Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

DENGAN INFEKSI MASA NIFAS

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Nama Anggota : 1. Annisa Nur Fadilla (PO.71.24.1.18.003)


2. Etry Vepiola Rosianita (PO.71.24.1.18.015)
3. Nabila Fujianti (PO.71.24.1.18.026)
4. Sunita Nabilah (PO.71.24.1.18.035)
5. Zulfa Marsalina (PO.71.24.1.18.040)
Tingkat : 2 Reguler A
Dosen Pembimbing : Aprilina, S.ST., M.Keb.
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi
nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan
(Saifuddin, 2006).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, di antaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini, perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
Di negara-negara yang sedang berkembang dengan pelayanan
kebidanan yang masih jauh dari sempurna, kejadian infeksi nifas masih besar.
Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang ada dalam keadaan
normal berada dalam usus dan jalan lahir (Anggraini, 2010).
Perlukaan jalan lahir sudah dapat dipastikan terjadi pada setiap
persalinan yang akan menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat komensal
dan menjadi infeksius. Pertolongan persalinan yang bersih tidak memerlukan
pengobatan umum tetapi pada persalinan yang diduga akan dapat terjadi
infeksi kala nifas profilaksis antibiotika. Disamping itu perawatan luka lokal
perlu dilakukan sehingga mengurangi penyebaran infeksi kala nifas
(Sujiyatini, 2009). Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas
lebih lanjut mengenai infeksi masa nifas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud infeksi masa nifas?
2. Apa sajakah faktor predisposisi infeksi pada masa nifas?
3. Apa sajakah faktor penyebab terjadinya infeksi pada masa nifas?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala infeksi nifas?
5. Bagaimanakah klasifikasi infeksi nifas?
6. Bagaimanakah cara pencegahan infeksi nifas?
7. Bagaimanakah cara pengobatan infeksi nifas?
8. Bagaimanakah pengkajian dan asuhan pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi puerperalis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud infeksi masa nifas?
2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor predisposisi infeksi pada masa nifas?
3. Untuk mengetahui apa sajakah faktor penyebab terjadinya infeksi pada
masa nifas?
4. Untuk mengetahui bagaimanakah tanda dan gejala infeksi nifas?
5. Untuk mengetahui bagaimanakah klasifikasi infeksi nifas?
6. Untuk mengetahui bagaimanakah cara pencegahan infeksi nifas?
7. Untuk mengetahui bagaimanakah cara pengobatan infeksi nifas?
8. Untuk mengetahui bagaimanakah pengkajian dan asuhan pada ibu nifas
dengan gangguan infeksi puerperalis?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas (puerperium)
adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Periode pasca
partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil. Periode ini juga disebut periode puerperium, dan wanita
yang mengalami puerperium disebut puerpera. Proses ini dimulai setelah
selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil / tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan
fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009, Varney,
2008).
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (Saleha, 2009, Wiknjosastro, 2007).

B. Infeksi Masa Nifas


1. Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman
yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38ºC atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca-persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare,
AS).
Suhu 38ºC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan
diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas

3
puerperalis. Kenaikan suhu pada masa nifas dianggap sebagai infeksi nifas
apabila tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin, 2007).
Infeksi peurperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran
reproduksi selama persalinan atau puerperium (Varney, 2008).

2. Penyebab Infeksi Nifas


Faktor predisposisi infeksi nifas, antara lain sebagai berikut:
a. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
c. Teknik aseptik tidak sempurna
d. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khususnya pecah ketuban
e. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
f. Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran
plasenta manual)
g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi
yang tidak diperbaiki
h. Hematoma
i. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml
j. Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio sesaria
k. Retensi sisa plasenta atau membran janin
l. Perawatan perineum tidak memadai
m. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang
tidak ditangani

Organisme infeksius pada infeksi puerperium berasal dari tiga


sumber yaitu organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia
bawah atau dalam usus besar, infeksi saluran genetalia bawah, dan bakteri
dalam nasofaring atau pada tangan personel yang menangani persalinan
atau di udara dan debu lingkungan.
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam
organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan

4
infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi
menjadi:

a. Ektogen (kuman datang dari luar)


b. Autogen (kuman dari tempat lain)
c. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:


a. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi
yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain,
alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan
penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.
c. Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria
Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus
urinarius.
d. Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan


tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi
pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

3. Cara Terjadi Infeksi


Infeksi nifas dapat terjadi karena:
a. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam
berulang-ulang.
b. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
c. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.

