Anda di halaman 1dari 36

 

D. INFEKSI MASA NIFAS


Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa
nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada
waktu persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa
nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascasalin merupakan penyebab kematian ibu, terutama
setelah 2 jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu. Infeksi pada masa nifas diantaranya
yaitu Tromboflebitis dan Endometrisis. Tromboflebitis yaitu penjalaran infeksi
melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena
infeksi peurperalis, infeksi puerperalis yaitu infeksi nifas yang mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman ke dalam alat genetalia
wanita pada waktu persalinan dan nifas. Tromboflebitis yaitu suatu peradangan yang
disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Radang vena golongan 1 disebut
Pelviotromboflebitis atau tromboflebitis pelvis dan infeksi vena 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
Sedangkan infeksi nifas Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada
endometrium pada lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan
endometrium pada masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian
dan kecermatan dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan
maupun persalinan.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal
higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang
endometritis bagi ibu menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk membahas
tentang infeksi nifas mengenai endometritis.
1.  ENDOMETRITIS
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). Endometritis
adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G.,
1998). Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ). Endometritis adalah
infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim.
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke
miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan
nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common
nonobstetric pendahulunya dalam populasi. Endometritis dapat juga terjadi karena
kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus, retensi sekundinarum,
kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang sukar (distokia), perlukaan
yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan pada
kelahiran yang sukar.
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga Rahim.
Permukaannya terdiri atau selapis sel kolumnor yang bersilia dengan kelenjar
sekresimukosa Rahim yang berbentukinva ginasi ke dalam stroma selular.
(Sarwono,2008). Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium
yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis adalah infeksi
pada endometrium (lapisan dalam dari rahim) yang dapat terjadi sebagai
kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing
dalam rahim.

a. Klasifikasi
1) Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis
post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis
post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus. Pada endometritis akuta,
endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf
yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting
ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium
dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium,
ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis
akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan
uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus,
memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di
sekitarnya. Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri,
dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.
Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha
mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a) Demam
b) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar
lochea yang purulent.
c) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d)  Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.

2)  Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih
menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang
pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah
menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium
lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab
yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia.
Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki
riwayat kanker leher rahim atau kanker  endrometrium. Gejala endometritis kronis
berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta
kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
1) Pada tuberkulosis.
2) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4) Pada polip uterus dengan infeksi.
5) Pada tumor ganas uterus.
6) Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB
genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah
endometrium yang meradang menahun. Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa
tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang
menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam
uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan
darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika
yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau
polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
a. Flour albus yang keluar dari ostium.
b. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.

2) Tipe Endometritis
a. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
b. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
sintitial dan trofoblas yang banyak)
c. Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan
tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)
Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila
sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.
Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994). Menurut Varney, H.
(2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7. Kelahiran secara bedah.
8. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan
lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
A. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
B.     Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
C.     Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab
penting dari infeksi traktus urinarius.
D.    Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
     Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya
Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri  oportunistik spesifik seperti
Corynebacterium pyogenes,  Eschericia coli  dan Fusobacterium necrophorum
.Endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta
kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.

Penyebab Endometritis
Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila
sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang
lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus atau melahirkan. Infeksi endometrium dapat terjadi sebagai
kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut. Endometritis bisa juga
disebabkan oleh golongan streptococcus, staphylococcus, adakalanya basil
tuberculosis dan gonococcus. Endometritis adalah penyakit yang melibatkan
polymicrobial, rata-rata, 2-3 organisme. Dalam banyak kasus, hal itu timbul dari
infeksi menaik dari organisme yang ditemukan di vagina normal flora asli. Biasanya
terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus,
Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius, dan kelompok B Streptococcus. Chlamydia
telah dikaitkan dengan onset terlambat endometritis postpartum. Enterococcus
diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima
profilaksis cephalosporin.
Tanda dan Gejala Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :
1.      Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung
pada keparahan infeksi.
2.      Takikardia
3.      Menggigil dengan infeksi berat
4.      Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5.      Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6.      Subinvolusi
7.      Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8.      Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium
fisiologis
9.      Perdarahan pervaginam
10.  Shock sepsis maupun hemoragik
11.  Abdomen distensi atau pembengkakan.
12.  Abnormal pendarahan vagina
13.  Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14.  Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise).
2. VULVITIS

Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yang dapat menyerang
wanita dalam rentang usia berapa pun. Vulva merupakan lipatan kulit yang terletak di
bagian paling luar dari organ intim wanita, namun sering kali disalahartikan orang
awam sebagai vagina. Padahal vagina merupakan liang atau saluran yang terletak
lebih dalam setelah melewati vulva. Vulva terdiri dari 2 labia (bibir) mayora, 2 labia
minora, dan klitoris. Kulit vulva rentan mengalami iritasi karena suhu di daerah vulva
lembab dan hangat. Anak-anak perempuan yang belum mengalami pubertas dan
wanita postmenopause berisiko tinggi mengalami kondisi ini. Dalam usia tersebut,
wanita cenderung memiliki kadar hormon estrogen yang rendah sehingga jaringan
vulva menjadi lebih kering dan lebih tipis. Vulvitis menimbulkan gejala yang
bervariasi, tergantung dari penyebab peradangan pada vulva.Sangat disarankan untuk
tidak menggaruk alat kelamin apabila muncul rasa gatal, karena berisiko
menyebabkan iritasi berkembang menjadi infeksi.

Gejala-gejala vulvitis di antaranya adalah:

 Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.


 Keputihan.
 Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
 Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
 Bengkak dan merah di labia dan vulva.
 Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.

