KOTA SUKABUMI
ADITIA FEBRIANSYAH
32722001D20003
KOTA SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha Esa karena
bantuan dan dorongan (baik moral maupun materil) dari berbagai pihak dari
awal hingga selesainya Proposal Metodologi Peneliian ini. Maka dari itu
1
5. selaku Dosen Pembimbing II yang telah mendapingi dan memberikan
dari sempurna, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti waktu,
ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua yang berkepentingan khususnya
bagi penulis.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-
Nya kepada kita semua dan membalas budi serta kebaikan kepada pihak –
ini.
Aditia Febriansyah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................6
PENDAHULUAN.........................................................................................................6
1. 2 Rumusan Masalah.............................................................................................11
1. 3 Tujuan Penelitian...............................................................................................11
BAB II..........................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................13
2.1.1 Definisi....................................................................................................13
3
2.1.3 Klasifikasi BBLR menurut masa kehamilan...........................................13
2.1.8 Penatalaksanaan.......................................................................................21
2.1.9 Komplikasi..............................................................................................26
2.2.5 Implementasi...........................................................................................53
2.2.6 Evaluasi...................................................................................................53
4
BAB III........................................................................................................................54
3.9 Kesimpulan.........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................62
5
BAB I
PENDAHULUAN
berat lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut World Health Organization (WHO)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram. BBLR juga terbagi dalam beberapa bagian yitu BBLSR (bayi
berat lahir sangat rendah), BBLER (bayi berta lahir ekstrim rendah). BBLR masih
terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global karena
Di negara-negara maju, sekitar dua per tiga bayi berat badan lahir rendah
sebagian besar bayi berat badan lahir rendah disebabkan oleh pertumbuhan
intrauterin terhambat (Depkes RI, 2009). Saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih berkisar padaangka 34/1.000 kelahiran hidup. Ukuran bayi saat
dalam kelangsungan hidup bulan pertama (SDKI, 2008). Data WHO (2004)
menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir kurangdari 2.500 gram
memiliki risikokematian 20 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi
6
dengan berat badan lahir normal (2.500-4.000gram). Data World Health
persentase bayi berat badan lahir rendah 7%. Data Riskesdas tahun2007
menunjukan persentase bayi berat badan lahir rendah di Indonesia adalah 11,5%
meningkat dari data SDKItahun 2002-2003 sebanyak 7,6% (Depkes RI, 2008:
87). Di Jawa Tengahsendiri pada tahun 2007 tercatat 2,26% bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah meningkat dari tahun 2006 sebesar 1,78%
maupun negara berkembang telah dilaporkan bahwa hipertensi pada orang dewasa
Prefalensi global BBLR adalah 15,5% yang berjumlah lebih dari 20 juta
jiwa. Lahir dengan BBLR di bebebrapa Negara. Ada banyak variasi yang
Asia Selatan (28%), kemudian di ikuti oleh Subsahara Afrika (13%) dan trendah
di Asia Timur dan Pasifik (6%) (WHO, 2014). BBLR bukan hanya predicator
Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap permasalahan ini hingga World Health
7
Assembly pada tahun 2012 mengesahkan Comprehensive Implementation Plan on
Maternal, Infant and Young Child Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan
Neonatal dengan komplikasi yakni neonatal dengan penyakit dan atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian pada bayi. Dan BBLR
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada bayi dan balita. Di
Indonesia sendiri persentase balita (umur 0-59 bulan) dengan BBLR sebesar
10,2%. Angka ini jika di bandingkan dengan angka BBLR tahun 2010 sebesar
dan yang terendah di Sumatera Utara (7,2%). Sementara itu Provinsi Jawa Barat
(2015) indikator angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun
2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per
yakni neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan
(Riskesdas, 2013) Persentase BBLR tertinggi pada anak balita yang berstatus ayah
tidak bekerja memiliki presentasi tertinggi dengan kejadian BBLR yaitu 11,6%,
8
persentase lebih tinggi daripada di perkotaan yaitu sebesar 9,4%. Dan berdasarkan
jenis kelamin, perempuan dengan persentase 11,2% lebih tinggi dari pada lakilaki
5,6%. (Riskesdas. 2013) Laporan Provinsi Jawa Barat Dalam Angka (2013)
kasus kejadian BBLR di Jawa Barat terdapat di Kota n Cimahi (9,1%) dan yang
ini yaitu AKB dari 5077 kasus tahun 2011menjadi 4431 kasus pada tahun 2012.
Dinas kesehtan Jawa Barat tahun 2012 menunjukan AKb di Jawa Barat sebesar
6,4 per 1000 KH (Dinkes jawa Barat 2012) salah satu penyebabnya adalah Bayai
Menurut Sistiarani (2008) umur yang baik bagi ibu untuk hamil adalah 20-
35 tahun. Kehamilan di bawah umur 20 tahun atau umur lebih dari 35 tahun
merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan pada usia muda umur < 20
tahun membutuhkan asupan makanan lebih banyak karena ibu dalam masa
pada umur > 35 tahun mengalami fungsi penurunan organ-organ biologis dan
antara ibu dan janin, hal ini mengakibatkan ibu melahirkan BBLR karena terjadi
persaingan nutrisi antara ibu dan janin. Pernyataan tentang usia ibu saat
9
menurut Hurlock B.E. (2002) dalam Hidajati (2012) semakin meningkatnya umur
dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga
akan lebih matang. Ibu yang melahirkan di usia muda kurang dari 20 tahun organ
reproduksinya belum matang dan belum berfungsi secara optimal untuk hamil
adanya kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam
wanita tersebut mempunyai kebutuhan terhadap zat gizi yang lebih besar dari pada
wanita lainnya.
