Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KELOMPOK KASUS KELOLAAN REMAJA

DI PUSKEMAS RAWATAN LUBUK GADANG

OLEH
NAMA NIM
2115901235
SILFITRI SURYANTI

PROGRAM PROFESI BIDAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
LEMBARAN KONSULTASI
LAPORAN KASUS KELOLAAN PADA Nn ”W” REMAJA DENGAN
AMENORHEA SEKUNDER DI PUSKESMAS LUBUK GADANG 2022

Dipersiapkan dan disusun oleh :

OLEH
NAMA NIM
AMALIA 2115901309
CANDRA 2115901222
MELI 2115901235
SILFITRI SURYANTI 2115901246

Telah diperiksa dan diperbaiki oleh CI Lapangan

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat mmenyelesaikan
Laporan Studi Kasus kelolaan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Remaja Pada
Nn.W Di Puskesmas Rawatan lubuk Gadang lubuk Gadang Tahun 2022”.
Adapun tujuan dari laporan kasus keloaan Asuhan Kebidanan Remaja ini adalah
sebagai syarat untuk selama mengikuti praktek profesi Bidan. Dalam pembuatan
dan penulisan laporan Studi Kasus ini, penulis mendapatkan bimbingan,
pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu NURUL AMALINA, S.ST, M.Keb selaku Dosen pembimbing
lapangan
2. Kepada CI Lapangan ibu Bd. HANI FITRI, S.Tr.Keb .
Banyaknya harapan penulis semoga Studi Kasus ini bermanfaat baik bagi penulis
sendiri serta pada umumnya. Semoga segala bimbingan dan dukungan dari semua
pihak mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bukittinggi, Agustus 2022

3
DAFTAR ISI

LEMBARAN KONSULTASI.................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................8
C. Amenore Sekunder........................................................................................8
1. Pengertian..............................................................................................8
2. Etiologi..................................................................................................8
3. Komplikasi.............................................................................................8
4. Penatalaksanaan.....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................12
I. Pengkajian Data...........................................................................................12
II. Interpretasi data..........................................................................................14
III. Masalah Potensial.....................................................................................14
IV. Antisipasi Tindakan Segara......................................................................14
V. Rencana Asuhan........................................................................................14
VI. Penatalaksanaan........................................................................................15
VII. Evaluasi...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental (Diananda
,2019). Pada masa remaja, seorang remaja putri akan mengalami haid pertama
atau menarche yang umumnya terjadi pada kisaran usia 11 - 15 tahun (Maedy
et all, 2022).
Menstruasi adalah proses dinding endometrium meluruh yang
mengakibatkan keluarnya darah dari vagina karena ovum yang tidak dibuahi
(Rohmah dan Rusady, 2021). Menstruasi terjadi secara periodik setiap
bulannya (Amperaningsih dan Fathia, 2018). Siklus haid dihitung dari hari
pertama menstruasi hingga mulainya periode menstruasi berikutnya, normalnya
antara 21 hingga 35 hari (Yudita et all, 2017).
Remaja putri seringkali mengalami gangguan menstruasi, terutama
pada siklus menstruasi. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2018, persentase ketidakteraturan menstruasi pada remaja di Indonesia
sebanyak 11,7% pada usia 15 – 19 tahun mengalami ketidakteratuan pada
menstruasi. Menstruasi merupakan indikator kesehatan perempuan sehingga
remaja putri perlu memahami pola mentruasi dan faktor yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mentruasi (Maedy et all, 2022).
Salah satu gangguan menstruasi yang dapat terjadi adalah amenorea.
Amenorea adalah keadaan dimana seorang perempuan tidak menstruasi
sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Rohmah dan Rusady, 2021). Amenorea dapat
diklasifikasikan menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea
primer adalah apabila menstruasi tidak terjadi pada usia 16 tahun disertai
dengan tanda seks sekunder normal atau sampai usia 14 tahun tanpa disertai
ciri seks sekunder (Tudhur, 2021). Sedangkan amenorea sekunder terjadi bila
menstruasi terhenti setelah menarche atau sebelumnya pernah menstruasi