Perlu diingat bahwa gejala-gejala di atas bisa saja disebabkan oleh penyakit lain,
selain vulvitis. Untuk itu, konsultasikan kepada dokter bila Anda mengalami
sejumlah gejala di atas.

Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:


 Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus, atau
jamur. Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah herpes genital,
jamur candida, infeksi HPV, kutu kemaluan, dan skabies.
 Iritasi. Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkan iritasi, seperti tisu
toilet, sabun mandi, sampo, dan kondisioner yang mengandung parfum,
deodoran, bedak, semprotan organ intim, spermisida, serta pakaian dalam
yang bukan berbahan katun. Iritasi juga dapat terjadi setelah berenang atau
berendam di fasilitas umum, bersepeda, serta menunggang kuda.
 Penyakit kulit. Beberapa penyakit kulit yang dapat memengaruhi kesehatan
vulva, di antaranya adalah psoriasis, lichen planus, dan lichen sclerosus.
 Estrogen rendah. Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah,
seperti saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan peradangan
vagina akibat vagina menjadi kering.
 Vulvodynia. Seseorang yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa tidak
nyaman atau nyeri, seperti tersengat atau terbakar, yang bersifat kronis pada
area vagina dan vulva, tanpa adanya penyebab yang jelas.
 Kanker vulva. Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnya menyerang wanita
berusia di atas 60 tahun. Tandanya diawali dengan benjolan atau luka pada
vulva.

Pengobatan vulvitis bergantung pada kondisi yang menyebabkannya. Jika vulvitis


disebabkan oleh infeksi, maka pemakaian obat antibiotik atau antijamur menjadi
langkah pengobatan yang tepat. Dokter dapat meresepkan salep kortikosteroid untuk
digunakan beberapa kali dalam sehari. Salep ini dapat membantu mengurangi rasa
gatal dan iritasi pada vulva. Selain kortikosteroid, krim emolien dan
tablet antihistamin juga dapat digunakan untuk mengurangi gatal.

Dokter juga dapat menyarankan pemakaian krim, pessarium, atau tablet vagina
yang mengandung hormon estrogen, bila vulvitis disebabkan oleh kadar hormon
estrogen yang rendah. Bagi penderita vulvodynia, krim anestesi lokal dan tindakan
operasi bisa juga menjadi bentuk penanganan yang disarankan oleh dokter.
Selain lewat metode pengobatan vulvitis di atas, langkah-langkah berikut ini juga bisa
diterapkan untuk membantu mempercepat penyembuhan sekaligus mencegah
terjadinya vulvitis. Di antaranya adalah:

 Segera menghentikan kebiasaan yang dapat menyebabkan iritasi, misalnya


memakai pakaian yang terlalu ketat. Sebagai gantinya gunakan pakaian yang
agak longgar atau berbahan katun untuk memberikan udara pada organ intim.
 Segera mengganti pakaian dan celana dalam yang basah, baik setelah
berolahraga ataupun berenang.
 Hindari mencuci organ intim dengan sabun atau larutan yang mengandung
tambahan parfum.
 Membersihkan organ intim sekali dalam satu hari dengan air hangat.
 Untuk pemilihan alat kontrasepsi, hindari penggunaan kondom yang dilumasi
dengan spermisida.

Bentuk pengobatan vulvitis dipengaruhi sejumlah faktor, seperti riwayat kesehatan,


usia, penyebab penyakit dan gejala, serta toleransi terhadap obat-obatan tertentu.
Konsultasikan kepada dokter bila Anda mengalami gejala vulvitis, agar mendapatkan
pengobatan yang tepat. Vulvitis yang ditangani dengan baik bisa disembuhkan. Jika
tidak, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh, gatal-gatal pada
organ intim wanita atau pruritus pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur
dan mengurangi kualitas hidup. Selain itu, sikap cemas dan gangguan psikologis
lainnya dapat memicu terjadinya gangguan psikoseksual.

Pemeriksaan terhadap penyakit yang mendasari terjadinya vulvitis harus dilakukan


dengan seksama guna menghasilkan penanganan yang tepat. Karena tidak hanya akan
menyulitkan proses penyembuhan, penyebab vulvitis yang tidak terdeteksi dapat pula
berakibat fatal, misalnya kanker vulva.

3. Vaginitis
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan rasa gatal di vagina dan
keputihan. Keputihan yang dialami penderita vaginitis ini berbau tidak sedap. Vagina
terus menerus memproduksi cairan secara alami. Jumlah dan tekstur cairan vagina
tersebut bisa berubah-ubah sepanjang siklus menstruasi. Oleh karena itu, normal jika
seorang wanita mengalami keputihan, namun keputihan yang normal seharusnya
tidak berbau.

Vaginitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual. Kondisi ini perlu segera
ditangani, terutama pada ibu hamil, karena berisiko menyebabkan bayi terlahir
prematur atau lahir dengan berat badan yang rendah. Gejala vaginitis sangat beragam,
namun yang sering kali muncul adalah:

 Keputihan berwarna putih atau kuning kehijauan yang berbau tidak sedap


 Gatal di area vagina atau di sekitarnya, misalnya pada vulva atau labia
mayora.
 Kemerahan di sekitar vagina.
 Flek atau perdarahan dari vagina.
 Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks.

Segera periksakan diri ke dokter bila muncul gejala-gejala di atas, terutama bila:

 Gejala yang dialami terasa mengganggu.


 Gejala disertai demam, menggigil, dan nyeri panggul.
 Bergonta-ganti pasangan seksual.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian besar
kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Keberadaan bakteri di vagina
sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya seimbang. Vaginitis terjadi
ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di
vagina.

Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:


 Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.
 Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan pembersih
kewanitaan.
 Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes genital.
 Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya setelah
menopause atau setelah operasi pengangkatan rahim (histerektomi).

