Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “K” UMUR 29 TAHUN


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PUTU AGUSTINI S.ST. Keb

TAHUN 2021

Oleh :
Kadek Sri Kusumawati

NIM:20089152013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
PROPOSAL STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “K” UMUR 29 TAHUN
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PUTU AGUSTINI S.ST. Keb

TAHUN 2021

Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Profesi Bidan (Bd)

Oleh :
Kadek Sri Kusumawati

NIM:20089152013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan studi kasus
ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “K” Umur 29 Tahun
Di Praktik Mandiri Bidan Putu Agustini, S.ST.Keb Tahun 2021”, sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar profesi bidan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan studi kasus ini. Ucapan terima kasih penulis
berikan kepada:
1. Dr. Ns. I Made Sundayana, S.Kep., M.Si., sebagai ketua STIKES Buleleng atas
segala fasilitas yang diberikan peneliti dalam menempuh perkuliahan.
2. Kadek Ayu Suarmini, S.ST.,M.Tr.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan STIKES Buleleng.
3. Putu Sukma Megaputri,S.ST.,M.Kes sebagai pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan studi kasus ini tepat
waktu.
4. Indrie Lutfiana, S.ST.,M.H, sebagai pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan studi kasus ini tepat
waktu.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan profesi bidan Angkatan 2020 atas segala
dukungan, saran dan masukannya.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini dan
telah mendoakan demi suksesnya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal studi kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang
dapat menyempurnakan proposal studi kasus ini.

Singaraja, 16 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
SAMPUL LUAR..................................................................................................................i
SAMPUL DALAM.............................................................................................................ii
HALAMAN PERSTUJUAN..............................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................viii
DFTAR TABEL.................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan.................................................................................................................7
2.2 Persalinan................................................................................................................21
2.3 Nifas........................................................................................................................32
2.4 Bayi Baru Lahir dan Neonatus................................................................................38
2.5 Keluarga Berencana................................................................................................45
2.6 Manajemen Kebidanan............................................................................................48
BAB III TEKNIK PENGAMBILAN KASUS
3.1 Tempat Pengambilan Kasus....................................................................................54
3.2 Waktu Pengambilan Kasus......................................................................................55
3.3 Subyek Studi Kasus.................................................................................................55
3.4 Metode Pengambilan Kasus....................................................................................55
3.5 Etika Pengambilan Kasus........................................................................................58
BAB IV TINJAUAN KASUS
4.1 Data Subyektif........................................................................................................59
4.2 Data Objektif..........................................................................................................64
4.3 Analisa...................................................................................................................66
4.4 Penatalaksanaan.....................................................................................................66
Catatan Perkembangan.................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-Lampiran
DAFTAR SINGKATAN

AKI = Angka Kematian Ibu

AKDR = Alat Kontrasespsi Dalam Rahim

ASI = Air Susus Ibu

BB = Berat Badan

BBL = Bayi Baru Lahir

BBLR = Berat Badan Lahir Rendah

BMI = Body Mass Index

BMR = Basal Metabolic Rate

BPS = Biro Pusat Statistik

DJJ = Denyut Jantung Janin

dll = dan lain-lain

DMPA = Depot Medroksi Progesteron Asetat

HCG = Human Chorionic Gonodatropin

HIV = Human Immunodeficiency Virus

IMD = Inisiasi Menyusui Dini

IUD = Intra Uterine Device

IV = Intra Vena

KB = Keluarga Berencana

KEK = Kekurangan Energi Kronik

KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

KN = Kunjungan Neonatus
KF = Kunjungan Nifas

LILA = Lingkar Lengan Atas

MMHG = Milimeter Merkuri (Hydrargyrum)

MSH = Melanin Stimulating Hormone

PAP = Pintu Atas Panggul

PMB = Praktik Mandriri Bidan

TD = Tekanan Darah

TFU = Tinggi Fundus Uteri

TT = Tetanus Toksoid

UK = Usia Kehamialan

USG = Ultrasonografi

VT = Vaginal Toucher
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus angka kematian ibu selama ini sudah menjadi perhatian badan

kesehatan dunia WHO karena angka kasusnya yang semakin hari terus

meningkat terutama ditengah pandemi covid-19 ini, yang mana memberikan

dampak negatif yang signifikan pada ibu hamil dan bayi. Hal ini ditemukan

dalam sebuah studi global. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancent

menemukan, angka kasus bayi lahir dan kematian ibu meningkat hampir

sepertiga kali lipat. Hasil ini ditemukan berdasarkan tinjauan data dari 40

penelitian di 17 negara. Studi juga menemukan adanya peningkatan hampir

enam kali lipat kasus kehamilan ektopik sepanjang Januari 2020 – Januari 2021.

Kehamilan ektopik merupakan kondii saat sel telur yang dibuahi tumbuh di luar

rahim. Kehamilan ektopik yang tidak teratasi dapat menyebabkan pendarahan

yang mengancam jiwa, dan menjadi faktor peningkatan angka kematian ibu

(AKI) di dunia.

Indonesia sebagai negara yang menduduki peringkat keempat pada tahun

2021 sebagai negara dengan penduduk terbanyak berdasarkan Biro Sensus AS maupun

Woldometers dengan jumlah populasi 275.122.131 memberikan peluang besar

terjadinya kasus angka kematian ibu (AKI). Pada tahun 2020 tepatnya disaat pandemi

sedang berada pada kondisi darurat, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus

meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 lalu yang jumlahnya rata-rata hanya 5
kasus per wilayah provinsi. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Agus

Kristianto mengatakan bahwa penyebab angka kematian ibu hamil di tahun 2020 ini

rata-rata mengalami pendarahan sebelum waktunya melahirkan dan plasenta menempel

di jalan rahim. Sementara di tahun 2019, penyebab terbanyak karena mengalami

eklampsia atau masyarakat menyebut keracunan kehamilan, pendarahan, gangguan

metabolik, gangguan emboli atau masuknya cairan ketuban masuk ke pembuluh darah.

Selain faktor yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil itu sendiri,

faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor ekonomi. Dimana selama pandemi

perekonomian Indonesia merosot sangat pesat, banyak kepala rumah tangga yang

kehilangan pekerjaan sehingga mengganggu perekonomian rumah tangga mereka.

Mirisnya ketika dalam rumah tangga tersebut terdapat ibu hamil yang mana perlu

penanganan secara insentif dari segi pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, kebutuhan

konsumsi yang sesuai dengan saran bidan terkait, serta fasilitas lainnya. Dengan

kondisi demikian, sulit bagi ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara

rutin,sehingga bisa saja mengakibatkan timbulnya faktor-faktor yang dapat

meningkatkan angka kematian ibu (AKI) yang dipaparkan diatas.

Setiap provinsi menyumbang angka kematian ibu (AKI) di Indonesia,

termasuk Bali. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan

Provinsi Bali Nyoman Wiradharma, bahwa dari bulan Januari-Mei 2020, angka

kematian ibu hamil di Bali sebanyak 30 orang. Dari jumlah tersebut, paling banyak

terjadi di Kabupaten Buleleng. Penyebab kasus kematian ibu hamil di Bali di

indikasikan karena tenaga kesehatan yang biasanya menangani ibu hamil ragu-ragu

karena menduga setiap pasien ke rumah sakit ada kaitan dengan covid-19. Berdasarkan

data yang diterima dari Dina Kesehatan Kabupaten Buleleng, pada tahun 2015, jumlah

kematian ibu hamil di Bali sebanyak 55 orang, 2016 sebanyak 50 orang, 2017
sebanyak 45 orang, 2018 sebanyak 35 orang, dan 2019 sebanyak 45 orang. Sedangkan

jumlah kematian ibu hamil tahun 2020 Januari – Mei sebanyak 30 orang.

