Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman ke
dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.Dinegara-negara berkembang
dengan pelayanan kebidanan yang masih jauhdari keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas
masih besar. Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal
berada dalam ususdan jalan lahir.Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu endometritis.
Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium padalapisan sebelah
dalam. Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi
padaendometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat
infeksi. Terdapatberbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post partum (radang dinding
rahim sesudahmelahirkan), endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor
jinak disertai sel sintitialdan trofoblas yang banyak), serta endometritis tuberkulosa
(peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya
akibat Mycobacterium tuberculosis
Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas diindonesia
masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecmatan dalam penanganan mengenai hal ini
baik dalam masa kehamilanmaupun persalinan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksut dengan Endometritis?
1.2.2 Apa Tanda-Tanda dan Gejala?
1.2.3 Apa saja penyebab Endometritis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi endometritis?
1.2.5 Apa saja klasifikasi endometritis?
1.2.6 Bagaimana komplikasi endometriosis?
1.2.7 Bagaimana diagnosis endometriosis?
1.2.8 Apa saja diagnosis banding endometriosis?
1.2.9 Bagaimana penanganan endometriosis?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari endometriosis
1.3.2 Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala endometritis
1.3.3 Untuk mengetahui penyebab endometriosis
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari endometriosis
1.3.5 Untuk mengetahui klasifikasi endometritis
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi endometriosis
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosis endometriosis
1.3.8 Untuk mengetahui diagnosis banding endometriosis
1.3.9 Untuk mengetahui penanganan endometriosis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR ENDOMETRITIS


2.1.1 Pengertian
Endometritis adalah infeksi endometrium,desidua dan miometrium
pasca persalinan( Morgan,Geri.obstetri dan ginekologi panduan praktis).Endometritis
adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).(Manuaba, I.B. G.).
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium,merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelahmelahirkan.Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan
ekstensi kemiometrium dan jaringan parametrial.
Endometritis dibagi menjadi kebidanan dannonobstetric endometritis. Penyakit
radang panggul (PID) adalah sebuah Commonnonobstetric pendahulunya dalam
populasi.
Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan yang mirip endometrium, di luar
kavum uteri(Manuaba, 2001).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma).
(Mansjoer, 2001).
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan
stroma, terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di
dalam rahim, dapat ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008).
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak bercak jaringan endometrium
tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di
dalam lapisan rahim. (Henri, 2009)

2.1.2 Tanda-Tanda dan Gejala


1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.
2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu
aktifitas).
3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena
adanya endometriosis di kavum douglas.
3
4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat
menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid.
5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih
banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari).
6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan
karena perlekatan jaringan disekitarnya.
7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
8. Haid yang banyak (menorragia)
Sumber: Irwan, 2008

2.1.3 Penyebab 
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa
teori yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba
pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium,
namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi
jaringan endometrium (Mansjoer, 2001).
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan
menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan
kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda
penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut
teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada
saat menstruasi mengalir kembali melalui tuba ke dalam rongga pelvis.

2.1.4 Patofisiologi
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari
saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat

4
diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh
kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis
dicirikanoleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma
endometrium.Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan
ginekologi prosedur invasif adalah prekursor – prekursor yang paling umum
untuk endometritis akut.
Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling
umum. Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan
dengan produk- produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif
aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan
infeksi(misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran
perangkatintrauterine.

2.1.5 Klasifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim
disebut Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true
endometriosis”
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam
uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding
belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.

5
2.1.6 Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom
atau ureter.
2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
Sumber: Mansjoer, 2001

2.1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik,
dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat
berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis).
Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis.
Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglas ikut serta dalam
endometriosis.
Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti: forniks vaginae
posterior, perineum, perlu laparotomi. Biopsi endometrium dapat memberi
kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis
tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air
kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis
pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat
memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat
memberi gambaran dengan filling defect pemeriksaan panggul akan teraba
adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vaginaatau
di daerah ovarium. Pemeriksaan penunjang yang lain adalah: USG rahim, barium

6
enema, CT scan atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis
digunakan klasifikasi dari American Fertility Society. (Irwan, 2008).

