Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................... i


Deskripsi Modul ................................................................................................... 1
Materi Hormone Replacement Therapy (HRT)
1.1 Pendahuluan .................................................................................................... 3
1.2 Konten Modul ................................................................................................. 4
1.2.1 Menopause ........................................................................................... 4
1.2.2 Hormone Replacement Therapy ........................................................... 6
1.2.2.1 Pengertian ............................................................................... 6
1.2.2.2 Indikasi ................................................................................... 6
1.2.2.3 Kontra Indikasi ....................................................................... 6
1.2.2.4 Cara Pemberian ...................................................................... 7
1.2.2.5 Bentuk Sediaan ...................................................................... 8
1.2.2.6 Sediaan Kombinasi Estrogen dan Progesteron ...................... 8
1.2.2.7 Jenis dan Dosis yang Dianjurkan .......................................... 9
1.2.2.8 Lama Penggunaan ................................................................. 9
1.2.2.9 Petunjuk Praktis Penggunaan HRT ....................................... 10
1.2.2.10 Keputusan Untuk Menggunakan HRT .................................. 12
1.2.2.11 Efek Samping HRT ............................................................... 13
Rangkuman .......................................................................................................... 15
Evaluasi Mandiri .................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 18
Glosarium ............................................................................................................. 19

i
DESKRIPSI MODUL

1. NAMA MODUL
Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon.

2. DESKRIPSI SINGKAT MODUL


Modul Hormone Replacement Therapy (HRT) disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pelayanan KB & Kespro dan sebagai panduan bagi
mahasiswa Kebidanan dalam memahami mekanisme kerja Hormone
Replacement Therapy (HRT). Dalam modul ini diuraikan mengenai pengertian
Hormone Replacement Therapy (HRT), indikasi, kontra indikasi, cara
pemberian, bentuk sediaan, jenis dan dosis yang dianjurkan, lama penggunaan,
petunjuk praktis penggunaan HRT, keputusan untuk menggunakan HRT, serta
efek samping HRT. Untuk memenuhi target capaian pembelajaran, mahasiswa
dapat mempelajari modul ini menggunakan pendekatan daring. Metode
pembelajaran yang digunakan dalam modul ini adalah pembelajaran mandiri
(daring). Metode evaluasi yang digunakan berbentuk kuis yang diberikan pada
akhir materi. Bahasa pengantar pada pelatihan ini adalah Bahasa Indonesia.

3. KEGUNAAN MODUL
Modul ini berguna untuk membantu mahasiswa Kebidanan memahami
mengenai Hormone Replacement Therapy (HRT).

4. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa Kebidanan mampu
menjelaskan mengenai Hormone Replacement Therapy (HRT).

Sub Capaian Pembelajaran :


1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Hormone Replacement Therapy
(HRT).
2. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontra indikasi HRT.
3. Mahasiswa mampu memahami cara pemberian HRT.
4. Mahasiswa mampu memahami bentuk sediaan HRT.

1
5. Mahasiswa mampu memahami jenis dan dosis yang dianjurkan untuk
pengguna HRT.
6. Mahasiswa mampu memahami lama penggunaan HRT.
7. Mahasiswa mampu memahami efek samping HRT.

2
MATERI
HORMONE REPLACEMENT THERAPY (HRT)

1.1 Pendahuluan
Wanita merupakan makhluk bio psiko sosio cultural dan spiritual yang
unik. Wanita juga memiliki masa - masa dalam kehidupannya, antara lain;
masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak - kanak, masa pubertas, dan
masa menopause. Menopause didefinisikan WHO sebagai penghentian
menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium.
Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara
retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). Wanita pada
masa menopause akan mengalami penurunan hormon estrogen dan hormon
progesteron. (Baziad, 2003).
Hal ini dapat menimbulkan beberapa gejala yang umum terjadi yaitu
hot flushes, night sweat, dryness vaginal, penurunan daya ingat, insomnia,
depresi, fatique, penurunan libido, drypareunia, dan incontinence urinary
(Aprillia & Puspitasari, 2007). Walaupun bukan suatu penyakit, peristiwa ini
merupakan dampak dalam kehidupan wanita, sehingga dapat dirasakan
sebagai sebuah gangguan. Oleh karena itu, supaya wanita dapat hidup sehat
dan kreatif meskipun dalam masa menopause, dilakukan Hormone
Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) yang
mengkombinasikan estrogen dan progesterone atau hanya estrogen saja.
Hormone Replacement Therapy (HRT) adalah perawatan medis yang
menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah menopause..
Dengan demikian pemberian terapi sulih hormon, kualitas hidup dapat
ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk hidup nyaman secara
fisiologis maupun psikologis (Mulyani, 2013). Maka dari itu, modul ini akan
membahas lebih lanjut mengenai Hormone Replacement Therapy (HRT).