5
berturut-turut selama 3 bulan (Ruqaiyah, 2020). Amenorea dapat disebabkan
oleh faktor interna dan eksternal. Organ reproduksi, hormonal dan penyakit
merupakan faktor internal. Sedangkan faktor eksternalnya seperti status gizi
dan gaya hidup (Rohmah dan Rusady, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian Sari (2021) menunjukan bahwa status gizi
berhubungan dengan kejadian amenorea. Asupan gizi yang kurang ataupun
lebih akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik sehingga dapat terjadi
gangguan pada siklus menstruasi. Remaja memiliki kecenderungan tidak
memperhatikan keseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizinya
(Sari et all, 2021). Wanita yang mengalami overweight ataupun mal nutrisi
berisiko mengalami pernuruan fungsi hipotalamus yang menyebabkan produksi
LH dan FSH terganggu sehingga siklus haid juga terganggu (Maedy et all,
2022).
Penelitian Manggul dan Syamsudin (2016) menunjukan bahwa stress
berhubungan dengan gangguan menstruasi pada remaja (Manggul dan
Syamsudin, 2016). Saat seseorang stress terjadi peningkatan kadar ACTH
menyebabkan kelenjar adrenal akan mensekresikan hormone kortisol.
Peningkatan pada kortisol menyebabkan hormon reproduksi menjadi tertekan
sehingga terjadi gangguan menstruasi (Tambun, 2021).
Kunyit (Curcuma domestica) adalah salah satu tanaman obat sebagai
tanaman tradisional yang memiliki banyak kegunaan dan banyak manfaat,
salah satu manfaatnya untuk memperlancar haid yang membuktikan adanya
aktivitas estrogenik dari infus rimpang kunyit berasal dari kandungan
fitosteroid berupa kampesterol, beta sisterol dan signasterol. Tanaman kunyit
memiliki aktivitas estrogenik yang berasal dari kandungan fitosteroid. Estrogen
itu sendiri memiliki pengaruh terhadap selaput dalam rahim untuk
mengeluarkan darah menstruasi dan menumbuhkan endometrium pada waktu
daur haid (Izzaty et all, 2017)
Vitamin D dapat meningkatkan keseimbangan antara sel-sel dan
menstabilkan hormon. Vitamin D juga dapat melindungi diri dari kanker
payudara, usus besar, ovarium, dan kanker prostat. Agar siklus menstruasi anda
tetap teratur, silahkan konsumsi makanan mengandung Vitamin D, seperti tuna,

6
salmon, kuning telur, dan sarden. Dan agar Vitamin D dapat diserap oleh tubuh
secara maksimal, pastikan cukup terkena sinar matahari, terutama pada pagi
hari sebelum jam 9. Cokelat adalah makanan mengandung flavonoids yang
memiliki fungsi seperti estrogen untuk membantu meningkatkan sirkulasi
dengan mengurangi penggumpalan trombosit dalam darah. Hal ini akan
mempengaruhi siklus menstruasi anda lebih lancer (Ayu dan Santoso, 2017)

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakng masalah diatas penulis dapat melaksanakan
asuhan kebidan pada Nn”R” dengan Amenore Sekunder di Puskesmas
Rawatan lubuk Gadang lubuk Gadang

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
C. Amenore Sekunder
1. Pengertian

Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang


pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga
bulan berturut-turut.
2. Etiologi
Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-organ yang
bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:
hipotalamushipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium),
dan uterus (amenorea uteriner).
Prinsip dasar fisiologi dari fungsi menstruasi memungkinkan penyusunan
beberapa sistem kompartemen yang tepat di mana siklus menstruasi
bergantung. Prinsip ini berguna untuk mendapatkan evaluasi diagnostik
yang memisahkan penyebab dari amenore ke dalam kompartemen berikut
ini: kompartemen I, gangguan pada uterus; kompartemen II, gangguan
pada ovarium; kompartemen III, gangguan pada hipofisis anterior; dan
kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf pusat (hipotalamus).
Etiologi amenorea primer dan sekunder seringkali saling tumpang tindih.
Penyebab yang lebih sering pada amenorea primer adalah kelainan genetik
dan kelainan anatomik. Sedangkan pada sebagian besar amenorea
sekunder disebabkan oleh proses anovulasi, yang sering termanifestasi
sebagai beberapa penyakit, di antaranya sindrom ovarium polikistik
(polycystic ovary syndrome, PCOS), kegagalan ovarium prematur
(premature ovarian failure, POF), dan lain-lain
Penyebab tersering amenorrhea sekunder adalah kehamilan. Oleh karena
itu, pada pasien yang datang dengan amenorrhea, kemungkinan hamil
perlu dipastikan terlebih dahulu sebelum memikirkan etiologi lain.
3. Komplikasi
Dampak dari amenorea pada masa remaja akan muncul seiring
bertambahnya usia seperti kemungkinan tidak akan terjadi kehamilan

8
setelah mereka menikah. Beberapa penelitian mengatakan bahwa
ketidaktahuan remaja tentang amenorea banyak ditemukan yaitu kelainan
pada daerah genetalia interna pada remaja seperti kelainan pada selaput
dara atau sering ditemukan kasus bahwa ada beberapa remaja mengeluh
tidak pernah mengalami mestruasi pada usia 16 tahun.
4. Penatalaksanaan
1) Anamnesis
Ada beberapa poin penting yang perlu ditanyakan pada saat melakukan
anamnesis pasien amenorrhea, antara lain:
 Usia pasien dan kapan pertama kali mengalami menstruasi
(menarche)
 Riwayat pubertas yang terlambat di anggota keluarga lain
 Keluhan yang menyertai seperti gangguan penglihatan, gangguan
penciuman, pertumbuhan rambut dengan pola seperti pria, jerawat,
tremor, perubahan mood, serta libido
 Riwayat pengobatan. Obat antipsikotik dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia yang memicu timbulnya amenorrhea. Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal, antiepilepsi, dan opioid juga
dapat menyebabkan amenorrhea
 Riwayat terapi yang dapat mengganggu fungsi ovarium atau
hipotalamus dan pituitari, misalnya radioterapi atau kemoterapi
 Riwayat penyakit neurosarkoidosis, hemokromatosis, dan penyakit
kronis lain yang dapat mempengaruhi jaras hipotalamus-pituitari
 Faktor-faktor lain, seperti olahraga dengan intensitas berat, diet
ketat, penurunan berat badan drastis, serta gangguan makan seperti
anoreksia atau bulimia
2) Pemeriksaan fisik
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik
pasien amenorrhea adalah:
 Pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan,
indeks lemak, indeks massa tubuh

9
 Memeriksa karakteristik seksual sekunder, termasuk staging
Tanner payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan
 Memeriksa tanda hiperandrogenemia, seperti hirsutisme, alopecia,
jerawat, acanthosis nigricans
 Memeriksa ada tidaknya sekret dari payudara
 Palpasi abdomen
 Inspeksi vulva dan vagina
3) Pemeriksaan Penunjang
Karena kehamilan adalah penyebab tersering amenorrhea, pemeriksaan
penunjang tes kehamilan harus dilakukan dalam evaluasi amenorrhea,
terutama amenorrhea sekunder. Tes kehamilan dapat dilakukan dengan
metode sederhana, yakni test pack atau pemeriksaan kadar beta hCG
(human choriogonadotropin) dalam darah.
Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan kadar hormon FSH
(follicle stimulating hormone), LH (luteinizing hormone), TSH
(thyroid stimulating hormone), prolaktin, testosteron, DHEAS
(dehydroepiandrosterone sulfate), SHBG (sex hormone binding
globulin), USG transabdominal, histerosalfingografi, ataupun MRI
(magnetic resonance imaging) kepala dilakukan pada evaluasi lanjutan
dan disesuaikan dengan arah skenario klinis yang didapat dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

4) Manajemen
Etiologi amenorrhea sangat bervariasi dan kompleks, sehingga
manajemen pasien bisa melibatkan multidisiplin. Terapi yang
diberikan tergantung pada etiologi amenorrhea, bisa berupa terapi
penggantian hormon, pemberian medikamentosa (misalnya: klomifen),
suplementasi vitamin D dan kalsium, pengaturan diet, hingga
psikoterapi.
Pada pasien dengan amenorrhea akibat gangguan fungsional
hipotalamus, kembalinya menstruasi dapat terjadi spontan setelah
dilakukan modifikasi gaya hidup atau pengelolaan stres dengan baik.