2.1.8 Diagnosa Banding


Tumor ovarium,metastasis di kavum Douglas, mioma multipel, karsinoma rektum,
dan radang pelvis.

2.1.9 Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas:
1. Pencegahan
2. Pengawasan
3. Terapi hormonal
4. Pembedahan
5. Radiasi

2.2 KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahpan logis untuk pengambilan
keputusan ynag berfokus pada klien.

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara pariodik. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney
adalah sebagai berikut :

2.2.1 Pengumpulan Data Dasar


1. Data Subjektif
1. Identitas ibu dan suami
Pada kasus dengan endometritis sering terjadi pada :
a. Umur : < 20 tahun karena pada umur tersebut organ-organ reproduksinya
belum matang dan belum berfungsi dengan baik, sedangkan pada umur >
35 tahun organ-organ reproduksi mulai menurun fungsinya sehingga
sering terjadi endometritis.
b. Pekerjaan/penghasilan : Status social ekonomi rendah.
7
c. Suku/bangsa : Ras ASIA karena mempunyai kecenderungan lebih rentan
terkena atau terpapar infeksi lebih sering daripada ras yang lain.
2. Keluhan utama
Pada kasus dengan endometritis sering kali mengeluh :
 Sakit kepala, sulit tidur, tidak nafsu makan.
 Nyeri pada perut.
 Pengeluaran pervaginam banyak/sedikit, berwarna merah/coklat,
kadang-kadang berbau/tidak.
 Suhu badan meningkat seringkali naik turun dan menggigil.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu dan sekarang.
Pada kasus dengan endometritis sering ditemukan :
 Sering terjadi pada 2-10 hari postpartum.
 Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatic, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
 Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
 Episiotomi atau laserasi.
 Tidak ada batasan pada primipara, multipara maupun grandemultipara.
4. Riwayat persalinan sekarang : alasan yaitu untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin.
a. Bersalin tanggal : untuk mengetahui kapan ibu partus
b. Cara persalinan : spontan atau dengan tindakan
c. Penyulit/komplikasi : untuk mengetahui apakah ada penyulit atau
komplikasi selama persalinan ibu
5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dan atau sedang diderita :
Pada kasus dengan endometritis sering ditemukan adanya : Semua keadaan
yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak, diabetes,
pre-eklampsia, malnutrisi, anemia, kelelahan, juga infeksi lain yaitu
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga (keturunan) : penyakit penyerta
yang mungkin menyebabkan penyembuhan luka operasi lambat dan infeksi
seperti diabetes melitus.

8
7. Pola fungsi kesehatan :
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
a. Pola nutrisi : adanya malnutrisi, anoreksia, anemia.
b. Pola istirahat : sulit tidur, sakit kepala.
c. Pola aktivitas : terganggu adanya nyeri pada perut dan pengeluaran
pervaginam yang banyak dan berbau serta sakit kepala yang
menyertai.
d. Pola personal hygiene : kurang terjaga dengan baik, hal ini
dimungkinkan di karenakan dampak tidak langsung dari social
ekonomi rendah.

8. Data psikososial,ekonomi dan spiritual : adapun data yang terkait dengan


status psikososial,ekonomi,dan spiritual adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perasaan ibu (respon) terhadap kelahiran bayinya


b. Bagaimana ibu dapat beradaptasi dengan kondisi yangdialaminya saat
ini.
c. Bagaimana harapan ibu terhadap perkembangan kesehatan
d. Bagaimana hubungan dan penerimaan suami dan keluarga terhadap
kelahiran bayi
e. Bagaimana kesiapan ibu untuk menjadi orang tua
f. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga jika terjadi
kegawatdaruratan
g. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga
h. Bagaimana keadaan spiritual ibu

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
a. Suhu : terjadi peningkatan suhu 38,5-400C, mulai dari 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun (remittens) serta menggigil. Jika
infeksi tidak meluas, suhu turun berangsur-angsur dan normal pada
hari ke 7-10 postpartum.

