskan klem penjepit & letakkan di dalam larutan klorin
0,5%
8. Mempertahankan suhu tubuh, Dengan cara :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih,
kering 8 hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk 8 menyusukan
bayinya
Lakukan penimbangan setelah bayi
mengenakan pakaian
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
d. Pencegahan infeksi
1. Memberikan obat tetes mata/salep
2. diberikan 1 jam pertama bayi lahir ryaitu ;
eritromysin 0,5%/ tetrasiklin 1%.
3. Yang biasa dipakai adalah larutan perak
nitrat/ neosporin 8 langsung diteteskan pd
mata bayi segera setelah bayi lahir.
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu
diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
1. Cuci tangan sebelum 8 setelah kontak dengan
bayi
2. Pakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang blm dimandikan
3. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali
pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola
karet penghisap, pastikan dalam
keadaan bersih
4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut
serta kain yang
digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih
5. Pastikan timbangan, pipa pengukur,
termometer, stetoskop 8
benda2 lainnya akan bersentuhan dengan
bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi setelah digunakan)
Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam
pertama kelahiran
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan
identifikasi masalah kesehatan
BBL yang memerlukan perhatian keluarga 8
penolong persalinan serta
tindak lanjut petugas kesehatan.
PPGDON
Pertolongan Pertama keGawat Daruratan
Obstetri & Neonatus (PPGDON) : kasus
obstetri yg apabila tdk sgra di tangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya.
Kegawatdaruratan Obstetri :
* Perdarahan pd mggu awal & akhir khmln
* Perdarahan pasca persalinan
* Partus lama, infeks
Kegawatdaruratan
Neonatus:
Penyebab kematian yg plg cpt pd neonatus a/ :
asfiksia & perdarahan.
Kondisi neonatus yg memerlukan resusitasi :
Sumbatan jln nafas
Kondisi depresi pernafasan akibat obat-obatan yg
diberikan kpd ibu (analgesik, diazepam, MgSO4)
Kerusakan neurologis, saluran nafas atau
kelainan kongenital
Syok hipovolemik, mslnya akibat kompresi tali
pst atau prdrhan.
PEL. KONTRASEPSI &
RUJUKAN
Konsep Pelayanan Medik Keluarga Berencana
Penyuluhan Kesehatan Dalam Keluarga
Berencana
Pelayanan Kontrasepsi
SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan
suatu sistem penyelenggaraan pel yg
melaksanakan pelimpahan tanggung jwb
timbal balik thdp suatu kasus penyakit scr
vertikal dlm arti dari unit yg bkemampuan krg
kpd unit yg lebih mampu atau scr horisontal
dlm arti unit2x yg setingkat kemampuannya.
Jenis Rujukan:
1. Rujukan Medik
Pelimpahan tgg. Jwb scr timbal balik atas satu kasus yg timbul scr
vertikal maupun horisontal kpd yg lbh berwenang & mampu
menanganinya scr rasional.
Jenis rujukan medik :
a. Transfer of patient : Konsultasi pdrta untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan operatif, dll.
b. Tranfser of specimen : Pengiriman bhn (spesimen) u/
pemeriksaan lab
c. Transfer of knowledge/personel : Pengiriman tenaga yg lbh
kompeten atau ahli u/ meningkatkan mutu layanan pengobatan
setempat.
2. Rujukan Kesehatan
Hub dlm pengiriman, pemeriksaan bahan/ spesimen ke fasilitas yg
lbh mampu & lgkp (menyangkut mslh kes preventif & promotif).
Jalur Rujukan
1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :
a. puskesmas pembantu
b. pondok bersalin/ bidan desa
c. puskesmas/ puskesmas rawat inap
d. rumah sakit pemerintah/ swasta
alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah
diterima ibu
O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk
K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang