Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada

dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006).

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit

seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau

lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan,

dan nifas ( Riswandi, 2005 ).

Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun

2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007

menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goalds

(MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran

hidup (Barata, 2008).

Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri

adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007).

Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka

Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka

1
Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia

(14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim, 2009).

Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin.

Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam

periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan

bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin,

2006).

Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor

predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi

penyulit atau komplikasi dalam masa nifas; memberikan pengobatan yang rasional

dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas; melanjutkan pengamatan dan

pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun

persalinan; jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau;

memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang

harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan

hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah

melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10

hari pertama pasca persalinan dan di ukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut

sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa

nifas dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak di temukan sebab-sebab ekstragenital.

2.2 Etiologi infeksi nifas

Infeksi nifas dapat disebabkan antara lain :

 Bakteri yang berasal dari penderita lain atau kain yang tidak steril (eksogen),

contoh bakteri Streptococcus Haemolyticus Aerobic.

 Kuman yang berasal dari rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang

yang nampak sehat (stafilokokus), contohnya Staphylococcus Aerus .

 Kuman yang berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat

menyebabkan infeksi pada perineum, vulva, dan endometrium, contohnya

Escheria Coli .

 Kuman yang bersifat anaerobik yang sering terjadi pada abortus kriminalis

contohnya Clostridium Welchii .

3
Faktor predisposisi infeksi nifas

Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain :


1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti
perdarahan banyak, pre-eklampsia, juga infeksi lain, seperti : pneumonia,
penyakit jantung, dan sebagainya.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

Organisme infeksius pada infeksi puerperium berasal dari tiga sumber yaitu
organisme yang normalnya berada dalam saluran genitalia bawah atau dalam usus
besar, infeksi saluran genitalia bawah, dan bakteri dalam nasofaring atau pada
tangan personel yang menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan.

2.3. Cara terjadinya infeksi


Infeksi dapat terjadi karena :
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di
masukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2. Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas.
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa di
bawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain, dan
alat-alat yang suci hama, dan yang di gunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

4
2.4 Patofisiologi Infeksi Nifas

Infeksi pada masa nifas dapat terjadi sebagai berikut :

 Tangan penolong yang tertutup sarung tangan pada saat melakukan

pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina keatas

(uterus).

 Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari

hidung atau tenggorokan petugas kesehatan. Oleh karena itu hendaknya

petugas kesehatan yang bekerja dikamar bersalin menggunakan masker.

 Koitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab penting, kecuali

mengakibatkan pecahnya ketuban.

2.5 Faktor Predisposisi Infeksi Nifas

Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti :

perdarahan banyak , pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain

(pneumonia, penyakit jantung, dsb).

 Persalinan dengan masalah seperti partus / persalinan lama dengan ketuban

pecah dini korioamnionitis, persalinan traumatic, proses pencegahan infeksi

yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.

 Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.

 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam

rongga rahim.

 Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

5
2.6 Tanda dan Gejala Infeksi Nifas

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain:

 Demam.

 Sakit di daerah infeksi.

 Warna kemerahan.

 Fungsi organ terganggu.

Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:

a. Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur

nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.

b. Infeksi umum

Sakit, lemah, suhu tubuh meningkat, terasa sesak. Mulai merasa gelisah,

kesadaran mulai menurun bahkan hingga mengalami koma. Terjadi gangguan

involusi uterus, lokea berbau.

2.7 Klasifikasi Infeksi Nifas

Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi beberapa yaitu:

 Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.

Vulvitis

Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi

di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah

6
dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan

mengeluarkan nanah.

Vaginitis

Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada

luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan,

terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.

Servisitis

Infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan

banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar

ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

Endometritis

Endometritis paling sering terjadi biasanya demam mulai 48 jam postpartum

dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya

pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke

seluruh endometrium.

 Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia,

Piemia, dan Trombofleblitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi umum

yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan

7
A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua

kematian karena infeksi nifas.

 Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis

dan parametritis (Sellulitis Pelvika).

 Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah

salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan

pelvio peritonitis.

2.8 Pencegahan Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas,

sehingga pencegahannya berbeda.

a. Selama kehamilan

Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

 Perbaikan gizi.

 Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.

b. Selama persalinan

Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:

 Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.

 Membatasi perlukaan jalan lahir.

8
 Mencegah perdarahan banyak.

 Menghindari persalinan lama.

 Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

c. Selama nifas

Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

 Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.

 Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci

hama.

 Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,

tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.

 Mobilisasi dini.

2.9 Penanganan Umum Infeksi Nifas

 Antisipasi setiap faktor kondisi ( faktor predisposisi ) dan masalah dalam

proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi komplikasi dalam masa nifas.

 Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami

infeksi nifas (antibiotik).

 Bila ada sisa plasenta lakukan pengeluaran.

 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir dari ibu

yang mengalami infeksi pada saat persalinan.

 Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.

9
10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

infeksi nifas ialah mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.

Sinomin yang digunakan adalah demam nifas atau demam puerperalis .

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam

dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint Commitee On Maternal welfare

defenisi demam (infeksi) nifas adalah kenaikan suhu sampai 38 oC atau lebih selama

2 hari berturut- turut dalam 10 hari pertama post partum dengan mengecualikan hari

pertama.

Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

ektogen ( kuman datang dari luar ), autogen ( kuman dari tempat lain ), endogen (

kuman dari jalan lahir sendiri ).

Penanganan umum infeksi nifas :

 Antisipasi setiap faktor kondisi ( faktor predisposisi ) dan masalah dalam

proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi komplikasi dalam masa nifas.

 Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami

infeksi nifas (antibiotik).

 Bila ada sisa plasenta lakukan pengeluaran.

11
 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir dari ibu

yang mengalami infeksi pada saat persalinan.

12
LAPORAN KASUS OBSTETRI

STATUS ORANG SAKIT

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y.
Umur : 15 Tahun.
Agama : Islam.
Suku : Jawa.
Pekerjaan : IRT.
Pendidikan : SD.
Alamat : Jl. Kongsi VI Sampali.
Tanggal masuk : 21 November 2016.
Pukul : 19.30 WIB.
NO.RM : 25-88-69.

2. Identitas Suami
Nama suami : Tn. A.
Umur : 23 Tahun.
Agama : Islam.
Suku : Jawa.
Pekerjaan : Supir.
Pendidikan : SMA.
Alamat : Jl. Kongsi VI Sampali.

13
II. ANAMNESA

Ny.Y, 15 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, IRT, SD, i/d Tn.A, 26 tahun, Jawa, Islam,
SMA, Supir. Pasien datang ke VK dengan:
Keluhan Utama : mulas-mulas mau melahirkan.
Telaah : Pasien datang ke RSHM diantar oleh suaminya pada
tanggal 21 November 2016 pada pukul 19.30 WIB dengan keluhan mulas-
mulas mau melahirkan. Hal ini dialami os sejak tanggal 20-11-2016 mulas
semakin cepat. Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat keluar air-air dari
kemaluan (-). BAK & BAB (+) N.

Ginekologik / Keluarga :
Haid terakhir : ?-02-2016.
TTP : ?-11-2016.
ANC : Bidan 5x, Dokter Sp.OG 2x.

Riwayat Persalinan:
1. Hamil ini.