Berdasarkan paparan kasus peningkatan angka kematian ibu (AKI) selama

pandemi yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik meneliti terkait asuhan

kebidanan terhadap ibu hamil, dengan judul Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pada Ny “K” Umur 29 Tahun di Praktik Mandiri Bidan Kadek Kusumawati, S.

Tr. Keb Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Ny “K” Umur 29 Tahun di Praktik Mandiri

Bidan (PMB) Putu Agustini. S.ST.Keb Tahun 2021?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian ini secara umum adalah untuk Melakukan Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny “K” Umur 29 Tahun di Praktik Mandiri Bidan

(PMB) Putu Agustini. S.ST.Keb Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Memberikan asuhan kebidanan pada Ny “K” umur 29 tahun
dalam masa kehamilan di di Praktik Mandiri Bidan Putu Agustini.
S.ST.Keb Tahun 2021.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada Ny “K” umur 29 tahun dalam
masa persalinan di Praktik Mandiri Bidan Putu Agustini. S.ST.Keb
Tahun 2021.

3) Memberikan asuhan kebidanan pada Ny “K” umur 29 tahun dalam


masa nifas di Praktik Mandiri Bidan Putu Agustini. S.ST.Keb Tahun
2021.

4) Memberikan asuhan kebidanan pada Ny “K” umur 29 tahun dalam


masa kontrasepsi di Praktik Mandiri Bidan Putu Agustini. S.ST.Keb
Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Memperluas wawasan mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi, melatih mahasiswa

agar dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi, menambah ilmu dan keterampilan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

bayi baru lahir dan kontrasepsi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Institusi pendidikan, dapat digunakan sebagai referensi untuk

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi

baru lahir dan kontrasespsi.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi khususnya di
daerah Kubutambahan.
2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kebidanan yang baik sesuai

dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru

lahir dan kontrasepsi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuhan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester. Trimester I berlangsung 12 minggu (minggu 1-2), Trimester
II berlangsung 15 minggu (minggu 13-27), Trimester III berlangsung 13
minggu (minggu (28-40) (Rukiah, dkk, 2013).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 adalah hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Rukiah, dkk, 2013).
2.1.2 Perubahan Fisik pada Masa Kehamilan
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama karena
pengaruh estrogen dan progesteron yang meningkat. Pada
kehamilan 8 minggu uterus membesar. Minggu pertama istmus
rahim bertambah panjang dan hipermetropi sehingga terasa lebih
lunak (tanda hegar). Pada kehamilan 5 bulan rahim teraba seperti
berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis sehingga bagian-bagian
anak dapat diraba melalui dinding perut, terbentuk segmen atas
rahim dan segmen bawah rahim. (Dartiwen, dkk, 2019)
Posisi rahim dalam kehamilan: awal kehamilan ante atau
retrofleksi akhir bulan kedua uterus teraba 1-2 jari di atas simpisis
pubis. Uterus sering berkontraksi tanpa rasa nyeri, konsistensi
lunak, kontraksi ini disebut braxtonhicks, kontraksi ini merupakan
9

tanda kemungkinan hamil dan kontraksi sampai akhir kehamilan


menjadi his (Dartiwen, dkk, 2019).
b. Serviks Uteri
Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan sehingga
serviks menjadi lunak dan berwarna biru. Perubahan serviks
terutama terdiri atas jaringan fibrosa. Glandula
servikalismensekresikan lebih banyak plak mucus yang akan
menutupi kanalisservikalis, Fungsi utama dari plokmucus ini adalah
untuk menutup kanalisservikalis dan untuk memperkecil risiko
infeksi genital yang meluas ke atas (Dartiwen, dkk, 2019).
Menjelang akhir kehamilan kadar hormon relaksin
memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada serviks.
Dalam persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta relaksin
membuat serviks lebih lunak. Sumbat mucus yang disebut
operculum terbentuk dari sekresi kelenjar serviks pada kehamilan
minggu ke-8. Sumbat mucus tetap berada dalam serviks sampai
persalinan dimulai dan pada saat itu dilatasi serviks menyebabkan
sumbat tersebut terlepas.
c. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas
kanalisservikalis setinggi ostium interna bersama-sama
Isthmusuteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan
menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu terakhir kehamilan
sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung
presentingpart janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan
menegang setelah persalinan terjadi (Dartiwen, dkk, 2019).
2. Sistem Endokrin
Korpus luteum dalam ovarium pada minggu pertama menghasil
estrogen dan progesteron, yang dalam stadium ini memiliki fungsi
utama untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah
pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast
menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang akan
mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh
dan mengambil alih produks estrogen dan progesteron dari korpus
luteum (Dartiwen, dkk, 2019).
Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fetus,
pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium, pelepasan hormon
hipofise. Sementara itu, progesteron memengaruhi tubuh ibu melalui
relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu,
pengembangan duktus laktiferus dan alveoli, perubahan sekretorik
dalam payudara (Dartiwen, dkk, 2019).
Plasenta menghasilkan dua hormon spesifik lainnya, yaitu hormon
laktogenik dan relaksin. Hormon laktogenik meningkatkan
pertumbuhan, menstimulasi perkembangan payudara dan mempunyai
peranan yang penting dalam metabolisme lemak maternal, sedangkan
hormon relaxin memberikan efek relaksan khususnya pada jaringan
ikat (Dartiwen, dkk, 2019).