Faktor Risiko Vaginitis

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita menderita
vaginitis, yaitu:

 Bergonta-ganti pasangan seksual.


 Menderita diabetes yang tidak terkontrol.
 Melakukan vaginal douching atau membersihkan bagian dalam vagina.
 Sering mengenakan celana yang lembab atau ketat.
 Menggunakan KB spiral atau spermisida.
 Menggunakan produk pembersih kewanitaan.
 Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik atau kortikosteroid.
 Perubahan hormon akibat kehamilan atau konsumsi pil KB.

Diagnosis Vaginitis

Guna memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang
dialami pasien dan apakah pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

 Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
 Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.
 Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui
penyebab vaginitis.
 Pemeriksaan sampel jaringan.

Pengobatan Vaginitis

Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Secara umum,


pengobatan tersebut meliputi:

Pemberian obat antibiotik

Metronidazole dan clindamycin adalah antibiotik yang paling sering digunakan pada


vaginitis yang disebabkan oleh bakteri.

Pemberian obat antijamur

Vaginitis akibat infeksi jamur dapat diatasi dengan obat antijamur,


seperti miconazole,clotrimazole, atau fluconazole.

Terapi pengganti hormon

Terapi pengganti hormon digunakan untuk mengatasi vaginitis yang dipicu oleh


penurunan hormon estrogen.

Sedangkan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh iritasi atau alergi, dokter
akan menganjurkan pasien untuk menghindari pemicunya, misalnya sabun pembersih
vagina atau kondom berbahan dasar lateks. Selain itu, dokter juga dapat memberikan
obat-obatan untuk meredakan peradangan dan gatal.

Pencegahan Vaginitis

Vaginitis dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah sederhana di bawah ini:

 Bersihkan vagina dengan air tanpa menggunakan sabun, dan hindari


membasuh bagian dalam vagina.
 Selalu bersihkan vagina dari arah depan ke belakang setiap kali selesai buang
air, dan pastikan menyeka vagina hingga benar-benar kering.
 Hindari penggunaan benda yang bisa menyebabkan iritasi atau alergi pada
vagina, seperti pembalut yang mengandung pewangi atau sabun pembersih
vagina.
 Lakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan.
 Gunakan air hangat bila ingin berendam, jangan air yang terlalu panas.
 Pilih celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.
 Kontrol kadar gula darah bila menderita diabetes.

4. SALPINGITIS
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi. Tuba fallopi
perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya
infertitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi
ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secra permanen sehingga sel telur
yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat bertemu dengan seperma. Tanpa
penanganan yang cepat infeksi bisa terjadi secara permanen merusak tuba fallopi
sehingga sel telur yang dikeluarkan pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan
sperma
Tanda & gejala
Ada pun tanda gejala gejala dari salpingitis adalah :
a) Nyeri pada kedua sisi perut
b)  Demam
c)   Mual muntah
d) Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal
atau berbau.
e) Nyeri selama ovulasi.
f) Sering kencing
g) Lower back pain.
h) Disminorhoe

Penyebab gangguan
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasaya
menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu
salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea, 
Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan
oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan
(keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari
alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.

Patofisiologi
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertitas pada wanita.
Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan
menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak
bias membuahi sel telur.Radang tuba falopii dan radang ovarium biasanya biasanya
terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis
untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas
dari uterus, walaupun infeksi ini juga bias datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Ada dua jenis dari salpingitis :

·         Salpingitis akut : pada  salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak,
dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel
secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel pada bagian intestinal yang terdekat.
Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture
dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).

·         Salpingitis Kronis : Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi  ringan, dalam
waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala.
- Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri

ini bertambah pada gerakan.

- Kadang terdapat perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.

- Pada yang akut terdapat demam yang kadang disertai keluhan menggigil.

- Terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan

serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral

Terapi (treatment)

Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering


mungkin sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan
mikroorganisnya yang menginfeksi. Pasangan yang diajak hubungan seksual harus
dievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat, untuk mencegah komplikasi sebaiknya 
tidak melakukan hubungan seksual selama masih menjalani perawatan untuk
mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :

Antibiotik : untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85%dari


kasus.

Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui Intravena(infuse).

Pembedahan : dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya


resistan pada bakteri.

5. PERITONOTIS

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga


abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis atau kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan
dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang
melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak di dalamnya. Peritonitis sering
disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitar melalui perforasi usus seperti
rupture appendiks atau divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan
lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang
irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus atau empedu dari perforasi kantung
empedu atau laserasi hepar. Pada wanita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi
pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista ovari. Kasus
peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.

ETIOLOGI
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial Peritonitis
(SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen,
tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga
peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh
limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan
akibat penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin
tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang
rendah antar molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan
infeksi adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies
Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu
Streptococcus pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,dan golongan
Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.

Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau
nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga
peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna
bagian atas.

 Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan


terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ,
pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa
fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi
karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi
kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya
penyakit Crohn).

PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.

Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran


mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa
ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba
untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung,
tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.

KLASIFIKASI
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Peritonitis Bakterial Primer

1.      Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada


cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.
Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau
Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:

Spesifik : misalnya Tuberculosis.

2.      Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.


Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,
keganasan intra abdomen, imunosupresi dan splenektomi.

Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.

B. Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)

Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi


gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak
akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme
dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteri anaerob, khususnya spesies
Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan
infeksi.

Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu
peritonitis. Kuman dapat berasal dari:

a) Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam


cavum peritoneal.
b) Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan
oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
c) Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya
appendisitis.