Penyakit yang Pernah diderita :


Anemia : (-) Veneral disease : (-)
Hipertensi : (-) Penyakit jantung : (-)
Penyakit Ginjal: (-) Reuma : (-)
Diabetes : (-) Operasi : (-)
Tuberkulosis : (-) Penyakit lain : Asma

Hasil Pemeriksaan Umum:


Berat Badan : 65 kg Nadi : 80x/i
Tinggi Badan : 152 cm Tek.darah :130/90mmHg

14
Type badan : Sedang Suhu : 36,7ºC
Keadaan umum : Baik pernapasan : 20x/i
Keadaan gizi : Cukup Anemis : (-)
Kesadaran : Compos Mentis Icterus : (-)
Tenang/gelisah : Tenang Edema : (-)/(-)
Cor : Normal Cyanosa : (-)
Pulmo : Normal Dyspnoe : (-)
T.H.T : Normal Refleks :Normal

Status Generallisata

Kepala: normochepal
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-).
Leher: KGB tidak teraba, TVJ tidak meningkat.
Thorax: Cor: bunyi jantung normal, regular, bunyi tambahan (-).
Pulmo: suara pemapasan vesikuler, suara tambahan (-).
Abdoben: distensi (-), BU(+) Normal, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-/-).

Status Lokalis

Abdomen : Membesar asimetris.


Tinggi fundus uteri : 3 jari dibawah processus xhypoideus (36 cm).
Punggung : Kanan.
Bagian terbawah : Kepala.
Turunnya : 3/5.
S.B.R : Dalam batas normal.
Ring V. Bandl : Tidak ada.
Lig.rotundum : Dalam batas normal.
Meteorismus : Tidak.
D.D.A : (±) 134 x/i.

15
Formula Johnsoon : (36 cm – 11) x 155.
Taksiran BB anak : 3.700-3.900 gr.
Osborn : Negatif.
HIS : (+).
Gerak : (+).

X – Ray Pelvimetri
Conj. Vera : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Conj. Transversa : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Conj . Oblique : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Ro Foto / Sinar tembus


Thorax : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Abdomen : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

C. Pemeriksaan Dalam

Tanggal : 21-11-2016.
Jam : 22.30 WIB.
Dokter/Bidan : PPDS.
Indikasi : Kala I .
Pembukaan : 5 cm.
Cervix : Anterior.
Effacement : 100%.
Selaput Ketuban : (+).
Bagian Terbawah : Kepala.
Turunnya : Hodge 3.
Posisinya : Presentasi kepala.
Promontorium : Tidak teraba.
Lin.inominata : Teraba 2/3.

16
Sacrum : Cekung.
S.Ischiadica : Tidak menonjol.
Arcus Pubis : Tumpul.
Coccygeus : Mobile.
Vagina : Dalam Batas Normal.
Vulva : Dalam Batas Normal.
Sarung Tangan : Lendir darah (+), air ketuban (+).
Meconium : (-).
Kesan : Panggul adekuat.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG TAS (Tanggal 21-11-2016)
Janin Tunggal, Persentasi Kepala, Anak Hidup
Fetal Movement (FM) : (+).
Fetal Heart Rate (FHR) : (+).
Biparietal Diameter (BPD) : 95,7 mm.
Abdominal Circumference (AC) : 334,9 mm.
Femur Length (FL) : 74,7 mm.
Amniotic Fluid Index : 5 cm.
Plasenta Fundal Grade III.
- Kesimpulan : KDR (38-39) mgg + PK + AH.

Hasil laboratorium tanggal 21-11-2016 pukul 19.14 WIB


Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin *10,7 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,6 3,9 - 5,6 10*6/µl
Hitung leukosit *15.000 4.000- 11.000 /µl
Hematokrit *31,2 36-47 %
Hitung trombosit 282.000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV *68,6 80 – 96 fL
MCH *23,4 27 – 31 pg

17
MCHC *34,2 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 1 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab *0 2– 6 %
N. Seg *84 53–75 %
Limfosit *10 20–45 %
Monosit 5 4–8 %

Kimia Klinik Satuan Nilai Rujukan


Glukosa Darah Sewaktu : 86 mg/dL < 140

Diagnosa:
PG + KDR(38-39) mgg + Presentasi Kepala + Anak Hidup+Inpartu.

Lapor Supervisor dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG


Advice:
- Awasi djj, his, kemajuan persalinan.
Rencana:
- Persalinan Spontan Pervaginam sesuai partograf.