3
1.2 Konten Modul
1.2.1 Menopause
Menopause didefinisikan WHO sebagai penghentian menstruasi
secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah
12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara
retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).
Menopause merupakan kegagalan ovarium, ditandai dengan tidak
adanya estrogen, progesteron, dan androgen ovarium.
Menurut Sastrawinata (2004), klimakterium merupakan masa
peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Bagian
klimakterium sebelum menopause disebut pramenopause dan bagian
sesudah menopause disebut pascamenopause. Klimakterium bukan
suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal.
Fase Klimakterium terbagi dalam beberapa fase:
a. Pramenopause
Yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause, sekitar usia 40
tahun dengan dimulainya siklus haid yang tidak teratur, memanjang,
sedikit, atau banyak, yang kadang-kadang disertai dengan rasa nyeri.
Pada wanita tertentu telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan
sindroma prahaid.
b. Menopause
Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar
FSH yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang-
kadang kadar estrogen rendah. Pada wanita gemuk, kadar estrogen
biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan
dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml,
maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami menopause.
c. Pascamenopause
Yaitu masa 3-5 tahun setelah menopause. Pasca menopause
adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah
12 bulan amenorhea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35 mIU/ml)

4
dan kadar estradiol yang rendah mengakibatkan endometrium
menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi. Namun,
pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar estradiol
yang tinggi. Hampir semua wanita pasca menopause umumnya telah
mengalami berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh
rendahnya kadar estrogen.
d. Senium
Yaitu masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi
gangguan vegetatif maupun psikis.

Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa masa klimakterik


berlangsung selama 30 tahun (usia 35-65 tahun), dan dibagi menjadi 3
bagian untuk kepentingan klinis, yaitu: klimakterik awal (35-45 tahun),
perimenopause (46-55 tahun) dan klimakterik akhir (56-65 tahun).

Menurut (Baziad, 2003), beberapa keluhan fisik yang


merupakan tanda dan gejala dari menopause antara lain sebagai berikut:
a. Ketidakteraturan Siklus Haid
Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak
teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai
akhirnya berhenti. Terdapat perdarahan yang datangnya tidak teratur
dalam rentang beberapa bulan kemudian berhenti sama sekali.
b. Gejolak Rasa Panas (hot flushes)
Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya
tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2
tahun menjelang haid berhenti total atau menopause. Rasa panas ini
sering disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan berkeringat.
c. Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan

5
kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering
sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing
terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme.
d. Menurunnya Gairah Seks
Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron
mereka selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya
hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido terkait
dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya jaringan vagina.

1.2.2 Hormone Replacement Therapy


1.2.2.1 Pengertian
Hormone Replacement Therapy atau yang diterjemahkan
sebagai terapi sulih hormon didefinisikan sebagai pemberian
hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat,
untuk menggantikan produksi estrogen oleh ovarium. (Baziad,
2003)

1.2.2.2 Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North
American Menopause Society (NAMS), indikasi primer
pemberian terapi sulih hormon adalah adanya keluhan
menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala
urogenital. Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya
pada pasien menopause dengan keluhan terkait defisiensi
estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman osteoporosis
dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.

1.2.2.3 Kontra Indikasi


The American College of Obstetrics and Gynaecologists
menetapkan kontra indikasi penggunaan terapi sulih hormon,
sebagai berikut:

6
a. Kehamilan
b. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
c. Penyakit hepar akut maupun kronik atau Penyakit trombosis
vaskular
d. Pasien menolak terapi

Kontra indikasi relatif, sebagai berikut:


a. Hipertrigliseridemia
b. Riwayat tromboemboli
c. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
d. Gangguan kandung empedu
e. Mioma uteri
The Hong Kong College of Obstreticians and
Gynaecologists menyebutkan beberapa kontra indikasi absolut
terapi sulih hormon, yaitu karsinoma payudara, kanker
endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit hati
akut.