Peritonitis tersier, misalnya:

Peritonitis yang disebabkan oleh jamur

Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan. Merupakan peritonitis


yang disebabkan oleh iritan langsung, seperti  misalnya empedu, getah lambung,
getah pankreas, dan urine.

Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:

a.       Aseptik/steril peritonitis
b.      Granulomatous peritonitis

c.       Hiperlipidemik peritonitis

d.      Talkum peritonitis

TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau
pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang
menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.

Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri


akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi
positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat,
penggunaan steroid, pasca transplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan
kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau
penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

KOMPLIKASI
1.      Eviserasi Luka (penonjolan keluar organ yang ada dalam rongga abdomen)

2.      Pembentukan abses

PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena
untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus
dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam
usus.

2.      Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
3.      Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti
apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.

PENGOBATAN
Prinsip umum terapi pada peritonitis adalah :

a)      Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara


intravena.

b)      Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam


pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan
waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal
ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.

c)      Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.

Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.


Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi
abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen
dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan
menyebabkan distress pernapasan.Terapi oksigen dengan kanula nasal atau
masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang
intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan. Tindakan bedah
mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.

Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat


apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada
ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase
pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit
radang  panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.
Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik
diberikan bersamaan. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-
tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan.
Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan
penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan. Pada sellulitis pelvika
dan pelvioperitonitis perlu diamati dengan seksama apakah terjadi abses atau
tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah
tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak
besar tidak sampai dilukai.

6. OOVARITIS
Infeksi ovarium (oovaritis) adalah suatu peradangan yang terjadi pada indung telur
(ovarium). Gangguan produksi sel telur dapat terjadi karena gangguan perkembangan
ovarium atau kerusakan ovarium akibat suatu infeksi. Penyakit tersebut merupakan
bagian dari suatu penyakit sistemik, misalnya penyakit infeksi lokal akibat bakteri
yang beredar di dalam sirkulasi darah. Oovaritis adalah proses peradangan di
ovarium, yang menyebabkan kerusakan pada sistem urogenital seorang wanita.
Pertimbangkan penyebab utama penyakit, gejala, metode diagnosis, metode
pengobatan dan pencegahannya. Oovaritis adalah penyakit yang sangat berbahaya
bagi sistem reproduksi wanita. Karena proses inflamasi di ovarium, pembengkakan
tuba falopi dimungkinkan terjadi. Patologi terjadi baik dalam satu ovarium,
menyebabkan oovaritis unilateral, dan keduanya (radang bilateral ovarium). Ketika
terjadi peradangan pada ovarium dan saluran tuba, maka kondisi ini disebut sebagai
salpingitis-oovaritis. Penyakit ini dapat memiliki etiologi spesifik dan penyebabnya
adalah agen penyebab penyakit seperti gonore, klamidia, tuberkulosis, trikomoniasis.
Dalam beberapa kasus, peradangan menyebabkan mikroflora patogen yang tidak
spesifik atau kondisional, yaitu streptokokus, stafilokokus, E. Coli atau kandida.
Untuk memprovokasi penyakit ini bisa berupa hipotermia, siklus haid, aborsi,
manipulasi bedah pada alat kelamin atau penggunaan alat kontrasepsi. Seringkali,
pembengkakan ovarium memiliki sifat sekunder, yaitu berkembang karena pendakian
infeksi dari rahim, saluran tuba atau kanal serviks. Dalam kasus yang jarang terjadi,
agen penyebab ooforit menembus kelenjar seks melalui getah bening dan darah.
Tanpa perawatan yang tepat waktu, infeksi menyebar ke tuba falopi, menyebabkan
penebalannya. Perubahan patologis pada ovarium secara negatif mempengaruhi