3. Sistem Kekebalan
Imunisasi sebagai salah satu cara preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus diberikan
secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar
sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus
mata rantai penularan. Pada hakikatnya, kekebalan tubuh dapat
memiliki secara aktif maupun pasif. Keduanya dapat diperoleh secara
alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami
adalah kekebalan yang didapatkan secara transplasenta, yaitu antibodi
yang diberikan ibu kandung secara pasif melalui plasenta kepada janin
yang di kandungannya. Semua bayi yang dilahirkan memiliki sedikit
atau banyak antibodi dari ibu kandungnya.
4. Sistem Perkemihan
Progesteron dengan efek relaksan pada serabut-serabut otot polos
menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan, dan penekukan ureter
Penumpukan urine terjadi dalam ureter bagian bawah dan penurunan
tonus kandung kemih dapat menimbulkan pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas sehingga sering terjadi pielonefritis (Dartiwen,
dkk, 2019).
Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urine, khususnya
akibat desakan yang ditimbulkan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen dapat terjadi menjelang akhir kehamilan. Keadaan ini
disebabkan oleh penurunan tonus otot pada dasar pangrgul (akibat
progesteron) dan peningkatan tekanan akibat penambahan isi uterus.
Akibat perubahan ini pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul
sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan
bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul (Dartiwen, dkk, 2019).
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin turun ke PAP, keluhan
sering kencing akan timbul kembali karena kandung kemih mulai
tertekan. Di samping sering kencing terdapat pula poliuria. Poliuria
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada
kehamilan sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai
Reabsorbsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat
dikeluarkan urea, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan
(Dartiwen, dkk, 2019).
5. Sistem Pencernaan
Pada bulan bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (
nause) sebagai akibat hormon estrogen yang meningkat dan
peningkatan kadar HCG dalam darah, tonus otot traktus digestivus
menurun sehunmotilitas juga berkurang yang merupakan akibat dari
jumlah progesteron yang besar dan menurunnya kadar montalin, suatu
peptida hormon yang diketahui mempunyai efek perangsangan otot-
otot polos. Makan lebih lama dalam lambung dan apa yang telah
dicerna lebih lama berada dalam usus. Hal ini baik untuk reabsorpsi
akan tetapi menimbulkan obstipasi yang memang merupakan salah
satu keluhan utama wanita hamil. Dijumpai pada bulan-bulan pertama
kehamilan gejala muntah lemes, yang biasanya terjadi pada pagi hari
dikenal dengan morning sickness (Dartiwen, dkk, 2019).
Nausea (mual) atau vomitus (muntah) yang terjadi pada awal bulan
kehamilan sering dijumpai dan biasanya ringan. Penyebab yang pasti
belum diketahui tetapi kemungkinan besar keadaan ini merupakan
reaksi terhadap peningkatan kadar hormon. Jika berlangsung melebihi
14 minggu atau bila terjadi hiperemesis, maka morningsickness ini
dianggap sebagai keadaan abnormal dan memerlukan tindakan aktif
(Dartiwen, dkk, 2019).
6. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada
kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang
membesar. Lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada
tungkai bawah mobilitas sendi sacroiliaka, sacrocoksigealdan sendi
pubis bertambah besar dan karena ini menyebabkan tidak nyaman pada
dinding bagian bawah, khususnya pada akhir kehamilan (Dartiwen,
dkk, 2019).
Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat
gaya tarik bumi dan garis bentuk tubuh lengkung tulang belakang akan
berubah bentuk untuk mengimbang pembesaran abdomen dan
menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang memperhatikan postur
tubuh yang khas (lordosis). Demikian juga jaringan ikat pada
persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan persalinan
(Dartiwen, dkk, 2019)
7. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula, mumu dan alat lain yang
memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasma
puteramulya mengatur pada saat usia kehamilan 10 minggu.
Peribahastata volume maternal berkisar antara 20%-100% selain itu
pada minulloutput akan meningkat dan perubahan terjadi pertandre.
Pada akhir trimester I terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran terta
bertambahnya cardiacoutput (Dartiwen, dkk, 2019).
Pada usia kehamilan 16 minggu, menjadi model. Setelah 24 minggu
tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali sebelum aterm.
Perubahan auskultasi mengiring perubahan ukuran dan posisi jantung.
8. Sistem Integumen
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis
menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen
selama masa kehamilan. Perubahan yang umum terjadi adalah
peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub dermal, hiperpigmentasi,
pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas. Jaringan
elastis kulit mudah pecah, menyebabkan striaegravidarum
(Dartiwen,dkk, 2019).
Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone, kadar
MSH pun meningkat, terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide
atau alba, areola mamae, papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasma
gravidarum), setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang
(Dartiwen, dkk, 2019).
9. Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan perubah
perubahan kimawi yang terjadi di dalam tubuh untuk pelaksana untuk
pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Dengan terjadinya kehamilan,
metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
memberi ASI.

10. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh


Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar 6,5-
16,5 kg. Kenaikan berat badan terlalu banyak ditemukan pada kasus
preeklampsi dan eklampsi. Kenaikan berat badan ini disebabkan oleh
janin, uri , air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah,
protein dan retrensi urine. Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index,
BMI) mengidentifikasi jumlah jaringan adiposa berdasarkan hubungan
tinggi badan terhadap berat badan dan digunakan untuk menentukan
berat badan wanita (Dartiwen, dkk, 2019).
2.1.3 Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan
Menurut (Astuti, dkk, 2017) perubahan psikologi pada hamil adalah:
1. Pada kehamilan Trimester 1
Adaptasi yang harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima kenyataan
bahwa dirinya sedang hamil. Tingkat penerimaan dari ibu hamil akan
tercermin dalam respon emosionalnya dan kesiapan atau
penyambutan
kehamilannya. Berbagai respon emosional pada trimester 1 yang
dapat muncul berupa perasaan ambifalen, kekecewaan, penolakan,
kecemasan, depresi dan kesedihan. Pada trimester 1 ini, akan muncul
sejumlah ketidaknyamanan, misalnya mual, kelelahan, perubahan
nafsu makan, emosional, dan cepat marah. Kemungkinan hal ini,
mencerminkan konflik atau depresi yang dialami selain pengingat
akan kehamilanya. Pada kehamilan trimester 1, ekspresi seksual
bersifat individual. Selain faktor fisik, emosi, serta interaksi dan
masalah disfungsi seksual dapat berperan terhadap perbedaan
perasaan yang muncul. Umumnya, rasa keinginan seksual ibu akan
menurun, jika ibu merasa mual, letih, depresi, nyeri payudara,
khawatir dan cemas.
2. Perubahan pada Trimester 2
Pada trimester 2 ini ibu akan merasa lebih baik dan sehat karena
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan, misalnya mual dan letih.

Perubahan psikologis pada trimester kedua ini dapat dibagi menjadi 2


tahap, yaitu sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu (Pre
quickening) dan setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh
ibu (Post quickening).
3. Perubahan pada Trimester 3
Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata
mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran anaknya. Selama
menjalani kehamilan trimester ini, ibu dan suaminya sering kali
berkomunikasi dengan janin yang berada dalam kandunganya dengan
cara mengelus perut dan berbicara didepannya, walaupun yang dapat
merasakan gerakan janin di dalam perut hanyalah ibu hamil itu
sendiri. Pada trimester ketiga ini, libido cenderung menurun kembali
yang disebabkan munculnya kembali ketidaknyamanan fisiologis,
serta bentuk dan ukuran tubuh yang semakin membesar.
4. Darah dan Pembekuan Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya
terdapat keseluruhan kira-kira unsur padat, yaitu sel darah. Volume
darah secara keseluruhan kira kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan,
sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Susunan darah terdiri
dari air 91%, protein 8% dan mineral 0,9%.
Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan berbagai
faktor diperlukan untuk melaksanakan pembekuan dan sebagaimana
telah diterangkan. Trombin adalah alat dalam mengubah fibrinogen
menjadi fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih
ada dalam pembuluh. Akan tetapi yang ada adalah zat pendahulunya,
protrombin yang kemudian diubah menjadi zat aktif trombin oleh
kerja trombokinase.Trombokinase atau tromboplastin adalah zat
penggerak yang dilepaskan ke darah ditempat yang luka.
5. Sistem Pernafasan
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu
cara untuk membuang karbon dioksida. Peningkatan kadar estrogen
menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi sehingga
ekspansi rongga dada meningkat.
Penigkatan pernapasan yang berhubungan dengan frekuensi napas
normal menyebabkan peningkatan volume nape satu menit sekitar
26%. Peningkatan volume napas satu menit hiperventilasi kehamilan,
yang menyebabkan konsentrasi karbon dioks di alveoli menurun.
2.1.4 Standar Pelayanan 10 T
Menurut (Kemenkes RI, 2016b) , Standar pelayanan 10 T, yaitu :

a. Pengukuran tinggi badan cukup satu kali, penimbangan beratbadan


bila tinggi badan <145 cm, maka factor risiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Sejak bulan ke-4
pertambahan BB paling sedikit 1 kg/ bulan.
b. Pengukuran tekanan darah ( tensi)
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmhg, ada factor resiko hipertensi ( tekanan
darah tinggi dalam kehamilan).
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < 23,5 cm menunjukan ibu hamil menderita kurang energy kronis
( ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
d. Pengukuran tinggi rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin
apakah sesuai dengan usia kehamilan.

e. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut


jantung janin. Apabila trimester III bagaian bawah janin bukan kepala
atau kepala belum masuk panggul kemungkinan ada kelainan letak
atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/
menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan ada tanda gawat
janin, segera rujuk.
f. Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT) oleh petugas untuk
selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan
bayi.
g. Pemberian tablet tambah darah
Dan ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada
malam hari untuk mengurangi rasa mual.
h. Tes laboratorium
1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor darah bagi ibu
hamil bila diperlukan.
2) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia) .
3) Tes pemeriksaan urine ( Air Kencing).
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria,
HIV, sifilis dan lain lain.
i. Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan, dan inisiasi
menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir. ASI eklusif,
KB dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap
pada saat, kunjungan hamil.

