PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari endometriosis
1.3.2 Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala endometritis
1.3.3 Untuk mengetahui penyebab endometriosis
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari endometriosis
1.3.5 Untuk mengetahui klasifikasi endometritis
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi endometriosis
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosis endometriosis
1.3.8 Untuk mengetahui diagnosis banding endometriosis
1.3.9 Untuk mengetahui penanganan endometriosis
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.3 Penyebab
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa
teori yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba
pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium,
namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi
jaringan endometrium (Mansjoer, 2001).
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan
menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan
kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda
penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut
teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada
saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.
2.1.4 Patofisiologi
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari
saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat
4
diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh
kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis
dicirikanoleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma
endometrium.Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan
ginekologi prosedur invasif adalah prekursor – prekursor yang paling umum
untuk endometritis akut.
Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling
umum. Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan
dengan produk- produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif
aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan
infeksi(misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran
perangkatintrauterine.
2.1.5 Klasifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim
disebut Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true
endometriosis”
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam
uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding
belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.
5
2.1.6 Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom
atau ureter.
2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
Sumber: Mansjoer, 2001
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik,
dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat
berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis).
Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis.
Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglas ikut serta dalam
endometriosis.
Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti: forniks vaginae
posterior, perineum, perlu laparotomi. Biopsi endometrium dapat memberi
kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis
tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air
kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis
pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat
memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat
memberi gambaran dengan filling defect pemeriksaan panggul akan teraba
adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vaginaatau
di daerah ovarium. Pemeriksaan penunjang yang lain adalah: USG rahim, barium
6
enema, CT scan atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis
digunakan klasifikasi dari American Fertility Society. (Irwan, 2008).
2.1.9 Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas:
1. Pencegahan
2. Pengawasan
3. Terapi hormonal
4. Pembedahan
5. Radiasi
Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara pariodik. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney
adalah sebagai berikut :
8
7. Pola fungsi kesehatan :
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
a. Pola nutrisi : adanya malnutrisi, anoreksia, anemia.
b. Pola istirahat : sulit tidur, sakit kepala.
c. Pola aktivitas : terganggu adanya nyeri pada perut dan pengeluaran
pervaginam yang banyak dan berbau serta sakit kepala yang
menyertai.
d. Pola personal hygiene : kurang terjaga dengan baik, hal ini
dimungkinkan di karenakan dampak tidak langsung dari social
ekonomi rendah.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
a. Suhu : terjadi peningkatan suhu 38,5-400C, mulai dari 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun (remittens) serta menggigil. Jika
infeksi tidak meluas, suhu turun berangsur-angsur dan normal pada
hari ke 7-10 postpartum.
9
b. Nadi : biasanya sesuai dengan kurva tubuh, kadang ditemukan
takikardi.
c. Muka : tampak pucat yang menyertai riwayat anemia.
d. Conjunctiva : tampak anemis yang menyertai riwayat anemia.
e. Tinggi Badan : sesuai hasil pemeriksaan bidan
f. Berat Badan : sesuai hasil pemeriksaan bidan
2. Pemerikasaan khusus
a. Kepala : rambut dan kulit kepala, normalnya tidak rontok dan berketombe
b. Muka : kondisi muka, normalnya tidak ada oedem
c. Mata : konjungtiva dan sklera, normalnya merah muda dan tidak kuning
d. Leher : pembesaran kelenjar limfe,vena jugularis,tdan pembengkakan
kelenjar tiroid.normalnya tidak ada pembengkakan
e. Mulut dan gigi : karies gigi, normalnya bersih
f. Payudara : puting , areola, colostrum, normalnya menonjol,
hiperpigmentasi, dan ada colostrum
g. Abdomen : TFU,Kontraksi,luka operasi normalnya TFU 2 jari bawah
pusat,kontraksi baik,ada bekas luka operasi
h. Genitalia : pengeluaran lochea,yang meliputi bau,warna,jumlah dan
konsistensinya.
i. Anus : hemoroid atau tidak
j. Ektremitas :
1) Atas : oedem normalnya tidak ada
2) Bawah : varises,oedem, normalnya tidak ada varises dan tidak ada
oedema
3. Pemeriksaan obstetric.
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
Sering ada subinvolusio terjadi pada 2-10 hari postpartum.
Nyeri tekan pada uterus yang menyebar secara lateral, uterus agak
membesar dan lembek, kontraksi kuat.
Lokea : tampak bertambah banyak/sedikit, berwarna merah atau
coklat dan kadang-kadang berbau/tidak (lokea seropurulenta). Lokea
yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala.
Kadang-kadang lokea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta
dan selaput ketuban yang disebut lokeametra.