1.2.2.4 Cara Pemberian


Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi
dengan progesteron. Pilihan rejimen yang digunakan bergantung
pada riwayat histerektomi. Dalam buku Ilmu Kandungan Edisi
Ketiga, untuk wanita yang tidak menjalani histerektomi,
umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron untuk
mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah
menjalani histerektomi. Estrogen diberikan setiap hari tanpa
terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan
progesteron.

7
1) Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan
progesteron diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14
hari (12-14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah
terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai diberikan
pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang
masih menginginkan siklus haid.
2) Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara
kontinyu tanpa terputus. Cara ini akan menimbulkan
amenorrhea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi
perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada
perempuan pascamenopause.

1.2.2.5 Bentuk Sediaan


Dalam buku Ilmu Kandungan Edisi Ketiga, sediaan sulih
hormon yang terdapat di Indonesia adalah:
a. Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin
konjugasi (CEE), estropipat, estradiol valerat dan estriol.
b. Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA),
didrogesteron, noretisteron, linesterenol.
c. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial
seperti 2 mg estradiol valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol
valerat + 1 mg siproteron asetat, 1-2 mg 17β estradiol + 1 mg
noretisteron asetat.
d. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti
2 mg 17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
e. Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen
sekaligus, yaitu tibolon.
f. Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β
estradiol.
g. Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi
estriol.

8
1.2.2.6 Sediaan Kombinasi Estrogen dan Progesteron
Dalam penelitian Wratsangka (1999), pemberian
estrogen saja dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperplasia
bahkan karsinoma endometrium, maka wanita yang
menggunakan terapi sulih hormon dan tidak menjalani
histerektomi diberi progesteron sebagai tambahan. Untuk
keperluan ini digunakan progestogen sintetik, sebab progesteron
sangat sulit diabsorpsi meskipun diberikan dalam bentuk mikro,
selain itu juga sebuah laporan kasus menyebutkan bahwa
progesteron menimbulkan efek hipnotik sedatif.
Progestogen memiliki aktivitas androgenik, terutama
derivat 19-nortestosteron seperti norgestrel dan norethindron
(noretisteron). Sebaliknya, derivat C-21 pregnane seperti
medroksiprogesteron asetat, didrogesteron, medrogeston dan
megestrol asetat merupakan androgen yang sangat lemah. Tiga
derivat 19-nortestosteron dengan efek androgenik yang dapat
diabaikan yaitu desogestrel, norgestimate dan gestodene
belakangan ini mulai digunakan sebagai kombinasi kontrasepsi
oral dan sulih hormon.

1.2.2.7 Jenis dan Dosis yang Dianjurkan


Dalam buku Ilmu Kandungan Edisi Ketiga, dosis yang
dianjurkan di Indonesia yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen
Jenis Kontinyu Dosis
Estrogen konjugasi Oral 0.3-0.4 mg
17β estradiol Oral 1-2 mg
Transdermal 50-100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol valerate Oral 1-2 mg
Estradiol Oral 0,625-1,25 mg

9
Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron
Jenis Sekuensial Kontinyu
Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksiprogesteron 10 mg 2,5-5 mg
asetat (MPA)
Siproteon asetat 1 mg 1 mg
Didrogesteron 10-20 mg 10 mg
Normogestrol asetat 5-10 mg 2,5-5 mg

1.2.2.8 Lama Penggunaan


Menurut NHMRC (2005), lamanya pemberian terapi
sulih hormon adalah sebagai berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih
hormon sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan
total secara berangsur-angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat
efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi
urogenital, pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi
lamanya waktu yang optimal tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk
perlindungan terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang
bertahap setelah beberapa tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama
pemakaian terapi sulih hormon di Indonesia maksimal 5 tahun.
Hal ini ditentukan berdasarkan aspek keamanan penggunaan
terapi sulih hormon jangka panjang.

