DISUSUN OLEH :
MEYIN FEBRIANI
NIM : P05130118073
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang maha sempurna, dengan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun merupakan input dalam
Penyelesaian karya tulis ilmiah ini penyusun telah mendapat masukan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Bapak/ibu :
1. Eliana, SKM., MPH selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah
2. Anang Wahyudi, S.Gz., MPH, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
3. Ahmad Rizal, SKM., MM selaku Ketua Prodi Diploma III Jurusan Gizi
v
4. Desri Suryani, SKM., M.Kes sebagai Pembimbing II dalam Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
Ilmiah.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran agar dapat membantu perbaikan selanjutnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR BAGAN
ix
Program Study Diploma DIII Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Meyin Febriani
ABSTRAK
Latar belakang: Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita dan
menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan
sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya asupan zat gizi. Salah
satu faktor penyebab stunting yaitu balita tidak mendapatkan ASI eksklusif
beresiko lebih tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses
pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting
pada anak
Tujuan: Diketahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita usia 12 - 59 bulan di Indonesia (studi pustaka ) .
Desain peneliti: penelitian ini adalah studi pustaka dari artikel/hasil penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui eksporasi pada
sumber Google scholar di dapat 10 artikal/hasil penelitian yang sesuai dengan
variable hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting di
Indonesia.
Hasil peneliti: Dari 10 artikel terdapat 8 artikel yang menunjukkan ada hubungan
yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting dan
terdapat 2 artikel yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.
Kesimpulan: terdapat adanya hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting.
Saran:Responden ibu balita wajib memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama
x
BAB I
PENDAHULUAN
kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya asupan zat gizi. Stunting
memburuknya status gizi. Nutrisi yang buruk dalam 1.000 hari pertama
Masalah gizi yang hingga saat ini masih menjadi perhatian dan belum
1
dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Untuk mengetahui hal
tersebut dapat melihat status gizi berdasarkan panjang badan atau tinggi badan
oleh anak stunting juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi
berisiko lebih sering absen, stunting juga meningkatkan risiko obesitas karena
orang dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah. Kenaikan berat
badan beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Prevalensi pendek secara nasional tahun 2018 (30,8%) terdiri dari stunting
atau balita pendek masih menjadi masalah karena prevalensi masih di atas
Stunting lebih awal yang di alami pada anak-anak yang sebelum usia 6
2
yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara
stunting, antara lain berat badan lahir rendah (BBLR), tidak ASI Eksklusif,
asupan gizi yang tidak sesuai, status kesehatan anak atau penyakit infeksi,
imunisasi yang tidak lengkap, dan faktor genetik (Francisco, Ferrer, & Serra-
berupa pekerjaan orang tua, pendidikan dan pendapatan orang tua, status gizi
pada ibu hamil, dan sanitasi lingkungan (Zaif, Wijaya, & Hilmanto, 2016).
satu sama lain, atau biasa disebut faktor multidimensi (Rahmawati et al.,
2016).
zat-zat gizi yang seimbang dan relatif besar. Namun kemampuan bayi untuk
makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap
3
adalah ASI. 20 Anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif berisiko lebih
tinggi untuk kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan.
(Soetjiningsih 2015).
Pemberian ASI kepada bayi memberikan kontribusi pada status gizi dan
kesehatan bayi. Semua zat gizi yang dibutuhkan bayi 6 bulan pertama
kehidupannya dapat dipenuhi dari ASI dan memenuhi setengah dari kebutuhan
zat gizi bayi umur 7-12 bulan. Prevalensi stunting bahkan lebih tinggi
pustaka ) .
Indonesia
4
2. Diketaui kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan di
Indonesia
penelitian selanjutnya.