j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan Jika ibu mempunyai


masalah kesehatan pada saat hamil.
2.1.5 Standar Kunjungan Antenatal Care
Menurut (Rismalinda, 2015) Kunjungan Antenatal Care (ANC), yaitu:
a. Trimester I ( sebelum 14 minggu)
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa.
2) Mencegah masalah, missal: Tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi
komplikasi.
5) Mendorong prilaku sehat (Nutrisi, kebersihan, olaraga, istirahat,
seks dan sebagainya).
b. Trimester II ( 14- 28 minggu)
1) Sama dengan trimester I ditangani : kewaspadaan khusus terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi preeklamsia, pantau TD, evaluasi
odema, proteinuria.
c. Trimester III (28-36 minggu)
1) Sama, ditambah: deteksi kehamilan ganda
2) Sama, ditambah: deteksi kelainan otak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di RS

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan


Aterm (bukan Premature atau Postmature), mempunyai onset yang
spontan (tidak di induksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak
saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencangkup komplikasi,
plasenta lahir nomal (Walyani dan Purwoastuti, 2016)
Persalinan merupakan sebuah proses pengeluaran hasil konsepsi atau
janin dan uri untuk hidup ke dunia luar rahim. Pengeluaran konsepsi
tersebut melalui jalan lahir. Dengan kata lain, persalinan merupakan proses
yang melibatkan bayi, plasenta dan selaput ketuban untuk keluar dari
rahim ibu (Maharani, 2017).
2.2.2 Tanda-tanda Persalinan
Menurut (Manuaba, 2014) tanda-tanda persalinan yaitu :
1. Terjadinya His Persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan
rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan servik. His
persalinan memiliki ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke
depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar, memiliki pengaruh terhadap perubahan serviks, makin
beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan Darah (Bloody Show)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan
pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah sewaktu
serviks membuka.
3. Pengeluaran Cairan.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagaian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.
2.2.3 Pemantauan Persalinan (Lembar Observasi dan Partograf)
1. Pengertian
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk
mencapai hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui VT dan mendeteksi dini adanya
kemungkinan partus lama (Nurwiandani, dkk, 2018)
2. Fungsi Partograf
Apabila digunakan secara tepat, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk (Nurwiandani, dkk, 2018) :
1) Mencatat kemajuan persalinan.
2) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
3) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
4) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klnik yang sesuai dan tepat waktu partograf harus digunakan.
5) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik tanpa
ataupun adanya penyulit. Partograf akan memantau,
mengevaluasi, dan membantu keputusan klinik baik persalinan
normal maupun disertai dengan penyulit.
6) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (dirumah,
puskesmas, BPS, rumah sakit, dll).
7) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu selama bersalin dan kelahiran (Sp.OG, bidan,
dokter umum, residen, mahasiswa).
3. Waktu Pengisian Partograf
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif, yaitu saat mulai
terjadinya pembukaan serviks dari 4-10 cm dan berakhir pada
pemantauan kala IV (Nurwiandani, dkk, 2018).
4. Pengisian lembar depan partograf
Partograf dapat dikatakaan sebagai data yang lengkap bila seluruh
informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,
kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yg diberikan sesuai dan dicatat secara rinci sesuai dengan pencatatan
partograf. Hal-hal yang perlu dicatat dalam partograf (Nurwiandani,
dkk, 2018) :
1) Informasi tentang ibu
a. Nama dan umur.
b. Gravida, para, abortus.
c. Nomor catatatn medik atau nomor puskesmas.
d. Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e. Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit
(lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Kisaran
normal DJJ tertera diantara garis tebal angkaa 180 dan 100.
Bidan harus waspada jika DJJ mengarah dibawah 120
(bradicardi) dan diatas 160 permenit (takicardi).
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali VT dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Penggunaan lambangnya adalah
sebagai berikut:
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan warna jernih
M : ketuban sudah pecah dan bercampur
mekonium D : ketuban sudah pecah dan bercampur
darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
(kering)
Mekonium dalam air ketuban selalu menunjukkan gawat janin,
pantau DJJ untuk mengenali tanda-tanda gawat janin, segera
rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai, namun jika
mekonium kental segera rujuk.
c. Penyusupan (Molase) kepala janin
Indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Lakukan
penilaian penyusupan kepala setiap melakukan VT.
Penggunaan lambangnya adalah sebagai berikut:
1 : Tulang kepala janin terpisah, suturan mudah dapat di
palpasi
2 : Tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
3 : Tulang kepala janin saling bertumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan
4 : Tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di
pisahkan
3) Kemajuan Persalinan
Kolom dan jalur kedua pada partograf digunakan untuk mencatat
kemajuan persalinan. Masing-masing kolom menunjukkan waktu
30 menit. Kemajuan persalinan yang harus ditulis dalam partograf
adalah sebagai berikut (Nurwiandani, dkk, 2018) :
a) Pembukaan Serviks
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memantau pembukaan
serviks adalah sebagai berikut :
1. Nilai dan catat pembukaan serviks tiap 4 jam (lebih sering
dilakukan bila ada tanda penyulit)
2. Angka 0-10 yang tertera paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks, setiap angka atau kolom menunjukkan
besarnya pembukaan serviks
3. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan (pembukaan 4
cm) catat pembukaan serviks digaris waspada dengan
menulis tanda “X”
4. Selanjutnya catat setiap kali melakukan VT kemudian
hubungkan dengan garis utuh (tidak putus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Pada pengecekan bagian ini berilah tanda “O” untuk
menunjukkan penurunan bagian bawah janin pada garis waktu
yang sesuai.
Contoh : jika kepala bisa palpasi 4/5 tuliskan tanda “O” di
nomor 4 kemudian hubungkan tanda “O” dari setiap
pemeriksaan dengan garis yang tidak terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir
pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika
laju pembukaan mencapai 1 cm perjam.
Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis
waspada maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis
bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 cm)
pada garis waspada.
4) Waktu dan Jam
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
terdapat kotak yang diberi angka 1-16 setiap kotak
menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
1 Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 2 kotak 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau
lajur kontraksi di bawahnya.
2 Saat itu masuk fase aktif catat pembukaan serviks, catatlah
pembukaan serviks di garis waspada, kemudian catat
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
3 Contoh jika VT berukuran 6 cm pada pukul 15.00. tuliskan
X di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 dan catat
waktu yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya (kotak
ketiga dari kiri).
5) Kontraksi Uterus
a. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit Setiap 30 menit,
raba dancatat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi.
b. Lama kontraksi (dalam detik)
6) Obat-obatan yang Diberikan
a. Oksitosin, diberikan jika tetesan drip sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan pervolume cairan dan dalam satuan tetesan per
menit.
b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. Lakukan
pencatatan terhadap semua obat yang digunakan dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
7) Kondisi Ibu
a. Nadi, tekanan darah dan suhu
1 Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (.) pada
kolom yang sesuai.
2 Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau sering, jika
diduga ada penyulit, maka berilah tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3 Suhu tubuh diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih
sering. Jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada
infeksi. Catatlah suhu tubuh pada kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein, dan aseton.
Lakukan pengukuran dan pencatatan jumlah produksi urin
setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Apabila memungkinkan,
lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.