1.2.2.9 Petunjuk Praktis Penggunaan HRT


Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami
mempunyai kadar hormon estrogen tinggi dalam darahnya, ada
pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi

10
masalah ini. Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan
HRT harus memahami dan mengerti bahwa pemberian HRT
bukan untuk memperlambat menopause melainkan untuk
mengurangi atau mencegah keluhan atau penyakit akibat
kekurangan estrogen. Adapun wanita-wanita yang
direkomendasikan untuk diberi HRT menurut Kenemans P
(1996) adalah :
a. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin
menggunakan HRT untuk pencegahan (meskipun tanpa
keluhan)
b. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler
dan osteoporosis
c. Semua wanita dengan keluhan klimaterik

Dalam penelitian WHI (2004), penggunaan HRT sebagai


pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun.
Anamnesis yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah
dalam menegakkan diagnosis, indikasi serta dapat memberikan
informasi tentang risiko dan adanya kontraindikasi. Untuk dapat
menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause Rating
Scale (MRS) dari greenblum yang biasa dikenal dengan skala
klimaterik green. Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan
yaitu :
a. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang
atau tekanan, sulit tidur, mudah tersingung, mudah panic,
sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat pada banyak
hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa
tertekan, sebagaian tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala
nyeri otot atau persendian tangan atau kaki terasa gatal, dan
kesulitan bernafas.

11
c. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panas (hot flushes) dan
berkeringat di malam hari.

Berdasarkan NHMRC (2005), tiap-tiap keluhan dinilai


derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan dengan
memakai 4 tolak ukur skala nilai yaitu:
a. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali
b. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
c. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum
mengganggu aktivitas sehari-hari.
d. Nilai 3 (berat) : Bila keluhan sering timbul dan sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari.

1.2.2.10 Keputusan Untuk Menggunakan HRT


Menurut penelitian Baziad (1996), untuk meningkatkan
kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan tentang
untung dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut
untuk mengambil keputusan dalam penggunaan HRT. Ada
beberapa hal yang harus dijelaskan dan dipantau kepada seorang
wanita sebelum diberikan HRT yaitu:
a. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping
anamnesis umum dan khusus mengenai organ reproduksi.
b. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan
peningkatan berat badan, dan kemungkinan terjadinya kanker
payudara.
c. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet,
krem, plester, injeksi serta susuk.
d. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan
apabila belum terlihat khasiat yang diinginkan, maka dosis
obat perlu dinaikkan.

12
e. Pada tahap awal HRT diberikan 5 tahun dulu dan jika dianggap
perlu pengobatan dapat dilanjutkan.
f. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perlu
dilakukan mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.

1.2.2.11 Efek Samping HRT


Efek samping yang muncul pada pemberian terapi sulih
hormon umumnya disebabkan oleh dosis estrogen atau
progesteron yang tidak tepat, baik karena dosis yang terlalu
“tinggi” atau mungkin juga karena dosis yang kurang atau terlalu
“rendah”. Dalam penelitian Baziad (1999), terdapat beberapa efek
samping dari terapi sulih hormon yaitu sebagai berikut.
a. Nyeri payudara. Hal ini disebabkan estrogen yang tinggi,
sehingga dosis estrogen yang diberikan perlu diturunkan,
meskipun dapat juga disebabkan oleh dosis progesteron yang
tinggi (jarang).
b. Peningkatan berat badan. Hal ini dapat disebabkan oleh retensi
cairan. Oleh karena estrogen dapat menyebabkan retensi cairan,
maka dosis pemberiannya perlu diturunkan.
c. Perdarahan bercak (spotting). Hal ini disebabkan oleh dosis
estrogen yang rendah, sehingga dosis pemberian estrogen perlu
dinaikkan; atau dapat juga disebabkan oleh dosis progesteron
yang tinggi, maka dosis pemberian progesteron perlu
diturunkan.
d. Perdarahan banyak (atipik). Hal ini disebabkan oleh dosis
estrogen yang tinggi, sehingga dosis estrogen perlu diturunkan
sedangkan dosis progesteron dinaikkan. Bila dengan cara ini
tetap saja terjadi perdarahan banyak, dianjurkan untuk
dilakukan dilatasi & kuretase. Bila hasil pemeriksaan patologi
anatomik (PA) menunjukkan hiperplasia adenomatosa,
dianjurkan untuk histerektomi, atau bila pasien menolak