5
1.5 Keaslian Penelitian
6
2019) eksklusif dengan variabel yang sama variable yang
kejadian stunting pada adalah pemberian telah diteliti
balita di desa ASI eksklusif yaitu
watugajah kabupaten dengan kejadian menggunakan
gunungkidul stunting variabel balita
7. (Daeng Agus Pengaruh Pemberian Pada penelitian ini variable yang
Vieya Putri Asi Ekslusif Dengan variabel yang sama telah diteliti
2019) Kejadian Stunting Di adalah pemberian yaitu
Desa Haekto ASI eksklusif menggunakan
Kabupaten Timor dengan kejadian variabel balita
Tengah Utara Provinsi stunting Tidak
Nusa Tenggara Timur menyebutkan
usia
8. (Cyntia 2019) Hubungan Riwayat Pada penelitian ini variable yang
ASI Eksklusif dengan variabel yang sama telah diteliti
Kejadian Stunting adalah pemberian yaitu
pada Anak Usia 12-59 ASI eksklusif menggunakan
Bulan di RSUD dengan kejadian RSUD
Wangaya Kota stunting
Denpasar
9. (Maria Nova Hubungan berat badan, Pada penelitian ini Perbedaan dari
2018) asi eksklusif, mp-asi variabel yang sama variable yang
dan asupan energi adalah pemberian telah diteliti
dengan stunting pada ASI eksklusif yaitu
balita di puskesmas dengan kejadian menggunakan
lubuk buaya stunting variabel balita
10. (Arfianingsih Hubungan pemberian Pada penelitian ini Perbedaan dari
Dwi Putr 2020) asi eksklusif dengan variabel yang sama variable yang
kejadian stunting pada adalah pemberian telah diteliti
anak usia 6-59 bulan di ASI eksklusif yaitu
kota padang dengan kejadian menggunakan
stunting variabel balita
usia 6-59bulan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
8
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat
dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah. Kenaikan berat
tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka
9
meningkatnya angka kematian, menurunkan kemampuan kognitif dan
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
2. Asupan gizi adalah total komponen atau zat-zat gizi yang sengaja
Isnaini,2014).
10
3. Praktek pengasuhan yang kurang baik,termasuk kurangnya
informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari usia 0-6 bulan
tidak mendapatkan air susu ibu secara eksklusif dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima makanan pendamping air susu ibu
bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI,serta membentuk daya
11
care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang
79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses
(baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD
lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
12
2.2 Balita
masa petmbuhan tubuh dan otak yang sanggat pesat dalam penca[aian
(Supartini,2014).
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari
pada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu pola makan yang
Erna,2011).
13
masukan dan nafsu makan seorang anak juga akan berkurang
(Kemenkes R.I,2012).
cepat terjadi pada masa janin, usia 0-1 tahun dan masa pubertas.
masa balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola
kekurangan energi dan protein, asupan zat gizi yang baik sangat
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak
usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga
termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh
14
semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering
mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan
15
mendapatkan ASI eksklusif mempunyai risiko untuk menderita
Asi eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak
diberikan makanan dan minuman lain ( susu formula, jeruk, madu, air,
teh dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, bubur nasi
tim).
bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai
(bubur susu dan nasi tim) karena pada usia ini kebutuhan bayi akan zat
16
walaupun demikian pemberian ASI jangan dihentikan, ASI dapat terus
Setianingsih, 2014)..
a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi ASI adalah cairan hidup
b. ASI sebagai nutrisi ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal
bayi.
17
kepercayaan bayi yaitu dengan mulai mempercayai orang lain
(ibu), maka selanjutnya akan timbul rasa percaya diri pada anak.
18
Dan biaya selama setahun untuk susu formula mencapai lebih
bersih.
suhu tubuh akibat pengeluaran air melalui ginjal dan kulit. ASI
tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan harus dari bayi
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium
protein ASI mengandung zat gizi yang lebih mudah dicerna bayi.
19
Keistimewaan protein ASI adalah rasio protein whey kasein yaitu
2013).