5. Pengisian lembar belakang partograf


Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang
berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I,
kala II, kala III, kala IV dan bayi baru lahir (Nurwiandani, 2018).
a. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
merujuk, pendamping saat merujuk, dan masalah dalam
kehamilan atau persalinan.
1) Kala I
Pada bagian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang
partograf saat melewati garis waspada, masalah yang timbul,
penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.
2) Kala II
Pada bagian ini terdiri dari laporan tentang episiotomi,
pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, dan
masalah penatalaksanaannya.
3) Kala III
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama
kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, massase fundus uteri, kelengkapan plasenta >30
menit, ;aserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,
penatalaksanaan dan lainnya.
4) Kala IV
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan.
5) Bayi Baru Lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan,
pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
2.2.4 Tahapan Persalinan ( KALA I, II, III, IV )
Menurut (Ilmiah, 2015), Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala,
yaitu : 1. Kala I
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm,
disebut juga kala pembukaan. Secara klinis partus dimulai bila timbul
his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemuh darah.
Lendir yang bersama darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis
karena servik mulai membuka atau mendaftar.
Sedangkan darahnnya berasal dari pembuluh pembuluh kapiler
yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran
pergeseran ketika serviks membuka proses pembukaan serviks sebagai
akibat his dibagi dalam fase:
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm his
masih lemah dengan frekuensi jarang, pembukaan terjadi sangat
lambat
b. Fase aktif dibagi 3 :
1) Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm.
2) Fase dilatasi maxsimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi 9.
3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. his tiap 3-4
menit selama 45 detik fase tersebut diatas dijumpai pada
primigravida. Pada multigravidapun terjadi demikian, akan
tetapi fase laten fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek. Mekanisme membukannya serviks berbeda antara pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendaftar dan menifis. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.
Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendaftaran serviks terjadi dalam satu yang sama. Ketuban
akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau lebih
lengkap. Pada primigravida kala I berlansung kira kira 13 jam,
sedangkan multipara kira- kira 7 jam.

2. Kala II
Kala pengeluaran. Kala atau fase yang dimulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran bayi. Setelah serviks
membuka lengkap janin akan segera keluar. His 2-3 X/ menit lamanya
40-90 detik. His sempurna dan efektif bila koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi fundus,
mempunyai amplitude, 40-mm air raksa berlangsung 60-90 detik
dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang
dari 12 mm air raksa. Karena biasanya dalam hal ini kepala sudah
masuk kedalam panggul, maka pada his diraakan tekanan pada otot
otot dasar panggul, yang secara reflokotoris menimbulkan rasa
mengedan. Juga dirasakan tekanan pada rectum dan hendak buang air
besar. Kemudian premium menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak dalam vulva pada waktu his.

3. Kala III
Kala uri (Kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban).
Setelah bayi lahir, Uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Berapa menit kemudian uterus dan berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
4. Kala IV
Kala atau fase setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan sampai
2.3 Nifas dengan 2 jam post partum.

2.3.1 Pengertian Nifas


Masa nifas (puerpureum) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
Masa nifas adalah setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta,
ibu mengalami suatu priode,pemulihan kembali kondisi fisik dan
psikologinya (Sukarni dan Margareth, 2013).
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil.Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia, 2015).

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Masa Nifas


Perubahan Fisiologis masa nifas menurut (Walyani, 2015), yaitu:
1) Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume darah, dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta
yang mengakibatkan beban jantung meningkat.
2) Sistem Hematologi
Hari pertama masa nifas, kadar fibrogen dan plasma sedikit
menurun tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan pembekuan darah. Faktor pembekuan terjadi
karena adanya suatu aktivasi faktor pembekuan darah yang terjadi
setelah persalinan.
Setiap hari kaki ibu diperiksa untuk mengetahui adanya tanda-
tanda trombosis (nyeri, hangat dan lemas, serta vena bengkak
kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh), mungkin
positif terdapat tanda-tanda homan’s (doso fleksi kaki dimana
menyebabkan otot-otot mengompresi vena tibia dan nyeri jika ada
thrombosis).
3) Sistem reproduksi
a) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, yaitu:
(1) Fundus uteri setelah bayi lahir adalah setinggi pusat dengan
berat 100 gr.
(2) Fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat dengan berat uterus
750 gr pada akhir kala III.
(3) Fundus uteri teraba di pertengahan pusat simpisis dengan berat
uterus 100 gr setelah satu minggu postpartum.
(4) Fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat 350 gr
setelah dua minggu postpartum.
(5) Fundus uteri bertambah kecil dengan berat 50 gr setelah enam
minggu postpartum.
b) Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dari vagina dalam masa nifas. Macam-macam lokhea, yaitu:
(1) Lokhea rubra (cruenta): keluar selama 2 hari postpartum.
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
(2) Lokhea sanguinolenta: keluar pada hari ke 3-7 postpartum.
Berwarna kuning berisi darah dan lender.
(3) Lokhea serosa: keluar pada hari ke 7-14 postpartum. Berwarna
kuning.
(4) Lokhea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Lokhea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
(6) Lokhea statis: lokhea tidak lancar keluarnya
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali ke keadaan tidak hamil.
e) Perineum
Segera setelah persalinan perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang begerak
maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan.
f) Payudara
Perubahan pada payudara meliputi:
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormone prolaktin setelah persalinan.
(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke-2 atau ke-3 setelah persalinan.
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
4) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
sesudah melahirkan.
5) Sistem gastrointestinal
Diperlukan wakru 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal
meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan.
6) Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke-3 post partum. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang.
7) Sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses involusi.
8) Sistem integumen
Penurunan melanin umunya terjadi setelah persalinan yang
menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi pada kulit serta terjadi
perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

2.3.3 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas


Fase – fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas (Walyani, 2015)
yaitu :
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu priode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua melahirkan. Fase ini ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri.
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada Fase ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu mempunyai perasaan sensitive, sehingga, mudah tersinggung dan
marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah
menyesuaiakan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat
pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya.

2.3.4 Standar Kunjungan Masa Nifas


Kebijakan program nasional, kunjungan masa nifas paling sedikit ada
3 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah –
masalah yang terjadi. Berikut adalah jadwal pelaksanaan Kunjungan
Neonatus (KN) dan Kunjungan Nifas (KN) (Walyani, 2017).

2.4 BBL dan Neonatus


2.4.1 Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut dengan neonates merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan intrauterine kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2014)
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal dalah bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Dwienda, 2014).

2.4.2 Pengertian Neonatus


Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari
(Mananniasih dan Jaya, 2016).

2.4.3 Fisiologi Neonatus


Menurut (Johariyah, 2012) Perubahan fisiologis masa nifas sebagai
berikut :
1. Perubahan sistem Pernafasan
a. Perkembangan Paru-paru
Paru-paru bersal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx,
yang bercbang dan kemudian kembali mmembentuk struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus
akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester II dan III.
b. Awal Adanya Nafas
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi .
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi
paruparu selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
a) Surfaktan dan upaya infirasi bernafas. Upaya pernafasan
pertama bayi berfungsi untuk :
(1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
(2) Mengeluarkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali
b) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan dalam paru-parunya.
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
c) Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan
pembuluh darah paru-paru akan memperlancarkan pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi di luar rahim.
2. Perubahan sistem Sirkulasi
Setelah lahir bayi harus melewati paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan. Venaumlicus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa
menit setelah bayi lahir dan setelah tali pusat di klem. Penutupan
jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.
3. Perubahan sistem termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim yang
hangat, setelah lahir bayi tersebut berada di lingkungan yang dingin.
Suhu dingin ini menyebabkan air ketubah menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
mekanisme mengigil merupakan hasil penggunaan lemak coklat
terdapat diseluruh tubuh bayi dan mereka mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang
bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan panas tubuh. Lemak
cokelat tidak dapat di produksi ulang olleh bayi baru lahir dan
cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin.
4. Perubahan sistem Metabolisme. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat bayi lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan glukosa darahnya sendiri. Pada setiap beyi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Pencegahan penurunan glukosa pada bayi dapat dilakukan dengan 3
hal:
(1) Melalui pemberian ASI ( bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu secepat mungkin setelah lahir)
(2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
(3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
(4) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi dan
neonatus. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting
contohnya memberi ASI ondemand.
(5) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi. Sitem kekebalan tubuh yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Contoh kekebalan tubuh alami :
a. Perlindungan oleh kulit membarane mukosa.
b. Fungsi saringan saluran nafas.
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada
praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.