10
Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
4. Pemeriksaan penunjang.
Pada kasus dengan endometritis perlu dilakukan :
Leukosit : terjadi kenaikan antara 15.000 – 30.000/mm3.
Hemoglobin dan Hematokrit : mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
Kultur dari bahan intrauterus atau intraservical : ditemukan biakan
Streptococus hemoliticus aerobia, Staphylococus aureus, Clostridium
welchii, Escherichia colli.
11
tempat tidur dalam waktu 1-2 jam setelah persalinan dengan bantuan
keluarga atau bidan / perawat.
b. Diet/nutrisi : dalam periode nifas diperlukan nutrisi yang keseluruhan
baik,kaya protein,vitamin dan karbohidrat. Ibu menyusui harus
mendapatkan paling sedikit 2500 kalori dalam satu hari,dengan tambahan
500 ml susu per hari (Derek J,2001). Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari,pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selam
40 hari pasca bersalin.
c. Eliminasi
1) Pola eliminasi pada ibu nifas :
2) BAK : ibu diminta untuk miksi 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum ibu belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100 cc,maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi,kalau ternyata
kandung kemih penuh,tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
3) BAB : ibu postpartum diharapkan dapat BAB setelah hari kedua post
partum. Jika pada hari ketiga belum juga BAB,maka perlu di beri obat
pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar
masih belum bisa BAB,maka dilakukan klisma.
d. Hygiene : masa nifas adalah masa yang rentan terjadi infeksi pada ibu. Oleh
karena itu,ibu nifas disarankan :
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh dengan mandi.
2) Memberikan daerah kelamin sabun dan air. Untuk membersihkan daerah
sekitar kelamin dilakukan dari arah depan ke belakang kemudian di
daerah sekitar anus setiap selesai buang air kecil maupun buang air
besar. Keringkan dengan handuk dengan cara ditepuk-tepuk dari arah
muka ke belakang.
3) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya
e. Perawatan payudara : perawatan payudara dilakukan untuk memperlancar
pengeluaran ASI
f. Pemeriksaan pada masa nifas
1) Pemeriksaan umum : kesadaran pasien dan keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
12
2) Pemeriksaan khusus :
a. Fisik : tekanan darah,nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus,kontaksi uterus. Normalnya fundus tidak
teraba lagi diluar rongga panggul mulai nifas hari ke 10
c. Payudara : puting susu,pembengkakan payudara,pengeluaran ASI
d. Lochea : warna,konsistensi dan bau
e. Luka perineum/luka operasi : apakah ada tanda-tanda infeksi
f. Perencanaan asuhan pada ibu nifas ini juga disesuaikan dengan
kebijakan program nasional.
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dilakukan oleh klien,atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan asuhan secara sendiri,tetapi
bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Bila perlu
berkolaborasi dengan dokter atas komplikasi yang ada. Manajemen yang efisien
berhubungan dengan waktu,biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah
semua rencana telah dilaksanakan.
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum
13
2.3 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
A. identitas/Biodata
Nama : Ny “V”
Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Pedagang
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan Keluar darah yang banyak dan berbau sejak dua
hari yg lalu 30 september 2017
3. Riwayat Obstetrik
14
Komplikasi Bayi Nifas
Usia Jenis Tempat
Tgl Peno-
kehamil persali persalin Ibu Bayi Keada
lahir long BB/P Lochea Laktasi
N0 an nan -an an
B/JK
1 2015 Abortus - - - - - - - - -
2 2016 Abortus - - - - - - - - -
3 29/9 38-39 SCTP RS Tidak Tidak dokter 2300/ Norm Tidak Lancer
/201 mgg ada ada 45/P al normal
7
b. Riw.Kehamilan sekarang
Imunisasi TT : 2 kali
c. Riw.Persalinan sekarang
Warna : jernih
Bau : amis
Insersi : sentralis
15
Laserasi jalan lahir : Tidak ada Derajat : I/II/III/IV
b. Eliminasi terakhir
BAK
Frek : 1 kali
Pukul : 14.00 WIB
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
BAB
Frek : 1 kali
Pukul : 06.00 WIB
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek,padat
Keluhan : tidak ada
c. Istirahat terakhir
Istirahat siang : tidak ada
Istirahat malam : ± 4 jam
d. Aktivitas
Beban kerja : pekerjaan rumah tangga
Olahraga : jalan pagi
Kegiatan spiritual : sholat
Hubungan seksual : tidak ada gangguan
16
6. Riw.psikososial spiritual
a. Respon ibu dan keluarga terhadap masa nifas : baik
b. Dukungan keluarga : baik
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : cmc
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Suhu : 39,5 0C
Pernafasan : 28 x/menit
BB : 55 kg
TB : 150 cm
2. Pemeriksaan khusus
Kontraksi : lembek
17
Oedema : tidak ada
Ektremitas
Atas :
Pergerakan : aktif
Bawah
Pergerakan : aktif
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 9,6 gr/dl
18
2.3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
S O A P
Tgl : 2 oktober Ku : sedang Diagnosa : 1. Memberitahukan hasil
2017 P1A2H1 Nifas pemeriksaan TTV kepada ibu
Kesadaran :
Jam : 09.00 wib CMC Hari Ke 3 bahwa TD :120/80, N: 82, P : 20,
Dengan S:36,5
Ibu TTV :
Endometritis Evaluasi :Ibu sudah
mengatakan
Pemeriksaan mengetahui hasil pemeriksaan
keluar darah Keadaan
umum
yang banyak Umum Ibu dan senang mendengarnya.
