Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada alat genetalia pada waktu
persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu.
1.2 RUMUSAN MASLAH
a.Apa definisi infeksi post partum
b.Apa etiologi post partum
c.Bagaimana cara terjadinya infeksi post partum
d.Apa patologi post partum
e.Macam-macam infeksi nifas
f.Bagaimana gambaran klinik post partum
g.Diagnosis post partum
h.Apa diagnosis banding post partum

i.Prognosis post partum


j.Bagaimana pencegahan post partum
k.Bagaimanapencehan infeksi post partum
l.Bagaimana penanganan umum infeksi post partum
m.Bagaimana pengobatan post partum
1.3 TUJUAN
a.Untuk mengetahui definisi infeksi post partum
b.Untuk mengetahui etiologi post partum
c. Untuk mengetahui cara terjadinya infeksi post partum
d. Untuk mengetahui patologi post partum
e. Untuk mengetahui gambaran klinik post partum
f. Untuk mengetahui diagnosis post partum
g. Untuk mengetahui diagnosis banding post partum
h. Untuk mengetahui prognosis post partum
i.Agar mengerti bagaimana pencegahan post partum
j. Agar mengerti bagaimana pencehan infeksi post partum
k. Agar mengerti bagaimana penanganan umum infeksi post partum
l. Agar mengerti bagaimana pengobatan post partum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antar 37,237,8C oleh karena resorpsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi dalam hal
ini disebut demam resorpsi.Hal ini adalah normal.
Infeksi post partum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-

alat genetalia dalam masa nifas.


Infeksi post partum infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan

Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan ,waktu persalinan dan


nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun
Morbiditas puerpuralis adalah kenaikkan suhu badan sampai 38C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari

pertama. Suhu di ukur 4 kali sehari secara oal (dari mulut)


2.2 ETIOLOGI

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti


eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan
lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan
infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic

Merupakan infeksi yang berat ,khsusnya golongan A.Masuknya secara


eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen

(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong,
infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan


sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang
yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi


terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius
d. Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat


berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
2.3 CARA TERJADINYA INFEKSI
a. Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan

atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
b. Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri

yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya.


Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker.
c. Infeksi rumah sakit (hospital infection)

Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderitapenderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alatalat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk,
kain-kain lainnya).

d. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya,


kecuali bila ketuban sudah pecah.
e. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar,
ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam . Gejalanya adalah

demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban
berbau serta berwarna keruh kehijauan.Pada infeksi intrapartum kuman-kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinan ,dan dengan melewati amnion
dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.Prognosis infeksi intrapartum sangat
tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya
persalinan berlangsung tanpa banyak pelukaan jalan lahir.
2.4. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi infeksi postpartum yaitu:
1. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
2. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
3.Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya
pecah ketuban
4.Teknik aseptic tidak sempurna
5.Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
6.Manipulasi intrauteri ( misalnya : eksplorasi uteri, pengeluaran
plasenta manual)
7.Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang
tidak diperbaiki
8.Hematoma
9.Hemoragi, khususnya jika kehilanagn darah lebih dari 1.000 ml
10.Pelahiran operatif, terutama pelairan melalui SC
11.Retensi sisa plasenta atau membrane janin
12.Perawatan perineum tidak memadai
13.Infeksi vagina/ serviks atau PMS yang tidak ditangani ( misalnya :
vaginosis bakteri, klamidia, gonorrhea)

2.5.PATOLOGI

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm.Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi trombus .Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yan patogen dalam tubuh
wanita .Serviks sering mengalami perlukaan persalinan ,demikian juga vulva,vagina,

dan perinum ,yang semuanya meupakan tempat masuknya kuman-kuman


patogen.Pproses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar
di luar luka asalnya.

Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :


1.Infeksi pada perinium ,vulva ,vagina,serviks,dan endometrium
a.Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perinium jaringan

sekitarnya membengkak ,tepi luka menjadi merah dan bengkak ,jahitan muda
lepasndan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengelurkan pus
b.Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perinium.Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,terjadi ulkus ,dan
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.Penyebar dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas
c.Servisitis

Infeksi vagina dapat terjadi ,akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum
latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d.Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis. Kuman-kuman memasuki


endomtrium , biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi dengan kuman
yang tidak seberapa patogen , radang tebatas pada endometrium. Jaringan
desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan
getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan .Pada batas
antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas
leukosit-leukosit.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
pelajaran.
2.Penyebaran melalui pembuluh darah,melalui jalan limfe,dan melalui
permukaan endometrium
a.Penyebaran melaui pembuluh-pembuluh darah
1.Septikemia dn piemia

Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang


sangat patogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini
sangat berbahaya dan merupakan 50% darisemua kematian karena infeksi nifas.
Pada septikemia kuman-kumandari sarangnya di uterus, langsung masuk ke
dalam peredaran darah umum menyebabkan infeksi umum.Adanya septikemia
dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah .
Pada piema terdapat dahulu tromboflebitis menjalar ke vena uterina ,vena
hipogastrika,dan/atau vena ovari (tromboflebitis pelvika).Dari tempat-tempat
trombus itu ebolus keciil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan .Tiap kali
dilepaskan ,ebolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah
ke tempat-tempat lain ,antaranya ke paru-paru, otak ,jantung, dan sebagainya, dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut.Keadaan ini
dinamakan piemia
b.Penyebaran melalui limfe dan jalan lain
1.Peritonitis

Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung
mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan di antara
kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis(sellulitis
pelvika).
2.Parametritis

Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sllulitis pelvika.


Peritonitis mungkin terbuka pada rongga pelvis saja (pelvioperitonitis) atau
menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum merupkan komplikasi yang berbahaya
dan merupakan sepertiga dari sebab kematian kasus infeksi.
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui 3 jalan ,yaitu :
1.Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometrirtis
2.Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
3.Penyebaran sekunder dari tromboflrbitis pelvika.Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum lantum atau menyebar ekstra peritoneal ke
semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah
lateral di atas ligamentum inguinalis ,atau pada fossa iliaka.
c.Penyebaran melalui permukaan endometrium
Salpingitis ,oofaritis

Kadang-kadang walaupun jarang infeksi menyebar ke tuba fallopii,melahan ke


ovarium.Disini terjadi salpingi dan/atau ooforitis yang sukar dipisahkan dari
pelviopritonitis.
2.6 GAMBARAN KLINIK
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-

kadang perih saat kencing.


Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu

sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka
yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang
disertai menggigil
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe
dan permukaan endometrium.
Endometritis :
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta

dan

selaput

ketuban

yang

disebut

lokiometra

dan

dapat

menyebabkan kenaikan suhu.


Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia :
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,

biasanya disertai menggigil.


Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk,

nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).


Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.

Piemia :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri

dan suhu agak meningkat.

Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi

setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.


Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat

disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.


Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.

Peritonitis :
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat

dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung,

kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.


Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat

peritonitis umum.
Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi

keadaan umum tidak baik.


Bisa terdapat pembentukan abses.

Selulitis pelvik :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di

kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai
adanya selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

sebelah uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana

suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai


menggigil.
Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

2.7 DIAGNOSIS
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu
diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam
badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas

tampak sakit, suhu meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan


keluhan lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada
infeksi yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik
yang paling tepat.
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya)
Pielonefritis(reaksi inflamasi akibat infeksi yan terjadi pada pielu dan

parenkim ginjal)

Pielonefritis umumnya memberikan gejala yang lebih beratdiantaranya: demam,

menggigil, perasaan mual muntah, selain disuriadapat juga terjadi piuria dan
hematoria
Mastitis

adalah infeksi payudara.

2.9 PROGNOSIS
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut
derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas
tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.

2.10

PENCEGAHAN
a.Masa Persalinan
-

Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi


dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat


harus suci hama.

10

Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam


maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan
menjaga sterilitas.

Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan


dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.

Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang


hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.

b.Masa Nifas
-

Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu


pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan
alat kndung kencing harus steril.

Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan


khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

c.Masa Kehamilan:
Mengurangi

atau

mencegah

faktor-faktor

predisposisi

seperti

anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakitpenyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan
kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil
tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi
infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2.11

PENCEGAHAN INFEKSI POSTPARTUM


Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.

Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga


persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma

sesedikit

mungkin.

11

Cegah

perdarahan

banyak

dan

penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat


persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu
dan atas indikasi yang tepat.

Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat


pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita
sehat yang berada dalam masa nifas.

2.12

PENANGANAN UMUM

Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam

proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi


dalam masa nifas.
Berikan

pengobatan

yang

rasional

dan

efektif

bagi

ibu

yang

mengalami infeksi nifas.


Lanjutkan

pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau

infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.


Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan

gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan


dengan segera.
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari

ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.