2.4.4 Kebutuhan Dasar Neonatus


a. Kebutuhan asah
Merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal
proses pendidikan dimana bertujuan untuk mengembangkan mental,
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, moral,
produktivitas, dan lain-lain. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali
ada kesempatan berinteraksi dengan bayi atau balita, misalnya ketika
memandikan, menggangti popok, menyususi, menggendong,
mengajak berjalan-jalan, bermain maupun menonton TV menjelang
tidur.
Stimulasi pada masa neonatus dilakukan dengan cara
mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk,
menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara,
membunyikan berbagai suara atau musik bergantian bergantung dan
menggerakkan benda berwarna mencolok lingkaran atau kotak-kotak
hitam-putih, benda-benda berbunyi, serta dirangsang untuk meraih
dan memegang mainan (Armini, 2017).
1. Ketika bayi rewel, cari penyebabnya dan peluk ia dengan penuh
kasih sayang
2. Gantung benda-benda yang berbunyi dan berwarna cerah diatas
tempat tidur bayi agar dapat melihat benda tersebut bergerak-
gerak dan berusaha menendang meraih benda tersebut
3. Latih bayi mengangkat
4. Ajak bayi tersenyum, terutama ketika ia tersenyum kepada anda
b. Kebutuhan asih
1. Ikatan Kasih Sayang
a) Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian asi secara ekslusif segera
setelah lahir, secara langsung bayiakan mengalami kontak
kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh manusia.
b) Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early
infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya.
c) Kontak mata (eye to eye contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,
mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
d) Gaya bahasa ( Entrainment)
Bayi mengembangkan irama akibta kebiasaan bayi baru lahir
bergerak-gerak sesuai struktur pembicaraan orang dewasa
mereka menggoyangkan tangan mengakat kepala dan
menendang-nendangkan kakinya.
e) Bioritme ( biorhythmicity)
Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan menamfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
f) Inisiasi dini
Setelah bayi baru lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas
ibu ia akan merangkak dan mencari puting susu ibu ibunya,
dengan demikian bayi dapat melakukakn reflek ssucking
dengan segera.
g) Suara( voice )
Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya
sangat penting, biasanya orang tua menunggu tangisan
pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat
mereka yakin dan tenang bahwa bayinya dalam keadaan sehat
dan baik-baik saja.
h) Aroma atau odor (bau badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar
dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibuya (Armini,
2017).
c. Kebutuhan asuh
Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat
tinggal
1) Pemberian pangan atau nutrisi.
2) Perawatan kesehatan dasar seperti pelayanan kesehatan dasar,
imunisasi.
3) Kebutuhan pangan.
4) Kebutuhan perumahan.

2.4.5 Standar Kunjungan Neonatus


Menurut (Sinta B, 2019), minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:
a. Pada usia 6-48 jam (kunjungan 1).
b. Pada usia 3 -7 hari (kunungan neonatal 2).
c. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3).
2.5 Keluarga Berencana (KB)
2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan keinginan dan
menentukan kapan ingin hamil (Marmi, 2015).
KB Merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita
(Tresnawati, 2013).

2.5.2 Tujuan Umum Keluarga Berencana


a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social – ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar dapat
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan umum program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi
serta penanggulanang masalah kesehatan reproduksi dalam rangka
membangun keluarga kecil yang berkualitas (Eli Hidayanti, 2017).
Tujuan KB Yaitu untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat
merasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik agar
dapat mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin (Kemenkes
RI, 2017).

2.5.3 Manfaat KB
Menurut Kemenkes RI tahun 2017, ada empat manfaat utama bagi
akseptor mengikuti program keluarga berencana. Manfaat KB untuk ibu
meliputi:
1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan karena sudah mempunyai
beberapa anak.
2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu.
3) Menjaga kesehatan ibu.
4) Merencanakan kehamilan lebih terprogram. Selain manfaat KB untuk
ibu, KB juga bermanfaat untuk anak, yaitu:
a. Mengurangi resiko kematian bayi.
b. Mencegah bayi kekurangan gizi.
c. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi.
d. Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal.
Selain manfaat KB untuk ibu dan anak, KB juga bermanfaat untuk
keluarga, manfaatnya yaitu: Meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
harmonisasi keluarga lebih terjaga.

2.5.4 KB Suntik 3 Bulan


Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang berupa cairan yang
disuntik kedalam tubuh wanitsecara priodik dan mengandung hormonal,
kemudian masuk kedalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit
oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan (Marmi,
2015).

2.5.5 Efektivitas KB Suntik 3 Bulan


Sangat efektif yaitu 0,1 - 0,4 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti pil.
Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki keuntungan
mengurangi resiko lupa minum pil dan dapat bekerja efektif selama 3
bulan (Marmi, 2015).

2.5.6 Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2019), indikasi pada pengguna suntik
DMPA adalah:
1) Wanita usia refroduktif.
2) Wanita yang sudah memiliki anak.
3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan
4) memiliki evektivitas tinggi

5) Wanita yang sedang menyusui


6) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui
7) Setelah abortus atau keguguran

2.5.7 Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2019) indikasi pada pengguna suntik
DMPA adalah :
1) Wanita usia refroduktif.
2) Wanita yang sudah memiliki anak.
3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan
memiliki evektivitas tinggi.
4) Wanita yang sedang menyusui.
5) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.

2.5.8 Cara Kerja KB Suntik 3 Bulan


Menurut (Rahayu, 2016), cara kerja dari KB suntik 3 bulan sebagai
berikut;
1) Mencegah ovulasi.
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

2.5.9 Tahapan Konseling (SATU TUJU)


Menurut Saiffudin dalam buku (Marmi, 2015), dalam memberikan
konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat
diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU
TUJU Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai:
a. SA: Sapa dan Salam
1) Sapa klien secara terbuka dan sopan.
2) Beri perhatian sepenuhnya,jaga privasi pasien.
3) Bangun percaya diri pasien.
4) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan dijelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
b. T: Tanya
1) Tanyakan informasi tentang dirinya.
2) Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan reproduksi.
3) Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.
c. U : Uraikan
1) Uraikan pada pasien mengenai pilihannya.
2) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta
jelaskan jenis yang lain.
d. TU: Bantu
1) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.
2) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.
e. J: Jelaskan
1) Jelaskan secara lengkap bagaimana mengunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih kontrasepsinya.
2) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.
f. U : Kunjunagan Ulang
1) Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakuakan pemeriksaan/
permintaan kontrasepsi jika diperlukan.
2.5.10 Metode Pendokumentasian SOAP
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data
objektif, A adalah analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan
dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data
dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis.
Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode dokumntasi yang
lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Sekarang kita akan membahas
satu persatu langkah metode SOAP.
1) Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita
tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi
tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2) Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium, catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
3) Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut
bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut
dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan
penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
BAB III
TEKNIK PENGAMBILAN KASUS