5
d. Infeksi nosokomial rumah sakit.
e. Infeksi intrapartum.
f. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

4. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas


Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu
tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokhia berbau tidak sedap. Peningkatan
kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi
kultur laboratorium dan sensitivitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan
penanganan memerlukan diskusi dan kolaborasi dengan dokter (Varney,
2008).
Adapun tanda dan gejala secara umum infeksi nifas antara lain
sebagai berikut:
a. Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 37 0C lebih dari 1 hari. Tetapi
kenaikan suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan
(karena dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada
waktu air susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
b. Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di
area abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
c. Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa
hari pertama.
d. Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar
darah di tempat insisi Caesar.
e. Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa
lembek pada payudara begitu produksi penuh air susu mulai berkurang
yang bisa berarti tanda-tanda mastitis.

5. Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan
endometrium meliputi:

6
1) Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi
ulkus dan mengeluarkan pus.

2) Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar
dari ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi
tinggal terbatas.
3) Servisitis
Infeksi servik juga sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam, meluas, dan
langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi
yang menjalar ke parametrium.
4) Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis. Kuman-
kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis
serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah
sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang
lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.

7
b. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah
Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan
infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus
Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan
50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
1) Septikemia
Keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung
masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit
dan lemah sejak awal, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat
140 – 160 x per menit atau lebih, suhu meningkat antara 39-40ºC
tekanan darah turun, sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
2) Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah
perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke
peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-
organ yang diserangnya. Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit
pada daerah tromboflebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi
gejala umum diatas, hasil laboratorium menunjukkan
leukositosis, lokia berbau, bernanah, involusi jelek.
3) Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan
tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering
meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan
tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis
vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha

8
karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen
meningkat pada masa nifas.

c. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.


Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain
peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).
1) Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis).
Gejala klinik antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum
baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi
cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses padacavum
douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum
dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi.
2) Parametritis (selulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa
dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua
belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba
selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.

3) Mastitis dan abses


Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada
setiap wanita, mastitis semata-mata komplikasi pada wanita
menyusui. Mastitis harus dibedakan dari peningkatan suhu transien
dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk
ke dalam payudara. Organisme yang biasa menginfeksi termasuk S.
aureus, streptococci dan H. parainfluenzae. Cedera payudara
mungkin karena memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya puting
susu.
Bakteri berasal dari berbagai sumber diantaranya: tangan ibu,
tangan orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus,

9
darah sirkulasi. Sedangkan tanda dan gejala mastitis diantaranya
meliputi: peningkatan suhu yang cepat dari 39,5ºC sampai 40ºC,
peningkatan kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit kepala,
nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan.
Pencegahan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun
antibakteri, pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal
dan sering. Posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga
payudara yang baik tanpa konstriksi, membersihkan hanya dengan
air tanpa agen pengering, observasi bayi setiap hari terhadap
adanya infeksi kulit atau tali pusat dan menghindari kontak dekat
dengan orang yang diketahui menderita infeksi atau lesi stafilokokus.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % risiko
terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses meliputi: Discharge
puting susu purulenta, demam remiten (suhu naik turun) disertai
menggigil, pembengkakan payudara dan sangat nyeri massa besar
dan keras dengan area kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan
kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah
perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan higiene dan
kenyamanan:
a) BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat.
b) Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan
payudara.
c) Kompres hangat pada area yang terkena.
d) Massase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
e) Peningkatan asupan cairan.
f) Istirahat.
g) Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stres dan
keletihan dalam kehidupannya.
h) Suportif, pemeliharaan perawatan ibu (Winkjosastro, 2007,

10
Varney, 2008).

d. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium


Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir
sama dengan pelvio peritonitis.

6. Pencegahan Infeksi Nifas


Menurut (Winkjosastro, 2007) infeksi nifas dapat timbul selama
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.
a. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
1) Perbaikan gizi.
2) Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak
dilakukan.
b. Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
1) Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
2) Membatasi perlukaan jalan lahir.
3) Mencegah perdarahan banyak.
4) Menghindari persalinan lama.
5) Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
c. Selama nifas
1) Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
2) Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
3) Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus
suci hama.
4) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
5) Membatasi tamu yang berkunjung.
6) Mobilisasi dini.