9
b. Nadi : biasanya sesuai dengan kurva tubuh, kadang ditemukan
takikardi.
c. Muka : tampak pucat yang menyertai riwayat anemia.
d. Conjunctiva : tampak anemis yang menyertai riwayat anemia.
e. Tinggi Badan : sesuai hasil pemeriksaan bidan
f. Berat Badan : sesuai hasil pemeriksaan bidan
2. Pemerikasaan khusus
a. Kepala : rambut dan kulit kepala, normalnya tidak rontok dan berketombe
b. Muka : kondisi muka, normalnya tidak ada oedem
c. Mata : konjungtiva dan sklera, normalnya merah muda dan tidak kuning
d. Leher : pembesaran kelenjar limfe,vena jugularis,tdan pembengkakan
kelenjar tiroid.normalnya tidak ada pembengkakan
e. Mulut dan gigi : karies gigi, normalnya bersih
f. Payudara : puting , areola, colostrum, normalnya menonjol,
hiperpigmentasi, dan ada colostrum
g. Abdomen : TFU,Kontraksi,luka operasi normalnya TFU 2 jari bawah
pusat,kontraksi baik,ada bekas luka operasi
h. Genitalia : pengeluaran lochea,yang meliputi bau,warna,jumlah dan
konsistensinya.
i. Anus : hemoroid atau tidak
j. Ektremitas :
1) Atas : oedem normalnya tidak ada
2) Bawah : varises,oedem, normalnya tidak ada varises dan tidak ada
oedema
3. Pemeriksaan obstetric.
Pada kasus dengan endometritis didapatkan :
 Sering ada subinvolusio terjadi pada 2-10 hari postpartum.
 Nyeri tekan pada uterus yang menyebar secara lateral, uterus agak
membesar dan lembek, kontraksi kuat.
 Lokea : tampak bertambah banyak/sedikit, berwarna merah atau
coklat dan kadang-kadang berbau/tidak (lokea seropurulenta). Lokea
yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala.
 Kadang-kadang lokea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta
dan selaput ketuban yang disebut lokeametra.

10
 Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
4. Pemeriksaan penunjang.
Pada kasus dengan endometritis perlu dilakukan :
 Leukosit : terjadi kenaikan antara 15.000 – 30.000/mm3.
 Hemoglobin dan Hematokrit : mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
 Kultur dari bahan intrauterus atau intraservical : ditemukan biakan
Streptococus hemoliticus aerobia, Staphylococus aureus, Clostridium
welchii, Escherichia colli.

2.2.2 Interpretasi Data Dasar


Diagnosa : P...A...H...nifas hari ke....dengan.....

2.2.3 Diagnosa masalah potensial


Masalah potensial yang mungkin akan terjadi

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera dan atau Kolaborasi


Tindakan segera yang akan dilakukan mandiri atau kolaborasi

2.2.5 Merencakan Asuhan yang menyeluruh


Pada kasus dengan endometritis bisa dilakukan perencanaan seperti :
1. Lakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi. Advis dokter SpOG untuk pemberian terapi :
 Obat antimikroba spectrum luas termasuk sefalosporin (misal :
cefoxitin, cefotetan), dan penisilin spectrum luas, atau inhibitor
kombinasi penisilin/ betalaktamase (augmentin, unasyn).
 Kombinasi klindamisin dan gentamisin, seperti metronidazol jika ibu
tidak menyusui.
 Obat analgesic dan antipiretik untuk menurunkan rasa nyeri dan
demam.
2. Perawatan pada masa nifas dapat dijabrakan sebagai berikut :
(furwasyih,dian.2016)
a. Mobilisasi : ibu yang baru melahirkan mungkin enggan bergerak karena
letih dan sakit. Berdasarkan penelitian ibu sudah diperbolehkan turun dari