3.1 Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan kasus ini diambil di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Putu
Agustini,, SST.Keb yang terletak di Jalan Surya Darma Desa Tukad Mungga
Kecamatan Buleleng. Alasan penulis mengambil kasus di tempat tersebut
karena PMB tersebut banyak dikunjungi oleh ibu hamil, selain itu tempat
praktik tersebut juga terdapat jumlah ibu hamil usia dibawah 20 tahun. Sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh bidan tersebut lengkap. Jumlah asisten bidan
di PMB tersebut sebanyak 2 asisten. Di Bidan Putu Agustini, S. Tr. Keb
sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian studi kasus.
Sarana dan prasarana di PMB Putu Agustini, SST.Keb yaitu 1 ruang
tunggu, dilengkapi dengan meja dan kursi. Terdapat ruang periksa untuk pasien
umum dan pasien ibu hamil, ruang periksa dilengkapi 1 tempat tidur, meja,
kursi, wastafle dan juga terdapat brosur kesehatan. Terdapat 2 ruang nifas yang
dilengkapi 1 tempat tidur, meja, dan kursi. Terdapat 2 ruang bersalin dilengkapi
1 tempat tidur, meja, kursi dan lemari, ruangan untuk bayi rawat gabung dengan
ruang nifas dilengkapi boks bayi dan ruangan untuk pelayanan KB yang
dilengkapi meja ginekologi. Di PMB Putu Agustini, SST.Keb terdapat 2 kamar
mandi yang di depannya ada 1 wastafle.
Peralatan lain yang ada di PMB Putu Agustini,SST.Keb yaitu timbangan
dewasa, timbangan bayi, pengukur tinggi badan, pengukur lingkar kepala bayi,
alat pengukur panjang bayi, stetoskop, tensi meter, thermometer, tourniquet,
doppler, lampu periksa, standar infus, bak instrument beserta tutupnya, palu
reflex, korentang, tabung oksigen, partus set. Peralatan lainnya berupa set
imunisasi yang terdiri dari 1 tempat untuk menyimpan vaksin, dan
perlengkapan vaksin. Set pelayanan KB berupa IUD kit, implant kit, klem
alligator AKDR, klem penarik benang AKDR, sonde uterus sims, spekulum,
kacamata google, celemek, sepatu boot, perlak, pispot, toples kassa steril,
waskom, bengkok, kom, sterilisator, safety box, bak sampah medis dan non
medis.
Pelayanan yang diberikan di PMB Putu Agustini,SST. Keb berupa
pelayanan ANC, pelayanan ibu bersalin, pelayanan ibu nifas, pelayanan BBL,
pelayanan KB dan juga ada pelayanan untuk tindik telinga, cek gula darah, cek
golongan darah dan cek asam urat.

3.2 Waktu Pengambilan Kasus


Kasus ini diambil pada Sabtu, 12 Juni 2021. Waktu studi kasus ini adalah
jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang
dilaksanakan.

3.3 Subyek Studi Kasus


Subyek dalam pengambilan kasus ini adalah seorang ibu Ny “K” umur 29
tahun G2P1A0 umur kehamilan saat mulai pengkajian 20 minggu dengan
HPHT 03 Oktober 2020 dan TP 17 Juli 2021.

3.4 Metode Pengambilan Kasus


Laporan ini menggunakan metode deskriptif dari jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan teknik wawancara yang
tidak terstruktur secara lisan dan hasilnya akan dijadikan sebagai pedoman
dalam pengisian data yang diperlukan untuk kasus ini.
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data dibagi
menjadi dua menurut jenisnya yaitu data primer (data yang didapat oleh peneliti
saat melakukan penelitian dengan cara wawancara, observasi dan dilakukan
pemeriksaan fisik) dan data sekunder (data yang didapat dari instansi tempat
penelitian merupakan data yang didapat secara tidak langsung dalam sebuah
penelitian).

1) Wawancara
Wawancara dilakukan langsung kepada ibu, suami dan orang tua ibu.
Pada kunjungan pertama kehamilan sebagai pengkajian data awal meliputi
biodata, keluhan ibu, riwayat kesehatan ibu dan keluarga, riwayat haid,
riwayat pernikahan, riwayat obstetri lalu dan sekarang, riwayat keluarga
berencana, pola kebiasaan sehari-hari, serta riwayat psiko, social dan
budaya.
2) Observasi
Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik secara
umum dari pasien ibu hamil yang akan diasuh secara komprehensif seperti
keadaan umum, suhu, nadi, respirasi, berat badan, lila serta tinggi badan
ibu. Observasi dilakukan pada setiap kunjungan dalam bentuk pemeriksaan
kepada ibu melalui inspeksi, palpasi, auskultasi maupun perkusi serta pada
kunjungan pertama kehamilan didukung dengan adanya pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium seperti cek kadar Hb, reduksi
dan albumin.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik
pasien secara sistematis dengan cara :
a) Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat.
Inspeksi merupakan metode observasi yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik. Inspeksi yang merupakan langkah pertama
dalam memeriksa seorang pasien atau bagian tubuh meliputi
:“general survey” dari pasien. General survey merupakan bagian
penting dan dilakukan pada permulaan pemeriksaan fisik. Bahkan
ada beberapa pemeriksaan general survey yang dilakukan sebelum
anamnesis, seperti mengamati cara berjalan pasien, ekspresi wajah,
tingkat kesadaran dan lain-lain (Rahmawati, 2017).
b) Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya Rahim dengan
menetukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam
Rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan
menggunakan metode leopod, yakni leopod I digunakan untuk
menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada di fundus,
leopod II digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan
letak bagian kecil pada anak, leopod III digunakan untuk
menentukan bagian apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah
bagian anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul
dan leopod IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke
dalam rongga panggul ibu (Rahmawati, 2017).
c) Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk jari
bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian
kiri dengan kanan.
d) Pada pemeriksaan fisik ibu hamil dengan cara auskultasi umumnya
menggunakan funduskup dan dopler untuk mendengarkan bunyi
jantung janin.

b. Alat Penunjang
a) Timbangan berat badan
b) Alat pengukur tinggi badan
c) Stetoskop
d) Thermometer
e) Metelin
f) Pita LILA
g) Funduskup atau Doppler
h) Sarung tangan
i) Jam tangan
3) Studi Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data dengan metode dokumenasi yaitu dengan
pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen yang ada atau arsip-
arsip resmi. Dokumen yang dimaksud dapat berupa buku KIA, register ibu
hamil dan hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil USG serta
pemeriksaan laboratorium.

3.5 Etika Pengambilan Kasus


Di dalam menyusun studi kasus ini penulis memberikan informasi kepada
individu dengan persetujuan menjadi responden (informed consent), termasuk
informasi yang bersifat pribadi. Penulis akan memperhatikan privasi dan
kebebasan pasien dan tidak akan menampilkan informasi mengenai identitas
responden, baik nama maupun alamat. Penulis hanya akan menggunakan inisial
nama atau nomor identitas responden. Masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut (Hidayat, 2011):
1) Informed Consesnt (lembar persetujuan )
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
meberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
unutk menjadi responden.
2) Anonymity ( Tanpa Nama )
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau membuat inisial responden atau pasien pada lembar
pengamatan, pengumpulan, dan hasil penelitian yang dilakukan.
3) Confidentiality ( Kenyamanan/Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil
studi kasus.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny “K” JK :P

Umur : 29 Tahun Alamat : Tukadmungga

Hari/Tanggal/ Nama dan


Catatan Perkembangan (SOAP)
Jam/Tempat paraf

Sabtu, 12 S : Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan.


Juni 2021/ Kunjungan sebelumnya ibu mengatakan tidak ada
19:00 keluhan, Ibu sudah megikuti anjuran yang diberikan
WITA seperti makan makanan yang bergizi seimbang,
istirahat yang cukup dan tidak melakukan pekerjaan
yang berat, rutin memeriksakan kehamilan dan rutin
menkonsumsi vitamin sesuai yang dianjurkan.

O : KU baik, Kesadaran: compos mentis, Psikologi:


Tenang, TD 100/60 mmHg, N 80 x/mnt, R 20 x/mnt,
S 36,20 C, TB 160 cm, BB saat ini 75,5 kg, LILA 30
cm. TFU 3 jari di bawah pusat,. DJJ: 144 x/menit.