20
penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi
dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat
zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah
disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah
21
nya, bayiperlu dijemur di bawah sinar matahari pagi sekitar 1 jam.
stunting pada balita secara langsung dan tidak langsung, maka kerangka
berikut :
22
Gizi pendek
(stunting)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi pustaka, yang hasilnya akan
Pemberian ASI
Kejadian Stunting
Eksklusif
ini terdiri dari 10 artikel/hasil penelitian dari Google scholar dengan kata
24
3.6 Langkah Studi Pustaka
mIndonesia.
stunting .
artikel prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik riset
peneliti.
dikembangkan peneliti.
sebagai berikut :
25
3.7.2 Membaca
3.7.3 Mencatat
Studi pustaka
Pengumpulan Data
Analisa data
(Sumber: Melfianora,2017)
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ekslusif dengan kejadian stunting pada balita dan 2 jurnal mengatakan tidak
yang berisi yaitu : Jurnal 1 Media Respati, jurnal 2 Ilmiah Kesehatan, jurnal
Pada Balita
Balita Balita
No Penulis Jurnal Teknik ASI tidak
Desain Sampel Ekslusif ASI
Pengambilan
ekslusif
1 Farahdil Jurnal Cross 106 balita Cross 57,5% 42,5%
la Medika section sectional
Azmii, Raspati al
Fitria
Ayu
Arini
(2018)
2. Lidia Jurnal Cross 300 balita Non Random 26,7% 73,3%
Fitri Edurance section sampling
27
(2017) al
28
4.2 Pembahasan
29
Di Desa Haekto terhadap kejadian
Kabupaten Timor stunting di Desa
Tengah Utara Haekto Kabupaten
Provinsi Nusa TTU
Tenggara Timur
Pengaruh usia, Sumardiyono Case control Terdapat hubungan
tinggi badan dan yang signifikan
riwayat pemberian antara pemberian
ASI eksklusif ASI eksklusif
dengan kejdian dengan kejdian
stunting pada stunting
balita
Hubungan Sofia Mawaddah Croos sectional Terdapat hubungan
Pemberian ASI atau keterkaitan
Eksklusif dengan yang signifikan
Kejadian Stunting anatara pemberian
pada Balita Usia ASI eksklusif
24-36 Bulan dengan kejadian
stunting pada
balitadi Puskesmas
Tampang
Tumbang Anjir
Kabupaten Gunung
Mas Provinsi
Kalimantan
Tengah.
30
Berdasarkan penelitian Azmi (2018) tentang pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting pada balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
(48.9%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara riwayat
Puskesmas Sukmajaya sudah cukup baik. Balita yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif, hal ini dikarenakan ibu diberikan informasi oleh tenaga kesehatan
Puskesmas Sukmjaya dan para kader akan pentingnya ASI eksklusif pada
balita.
ASI ekslusif dengan kejadian stunting pada balita dapat di lihat dari 55 balita
mengalami stunting. Sementara itu balita yang di berikan ASI eksklusif lebih
merupakan makanan yang paling baik untuk bayi segera setelah lahir.
Menurut WHO ASI eklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia
6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
dengan kejadian stunting balita yang tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak
dengan status gizi stunting mendapatkan ASI eksklusif sebanyak (31,8%) dan
31
mendapat ASI eksklusif debanyak (18,2%). Menyusui eksklusif berdasarkan
kriteria dalam 24 jam terakhir bayi hanya disusui atau diberi ASI saja, sejak
lahir sampai enam bulan bayi belum diberi makanan atau minuman selain
ASI, dan sebelum ASI keluar bayi tidak diberi makanan prelakteal berupa
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain ASI (kecuali
obatobatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan).