periadenixitis, dan akumulasi eksudat inflamasi menyebabkan akumulasi nanah dan
membentuk piovar. Penyebaran infeksi lebih jauh melampaui ovarium dan disertai
pelpioperitonitis.
1. Jenis-Jenis Oovaritis
a. Oovaritis Akut
Oovaritis akut dapat dengan mudah didiagnosis oleh karakteristik
simtomatologi pada tahap ini. Ada penyakit akibat infeksi.
Mikroorganisme dan bakteri ganas dapat memasuki organisme wanita:
staphylococci, streptococci, escherichia, mycobacterium tuberculosis
dan lain-lain. Gejala oovaritis akut:
1) Sensasi nyeri yang kuat di perut bagian bawah (dengan lokalisasi
satu sisi dan bilateral) dan punggung bawah.
2) Menyakitkan dan sulit buang air kecil.
3) Disfungsi ovarium.
4) Meludah dan mengeluarkan purulen dari vagina.
5) Meningkatnya suhu, insomnia, kelesuan, mudah tersinggung,
kelemahan umum.
6) Ketidaknyamanan dan rasa sakit saat melakukan hubungan seksual,
yang menyebabkan lenyapnya orgasme dan penolakan keintiman.
7) Sengatan dan pembesaran pelengkap.
Jalannya penyakit ini menyebabkan perubahan patologis pada
struktur tabung rahim, yang menyebabkan adhesi ke ovarium dan
pembentukan daerah meradang tunggal. Jika jaringan ovarium mulai
meleleh, massa purulen dilepaskan dari tabung rahim. Bahaya utama
penyakit ini dalam keracunan tubuh. Jika oovaritis akut memiliki sifat
sepihak, maka penyakit ini dapat dengan cepat menyebar ke ovarium
yang sehat. Dalam kasus ini, kita bisa membicarakan kekalahan
bilateral, yang cukup sulit diobati. Bahaya lain dari peradangan adalah
perkembangan infertilitas. Karena itu, tepat waktu penanganan
penyakit ini sangat penting. Mereka mengobati penyakit akut di rumah
sakit, karena bentuk ini berbahaya. Seorang pasien diperiksa dan diberi
antibiotik. Dalam proses pemulihan, prosedur fisioterapis dan
balneologi diresepkan untuk mencegah penyakit. Selain itu, seorang
wanita perlu secara teratur mengonsumsi vitamin kompleks dan
menggunakan supositoria vagina untuk mencegah terulangnya
penyakit atau peralihannya ke bentuk kronis.
b. Oovaritis kronis
Oovaritis kronis adalah proses peradangan berkepanjangan di
ovarium, yang terjadi melawan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Untuk waktu yang lama, penyakit ini tidak dapat dirasakan sendiri,
yaitu berlanjut tanpa tahap akut, namun menyebabkan konsekuensi
yang berbahaya bagi tubuh wanita dapat menyebabkan ketidaksuburan
dan adhesi di saluran tuba. Sangat sering patologi didiagnosis karena
fakta bahwa seorang wanita beralih ke dokter karena ketidakmampuan
untuk hamil atau siklus menstruasi yang tidak teratur. Gejala oovaritis
kronis:
1) Haid tidak teratur.
2) Sakit kusam dan nyeri di selangkangan dan perut bagian bawah,
yang mengintensifkan sebelum menstruasi, setelah hipotermia atau
pilek.
3) Ada keputihan biasa namun tidak melimpah.
4) Mengurangi atau benar-benar menghilang hasrat seksual.
5) Pada sertifikat seksual atau tindakan ada rasa sakit yang tajam.
6) Merasa lelah, mudah tersinggung, susah tidur.
7) Kurangnya kehamilan.
Karena ovarium adalah organ berpasangan, oovaritis bisa miring,
kanan, dan bilateral. Yang terakhir ini memiliki gejala kabur dan sulit
diobati. Pengobatan bentuk kronis penyakit ini bertujuan untuk
menghilangkan proses inflamasi dan sensasi yang menyakitkan,
memulihkan sifat protektif dari sistem kekebalan tubuh dan fungsi
tubuh dari sistem reproduksi wanita yang hilang. Sebelum dokter ada
tugas untuk menghilangkan oovaritis tidak saja, tapi juga disertai
kelainan (hormonal, gugup). Dengan eksaserbasi penyakit ini,
imunomodulator digunakan untuk mengembalikan kekebalan tubuh.
Efek terapeutik khusus memiliki campuran obat dan pengobatan
alternatif. Pengobatan alternatif menyarankan menggunakan kaldu
obat herbal, membuat bak mandi, jarum suntik dan tampon dari
mereka. Tahap pengobatan yang penting adalah menghilangkan
sensasi yang menyakitkan. Rasa sakit jangka panjang secara negatif
mempengaruhi keadaan sistem kardiovaskular dan saraf, memicu
saraf, kelelahan kronis dan mudah tersinggung. Sedangkan untuk
pengobatan antibiotik, mereka digunakan dalam kasus berikut: dengan
eksaserbasi peradangan, pada tahap subakut dan akut oovaritis.
Pembesaran oovaritis kronis terjadi sangat sering dan alasan utama
untuk ini adalah proses peradangan yang berlarut-larut dan sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Pengobatan eksaserbasi bentuk kronis
tidak berbeda dengan terapi bentuk akut penyakit. Paling sering,
penyakit memburuk sebelum menstruasi yang direncanakan. Seorang
wanita mengeluhkan sensasi yang menyakitkan di perut bagian bawah,
kelainan kencing, lendir yang melimpah atau pelepasan purulen dari
vagina, mudah tersinggung, malaises umum. Eksaserbasi gejala bentuk
kronis menggabungkan tanda-tanda stadium penyakit akut dan
subakut. Gejala utama eksaserbasi peradangan:
1) Gangguan periodik pada siklus menstruasi.
2) Nyeri parah saat bersenggama.
3) Nyeri di perut bagian bawah, pada selangkangan dan punggung
bagian bawah.
4) Meningkatnya kelelahan, mudah tersinggung, insomnia.
5) Meningkatnya suhu tubuh, menggigil, penyakit umum.
6) Pelepasan patologis dari indung telur.