KU : Lemah
dan berbau Sedang
Kesadaran : cmc 2. Melakukan kolaborasi dengan
sejak dua Masalah ;
TD: 90/60 mmHg dokter untuk terapi post op
hari yang Ibu merasa
S : 39,5 0C cemas dengan dengan order yaitu antibiotic dan
lalu
N :110x/menit keadaan saat ini. analgesik
Ibu post sc RR : 28 x/menit Evaluasi : Ibu sudah diberi obat
hari ke 3 TB : 150cm Kebutuhan : antibiotic dan analgesik
1. Informasi
BB : 55 kg
hasil
Pemeriksaan 3. Melakukan kolaborasi dengan
pemeriksaan
khusus dokter untuk balance cairan
kepada ibu
Mata : Skela ( intake & output ) post operasi.
dan keluarga
putih, Order infus NaCl
2. kolaborasi
konjungtiva Evaluasi : ibu sudah terpasang
dengan dr
pucat infus
Obgyn
Leher : Tidak
3. Kolaborasi
ada 4. Menginformasikan ibu dan
dengan
pembesaran keluarga tentang peemenuhan
dokter intake
kelenjar limfe, nutrisi dan hidrasi
output
kelenjar tiroid Evaluasi : Ibu belum makan
19
dan vena 4. Beritahu sampai 6 jam ost op( sesuai order
jugularis tentang anastesi).
Payudara : pemenuhan
ASI sudah nutrisi dan 5. Memeriksa TFU, kontraksi
keluar, tidak hidrasi uterus dan perdarahan.
ada bendungan 5. Pantau TFU, Evaluasi : TFU 2 jari dibawah
yang kontraksi pusat, kontraksi utrus baik dan
abnormal, uterus, dan perdarahan normal
puting susu perdarahan
bersih dan 6. Mobilisasi 6. Menginformasikan ibu untuk
menonjol dini melakukan mobilisasi dini dengan
Abdomen : 7. Istirahat dan cara, yaitu 6 jam setelah operasi
tidak ada tidur miring kiri/kanan, 12 jam setelah
bekas luka operasi belajar duduk di tempat
1.
operasi tidur, dan 24 jam setelah operasi
Kontraksi : ibu bangun dari tempat tidur dan
lembek belajar ke kamar mandi sendiri
Genetalia : atau dengan bantuan keluarga,
Vulva tidak bila ingin BAK atau BAB.
varises, tidak Evaluasi : Ibu belum melakukan
nampak mobilisasi dini karena masih 2
odema jam pasca operasi.
terdapat
pengeluaran 7. Menganjurkan ibu untuk
darah yang istirahat dan tidur yang cukup,
berbau. Evaluasi : Ibu mengerti dan
Anus : Tidak dan sudah beristirahat
hemoroid.
Ekstremitas :
Simetris, tidak
ada odema
20
Payudara :
Colostrum : ada
Bentuk :
simetris kiri dan
kanan
Papilla :
menonjol
Uterus :
TFU : 2 jari di
bawah pusat
Kontraksi : baik
Lochea :
Warna : rubra
Jumlah : 2
pembalut basah
Bau : amis
Konsistensi :
encer
Kandung kemih :
tidak berada
Ektremitas :
Tidak oedema
Hb : 9,6 gr/dl
21
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanyadisebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadidi endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai72 jam setelah melahirkan. Endometritis
sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat
koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Infeksi endometrium, atau decidua,
biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif
patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.Endometritis paling
sering ditemukansetelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita
korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebablainnya
endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus ataumelahirkan.
3.2 Saran
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis infeksi pada ibu nifas
terutama endometritis.Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak
lanjut penanganan endometritis pada ibu nifas, dan bidan dapat mengenali tanda dangejala
terjadinya endometritis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,I.B.G.2011.
Prawirihardjo,Sarwono.2011.
Irwan, 2008
24