A : G2P0A0 UK 20 Minggu Janin Hidup Intra Uteri

P:

1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil (Kusumawati)


pemeriksaan bahwa dalam keadaan normal. KU
baik, TD 100/60 mmHg, N 80 x/mnt, R 20
x/mnt, S 36,20 C, TB 160 cm, BB saat ini 75,5
kg, LILA 30 cm, DJJ: 144 x/menit, ibu dan
keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai nutrisi yang
diperlukan ibu pada usia kehamilannya saat ini
yaitu makanan yang mengandung serat tinggi
seperti pada buah, sayur, protein, dan rendah
lemak
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
yaitu pada siang hari kurang lebih 1 jam dan
malam hari kurang lebih 8 jam, ibu mengerti
dan paham dengan apa yang disampaikan.
4. Menganjurkan ibu untuk minum obat/ vitamin
secara teratur sesuai dengan dosis yang telah
diberikan seperti vitonal F 1x200 mg, ibu
mengerti dan bersedia untuk minum obat
secara teratur.
5. Mengingatkan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 1 bulan lagi yaitu tanggal
12 Juli 2021 atau jika ibu ada keluhan, ibu
paham dan mengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Armini. (2017). Stimulasi pada Neonatus. Kebutuhan Dasar Asah,Asih,


Asuh Neonatus.
Astuti, D. (2017). Perubaha Psikologis Pada Masa Kehamilan. Perubaha Psikologi
Pada Masa Kehamilan Trimester 1-3.
Dartiwen, dkk. (2019). Perubahan Fisik Pada Masa Kehamilan. Sistem
Reproduksi, Sistem Endokrin, Sistem Kekebalan, Sistem Perkemihan, Sistem
Pencernaan, SIstem Muskuloskeletal, Sistem Kardiovaskuler, SIstem
Integumen, Metabolisme, Berat Badan Dan Masa Indeks Tubuh.
Dewi. (2014). Pengertian Bayi Baru Lahir. Penyesuaian Diri Dan
Kehidupan Intrauterine.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. (2020). Profil Kesehatan Kapupaten
Gianyar tahun 2 0 1 9.
Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten
Klungkung Tahun 2019. Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun 2020,
53(9).
Dwienda. (2014). Pengertian Bayi Baru Lahir normal. Tanpa Alat Dan
Usia Kehamilan Aterm.
Eli Hidayanti. (2017). Tujuan Umum Program KB Nasional. Membangun Keluarga
Kecil Yang Berkualitas.
Ilmiah. (2015). Tahapan Persalinan. Tahapan Persalinan Kala I, II, III Dan IV.
Johariyah. (2012). Fisiologi Neonatus. Perubahan Fisiologis Masa Nifas.
Kemenkes. (2017). Izin dan Penyelenggaraan praktik kebidanan. Bidan
Merupakan Tenaga Kesehatan Yang Berhubungan Langsung Dengan
Masyarakat Sesuai Dengan Wewenang Bidan.
Kemenkes. (2019). Angka Kematian Ibu. Kualitas Pelayanan Tenaga Kesehatan.
Kemenkes RI. (2016a). Pemberian Imunisasi TT. Standar Pelayanan Pemberian
Imunisasi TT.
Kemenkes RI. (2016b). Standar Pelayanan 10T. Standar Pelayanan 10T.
Kemenkes RI. (2017). Tujuan KB. Program Meningkatkan Kualitas Keluarga.
Madarina. (2020). Upaya menurunkan AKI. Persalinan Ditolong Oleh
Tenaga
Kesehatan Yang Kompeten, Kemudahan Dalam Mengakses Layanan
Rujukan, Serta Ibu Dan Bayi Mendapatkan Layanan Neonatal Dan Nifas.
Maharani. (2017). Pengertian Persalinan. Proses Yang Melibatkan Bayi, Plasenta
Dan Selaput Ketuban Untuk Keluar Dari Rahim Ibu.
Mananniasih dan Jaya. (2016). Pengertian Neonatus. Masa Neonatal.
Manuaba. (2014). Tanda-Tanda Persalinan. Hal Hal Lazim Ketika Akan
Terjadi
Proses Persalinan.
Manuaba. (2015). Pengertian Persalinan. Proses Pegeluaran Hasil Konsepsi.
Maritalia. (2015). Pengertian Masa Nifas. Organ Reproduksi Secara Perlahan Akan
Mengalami Perubahan Seperti Keadaan Sebelum Hamil.
Marmi. (2015a). Pengertian KB. Cara Mengatur Jumlah Anak Sesuai Keinginan.
Marmi. (2015b). Pengertian KB Suntik. Alat Kontrasepsi Yang Digunakan
Untuk
Mencegah Kehamilan.
Nurwiandani, D. (2018). Pemantauan Persalinan. Lembar Observasi Dan Partograf.
Profil Kesehatan Buleleng. (2019). Angka Kematian Ibu.
Profil Kesehatan Kabupaten Badung. (2019). Profil Kesehatan. 100.

Profile Kesehatan Provinsi Bali. (2019). Profile Kesehatan Provinsi Bali. Persepsi
Masyarakat Terhadap Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak
Non Profesional, 53(9), 1689–1699.
Purnami, D. (2016). AKI Kehamilan. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2(2), 279–286.
Purwoastuti, M. dan. (2016). Pengertian Persalinan. Persalinan Normal Yang Terjadi
Pada Kehamilan Aterm.

Rahayu. (2016). Cara Kerja KB suntik 3 Bulan. Cara Kerja Pengguna KB Suntik
3 Bulan.
Rismalinda. (2015). Kunjungan Ante Natal Care. Standar Minimal Kunjungan
Ante Natal Care.
Rukiah, D. (2013). Masa Kehamilan. Penyatuhan Dari Spermatozoa Dan
Ovum Dilanjutkan Dengan Nidasi Dan Implantasi.
Sinta B. (2019). Standar Kunjungan Neonatus. Standar Minimal Kunjungan
Ulang Bayi Baru Lahir.
Sugeng Jitowiyono. (2019). Indikasi pada pengguna suntik DMPA. Yang
Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan.
Sukarni dan Margareth. (2013). Pengertian Masa Nfas. Kelahiran Bayi
Dan Pengeluaran Plasenta.
Sulistyawati. (2011). Pengukuran Tinggi Fundus Uteri. Pengukuran TFU Menurut
per 3 Jari.
Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya
Penanganannya. Kualitas Pelayanan 2 Kesehatan Ibu Yang Belum
Memadai, Kondisi Ibu Hamil Yang Tidak Sehat Dan Faktor Determinan
Lainnya.
Tresnawati. (2013). Pengertian KB. Pelayanan Kesehatan Preventif.
Varney. (1997). Manajemen Kebidanan. Pengambilan Suatu Keputusan
Yang Berfokus Pada Klien.

Walyani. (2015a). Pengukuran Tinggi rahim. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (Cm).
Walyani. (2015b). Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas. Fase – Fase Yang Akan
Dialami Oleh Ibu Pada Masa Nifas.
Walyani. (2015c). Peubahan Fisik Pada Masa Nifas. Perubahan Fisiologis Masa
Nifas.
Walyani. (2017a). jadwal pelaksanaan neonatus dan nifas.
Walyani. (2017b). Standar Kunjungan Masa Nifas. 3 Kali Kunjungan Masa Nifas.
Walyani dan Purwoastuti. (2015). Pengertian Nifas. Pengertian Masa Nifas Dari
Keluarnya Plasenta Hingga Alat-Alat Reproduksi Pulih Kembali Seperti
Sebleum Hamil.
Yuliana. (2015). Pengertian Kehamilan. Proses Kehamilan Sampai Melahirkan
Dengan Aman Dan Nyaman.
Yulistiana. (2015). Pengertian Kehamilan. Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional.

Anda mungkin juga menyukai