Pengobatan eksaserbasi bentuk kronis penyakit dapat dilakukan


baik rawat jalan maupun di rumah sakit, tergantung pada tingkat
keparahan proses inflamasi. Jika proses tumor atau fokus supurasi
terdeteksi dengan oovaritis, maka intervensi bedah adalah wajib.
Tempat khusus diambil dengan terapi vitamin, perawatan fisioterapis
dan balneoterapi, yaitu metode pencegahan.

c. Oovaritis Sisi Kiri


Oovaritis sisi kiri menunjukkan adanya lesi pada satu indung telur.
Penyebab utama patologi adalah penyakit menular pada organ genital,
intervensi ginekologi, melemahnya imunitas, tekanan, hipotermia.
Penyakit ini menyebabkan sakit parah di perut bagian bawah. Dengan
oovaritis sisi kiri, rasa sakit dilokalisasi di sebelah kiri, wanita tersebut
mengalami demam yang sulit diturunkan, keputihan khas berasal dari
vagina. Selain itu, menstruasi bisa menyebabkan pendarahan, yang
disertai kelemahan umum dan peningkatan kelelahan. Peradangan
ovarium sisi kiri dalam banyak kasus memiliki sifat yang spesifik.
Artinya, penyebabnya bisa menjadi agen penyebab klamidia,
tuberkulosis, mikoplasmosis atau mikroorganisme nonspesifik yang
mengacu pada mikroflora oportunistik seperti E. Coli, staphylococci,
streptococci, candida.
Peradangan dapat memiliki bentuk akut, subakut atau kronis, yang
masing-masing ditandai oleh gejala dan kekhasan aliran. Dengan
oovaritis sisi kiri yang akut, wanita tersebut mengeluh sakit pada perut
bagian bawah, yang diberikan pada sakrum dan pinggang. Ada rezi
saat buang air kecil, mungkin ada kotoran purulen dan serous dari
saluran kelamin. Bentuk kronis penyakit ini ditandai dengan
eksaserbasi konstan dan remisi. Diagnosis lesi kiri ovarium dengan
pemeriksaan ginekologi, tes laboratorium dan pemeriksaan
bakteriologis. Jika indung telur membesar dan sensasi yang
menyakitkan timbul saat palpasi terjadi, pasien diberi pemeriksaan
ultrasound pada organ panggul, histersalpingoskopi dan laparoskopi
dengan pemeriksaan visual tuba falopi, ovarium dan rahim. Sangat
penting untuk mengidentifikasi oovaritis sisi kiri pada waktunya dan
memulai perawatan. Karena patologi dapat menyebabkan komplikasi
serius, yang secara negatif akan mempengaruhi fungsi reproduksi
wanita dan tubuh secara keseluruhan.
d. Oovaritis Sisi Kanan
Oovaritis sisi kanan adalah pembengkakan ovarium kanan, yang
menyebabkan perubahan patologis pada embel-embel. Seringkali
peradangan sisi kanan bingung dengan radang usus buntu, karena
kedua patologinya memiliki gejala yang sama. Wanita itu mulai nyeri
girdling tajam di perut bagian bawah, yang diberikan di punggung
bagian bawah. Penyakit ini terjadi karena infeksi dan mikroorganisme
berbahaya yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Dengan
demikian, tanpa bantuan medis tepat waktu, peradangan bisa
menyebar ke ovarium yang sehat, sekaligus mempengaruhi
pencernaan, endokrin dan sistem saraf pusat. Penyakit jangka panjang
bisa memicu kemandulan.
Peradangan pada ovarium kanan terjadi karena intervensi
ginekologi, aborsi, pengenalan alat kontrasepsi. Seringkali sistem
kekebalan tubuh yang melemah menjadi penyebab oovaritis.
Kurangnya kebersihan pribadi, kepatuhan terhadap diet ketat, sering
terjadi perubahan pasangan seksual dan konsumsi alkohol
menyebabkan radang pelengkap. Oovaritis sisi kanan ditandai dengan
nyeri parah di perut bagian bawah pada sisi kanan. Seorang wanita
mengeluh demam tinggi, kelelahan dan kelemahan berlebih, keputihan
dan pendarahan abnormal. Penyakit ini menyebabkan gangguan pada
siklus menstruasi, nyeri saat bersenggama. Pengobatan bentuk akut
penyakit terjadi di rumah sakit, dan oovaritis kronis dirawat sebagai
pasien rawat jalan. Pasien diberi resep supositoria, antibiotik, prosedur
fisioterapi. Kondisi yang sangat diperlukan untuk pemulihan adalah
perawatan istirahat yang lengkap, penggunaan obat restoratif dan
peningkatan sifat pelindung sistem kekebalan tubuh.
e. Oovaritis Kedua Sisi
Oovaritis dua sisi adalah peradangan pada kedua indung telur
segera. Penyebab patologi ini tidak berbeda dengan faktor yang
memprovokasi lesi sepihak pada gonad. Gejala utamanya adalah nyeri
pada selangkangan, perut bagian bawah dan punggung bagian bawah,
yang intens. Selain itu, dari vagina ada pelepasan patologis, mungkin
ada pendarahan uterus di antara menstruasi, serta insomnia, kelemahan
umum dan gangguan buang air kecil.
Bedakan bentuk inflamasi bilateral akut ovarium, subakut dan
kronis. Patologi berbeda dalam tingkat keparahan gambaran klinis dan