11
tempat tidur dalam waktu 1-2 jam setelah persalinan dengan bantuan
keluarga atau bidan / perawat.
b. Diet/nutrisi : dalam periode nifas diperlukan nutrisi yang keseluruhan
baik,kaya protein,vitamin dan karbohidrat. Ibu menyusui harus
mendapatkan paling sedikit 2500 kalori dalam satu hari,dengan tambahan
500 ml susu per hari (Derek J,2001). Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari,pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selam
40 hari pasca bersalin.
c. Eliminasi
1) Pola eliminasi pada ibu nifas :
2) BAK : ibu diminta untuk miksi 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum ibu belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100 cc,maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi,kalau ternyata
kandung kemih penuh,tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
3) BAB : ibu postpartum diharapkan dapat BAB setelah hari kedua post
partum. Jika pada hari ketiga belum juga BAB,maka perlu di beri obat
pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar
masih belum bisa BAB,maka dilakukan klisma.
d. Hygiene : masa nifas adalah masa yang rentan terjadi infeksi pada ibu. Oleh
karena itu,ibu nifas disarankan :
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh dengan mandi.
2) Memberikan daerah kelamin sabun dan air. Untuk membersihkan daerah
sekitar kelamin dilakukan dari arah depan ke belakang kemudian di
daerah sekitar anus setiap selesai buang air kecil maupun buang air
besar. Keringkan dengan handuk dengan cara ditepuk-tepuk dari arah
muka ke belakang.
3) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya
e. Perawatan payudara : perawatan payudara dilakukan untuk memperlancar
pengeluaran ASI
f. Pemeriksaan pada masa nifas
1) Pemeriksaan umum : kesadaran pasien dan keluhan yang terjadi setelah
persalinan.

12
2) Pemeriksaan khusus :
a. Fisik : tekanan darah,nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus,kontaksi uterus. Normalnya fundus tidak
teraba lagi diluar rongga panggul mulai nifas hari ke 10
c. Payudara : puting susu,pembengkakan payudara,pengeluaran ASI
d. Lochea : warna,konsistensi dan bau
e. Luka perineum/luka operasi : apakah ada tanda-tanda infeksi
f. Perencanaan asuhan pada ibu nifas ini juga disesuaikan dengan
kebijakan program nasional.

2.2.6 Melaksanakan perencanaaan

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dilakukan oleh klien,atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan asuhan secara sendiri,tetapi
bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Bila perlu
berkolaborasi dengan dokter atas komplikasi yang ada. Manajemen yang efisien
berhubungan dengan waktu,biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah
semua rencana telah dilaksanakan.

2.2.7 Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa.Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum

13
2.3 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

2.3.1 Format Pengkajian Ibu Nifas


No. MR : 238138

Masuk tgl/jam : 2 Oktober 2017 / 17.00 WIB

PENGKAJIAN (Tanggal/jam : 2 oktober 2017 / 17.15 WIB)

A. identitas/Biodata

Nama : Ny “V”

Umur : 28 tahun

Suku/Bangsa : Minang/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama suami : Tn “M”

Umur : 27 tahun

Suku/Bangsa : Minang/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Pedagang

Alamat rumah : Batang Kapas

B. Anamnesa ( Data subjektif )

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan  Keluar darah yang banyak dan berbau sejak dua
hari yg lalu 30 september 2017

2. Riwayat Perkawinan : Perkawinan ke 1 menikah sejak umur 24 tahun lama perkawinan 4


tahun

3. Riwayat Obstetrik

a. Riw.Kehamilan,Persalinan,nifas dan anak yang lalu

14
Komplikasi Bayi Nifas
Usia Jenis Tempat
Tgl Peno-
kehamil persali persalin Ibu Bayi Keada
lahir long BB/P Lochea Laktasi
N0 an nan -an an
B/JK