18
PERIHAL PERSALINAN

LAPORAN PSP

Pada Tanggal 21-11-2016

Langkah-langkah persalinan :

- Ibu dibaringkan di atas meja ginekologi dengan posisi litotomi dengan infus
dan kateter terpasang baik.
- Dilakukan pengosongan kandung kemih.
- Dengan HIS yang adekuat tampak kepala maju mundur di introitus vagina
kemudian menetap.
- Pada HIS yang adekuat berikutnya, ibu dipimpin mengedan kemudian
dilakukan episiotomi mediolateral dengan kepala sebagai hipomoklion lahir
berturut, UUK, UUB, dahi, hidung, mulut dan seluruh kepala. Dengan
pegangan bilateral kepla ditarik ke bawah dan ke atas untuk melahirkan bahu.
- Dengan sanggah susur, lengan badan dan kaki dilahirkan.
- Lahir bayi laki-laki BB 3200 gr, PB 50 cm, AS 5/6, anus (+).
- Tali pusat diklem di dua tempat lalu digunting diantaranya.
- Dengan PTT plasenta dilahirkan spontan, kesan lengkap.
- Evaluasi perdarahan tampak laserasi perineum grade 3/ luka episiotomi.
Dilakukan repair, perdarahan (-).
- KU ibu post PSP baik.

Terapi:

- IVFD RL 20 gtt/menit + oksitosin 10 IU.


- Asam Mefenamat tab 3 X 500 mg.
- Cefadroxil Tab 2 x 500 mg.
- Grahabion tab 1 X 1.

19
KALA IV POST SC
Tinggi
Jam Nadi Tek.Darah Pernapasan Perdarahan Kandung Kemih
Fundus Uteri
3 jari
120/80
03.25 74x/i 22 x/i dibawah
mmhg
umbilikus
3 jari
120/70
03.40 70x/i 22x/i dibawah
mmhg
umbilikus
3 jari
130/70
03.55 70x/i 22x/i dibawah
mmhg
umbilikus
3 jari
130/70
04.10 68x/i 20x/i dibawah
mmhg
umbilikus
3 jari
120/80
04.40 70x/i 20x/i dibawah
mmhg
umbilikus
3 jari
120/80
05.10 70x/i 20x/i dibawah
mmhg
umbilikus

FOLLOW UP

Tanggal 22 november 2016, jam 06.00 WIB


S : Nyeri bekas jahitan.
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 130/60 mmHg Ikterik : -/-
HR : 96x/menit Dyspnoe :-
RR : 24x/menit Sianosis :-
T : 37,5ºC Oedem : -/-
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi (+)
P/V : +
BAK : (+), via kateter
BAB : (-), flatus (+)

20
A: Post psp a/I PBK + NH1

P:

- IVFD RL + oxytocin 20 gtt/menit.


- Asam mefanamat 3 x 500 mg tab.
- Cefadroxil 2 x 500 mg tab.
- Grahabion tab 1 x 1
R: awasi vital sign, tanda-tanda perdarahan.

FOLLOW UP
Tanggal 23 november 2016, jam 06.00 WIB
S : nyeri bekas jahitan, batuk.
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 110/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 72x/menit Dyspnoe :-
RR : 22x/menit Sianosis :-
T : 37,5ºC Oedem : -/-

SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N


TFU : 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi (+)
P/V : (-), Lochia Rubra (+)
BAK : (+), via kateter
BAB : (+), flatus (+)

A: Post psp a/i PBK + NH2

P:

- Cefadroxil 2 x 500 mg tab.


- Asam mefenamat 3 x 500 mg tab.

21
- Grahabion tab 1 x 1 mg.
R: Aff kateter PBJ, kontrol 3 hari selanjutnya 26/11/2016

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono. Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatus. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/infeksi-masa-nifas.html di akses pada tanggal 25

september 2012

http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas/ di akses pada tanggal 25 September 2012

22

Anda mungkin juga menyukai