pendekatan pengobatan. Two-sided oovaritis berkembang dari
kekalahan satu sisi ovarium. Dalam kasus ini, mikroorganisme
patogen berpindah dari tuba falopi melalui kuda perut. Jika ada infeksi
simultan ovarium dan rongga rahim, penyakit ini disebut
salpingoovaritis. Penyebab utama oovaritis adalah infeksi seksual atau
mikroorganisme yang merupakan bagian dari mikroflora normal.
Dalam kasus ini, faktor yang memprovokasi untuk eksaserbasi
penyakit adalah hubungan seksual tanpa kondom, hipotermia,
penurunan sifat protektif sistem kekebalan tubuh, proses menular di
tubuh, syok emosional dan saraf.
Gejala peradangan bilateral mirip dengan salah satu ovarium. Jika
penyakitnya mengambil bentuk kronis, maka dengan eksaserbasi ada
sensasi yang menyakitkan di perut bagian bawah, yang diiradiasi ke
daerah punggung bawah dan selangkangan. Selain itu, wanita tersebut
memiliki debit yang tidak biasa dari vagina dan gangguan disurik.
Penyakit ini menyebabkan pelanggaran siklus haid, nyeri setelah
berhubungan seks, aktivitas fisik dan penurunan gairah seksual. Dalam
proses diagnosis, oovaritis bilateral menyebabkan pembengkakan
ovarium dan munculnya abses, yang diincar sebagai segel kecil.
Seorang wanita diberikan laparoskopi untuk menentukan stadium
patologi, serta lokalisasi fokus peradangan. Jika perlu, tusukan dan
pemberian obat. Pengobatan ini bertujuan untuk menghilangkan
keracunan pada tubuh dan memperlemah proses inflamasi. Jika
oovaritis pada tahap akut, maka persiapan antibiotik dari spektrum
aksi yang luas digunakan untuk terapi. Selain itu, pasien diberi resep
anestesi, imunostimulan dan vitamin kompleks untuk melawan infeksi.
Jika penyakitnya kronis, perawatannya dilakukan dengan obat anti-
inflamasi dan satu set prosedur fisioterapi.
2. Penyebab Oovaritis
Faktor utama yang berkontribusi terhadap perkembangan oovaritis:
a. Infeksi kronis di tubuh.
b. Penyakit sistem endokrin.
c. Gangguan pada sistem genitourinari.
d. Situasi stres dan overfatigue (menyebabkan penurunan sifat protektif
imunitas).
e. Subcooling tubuh.
f. Tidak adanya pasangan seksual tetap.
g. Promiscuit
h. Hubungan seks tanpa pelindung.
i. Merokok (zat berbahaya dan beracun menembus tubuh, secara kardiak
mengubah komposisi lendir, yang menyebabkan pembentukan gabus
serviks, yang mengurangi sifat perlindungan dari sistem kekebalan
tubuh dan tidak melindungi tubuh dari infeksi alat kelamin).
Oovaritis dapat muncul karena patogen seperti gonore,
mycoplasmosis, klamidia, tuberkulosis, staphylococcus, streptococcus, E.
Coli dan mikroorganisme berbahaya lainnya. Meredakan eksaserbasi
peradangan pada ovarium bisa mengetuk hipotermia, penggunaan spiral
intrauterine, aborsi, menstruasi, persalinan. Dalam kebanyakan kasus,
penyakit ini sekunder, yaitu infeksi berasal dari organ lain atau melalui
darah dan getah bening.
3. Gejala Oovaritis
Gejala oovaritis bergantung pada tahap proses patologis. Palpasi dan
ultrasound digunakan untuk menentukan stadium penyakit. Dengan
bantuan diagnostik, dimungkinkan untuk menimbulkan bengkak,
perubahan jaringan dan nyeri ovarium. Patologi akut, subakut dan kronis.
Dalam kasus ini, setiap tahap memiliki ciri khas aliran dan gejalanya. Jika
peradangan akut, maka ada gejala:
a. Demam tinggi, kelemahan umum, menggigil.
b. Gangguan pada saluran cerna.
c. Otot dan sakit kepala.
d. Menyakitkan buang air kecil.
e. Penampilan cairan purulen dari vagina.
f. Perdarahan rahim yang memprovokasi perkembangan disfungsi
ovarium.
g. Rasa sakit yang intens di perut bagian bawah, baik unilateral maupun
bilateral.
h. Rasa sakit tajam saat bersenggama.
Oovaritis akut dapat dideteksi dengan pemeriksaan ginekologis.
Ovarium secara signifikan membesar karena radang dan pembengkakan,
nyeri pada palpasi. Perkembangan bentuk akut memerlukan rawat inap
segera dengan perawatan di rumah sakit. Dengan diagnosis tepat waktu
dan perawatan yang tepat, oovaritis akut dapat disembuhkan sepenuhnya.
Jika penyakitnya mengambil bentuk kronis, maka simtomatologi berikut
muncul:
a. Pelanggaran siklus menstruasi.
b. Sensasi sensasional di perut bagian bawah saat melakukan hubungan
seksual.
c. Kambuh penyakit secara teratur akibat kerja paksa, hipotermia atau
penyakit menular.
d. Sakit kusam dan nyeri pada selangkangan dan vagina, mengintensifkan
sebelum menstruasi dan dengan latar belakang berbagai penyakit.
e. Persistent discharge (keputihan) sedikit karakter.
f. Kurangnya kehamilan dengan usaha rutin untuk hamil.