1 2015 Abortus - - - - - - - - -

2 2016 Abortus - - - - - - - - -

3 29/9 38-39 SCTP RS Tidak Tidak dokter 2300/ Norm Tidak Lancer
/201 mgg ada ada 45/P al normal
7

b. Riw.Kehamilan sekarang

Umur kehamilan : 38-39 minggu

Pergerakan janin pertama kali dirasakan : ±16 minggu

ANC : 13 kali, di Puskesmas Pasar Kuok

Imunisasi TT : 2 kali

c. Riw.Persalinan sekarang

Tanggal persalian : 29-september-2017 jam : 15:00 wib

Jenis persalinan : SCTP atas indikasi KPD

Lama persalinan : ± 45 menit

Keadaan ketuban : Pecah jam : 48 jam yang lalu

Warna : jernih

Bau : amis

Keadaan plasenta : Berat : ± 500 gram

Insersi : sentralis

Tali pusat : Panjang : ± 50 cm

Kelainan : tidak ada

15
Laserasi jalan lahir : Tidak ada Derajat : I/II/III/IV

d. Riwayat KB : suntik 1 bulan


e. Riwayat kesehatan :
Riw.kesehatan yang lalu : baik
Riw.kesehatan sekarang : baik
Riw.kesehatan keluarga : baik

5. Pola kebutuhan sehari-hari :


a. Nutrisi : 2-3 kali/hari
Jenis : nasi,lauk,sayur
Makanan patang : tidak ada
Pola minum : ± 2000 cc

b. Eliminasi terakhir
BAK
Frek : 1 kali
Pukul : 14.00 WIB
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
BAB
Frek : 1 kali
Pukul : 06.00 WIB
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek,padat
Keluhan : tidak ada

c. Istirahat terakhir
Istirahat siang : tidak ada
Istirahat malam : ± 4 jam

d. Aktivitas
Beban kerja : pekerjaan rumah tangga
Olahraga : jalan pagi
Kegiatan spiritual : sholat
Hubungan seksual : tidak ada gangguan

16
6. Riw.psikososial spiritual
a. Respon ibu dan keluarga terhadap masa nifas : baik
b. Dukungan keluarga : baik

C. PEMERIKSAAN FISIK ( Data Objektif)

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : cmc

TD : 90/60 mmHg                  

Nadi : 110x/menit

Suhu : 39,5  0C         

Pernafasan : 28 x/menit

BB : 55 kg

TB : 150 cm

2. Pemeriksaan khusus

Kepala : bersih,tidak berketombe

Rambut : tidak rontok

Mata : conjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterik

Muka : tidak oedema

Mulut : tidak ada stomatitis

Gigi : tidak ada caries

Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar

Payudara : kolostrum/cairan lain : ada

Abdomen : TFU : 3 jari di bawah pusat

Kontraksi : lembek

Bekas luka operasi : ada

Genitalia : Lochea : rubra dan terdapat pengeluaran darah yang berbau.

Varises : tidak ada

17
Oedema : tidak ada

Anus : haemoroid : tidak ada

Ektremitas

Atas :

Oedema : tidak ada

Sianosis : tidak ada

Pergerakan : aktif

Bawah

Oedema : tidak ada

Sianosis : tidak ada

Pergerakan : aktif

3. Pemeriksaan penunjang

Hb : 9,6 gr/dl

18
2.3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY ”V” P1A2H1 NIFAS


HARI KE 3 DENGAN ENDOMETRITIS DI RUANGAN KEBIDANAN RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN PAINAN TANGGAL 2 OKTOBER 2017