10
Pasien amenorrhea juga perlu dipantau selama beberapa bulan hingga
tahun untuk mengevaluasi status siklus menstruasinya. Bila tidak
ditangani, amenorrhea dapat menimbulkan infertilitas dan
meningkatkan risiko osteoporosis.

11
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN AMENOREA
SEKUNDER DI PUSKESMAS RAWATAN LUBUK GADANG

I. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
a. Biodata
Nama klien : Nn. Widya
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Lubuk Gadang
Gol darah :-
b. Keluhan
Klien mengatakan tidak haid 3 bulan dan sudah pernah berobat
ke puskesmas pada bulan Juli 2022
c. Riwayat menstruasi
HPHT : 29-03-2022
Siklus : ± 28 hari
Masalah : tidak
ada
d. Riwayat Perkawinan : -
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu : -
f. Riwayat kehamilan saat ini : -
g. Riwayat Imunisasi
Klien mengatakan imunisasi dasar lengkap
h. Riwayat penyakit dan bedah operasi
Tidak ada
i. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah
kesehatan reproduksi
Tidak ada
j. Riwayat kesehatan keluarga

12
Klien mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun
seperti diabetes, hipertensi, TBC dan jantung. Klien juga
mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit yang menular
seperti HIV/AIDS dan hepatitis.
k. Riwayat KB
Tidak ada
l. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Pemenuhan nutrisi : Makan makanan siap saji
2) Eliminasi : tidak ada masalah.
3) Istirahat : Klien mengatakan semenjak kuliah
sering tidur larut malam karena
banyak tugas kuliah.
4) Aktivitas : Klien sebagai mahasiswa di UNP
m. Data Psikososial
1) Klien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini
2) Klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga
sangat baik

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran umum : composmentis
3) Tanda-tanda vital
TD : 100/76 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Suhu : 36,2o
Pernapasan : 20x/menit
4) BB : 50 kg
5) TB : 156 cm
6) IMT : 20,5
7) LILA : 26 cm
8) Konjungtiva : tidak anemis

13
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala & Wajah : Normal, tidak ada kelainan
2) Leher : Tidak ada pembengkakan pada
kelenjar tyroid
3) Payudara kanan & kiri: Simetris, puting susu menonjol,
tidak ada benjolan/massa, tidak ada
nyeri payudara
4) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
5) Ekstremitas : Tidak terdapat oedema atau
varises
dan refleks patella (+) kanan dan
kiri
6) Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Penunjang
Plano test : negatif (-)

II. Interpretasi data


Diagnosa kebidanan : Nn. Widya Asrina 19 tahun dengan
Amenorrhea Sekunder
Masalah : Klien cemas dengan keadaannya

III. Masalah Potensial


Infertilitas

IV. Antisipasi Tindakan Segara


-

V. Rencana Asuhan
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan
2) Menjelaskan kondisi klien
3) Menganjurkan kepada klien untuk memulai pola hidup yang
sehat seperti tidur cukup minimal 6-7 jam/hari, memakan

14
makanan yang sehat dengan buah dan sayuran
4) Memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kondisi klien
5) Menjadwalkan kontrol ulang

VI. Penatalaksanaan
1) Bidan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada klien
2) Bidan menjelaskan pada klien kalau kondisi klien tersebut
termasuk gangguan haid
3) Bidan menganjurkan kepada klien untuk memulai pola hidup
yang sehat memulai pola hidup yang sehat seperti tidur cukup
minimal 6-7 jam/hari, memakan makanan yang sehat dengan
buah dan sayuran
4) Bidan memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi
klien
5) Bidan menjadwalkan kontrol ulang