Dikatakan ASI eksklusif jika anak usia 12-36 bulan menerima ASI sesuai
kategori 3, dan dikatakan Tidak ASI eksklusif jika anak usia 12-36 bulan
tidak menerima ASI . Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pemberian ASI
eksklusif
ASI eksklusif akan cendrung untuk tidak mengalami stunting yakni (53,2%).
stunting yakni (36,45). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
selain itu dapat mencegah infeksi dan mengurangi resiko masalah gizi. ASI
32
Berdasarkan penelitian Putri (2019) pengaruh pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian stunting pada balita yang terkena stunting lebih banyak pada
menimbulkan dampak buruk pada anak baik dalam jangka pendek berupa
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit serta risiko tinggi terhadap penyakit
dengan status gizi seseorang, semakin baik gizi yang didapatkan oleh anak
pemberian ASI eksklusif dengan kejadia stunting pada balita dapat di lihat
dari 8 balita yang tidak ASI eksklusif ternyata 6 orang balita (75,0%)
ekslusif beresiko lebih kecil mengalami stunting yaitu hanya 1 balita (4,5%)
risiko untuk menderita stunting lebih tinggi daripada balita yang memiliki
33
riwayat pemberian ASI eksklusif. Balita yang tidak mendapatkan ASI dengan
cukup berarti memiliki asupan gizi yang kurang baik sehingga berisiko
pemberian ASI eksklusif pada balita dapat meningkatkan status gizi balita
(39,7%) tidak stunting. Balita yang tidak ASI eksklusif dengan stunting
Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan
lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan
lain.18 Sebelum bayi usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6
bulan. Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan
34
riwayat pemberian ASI eksklusif sebanyak 12 orang (18,8%) sedangkan yang
tidak mendapat ASI eksklusif sebesar 13 orang (20,3%). Usia terbanyak pada
dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan hingga anak berusia dua
tahun. Tidak ada hubungan yang signifikan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting pada balita karena paling banyak dikemukakan oleh ibu
adalah ASI tidak lancar, selain itu ibu bekerja dan bayi masih rewel meskipun
sudah diberi ASI. Mudahnya mendapatkan susu formula membuat ibu kurang
memberikan susu formula memang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi
mengandung zat antibodi sebaik ASI sehingga bayi lebih rawan terkena
penyakit.
Dalam hal tersebut juga di temukan bahwa bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif masih terjadi stunting (12,9%). ASI merupakan asupan gizi yang
dari ASI Eksklusif ialah dapat mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi
badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu formula
(Zomratun et al, 2018). Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif akan
35
mengalami gangguan pada kesehatan fisik maupun kecerdasan otak. Salah
satu terjadinya weight faltering (gagal tumbuh). Weight faltering ini ditandai
dengan berat badan bayi turun atau tidak bertambah, agar tubuh tidak terlalu
kurus maka pertumbuhan tinggi badan yang akan berhenti atau berjalan
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dapat dilihat bahwa dari 44
eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya
tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI eksklusif akan tumbuh dan
bayi sejak lahir sampai umur 24 bulan. Banyak faktor yang menyebabkan
dari diri anak itu sendiri, maupun dari luar diri anak. Faktor penyebab
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya
penyebab ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif antara lain, adalah
36
Berdasarkan 10 artikel terdapat 8 artikel yang menunjukkan ada
stunting dan terdapat 2 artikel yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
pertama. Banyak faktor yang menyebabkan ibu balita tidak memberikan ASI
eksklusif salah satunya dengan alasan air ASI ibu balita keluarnya sedikit dan
tidak diberikan lagi, itu berkibat pada balita yang tidak mendapat ASI
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
pemberian ASI ekslkuisf dengan kejadian stunting pada balita usis 12-59
bulan:
1. Sebagian besar balita usia 12-59 bulan inonesia tidak mendapat ASI
eksklusif.
eksklusif.
3.2 Saran
bulan pertama.
38
DAFTAR PUSTAKA
Agus, D., Putri, V., & Lake, T. S. (2020). Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif
Dengan Kejadian Stunting Di Desa Haekto Kabupaten Timor Tengah Utara
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantra
Kupang, 3, 67–71.
