Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan
oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari
hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu
makan, dan kehilangan libido.
Tingkat keparahan depresi post partum bervariasi. Keadaan ekstrim yang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung
sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby blues/
maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis /
psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut
terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post
partum / neurosa post partum” . (Regina , 2011).
B.     Post Partum Blues (Baby Blues Syndrome).  

1.      Pengertian Post Partum Blues.


Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti
kemunculan kecemasan, labilitas persaan dan depresi pada ibu . Diperkirakan
hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau
post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
2.      Gejala Post Partum Blues.
Adapun  gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering
menangis , mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan,
cenderung  menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan  gangguan nafsu makan,
kelelahan, mudah sedih, cepat marah, mood mudah berubah, cepat menjadi sedih
dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan
bayinya, perasaan bersalah dan sangat pelupa.
3.      Faktor Penyebab Post Partum Blues. 
Faktor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari
dalam dan luar individu,misalnya:  ibu belum siap mengahadapi
persalinan;  adanya perubahan hormone progesterone yang ketika masa kehamilan
meningkat kemudian turun secara tiba-tiba pasca persalinan, payudara
membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh;
ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas; Ketidak
mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks;
Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi. Kecukupan dukungan dari
lingkungan (suami,keluarga dan teman) apabila suami mendukung kehmilan ini,
apakah suami mengerti perasaan istri, keluarga dan teman memberikan dukungan
fisik dan moril. Strees dalam keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk ,
persoalan dengan suami, problem dengan mertua stress yang di alami wanita itu
sendiri misalnya ASI tidak keluar , frustasi karena bayi tidak mau tidur. Kelelahan
pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu, rasa memiliki bayi
yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya;  problem anak,
setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional.

4.      Penanganan Post Partum Blues. 


Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen - momen lainnya.
Para ibu yang mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya, antara lain :
a.       Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di
ungkapkan.
b.      Bicarakan rasa cemas yang di alami.
c.       Bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah
melahirkan.
d.      Bersikap fleksible dan tidak terlalu perfeksionis  mengurs bayi dan rumah
tangga.
e.       Belajar tenang dan menarik nafas panjang meditasi.
f.       Kebutuhan istrahat yang cukup ,tidurlah ketika bayi sedang tidur.
g.      Berolhraga ringan.
h.      Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
i.        Dukungan tenaga kesehatan.
j.        Dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama ibu.
k.      Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat
meminimalisir   factor risiko lainnya dan melakukan pengawasan
5.      Klasifikasi Post Partum Blues. 

Post Partum Blues bisa dikelompokkan menjadi :


a.      Ringan.
Post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru di
mengerti sebagai suatu sindroma  gangguan efek ringan yang sering tampak pada
minggu pertama setelah persalinan.
Post Partum Blues Ringan ditandai dengan gejala : Reaksi depresi  / sedih /
disporia; sering menagis, mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan.
b.      Berat.
Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non piskotik pada kehamilan
namun umumnya trejadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.
Gejala - gejala Depresi Berat  : 

a. Perubahan pada mood.


b. Gangguan pada pola tidur.
c. Perubahan mental dan libido.
d. Dapat pula muncul pobia.
e. Ketakutan akan penyakit diri sendiri atau bayinya.
f. Depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang
pernah mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami menstrual
sindrom.
g. Kemungkinan rekuren pada kehamilan berikutnya.

Penatalaksanaan Depresi Berat, diantaranya :


a. Dukungan keluarga dan sekitar .
b. b.Terapi psikologis dari psikiater dan psikolog.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan ( hati- hati
pemberian depresan pada wanita hamil dan menyusui ).
d. Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya jangan di tinggal sendirian
dirumah jika di perlukan lakukan perawatan  di RS.
e. Tidak di anjurkan untuk rooming in atau rawat gabung dengan bayinya .
6.      Pencegahan Terjadinya Post Partum Blues.  

a. Persiapan diri yang baik.


Artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat di perlukan
sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi
resiko terjadinya depresi post partum .
Kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca artikel atau buku
yang ada kairannya dengan kelahiran , mengikuti kelas prenatal, bergabung
dengan kelompok senam hamil . Ibu dapat memperoleh banyak informasi yang
diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap dan hal traumatis yang
mungkin mengejutkan dapat di hindari.   
b. Olahraga dan nutrisi yang cukup.
Dengan olah raga dapat  menjaga kondisi dan stamina sehingga dapat membuat
keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan makanan maupun
minum sangat penting pada periode post partum.
c. Support  mental dan lingkungan sekitar. Dukungan ini tidak hanya dari suami
tapi dari keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
d. Ungkapkan apa yang dirasakan.
Ibu post partum jangan memendam perasaan sendiri . Jika mempunyai
masalah  harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang terdekat .
e. Mencari informasi tentang depresi post partum.
Informasi tentang depresi post partum yang kita berikan akan sangat bermanfaat
sehingga ibu mengetahui factor –faktor pemicu sehingga dapat
mengantisifikasi  atau mencari bantuan jika mengahdapi kondisi tersebut.
f. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak , membersihkan rumah dan
pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu melupakan gejolak emosi yang
timbul pada periode post partum.

C.    Depresi Post Partum. 

1.      Pengertian Depresi Post Partum.


Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar - benar tidak berdaya dan merasa
serba kurang mampu, tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi
dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan
itu. Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama
saja tetapi di samping itu, ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu. Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa
aja, tetapi terutama orang - orang usia tengah baya (usia 35-50 tahun). Misalnya
gagalnya mencapai sasaran - sasaran yang telah di rencanakan anak-anak mulai
meningalkan rumah dan lain - lain, semua ini bisa menyebabkan depresi.
Menurut catatan psikiater orang - orang yang menikah lebih banyak
mengalami depresi dari pada yang  yang tidak menikah. Para ahli mengatakan hal
ini di sebabkan oleh konflik - konflik interpersonal yang timbul dalam relasi yang
dekat didalam perkawinan. Di samping itu perempuan dua kali lebih banyak di
diagnosa sebagai mengalami depresi dari pada laki-laki penyebab masih belum di
ketahui dengan pasti.
Apakah mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah menyatakan
perasaanya atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress sosial karena
tidak berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
2.      Predisposisi Depresi Post Partum. 

Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah


a.       Ada di dalam keluara penderita penyakit mental .
b.      Kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman.
c.       Kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat.
d.      Kesulitan selama persalinan dan melahirkan
e.       Merasa terasing dan tidak mampu.
f.       Masalah / perselisihan perkawinan atau keuangan.
g.      Kehamilan yang tidak di inginkan.