13
histerektomi, maka terapi diteruskan dengan pemberian
progesteron saja (tanpa estrogen), dan dilakukan mikrokuret
tiap 3 bulan. Bila hasil PA menunjukkan hiperplasia kistik,
terapi sulih hormon dapat diteruskan dengan dosis progesteron
yang lebih tinggi (misalnya estrogen 0,625 mg dan progesteron
10 mg/hari dan pasien dianjurkan untuk mikrokuret tiap 3
bulan.
e. Sakit kepala (migrain) dan leukorea (keputihan). Hal ini
disebabkan oleh estrogen yang terlalu tinggi, sehingga dosis
pemberiannya perlu dikurangi.
f. Pruritus berat. Hal ini disebabkan karena efek estrogen,
sehingga pemberian estrogen sebaiknya dihentikan dan hanya
diberikan progesteron saja.

14
RANGKUMAN

Hormone Replacement Therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi


sulih hormon di definisikan sebagai pemberian hormon (esterogen, progesteron
atau keduanya) pada wanita pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah
diangkat, untuk menggantikan produksi estrogen oleh ovarium. (Baziad, 2003).
Indikasi dan kontra indikasi pengguna HRT diantaranya adanya keluhan
menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush, gejala urogenital, pasien
menopause dengan keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu dan
adanya ancaman osteoporosis, sedangkan kontra indikasinya yaitu kehamilan,
perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya, penyakit hepar akut
maupun kronik atau Penyakit trombosis vaskular,serta pasien menolak terapi.
Cara Pemberian HRT ada 2 yaitu Rejimen I, yang hanya mengandung
estrogen dan Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan
progesteron. Bentuk sediaan HRT yang terdapat di pasaran antara lain : Estrogen,
dalam bentuk 17β estradiol (estrogen ekuin konjugasi (CEE), estropipat, estradiol
valerat dan estriol), Progestogen (medroksi progesteron asetat (MPA),
didrogesteron, noretisteron, linesterenol), Sediaan kombinasi estrogen dan
progestogen kontinyu (2 mg 17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat), sediaan
yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus (tibolon), Sediaan
plester maupun krim yang berisi estrogen (17β estradiol dan estriol).
Efek Samping HRT diantaranya nyeri payudara, peningkatan berat badan,
perdarahan bercak (spotting), perdarahan banyak (atipik), sakit kepala (migrain),
dan leukorea (keputihan), pruritus berat.

15
EVALUASI MANDIRI

1. Ny. Nini umur 48 tahun datang ke BPM Nur mengatakan menstruasinya tidak
teratur tiap bulannya. Sudah 3 bulan ini Ny. Nini tidak mendapatkan
menstruasi tapi sekarang Ny. Nini mengalami menstruasi, dia juga
mengeluhkan mudah marah dan terutama pada malam hari merasakan
kepanasan serta berkeringat. Dari kasus diatas, tanda – tanda yang dialami Ny.
Ida terjadi karena?
Jawab:
Ny. Nini mengalami penurunan hormon estrogen.

2. Ny. Hana umur 45 tahun datang ke BPM Fathin mengatakan selama 1 tahun
terakhir mengalami menstruasi tidak teratur. Kadang-kadang terasa panas
dimuka menjalar ke kepala ± 5-15 menit, dada terasa berdebar-debar. Dari
kasus tersebut, sebagai bidan saran apa yang dapat diberikan kepada Ny. Hana?
Jawab:
Bidan dapat menyarankan Ny. Hana untuk terapi sulih hormon yang akan
mengurangi gejala-gejala pramenopause tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M., A. Baziad, & R.P. Prabowo. (Ed.). 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Aprillia, N. I., & N. Puspitasari. (2007). Terapi Sulih Hormon Alami untuk
Menopause. The Indonesian Journal of Public Health, 19(1). Bagian
Biostatis Badan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Air Langga. Diakses tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-makalah6_Juli2007.pdf.