Aguw, M., Malonda, N. S. H., & Mayulu, N. (2019). Hubungan antara Status
Imunisasidan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 24-
59 Bulan di Desa Tateli Weru Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa.
Jurnal KESMAS, 8(7), 258–265.
Azmii, F., & Arini, F. A. (2018). Karakteristik ibu , riwayat asi eksklusif dan
riwayat penyakit kerja puskesmas sukmajaya. 13, 17–23.
Ballard, M., dan A. L., Morrow. 2013. Human Milk Composition: Nutrients and
Bioactive Factors. Pediatr Clin North Am 60(1): 49–74.
doi:10.1016/j.pcl.2012.10.002.
Cynthia, C., Bikin Suryawan, I. W., & Widiasa, A. . M. (2019). Hubungan ASI
eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-59 bulan di RSUD
Wangaya Kota Denpasar. Jurnal Kedokteran Meditek, 25(1), 29–35.
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v25i1.1733
Fikawati, S,. A. Syafiq,. K, Karima. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT Rajagrafindo
Persada : Jakarta
Hadi, M. I., Lina, M., Kumalasari, F., Kusumawati, E., & Kunci, K. (2019).
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting di Indonesia :
Studi Literatur Risk Factors Related to Stunting in Indonesia : Literature
Study.
39
Handayani, S., Kapota, W. N., & Oktavianto, E. (2019). Hubungan status asi
eksklusif dengan kejadian stunting pada batita usia 24-36 bulan di desa.
14(4), 287–300.
Haryono R dan Setianingsih S. 2014. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kadar Ramadhan. (2020). Status Gizi menurut Tinggi Badan per Umur pada
Balita. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(2), 96–101.
https://doi.org/10.33860/jik.v13i2.38
Kasus, S., Tumbang, T., Kabupaten, A., Mas, G., & Mawaddah, S. (n.d.).
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita
Usia 24-36 Bulan. 60–66.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (2013). Hubungan antara
pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 13-36 bulan
di wilayah kerja puskesmas sonder
Kurnia, D. (2017). Hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita di rw vi
kelurahan manisrejo kecamatan kota madiun. In yogi bintang kusyuantomo
(Vol. 4).
Lestari, E. F., Dwihestie, L. K., Kesehatan, F. I., & Nogotirto, M. (2020). Asi
eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting exclusive breastfeeding
associated with stunting incidences in. 10(2), 1–8.
Melfianora, (2017). Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur. Studi
Literatur, 1-3.
40
Nova, M., & Afriyanti, O. (2018). Hubungan Berat Badan, Asi Eksklusif, Mp-Asi
Dan Asupan Energi Dengan Stunting Pada Balita Usia 24–59 Bulan Di
Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal kesehatan perintis (Perintis’s Health
Journal), 5(1), 39–45. https://doi.org/10.33653/jkp.v5i1.92
Oktarina, Z., & Sudiarti, T. (2014). Faktor risiko stunting pada balita ( 24 — 59
bulan ) di sumatera. February 2018.
https://doi.org/10.25182/jgp.2013.8.3.177-180
Sampe, S. A., Toban, R. C., & Madi, M. A. (2020). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Pendahuluan. 11(1), 448–
455. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.314
Sjafiq. (2012). Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.
Jakarta : EGC
Wahyutri, E. DKK 2020 hubungan kadar hemoglobin pada ibu menyusui dengan
kualitas protein air susu ibu di wilayah kerja puskesmas sei kapih samarinda
ilir
Wiji, R.N. 2013. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Nuha Medika. Yogyakarta
Yosephin, B., Wahyudi, A., & Ardiansyah, S. (2019). Buku Petunjuk Petugas
KUA (menuju percepatan pesan 1000 hari pertama kehidupan dan
pencegahan stuntin) ( dwi Novidiantoko (ed.); ke-1). CV budi utama.
Zomratun, A., Wigati, A., Andriani, D., & Nurul, F. (2018). Panduan Praktis
keberhasilan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52