3.      Etiologi / Penyebab Depresi Post Partum. 


Penyebab kesedihan atau depresi atau sehabis melahirkan tidak jelas.
Penurunan tingakt hormon yang tiba-tiba,terutama sekali estrogen dan
progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir sebelum kehamilan lebih mungkin
berkembang ke dalam depresi post partum wanita yang telah memiliki depresi
sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau bidan mengenal hal
tersebut selama kehamilan. Depresi juga merupakan sebuah penyakit yang
berlangsung di dalam sebuah keluarga.Kadangkalah tidak jelas penyebab dari
depresi itu sendiri.
Faktor penyebab depresi post partum di sebabkan oleh  4 faktor yaitu
sebagai berikut :
a.      Faktor Konstitusional.
Ganguan post partum berkaitan dengan status paritas riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Primipara
lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada
dalam proses adaptasi,kalau dulu hanya memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir
jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus
tetap di rawat.
b.      Faktor Fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya ganguan mental slama
2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik di hubungkan dengan kelahiran
pertama merupakan faktor penting.
Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama 2
hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh
pada keseimbangan.Kadang-kadang progesteron naik dan estrogen menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan penyebab yang sudah pasti.
c.       Faktor Psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi
dua induvidu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian pesikologis
induvidu. Klaus dan kennel mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan
masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d.      Faktor Sosial.
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering
menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
4.      Klasifikasi Depresi Post Partum.
Ada 3 tipe Depresi Post Partum diantaranya yaitu :
a.      Depresi Ringan (Kemurungan).
Inilah tipe depresi yang paling umum. Biasanya singkat dan tidak terlalu
mengangu-mengangu kegiatan-kegiatan normal.
b.      Depresi Sedang / Moderat (perasaan tak berpengharapan).
Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih
lama berakhir.
c.       Depresi Berat (terpisah dari realita).
Kehilangan interesdari dunia luar dan perubahan tingkah laku yang serrius
dan berkepanjangan merupakan karakteristiknya.
5.      Karakteristik Depresi Post Partum.
Karakteristik depresi post partum diantaranya :
a.       Mimpi Buruk.
Kebiasaannya terjadi sewaktu tidur karena mimpi yang menakutkan individu
itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
b.      Insomnia.
Timbul sebagain gejala suatu ganguan lain seperti kecemasan dan
depresi  ganguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
c.       Phobia.
Rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat
di hilangakan atau ditekan oleh pasien,biarpun di ketahuinya irasional
adanya.
d.      Meningkatkan Sensifitas.
Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan
pembiasaan diri.
e.       Perubahan Mood.
Menyatakan bahwa depresi post partum muncul dengan gejala - gejala
sebagai berikut :
Kurang nafsu makan, sedih, murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan , insomnia, enorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak dll.
6.      Pencegahan Depresi Post Partum.
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor resiko terjadinnya ganguan
psikologis pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post partum).
Hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi faktor resiko yaitu :
a. Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan,maupun profesional
selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah depresi.
b. Mencari tahu tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil
yang bru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali dan di
tangani segera.
c. Konsumsi makanan sehat,istirahat cukup dan olaraga minimal 15 menit
perhari dapat menjaga suasana hati tetap baik.
d. Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan.
e. Mempersiapkan diri secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang
kehamilan dan persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita lain yang
pernah melahirkan dapat mermbantu menguranggi ketakutan.
f. Menyiapkan seseorang untuk membantu keperluan sehari-hari (memasak
membersihkan rumah,belanja dll).

D.    Psikosis / Psikosa Post Partum. 


1.      Pengertian Psikosis Post Partum.
a. Psikosa Post Partum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai
dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality )
yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan.
b. Psikosa Post Partum Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul
akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan
gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu,
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat
terganggu.
c. Psikosa Post Partum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6
minggu setelah melahirkan.

Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu : 


a.      Psikosa Fungsional.
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan,
bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam
kehidupan seseorang.
b.      Psikosa Organic.
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-
sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa
seseorang.

2.      Faktor Resiko Psikosa Post Partum.


Faktor  Resiko Psikosa Post Partum, diantaranya :
a. Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia.
b. Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia.
c. Berulang pada 20 – 50 % kasus.
d. Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
e. Skizofrenia : gejala - gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran
fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
f. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif
seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar.
g. Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri,
apati, dan perawatan diri yang buruk.
h. Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia
memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis postpartum. 
i. Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga psikosis, gangguan
bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk
mengembangkan gangguan tersebut.  Additonally, wanita yang telah
memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan
50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.
3.      Etiologi atau Penyebab Psikosa Post Partum.
a. Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau
etnik ).
b. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik
bayi ).
c. Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat
mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll ).
d. Faktor keturunan.
e. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
f. Perubahan hormonal yang cepat.
g. Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
h. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan
orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
i. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan.
j. Merasa terisolasi.
k. Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu
masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
l. Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau
masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita
tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
4.      Epidemiologi  dan Anamnesis Psikosa Post Partum.
a.      Epidemiologi Psikosa Post Partum.
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala psikosis
post partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum.
b.      Anamnesis Psiko Post Partum.
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul
dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang
elasi. iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah
teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banyak
bicara, loncat gagasan / flight of idea, kurang tidur), halusinasi, waham,
kebingungan, kurangnya tilikan.
5.      Patofisiologi Psikosa Post Partum. 

Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia


produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya
sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian
tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses
berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang
merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca
persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus
mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya.
Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu
yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan
jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan
anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pasca persalinan bukan suatu
sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara
lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini
dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan.
Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun
setelah melahirkan. Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat,
berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan
diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan
membunuh bayinya.
Gangguan non psikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian
menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau
disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan
adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan. Umumnya
gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.