11
7. Pengobatan Infeksi Nifas
Antibiotika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Sudah barang tentu jenis antibiotika yang paling
baik adalah yang mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman
yang menjadi penyebab infeksi nifas. Sebelum terapi dimulai, dilakukan
pembiakan getah vagina serta serviks dan kemudian dilakukan tes-tes
kepekaan untuk menentukan terhadap antibiotik mana kuman-kuman
yang bersangkutan peka. Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu,
maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini
dapat diberikan penicilin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spektrum luas (broad spectrum antibiotics) seperti ampicillin, dan lain-
lain. Setelah pembiakan serta tes-tes kepekaan diketahui, dapat dilakukan
pengobatan yang paling sesuai.
Di samping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan
untuk mempertinggi daya tahan tubuh tetap perlu dilakukan. Perawatan
baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan
hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita,
dan bila perlu transfusi darah dilakukan (Winkjosastro, 2007).
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:
a. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat.
b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
d. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi
darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh,
serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

Adapun pengobatan kemoterapi dan antibiotika infeksi nifas,


antara lain sebagai berikut.

12
a. Pemberian Sulfonamid-Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin
185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti
1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
b. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam
IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
c. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
d. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
e. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

13
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA Ny. “A”
DI PMB MELATI KEL. SUKARAMI KEC. SUKARAMI
KOTA PALEMBANG TAHUN 2019

Tanggal Pengkajian : 11 November 2019


Jam Pengkajian : 10.00 WIB
Pengkaji : Bidan Dwi

I. Data Subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny. “A” Nama suami : Tn. “K”
Umur : 25 Tahun Umur : 31 Tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Telp. : 081276879339
Alamat : Perum. Kebun Bunga No. 2066

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan badannya panas dan mengeluarkan darah berbau
sejak 4 hari setelah melahirkan anak pertamanya pada tanggal 7 November
2019 jam 17.00 WIB.

3. Riwayat Kebidanan
a) Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Warna : merah kecoklatan
Banyaknya : ganti pembalut 2-3 x/hari

14
Bau : khas anyir
Disminorhea : tidak ada
Flour Albus : tidak ada

b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Usia Anak
Tahun Jenis Keadaan
No Kehamil- Penolong Komplikasi J B P Nifas
Lahir Persalinan Anak
an K B B
1 INI

c) Riwayat persalinan sekarang


Anak lahir tanggal : 7 November 2019
Jenis kelamin : perempuan
Jenis persalinan : spontan
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan : 50 cm
Cacat : tidak ada

4. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke :1
Lama kawin : 2 tahun
Umur kawin : 23 tahun

5. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit keturunanan : tidak ada
b) Penyakit yang pernah diderita pasien : tidak ada
c) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
d) Riwayat operasi yang pernah diderita : tidak ada
e) Riwayat Gemeli : tidak ada

6. Riwayat Keluarga Berencana


a) Pernah mendengar tentang KB : pernah

15
b) Pernah menjadi akseptor KB : tidak pernah
c) Jumlah anak yang diinginkan : 5 orang
7. Data kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Selama hamil : makan 3 kali/hari, dengan porsi 1 piring nasi
lauk tempe, telur, ikan laut, telur, ikan laut  1
mangkok sayur (hijau-hijauan), minum air putih
6-7 gelas/hari.
Setelah melahirkan : saat dikaji ibu makan nasi, lauk dan sayur,
minum 1 gelas teh hangat.
b) Pola Eliminasi
Selama hamil : BAK  5-6 x/hari, kuning jernih
BAB setiap hari 1 kali
Setelah melahirkan : BAK 3 x/hari
BAB 1 x/hari
c) Pola Istitahat dan Tidur
Selama hamil : tidur siang  1 jam, tidur malam  6 jam
Setelah melahirkan : tidur siang  3 jam, tidur malam  5 jam

d) Pola Aktivitas
Selama hamil : ibu melakukan pekerjaan rumah seperti
mencuci, memasak dan membersihkan
rumah.
Setelah melahirkan : ibu tidak beraktivitas, hanya
menggendong bayinya dan belajar
menyusui
e) Personal Hygiene
Selama hamil : mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 3
x seminggu, ganti baju dan celana dalam tiap
setelah mandi atau tiap basah atau kotor.