S O A P
Tgl : 2 oktober  Ku : sedang Diagnosa : 1. Memberitahukan hasil
2017 P1A2H1 Nifas pemeriksaan TTV kepada ibu
 Kesadaran :
Jam : 09.00 wib CMC Hari Ke 3 bahwa TD :120/80, N: 82, P : 20,
Dengan S:36,5
 Ibu  TTV :
Endometritis Evaluasi     :Ibu sudah
mengatakan
Pemeriksaan mengetahui hasil pemeriksaan
keluar darah Keadaan
umum
yang banyak Umum Ibu dan senang mendengarnya.
KU :  Lemah
dan berbau Sedang
Kesadaran  :  cmc 2. Melakukan kolaborasi dengan
sejak dua Masalah ; 
TD: 90/60 mmHg dokter untuk terapi post op
hari yang Ibu merasa
S   :  39,5  0C         cemas dengan dengan order yaitu antibiotic dan
lalu
N :110x/menit keadaan saat ini. analgesik
 Ibu post sc RR  :  28 x/menit Evaluasi : Ibu sudah diberi obat
hari ke 3 TB : 150cm    Kebutuhan : antibiotic dan analgesik
1. Informasi
BB : 55 kg
hasil
Pemeriksaan 3. Melakukan kolaborasi dengan
pemeriksaan
khusus dokter untuk balance cairan
kepada ibu
 Mata : Skela ( intake & output ) post operasi.
dan keluarga
putih, Order infus NaCl
2. kolaborasi
konjungtiva Evaluasi : ibu sudah terpasang
dengan dr
pucat infus
Obgyn
 Leher : Tidak
3. Kolaborasi
ada 4. Menginformasikan ibu dan
dengan
pembesaran keluarga tentang peemenuhan
dokter intake
kelenjar limfe, nutrisi dan hidrasi
output
kelenjar tiroid Evaluasi     : Ibu belum makan

19
dan vena 4. Beritahu sampai 6 jam ost op( sesuai order
jugularis tentang anastesi).
 Payudara : pemenuhan
ASI sudah nutrisi dan 5. Memeriksa TFU, kontraksi
keluar, tidak hidrasi uterus dan perdarahan.
ada bendungan 5. Pantau TFU, Evaluasi     : TFU 2 jari dibawah
yang kontraksi pusat, kontraksi utrus baik dan
abnormal, uterus, dan perdarahan normal
puting susu perdarahan
bersih dan 6. Mobilisasi 6. Menginformasikan ibu untuk
menonjol dini melakukan mobilisasi dini dengan
 Abdomen : 7. Istirahat dan cara, yaitu 6 jam setelah operasi
tidak ada tidur miring kiri/kanan, 12 jam setelah
bekas luka operasi belajar duduk di tempat
1.
operasi tidur, dan 24 jam setelah operasi
 Kontraksi : ibu bangun dari tempat tidur dan
lembek belajar ke kamar mandi sendiri
 Genetalia : atau dengan bantuan keluarga,
Vulva tidak bila ingin BAK atau BAB.
varises, tidak Evaluasi : Ibu belum melakukan
nampak mobilisasi dini karena masih 2
odema jam pasca operasi.
terdapat
pengeluaran 7. Menganjurkan ibu untuk
darah yang istirahat dan tidur yang cukup,
berbau. Evaluasi     : Ibu mengerti dan
 Anus : Tidak dan sudah beristirahat
hemoroid.
 Ekstremitas :
Simetris, tidak
ada odema

20
 Payudara :

Colostrum : ada

Bentuk :
simetris kiri dan
kanan

Papilla :
menonjol

 Uterus :

TFU : 2 jari di
bawah pusat

Kontraksi : baik

 Lochea :

Warna : rubra

Jumlah : 2
pembalut basah

Bau : amis

Konsistensi :
encer

Kandung kemih :
tidak berada

 Ektremitas :

Tidak oedema

Reflek : (+) ka/ki

 Hb : 9,6 gr/dl

21
22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanyadisebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadidi endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai72 jam setelah melahirkan. Endometritis
sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat
koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Infeksi endometrium, atau decidua,
biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif
patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.Endometritis paling
sering ditemukansetelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita
korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebablainnya
endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus ataumelahirkan.

3.2 Saran
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis infeksi pada ibu nifas
terutama endometritis.Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak
lanjut penanganan endometritis pada ibu nifas, dan bidan dapat mengenali tanda dangejala
terjadinya endometritis.

23
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,I.B.G.2011.

Prawirihardjo,Sarwono.2011.

Irwan, 2008

Ilmu Kebidanan.Jakarta:YayasanBina Pustaka

http://www.lusa.web.id/endometriosis/ di akses pada tanggal 2 oktober 2017 pukul 22.00


WIB

24

Anda mungkin juga menyukai