6.      Tanda dan Gejala Psikosa Post Partum. 


a.      Gejala Awal.
Gejala Awal ditandai dengan :
a. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa.
b. Sulit tidur atau imsomnia.
c. Sering menangis.
d. Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan.
e. Merasa Letih dan lelah.
f. Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan.
g. Mudah tersinggung / labil.
h. Sakit kepala.
i. Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba - tiba.
j. Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya.
k. Menolak makan dan minum.
b.      Gejala Lanjutan.
Gejala Lanjutan di tandai dengan :
a. Curiga berlebihan.
b. Kebingungan.
c. Sulit konsentrasi.
d. Bicara meracau atau inkoheren.
e. Irasional.
f. Pikiran obsesif ( pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang ).
g. Agresif.
h. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran).
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi
tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa
postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri
sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah :
a. Delusi.
b. Halusinasi.
c. Gangguan saat tidur.
d. Obsesi mengenai bayi.
c.       Gejala Klinik.
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara
drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu
singkat.
Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas, sering
menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri
dada, jantung berdebar - berdebar serta nafas terasa cepat.
7.      Penanganan dan Pencegahan Psikosa Post Partum. 

a.      Penanganan Psikosa Post Partum.


Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah
kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti
antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu
dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama
suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu
terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
b.      Pencegahan Psikosa Post Partum. 

Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari


ancaman Depresi dan Psikosa Post Partum, yaitu :
1.      Pelajari Diri Sendiri.
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga
ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera
mendapatkan penanganan yang tepat.  
2.      Tidur dan Makan yang Cukup.
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3.      Olahraga.
Olahraga Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat
ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
4.      Beritahukan Perasaan Ibu.
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera
beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5.      Dukungan dari Keluarga dan Orang - orang Terdekat.
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum
sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu
setiap ada kesulitan.
6.      Persiapan Diri dengan Baik.
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-
buku yang dibutuhkan.
7.      Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga.
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil,
bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
8.      Dukungan Emosional.
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat
mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan
yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
8.      Penatalaksanaan, Pengobatan, Komplikasi, dan Prognosis Psikosa Post
Partum.
a.       Penatalaksanaan Psikosa Post Partum.
Post partum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu
memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit
kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang
tentang disorder-nya, mereka kadang - kadang membutuhkan pasangan atau
anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan
medis yang mereka butuhkan.
Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis
dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas. Banyak wanita yang juga
dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok.
Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari
kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya
harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan
psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk :
1. Beristirahat cukup.
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru.
4. Bersikap fleksible.
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat.
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Tatalaksana juga dapat berupa :
1. Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi).
2. Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi).
3. Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika
menyusui).
b.      Pengobatan Psikosa Post Partum.
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain, maka
penderita harus :
1. Dirawat di rumah sakit.
2. Memberikan atau mengkonsumsi Obat - obatan anti psikotik, anti
depressan dan anti ansietas.
c.       Komplikasi Psikosa Post Partum.
Komplikasi Psikosa Post Partum, diantaranya :
1. Bunuh diri.
2. Penelantaran anak.
3. Pengasuhan yang tidak sesuai.
4. Berpikir untuk menyakiti.
5. Pembunuhan bayi.
d.      Prognosis Psikosa Post Partum.
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang
berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang.
E.     Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
h. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
DAFTAR PUSTAKA

Edwar, Erwin. 2018. Gangguan Psikologi Ibu pada Masa Nifas. [Internet] dikutip
pada tanggal 13 Desember 2019 pukul 14.59 pada
http://www.erwinedwar.com/2018/05/gangguan-psikologi-ibu-pada-masa-nifas.html

Wikipedia. 2019. Depresi Post Partum. [Internet] dikutip pada tanggal 13


Desember 2019 pukul 15.09 pada http://www.erwinedwar.com/2018/05/gangguan-
psikologi-ibu-pada-masa-nifas.html

Tarsikah, Naimah, dkk. 2015. LIFE EVENTS, SELF ESTEEM DAN SINDROMA DEPRESI
POST PARTUM. ISSN 2460-0334

Anda mungkin juga menyukai