16
Setelah melahirkan : mandi 2 x/hari, ganti baju 2 x/hari, ganti
pakaian dalam dan pembalut setiap 2 x/hari.

8. Riwayat Psikologis
Ibu merasa senang dan lega telah melahirkan bayi pertamanya dengan
selamat

II. Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 38,5C
Pernapasan : 28 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a) Inspeksi
Kepala : rambut hitam, ikal, bentuk kepala bulat, bersih, tidak
berketombe, tidak rontok
Muka : pucat, bentuk ovale
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus
Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret
Mulut : simetris, bibir pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
gigi
Telinga : simetris, tidak keluar serumen, bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

17
Payudara : payudara simetris, membesar, terdapat hypervaskularisasi,
dan adanya pengeluaran ASI
Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, UC baik
Genetalia : terdapat lochea purulenta, terdapat luka bekas jahitan, luka
bekas jahitan masih basah dan berwarna merah,
membengkak, adanya pus yang keluar dan berbau serta
terdapat luka episiotomi
Ekstremitas: Simetris, tidak oedem, tidak ada varises, warna kuku
pucat, warna kulit pucat.
b) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis
Payudara : konsistensi kenyal, colostrums sudah keluar, tidak ada
benjolan abnormal
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : terdapat nyeri tekan pada luka jahitan
c) Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing, atapun ronkhy
Abdomen : tidak terdengar bising usus

III. ANALISIS
A. Diagnosa : Ny. "A" nifas hari ke-4 dengan infeksi puerperalis.
B. Masalah : Febris dan lochea berbau sehubungan dengan infeksi
puerperalis.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
TD : 130 / 100 mmHg
S : 38,50 C
N : 94 x / menit

18
RR : 28 x / menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea: keluar lochea puralenta (lochea berbau dan bernanah)
(ibu mengerti akan keadaan yang dialaminya)
2. Memberitahu pada ibu bahwa hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ibu mengalami infeksi puerperalis (infeksi pada
bekas jahitan) sehingga masih diperlukan perawatan.
(ibu mengerti akan keadaan yang dialaminya)
3. Menjelaskan pada ibu cara merawat bayi, yaitu mandi 2 kali sehari, dan
setelah mandi, tali pusat dirawat dengan cara dibungkus dengan kasa
kering atau kasa yang diberi betadhine ataupun kasa yang diberi alcohol.
(Ibu mampu mempraktekkan cara memandikan bayi dengan benar)
4. Menjelaskan pada ibu agar istirahat yang cukup yaitu 6 - 8 jam agar
kondisi ibu cepat pulih.
(Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup)
5. Menjelaskan pada ibu agar banyak minum air putih karena kenaikan suhu
tubuh dapat menyebabkan dehidrasi.
(Ibu bersedia untuk konsumsi air putih untuk kesehatan)
6. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan kompres dengan air dingin agar
panas tubuh bisa berkurang.
(Ibu mengerti untuk mengkompres tubuh dengan air dingin)
7. Menjelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
berserat seperti sayuran dan buah-buahan dan juga minum air putih yang
cukup agar BAB lancar dan luka cepat sembuh.
(Ibu berjanji akan menjaga pola makan)
8. Mengajarkan pada ibu tentang perawatan luka bekas jahitan yaitu dengan
menggunakan kasa yang diberi betadhine kemudian dilapisi pembalut dan
diganti setiap selesai BAK / BAB dan setelah mandi miniaml 2 kali
sehari.
(Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan perawatan luka bekas jahitan)

19
9. Mengajarkan pada ibu cara cebok yang benar yaitu membersihkan alat
genetalia dari depan dengan handuk / tissue ke belakang sampai anus lalu
dikeringkan.
(Ibu mengerti dan bersedia untuk menjaga kebersihan organ gentalianya)
10. Menjelaskan pada ibu untuk ganti pembalut dan celana dalam setiap habis
BAK / BAB agar infeksi tidak menyebar.
(Ibu mengerti akan kebutuhan kebersihan dirinya)
11. Menjelaskan pada ibu untuk minum obat cefadroxil (3 x 500 mg) dan
metilergometrin (3 x 1 tablet) secara teratur untuk mengurangi rasa nyeri.
(Ibu berjanji akan meminum obat secara teratur)
12. Memberitahu pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan
lain untuk mengetahui keadaan ibu lebih lanjut.
(Ibu berjanji akan datang)

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sujiyatini, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.

Walyani, E.W. dan Purwoastuti, T. E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

22

Anda mungkin juga menyukai