VII. Evaluasi
1) Klien mengetahui hasil pemeriksaan
2) Klien mengerti terkait kondisi dirinnya
3) Klien bersedia untuk memulai pola hidup yang sehat memulai
pola hidup yang sehat seperti tidur cukup minimal 6-7 jam/hari,
memakan makanan yang sehat dengan buah dan sayuran
4) Klien bersedia untuk diberikan asuhan kebidanan yang sesuai
dengan kondisi klien
5) Klien bersedia untuk melakukan kontrol ulang

15
16
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Waktu Tindakan Paraf Waktu Evaluasi Tindakan Paraf
(Tgl/Jam) (Tgl/Jam)
Memberitahukan hasil Bidan memberitahukan hasil Klien mengetahui hasil
pemeriksaan pemeriksaan kepada klien pemeriksaan
Tanda-tanda vital
TD : 100/76
mmHg
Nadi : 75 x/menit
Suhu : 36,2o
Pernapasan : 20x/menit
BB : 50 kg
TB : 156 cm
IMT : 20,5
LILA : 26 cm

Menjelaskan kondisi Bidan menjelaskan pada Klien mengerti terkait


klien klien kalau kondisi klien kondisi dirinnya
tersebut termasuk gangguan
haid

1
BAB V

PENUTU

A. KESIMPULAN
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik secara
permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai primer atau
sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah dimulai
(berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai tidak
adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu lebih dari enam
bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan
penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar pituitari
yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon yang
diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG,
Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

B. SARAN

1. Bagi Penulis
Diharapkan tugas ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya tentang
gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar amenorrhea dan bagaimana
cara penanganannya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Amperaningsih, Y., & Fathia, N. (2019). Hubungan status gizi dengan siklus menstruasi
pada remaja di bandar lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 194-199.
Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan dan Pemikiran Islam, 1(1), 116-133.
DI, K. H. P. R. P. (2017). Hubungan Pola Makan (Jumlah, Jenis Dan Frekuensi) Status Gizi
(Antropometri Dan Survei Konsumsi) dengan Keteraturan Haid pada Remaja Putri di SMA
Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1).
Handayani, T. Y., Sari, D. P., & Sustiyani, E. (2021). Hubungan Status Gizi dan Stres
dengan kejadian Amenorea Sekunder. HEALTH CARE: JURNAL KESEHATAN, 10(2), 331-
336.
Izzaty, N. R., Imandiri, A., & Suciati, S. (2017). Secondary Amenorrhea Therapy With
Accupuncture And Turmeric-Fenugreek Herbal. Journal of Vocational Health Studies, 1(1),
27-31.
Maedy, F. S., Permatasari, T. A. E., & Sugiatmi, S. (2022). Hubungan Status Gizi dan Stres
terhadap Siklus Menstruasi Remaja Putri di Indonesia. Muhammadiyah Journal of Nutrition
and Food Science (MJNF), 3(1), 1-10.
Manggul, M. S. (2016). HUBUNGAN STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMA KARYA RUTENG. Wawasan
Kesehatan, 1(2), 142-148.
Rohmah, S., & Rusadi, Y. P. R. (2021). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Amenorea
Pada Siswi Smp Negeri 1 Pademawu. SAKTI BIDADARI (Satuan Bakti Bidan Untuk
Negeri), 4(2), 71-77.
Ruqaiyah, R. (2020). Hubungan Indeks Massa Tubuh Terhadap Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswa AKBID Pelamonia Makassar Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia, 4(1), 1-7.
Tambun, M., Batubara, Z., & Sinaga, M. (2022). HUBUNGAN TINGKAT STRES
DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMK N 8
PADANG BULAN TAHUN 2021. JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND
MEDICINE, 7(2), 1565-1572.

1
Tudhur, N. S., Paramitha, A. D., Islamy, N., Wiajaya,O. (2021). Laporan Kasus: Amenorea
Primer. Medula, 11(1), 191-195
Yudita, N. A., Yanis, A., & Iryani, D. (2017). Hubungan antara Stres dengan Pola Siklus
Menstruasi Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan
Andalas, 6(2), 299-304.

Anda mungkin juga menyukai