2.13 PENGOBATAN

Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina,


luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,

Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.

12

Karena

hasil

antibiotika

pemeriksaan

spektrum

luas

memerlukan
(broad

waktu,

spektrum)

maka

berikan

menunggu

hasil

laboratorium.

Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau


transfusi

darah

diberikan,

perawatan

lainnya

komplikasi yang dijumpai

BAB III
ASUHAN TEORI KEPERAWATAN
INFEKSI POST PARTUM
13

sesuai

dengan

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Infeksi post partum terjadi pada semua usia. hal ini dikaitkan karena kurangnya
perawatan diri,sehinga timbul infeksi
2. Riwayat Keperawatan
a.Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan infeksi post
partum adalah nyeri pada daerah sekitar vagina dan darah berbau menyengat

b.Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
1).Nyeri pada vagina
2) .Adanya leukore dan lochia berbau menyengat
c.Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal
kronik, hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta
d.Riwayat penyakit keluarga
klien mengatakan ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
seperti klien yaitu infeksi post patum
e.Riwayat kesehatan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien bersih dan nyaman.
f.Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi meliputi :
menarche
: 14 tahun
lamanya siklus : 28 hari
banyaknya
:baunya
: menyengat
keluhan waktu haid
: nyeri saat menstruasi
b) Riwayat perkawinan meliputi :
usia kawin
: 20 tahun
kawin yang keberapa : 1
usia mulai hamil
: 9 bulan
c) Riwayat hamil : tidak ada masalah selama kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu : tidak ada masalah
d) Riwayat nifas meliputi :
Keadaan lochia : lochia berwarna kehijau-hijauan dan berbau menyengat
(purulenta)
ASI
: cukup tidak ada bendungan
kondisi ibu saat nifas : ibu mengatakan badan terasa gregesan
14

3. Pemeriksaan fisik
A. Tanda Tanda Vital
Suhu
: 38 C selama 2 hari dalam 10 hari setelah post partum
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Tekanan Darah : 110/90
Nadi
: 120 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
B. Keadaan umum pasien : pasien tampak sakit sedang
C. Kesadaran pasien : composmentis
D. Pemeriksaan Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi
Palpasi
Mulut

: bentuk simetris, ada nafas cuping hidung, tidak ada secret,


tidak ada sektum deviasi, tidak ada epistaksis.
: tidak ada nyeri tekan

Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering


Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : tidak terlihat adanya kaku kudu, tidak ada bendungan vena
jugularis, pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi
: tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem/tanda-tanda infeksi
Area dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bantuan otot pernafasan,
Palpasi
: fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi nafas tambahan seperti wising,
Perkusi

bronki dan crakless.


: terdengar bunyi sonor

b. Kardiovaskuler dan limfe


Wajah

15

Inspeksi

: simetris, pucat, konjungtiva anemis, sclera normal tidak


nampak ikterik,

Leher
Inspeksi
Palpasi

: tidak ada bendungan vena jugularis


: irama denyutan arteri carotis communis normal, tidak ada
bendungan vena jugularis.

Dada
Inspeksi
Palpasi

: dada terlihat simetris,


: letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis

midklavikula sinnaistra)
Perkusi
: tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2)
Ekstremitas atas
Inspeksi : merah ,tidak ada sianosis
Palpasi
: CRT kurang dari 3 detik ,syhu akral hangat
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada varises, ada oedem pada tungkai
Palpasi
: ada udema , akral hangat
c. Persyarafan
Anamnesa
Kandung kemih : kandung kemih ibu cepat terisi karena diurisi post
partum dan cairan intravena.
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu putih.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Saat klien diminta membuka mulut dan bersuara aaaa dan
diketukkan palu reflek di garis tengah dagu klien menutupkan mulut
dengan tiba tiba
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis

16

Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata


tertutup, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan
berkataah.
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan.
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah.
Pemeriksaan rangsangan selaput otak
Kaku kuduk normal
Tingkat kesadaran
GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6),
d. Perkemihan dan eliminasi uri
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, ada tanda - tanda infeksi dan kemerahan
Palpasi
: ada nyeri tekan
Kandung kemih
Inspeksi : ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi
: ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi
: tidak ada nyeri ketok.
e. Sistem pencernaan eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi

: mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak

Palpasi

ada pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.


: tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,

Lidah
17

Inspeksi

: bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan dan odem.

Abdomen
Inspeksi

: ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.