Baziad, A. (1996). Terapi Hormonal: Alternatif Baru Penanggulangan Masalah


Menopause dan Komplikasinya dalam Pakasi LS. Menopause: Masalah
dan Penanganannya. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 34-49.

. (1999). Sejauh Mana Terapi Sulih Hormon Aman?. Makalah disajikan


pada Lunch Symposia “Menopause”, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)
XI, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

. (2003). Menopause dan Andropause. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Depkes RI. (2016). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta. Diperoleh
tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/.../Profil-Kesehatan-
Indonesia-2016.pdf

Greenblum, C., et.al. (2013). Midlife Women: Symptoms Associated With


Menopausal Transition and Early Postmenopause and Quality of Life.
Menopause: The Journal of The North American Menopause Society.
20(1): 22-27. Diakses tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://doi.org/10.1097/gme.0b013e31825a2a91.

Kenemans, P. (1996). Hormone Repalcement Therapy (HRT) Basic Consepts and


Practical Rules. Gynec Forum, 3: 3-9.

17
Kuncara, H. (2002). Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Mulyani, N.S. (2013). Menopause. Yogyakarta: Nuha Medika.

National Health Medical Research Council. (2005). Hormone Replacement


Therapy: A Summary of The Evidence for General Practitioners and
Other health Professionals. Diperoleh Tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://www.nhmrc.gov.au/_files_nhmrc/publications/attachment/wh35_
hrt_summary_evidence.pdf.

North American Menopause Society. (2017). The 2017 Hormone Therapy


Position Statement of The North American Menopause Society. The
Journal of The North American Menopause Society, 24(7): 728-753.

Sastrawinata, S. (2004). Obstetri Patologi Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Women’s Health Initiative Steering Commitee. (2004). Effects of Conjugated


Equine in Postmenopausal Women with Hysterectomy. Women’s Health
Initiative Randomized Controlled Trial. JAMA, 291: 47-53.

World Health Organization (WHO). (2014). Maternal mortality. Diakses tanggal


04 Oktober 2019 . dari
https://apps.who.int/iris/bitstream/10665/112738/1/9789240692671_eng.
pdf.

Wratsangka, R. (1999). Pemberian Terapi Sulih Hormone Sebagai Upaya


Meningkatkan Kesehatan Wanita Menopause. Jurnal Kedokteran
Trisakti, 18(3): 155-162.

18
GLOSARIUM
Amenorrhea : tidak mengalami menstruasi bulanan.
Androgenik : istilah generik untuk senyawa alami atau sintesis.
Dilatasi : pengembangan (pemuaian) suatu ruangan, rongga.
Estradiol : hormon seks utama wanita.
Hiperplasia adenomatosa : gangguan yang ditandai dengan penebalan lapisan
dinding rahim (endometrium) karena kelebihan pertumbuhan sel.
Hiperplasia kistik : jenis hiperplasia yang ringan dan tidak mengarah ke
keganasan.
Histerektomi : pengangkatan rahim (uterus) dengan metode pembedahan.
Hipertrigliseridemia : trigliserida tinggi, kondisi dimana salah satu jenis lemak
dalam darah di atas batas wajar.
Hipnotik sedatif : golongan obat pendepresi susunan saraf pusat.
Koroner : pembuluh nadi tajuk jantung.
Kuretase : membuang jaringan abnormal dari dinding suatu organ berongga,
menggunakan suatu alat yang disebut dengan kuret.
Mikrokuret : biopsi endometrium, pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan
besarnya sel selaput lendir rahim.
Oral : segala sesuatu yang berhubungan dengan mulut.
Orgasme : puncak reaksi seksual.
Osteoporosis : kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun.
Pruritus : rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang.
Rejimen : rencana, program diatur seperti olahraga atau perawatan medis, yang
dirancang untuk memberikan hasil positif.
Subkutan : jaringan otot dibawah kulit.
Transdermal : rute pemberian dimana bahan aktif dikirim melintasi kulit untuk
distribusi sistemik.
Tromboemboli : gumpalan darah emboli.
Urogenital : lubang tempat bermuaranya saluran.
Vasomotor : menyangkut saraf yang mengatur pelebaran atau penyempitan
pembuluh darah atau peredaran darah.

19

Anda mungkin juga menyukai