Bentuk kronis adalah sifat laten dan merupakan oovaritis akut yang
terabaikan. Diagnosa patologi paling sering saat mencari penyebab
ketidaksuburan atau gangguan siklus haid. Saat mencoba meraba
pelengkap, sensasi menyakitkan muncul. Ovarium secara substansial
membesar dalam ukuran, padat konsistensi, terletak di belakang rahim.
Oovaritis kronis menyebabkan gangguan pada keadaan neuropsikologis
wanita: tidur yang buruk, penurunan kinerja, mudah tersinggung, cepat
lelah. Dalam beberapa kasus, tahap ini bisa berkembang tanpa bentuk
akut. Jadi, sejumlah penyakit, menular seksual, tidak bergejala dan
menyebabkan radang ovarium, yaitu oovaritis. Jika patologi mengambil
karakter yang berlarut-larut, maka ini memerlukan perubahan pada tuba
falopi, yang menyebabkan penyumbatannya. Ada infertilitas fungsional
sekunder dan adhesi di sekitar ovarium.
4. Pencegahan Oovaritis
Oovaritis mungkin tidak dapat dicegah secara sepenuhnya, tetapi
mempraktikkan aktivitas seks yang aman dapat membantu mengurangi
risiko infeksi oovaritis. Selain itu juga harus melakukan pemeriksaan rutin
ke fasilitas kesehatan. Pemeriksaan rutin dapat membantu untuk
mendeteksi jika terdapat gangguan pada organ reproduksi yang dapat
berpotensi menyebabkan oovaritis, karena jika mendapat pengobatan dini,
oovaritis dapat disembuhkan dan tidak akan menyebabkan komplikasi
apapun, tetapi jika tidak diobati, oovaritis dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada organ reproduksi khususnya ovarium.
5. Pengobatan Oovaritis
Pengobatan patologi dimungkinkan setelah diagnosis banding lengkap.
Terapi tergantung pada stadium penyakit (kronis, akut, subakut), penyebab
proses inflamasi dan gejala khas. Bentuk akut penyakit hanya diobati di
rumah sakit. Terapi dimulai dengan istirahat di tempat tidur dan
menerapkan kompres dingin ke perut bagian bawah. Pasien diberi resep
agendesensitizing dan anesthetizing, antibacterial, restorative medications.
Tahap subakut penyakit ini diobati dan juga akut, namun di samping
prosedur fisioterapi juga ditentukan. Bentuk kronis oovaritis diobati
panjang dan agak sulit. Peradangan dimulai dapat menyebabkan
komplikasi serius yang memerlukan intervensi bedah. Pasien didiagnosis
sepenuhnya dan membentuk pengobatan individual.
Terapi terdiri dari pengobatan dan prosedur fisioterapi. Sedangkan
untuk fisioterapi, pasien dapat diberi resep elektroforesis, hirudotherapy,
magnetoterapi, pijat ginekologi, terapi laser dan metode lainnya.
Perlakuan semacam itu mengurangi risiko perlekatan dan penyumbatan
saluran tuba. Teknik pengendalian nyeri, seperti fisioterapi dan
akupunktur, mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang secara
negatif mempengaruhi fungsi tubuh. Jika ada eksaserbasi peradangan,
maka obat imunomodulasi diresepkan untuk mempertahankan kekuatan
pelindung.Tujuan utama pengobatan ini adalah untuk memberikan efek
antiinflamasi dan antimikroba, mengembalikan fungsi organ genital,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghilangkan penyimpangan
pada sistem hormonal, saraf dan vaskular tubuh. Seringkali menggunakan
metode pengobatan dan pengobatan herbal alternatif, yang digunakan
untuk pencegahan oovaritis. Terapinya panjang, tapi harus diakhiri. Jika
penyebab penyakit tersebut adalah infeksi menular seksual, pasangan
tersebut diresepkan secara bersamaan untuk menghindari perkembangan
infertilitas atau prostatitis. Perlu diketahui bahwa selama masa perawatan,
aktivitas seksual tidak disarankan.
a. Pengobatan dengan Antibiotik
Pengobatan oovaritis dengan antibiotik cukup menjadi masalah
yang mendesak, sehingga rasionalitas penggunaan obat ini tergantung
pada bentuk penyakitnya. Obat-obatan dari kelompok ini digunakan
untuk relaps peradangan kronis dan dengan menguatnya proses
patologis di ovarium. Antibiotik membantu eksaserbasi, serta
dikombinasikan dengan fisioterapi dan terapi restoratif umum. Agen
penyebab penyakit ini bisa berupa bakteri seperti E. Coli, chlamydia,
ureaplasma, staphylococcus dan streptococci dan mikroorganisme
lainnya yang merupakan bagian dari mikroflora normal vagina. Pilihan
antibiotik tergantung pada sensitivitas tubuh terhadap obat. Untuk ini,
kultur bakteriologis dilakukan dan jenis patogen ditentukan. Jika
stadium akut penyakit ini tidak digunakan antibiotik berdasarkan
sulfonamida, maka bisa digunakan untuk menghilangkan peradangan
kronis dan rekuren. Pertimbangkan obat populer untuk pengobatan
oovaritis. Agen antibakteri yaitu: Azitromisin, Amoxiclav,
Hexamethylenetramine, Urotropin, Gentamicin, Doksisiklin,Yunidox
Solutab, Doksibene, Klindafer, Dalatsin, Metrik, Flagyl, Trichopol,
Nevgramon, Ofloxacin, Rulid, Cefotaxim, Ceftriaxon, Cephacon,
Ciprofloxacin, Microflex dan Afenoksin.
Selain antibiotik, pengobatan melibatkan penggunaan obat
penghilang rasa sakit, seperti: Asam asetilsalisilat, Aspirin, Asalgin,
Analgin, Nospaz, Smazmalgon dan lain-lain. Terapi harus mencakup
kompleks vitamin, untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan
mengembalikan sifat pelindung tubuh: vitamin C (Celascon, Redoxon,
UUPSA C), vitamin E dan rutin. Perhatikan bahwa semua obat
antibiotik dipilih secara terpisah untuk setiap pasien. Untuk melakukan
ini, dokter melakukan analisis bakteriologis terhadap apusan dari
vagina dengan sensitivitas patogen terhadap berbagai obat. Mengambil
antibiotik tanpa analisis ini dilarang, karena pengobatan semacam itu
tidak hanya akan sia-sia saja, tapi juga membahayakan tubuh.
b. Melepas Alat Kontrasepsi
Melepas alat kontrasepsi IUD bila penderita tidak membaik setelah
beberapa hari. Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain,
pasangan seksual juga disarankan untuk melakukan tes serta
melakukan pengobatan walaupun tidak mengalami gejala yang sama
serta dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama
proses pengobatan berlangsung.
c. Operasi
Oovaritis yang berada pada tahapan yang serius dapat ditangani
dengan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi atau
pengangkatan ovarium atau ooforektomi. Prosedur ini dilakukan jika
pemberian antibiotik tidak efektif menyembuhkan infeksi.
Daftar Pustaka
Asih, Yusari dan Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Trans Info
Media: Jakarta
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: Selemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Ahli Medis Artikel. 2018. Oovaritas. Diakses tanggal 21 September 2019
http://id-m.iliveok.com/health/ooforit-109429i15953.html
Lusa Afkar. 2011. Infeksi Masa Nifas dan Penangannya. Diakses pada tanggal 21
September 2019
http://lusa.afkar.id/infeksi-masa-nifas-dan-penangannya

Anda mungkin juga menyukai