Palpasi

: abdomen teraba keras pada kuadran III

Perkusi

: tidak ada acietes.

f. Sistem muskuloskeletel dan integumen.


Anamnesa
Ada kelemahan ekstremitas / sendi
Warna kulit :
Kekuatan otot

g. Sistem endokrin dan eksokrin


Anamnesa
Klien merasa lemah,
Kepala
Inspeksi

: tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut

rontok
Leher
Inspeksi

: tidak ada pembesaran kalenjar tiroid

Palpasi

: tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri

tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi

: ada edema.

h. Sistem reproduksi
Perempuan
Payudara

18

Inspeksi
Palpasi
Axila
Inspeksi
Palpasi
Genetalia
Inspeksi

tidak

ada

luka

dan

bentuk

simetris,bersih,warna

merah,kolostrum keluar,kondisi puting tidak ada luka,


: tidak ada benjolan abnomal, dan tidak ada nyeri tekan
: tidak ada benjolan abnormal
: tidak ada benjolan abnormal
: ada odem, benjolan, maupun varises, dan ada tanda - tanda
infeksi(REEDA=

R:

Rednes

E:

Edema,

E:

exymasis(biru), D: dranase: cairan keluar,A: approxymoti:


luka tidak bisa tertutup)
Lochia warna kehijau-hiajan , dan berbau
menyengat,Perineum ada tanda infeksi dan luka
jahitan,Vulva ada edema
Palpasi
: ada benjolan atau masa dan ada nyeri tekan
i. Persepsi sensori
Anamnesa
Tidak ada penurunan tajam penglihatan, mata kabur, tinnitus
(berdenging), penurunan pendengaran.
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa
normal jernih, sklera putih
Palpasi
: tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi
: tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi
fosa kanina
Perkusi

: tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis


dan fosa kanina

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


3.2 Diagnosa Keperawatan
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
4. Ansietas

19

1. Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tibatiba atau lambat intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

DEFINITION:

dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.


2. Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
3. asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
4. Beresiko terhadaap ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh

DEFI1NING
CHARACTERISTIC
S

yang mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.


1.Nyeri akut (0013)
Mengekspresikan perilaku
misalnya(gelisah,merengek,menangis,waspada, iritabilitas mendesah)
Masker wajah misal (mata kurang bercahaya,tampak kacau ,gerakkan

mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)


Indikasi nyeri yang dapat diamati
Melaporkan nyeri secara verbal
2.Resiko infeksi (00004)
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pajanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (pecah ketuban lama)

3.Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


(00002)
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Bising usus hiperaktif
Kurang makan
Kurang minat pada makanan
Membran mukosa pucat
4.Ansietas (00146)
Perilaku
o
Gelisah
Afektif
o
Gelisah
o
Berfokus pada diri sendiri

20

RELATED
FACTORS:

o
Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
Fisiologis
o
Peningkatan ketegangan
Simpatik
o
Anoreksia
o
Mulut kering
o
Peningkatan tekanan darah
o
Peningkatan denyut nadi
o
Peningkatan RR
o
lemah
Parasimpatik
o
Nyeri abdomen
o
Letih
Kognitif
o
Menyadari gejala fisiologis

1. Nyeri Akut
Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
2.Resiko Infeksi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk menelan makanan
Faktor psikologis
4. Ansietas
Perubahan dalam :
o Status ekonomi
o Lingkungan
o Status kesehatan
o Pola interaksi
o Fungsi peran
o Status peran
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi / kontaminan interpersonal

21

Penularan penyakit interpersonal


Krisis maturasi
Krisis situasional
Stress
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman pada :
o Status ekonomi
o Lingkungan
o Status kesehatan
o Pola interaksi
o Fungsi peran
o Status peran
o Konsep diri
Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial / penting
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan atau intervensi adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan

.
NIC
INTERVENSI

NOC
AKTIVITAS

OUTCOME

1.Manajemen nyeri

Level Nyeri

Def :

Lakukan

Def :

Reported pain : 5
Length
of
pain
episodes : 4
Restlesness : 5
Facial expressions

Mengurangi Nyeri atau

pengkajian nyeri

Kekuatan dari

menurunkan

secara

nyeri yang

level kenyamanan yang

komprehensif

diamati atau

diterima oleh pasien

termasuk lokasi,

nyeri

INDICATOR

ke

22

karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor

presipitasi.
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri

pasien
Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
Nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan

kebisingan
Kurangi faktor

presipitasi
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan

interpersonal)
kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan

intervensi
Berikan analgetik
untuk mengurangi

23

dilaporkan.

of pain : 5
RR : 5

nyeri
Evaluasi
keefektifan kontrol

nyeri
Tingkatkan
istirahat

2.Mengurangi

Perdarahan post

Infection saerity-

perdarahan : uterus

partum(seprti riwayat 0703

post partum

sebelum pendarahan

Def:

post partum,labor

Def:

lama induksi,pre

Saverity of

Membatasi kehilangan

eklamsi, tingkat

infection and

perdarahan dari uterus

kedua memanjang,
bantuan melahirkan,
kelahiran

symtoms

post partum

banyak,kelahiran
sesar atau pencetu s
kelahiran)
Dorong pengosongan
atau kateter kandung
kemih,observasi
karakteristik
lochia(seprti:wanna,p
embekuan dan
volume
Monitor warna
,tingkat kecemasan
dan nyeri pada ibu.

24

Fever :4
Pain : 4
Malaise :3

3.Manajemen nutrisi.
Def :
Membantu

atau

menyediakan

asupan

makanan dan cairan diet


seimbang

Status gizi
makanan Def :
kesukaan pasien
Tentukan
Tingkat
Ketahui

kemampuan pasien ketersediaan zat


untuk

Menjelaskan
komponen diet
bergizi adekuat : 3
Mempertahakan

memenuhi gizi untuk

memenuhi
kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan kebutuhan
nutrisi dan kalori metabolik

massa tubuh dan


badan dalam batas
normal : 4
Melaporkan tingkat

pada catatan asupan

energi yang adekuat :


3

4.Cemas-mengurangi
Def :
Meminimalkan

Anxiety level
Gunakan pendekatan Def :

kekhawatiran,

cemas

berlebih

atau

panik,

perasaan

kuat

bahwa

bahaya akan datang, atau


perasaan tidak nyaman

yang tenang dan pasti


Menyediakan
informasi yang aktual
tentang diagnosa ,
perawatan dan

prognosis
s/d sumber yang tidak Ciptakan suasana
jelas
dari
antisipasi
yang mendukung rasa
terhadap bahaya.

aman atau percaya


Dorong
pengungkapan
perasaan, persepsi
dan ketakutan
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan
kecemasan

25

Severity of
manifested
apprehension,
tension, or
uniasiness arising
from an
unidentifiable
source

Restlesness : 4
Facial tension : 4
Fatigue : 4

Tunjukan pada pasien


penggunaan relaksasi

3.4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu

guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan


3.5
EVALUASI KEPERAWATAN
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/
teratasi
Evaluasi dari diagnosa tersebut :
1.
2.
3.
4.

Rasa nyeri berkurang


Resiko infeksi dapat di atasi dengan baik sesuai keperawatan medis
Nutrisi terpenuhi
Pasien tidak cemas

26

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta dan juga Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada
traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38
derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman
anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi
rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban
pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi
yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa
menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat
memperburuk keadaan penderita.
4.2 SARAN SARAN
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1.
Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat
kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam
2.

berkomunikasi dengan klien.


Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan
diagnosa keperawatan

27

DAFTAR PUSTAKA

1.Greenhil JP Freidman EA.Biologic Principles and Modern Practice of


Obstetri,Asian Edition,W.B Sauders-Igaku shoin
,Philadelphia,London,Toronto,Tokyo,1974
2.Helman LM Pritchard JA.Williams Obstetric.14th Ed,Appleton-CenturyCroft,New York.971,1971
3.Hanafifa MJ Nahaban U. Kematian Bersalin di Medan.Naskah lengkap Kong
Obtet Ginek Indon pertama ,Jakarta,1970
4.Jasche RTh Ponkow O. Lenrburh der Gerburtshilfe,Zwete und Drite
Auflage,Verlag von Julious Spinger,Berlin,1923.
5.Kosasi ND.Pemeriksaan jenis kuman aerob pada persalinan 1979. Skripsi FKUI
Bagian Obstetri-Ginekologi,1979
6.Mochtar A,Martohoesodos S.kematian ibu di Rumah Sakit dr.Hasan Sadikin
Bandung.Naskah lengkap KongrObstek Ginec Indon.Pertama,Jakarta,28,1970
7.Manuaba IBG.Kematian bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat
Denpasar,Naskah Lengkap Kongr Obste,Ginec Indon kedua,Surabaya.181
1973

Anda mungkin juga menyukai