persediaan atau distribusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hal ini dapat
kelahiran sebelum waktunya dan kematian janin dalam rahim (Lalage, 2013).
dengan penelitian yang di lakuan oleh Abdoe J di Gambia pada tahun 2008 bahwa
ibu yang mengalami hipertensi pada saat hamil berisiko lebih besar melahirkan
bayi berat lahir rendah karena terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh ibu
sehingga menganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin melalui plasenta sebagai
pada janin yang berakibat gangguan pada kehamilan yaitu bayi lahir premature,
10
BBLR bahkan kematian janin. Dari hasil penelitian di atas dapat di simpulkan
terjadi penurunan aliran darah di dalam tubuh melalui plasenta sehingga akan
menmpengaruhi distribusi oksigen dan nutrisi untuk janin hal ini dapat
dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selama
dikandungdengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewie Sulistyorini
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara gemeli dengan BBLR (p=0,087)
Senopati Bantul Yogyakarta dengan ρ value = 0,001. Ibu dengan paritas < 2 atau
11
mempengaruhi proses kehamilan sehingga bayi yang dilahirkan termasuk BBLR.
Kurangnya pengalaman pada ibu dengan paritas < 2 juga dapat berdampak pada
kurangnya ibu dalam menjaga status gizi ibu dan janin yang dikandungnya,
sehingga berdampak pada kurangnya berat bayi yang dilahirkan. Hal ini sesuai
dengan teori Wiknjosastro (2007) bahwa ibu hamil primiipara belum mampu
BBLR.
kelahiran saat usia kehamilan ≤ 37 minggu dan IUGR yang biasa di sebut
Uterine Growth Restriction) merupakan hal penting karena tingkat kematian antra
di sebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi umur, paritas, status
antenatal care yang buruk, rendah cenderung buruk, keadaan janin. Wanita dengan
status ekonomi rendah cenderung memiliki asupan makanan yang tidak memadai
sanitas tempat tinggal yang buruk, dan kemampuan mencari perawatan selama
kehamilan yang kurang sehingga dapat mempengaruhi berat lahir bayi mereka
(Perera & Manzur, 2014). Usia iu ≤ 15 tahun memiliki resiko tinggi untuk
12
1. 2 Rumusan Masalah
Akibat
1. 3 Tujuan Penelitian
Sukabumi.
Sukabumi.
13
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi STIKes
(BBLR).
2. Bagi Penulis
Sukabumi
4. Bagi Pembaca
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat
saat lahir adalah berat bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan
Wilayah Setempat ( PWS ) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram di ukur
pada saat lahir atau sampai hari ke 7 setelah lahir. (Putra, 2012).
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499
gram
c. Bayi berat lahir ektrem rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 geram.
dan Dismanuritas
15
a. Prematuritas murni atau sesuai masa kehamilan /SMK
dan berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Kepala relative lebih besar
dari badannya, kulit tipis transparan, lemak subkutan, tangisnya lemah dan
jarang.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
Etiologi dari BBLR dapat dii lihat dari faktor maternal dan faktor
fetus. Etiologi dari maternal dapat di bagi menjadi dua yaitu prematu dan
kronis, atau pecandu alcohol atau narkotika. Selain etiologi dari faktor
maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari
16
faktor fetus yaitu Gestasi multiple atau malformasi. Sedangkan, yang
berat badan lahir rendah atau biasa di sebut BBLR (Proverawati dan
Ismawati,2010):
A. Faktor ibu
1. Penyakit
Penyakit kronik adalah yang sangat lama terjadi dan biasanya kejadian
bbisa penyakit berat yang di alami ibu pada saat ibu hamil ataupun pada saat
melahirkan penyakit kronik pada bayi pada ibu yang dapat menyebabkan
jantung
17
1. Ibu (geografis)
a. Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia <20
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke
c. Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling serin
yang ekstrim
mental
18
B. Faktor janin
Faktot janin juga bisa menjadi slah satu faktor bayi BBLR di
C. Faktor plasenta
D. Faktor lingkungan
(England, 2014)
Salah saru patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang
pada ibu, ibu hamil yang secara kemudian ototmatis menyebabkan berat
badan lahir rendah apabila di lihat dari faktor kehamilan, salah satu
etiologinya yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang
dan tumbuh lebih dari satu, maka nutrisis atau gizi yang mereka peroleh
19
dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil
ganda gizi dan nutrisi yang di dapat dari ibu harus terbagi sehingga salah
yaitu infeksi dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat
dismaturitas.
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,
20
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
h. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi
hipotonik.
(Saputra, 2014).
21
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
sepsis).
kelahiran rata- rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
pada awalnya.
22
g. Pemeriksaan analisa gas darah.
2.1.8 Penatalaksanaan
cukup besar serta memerlukan penanganan yang tepat dan cepat. Untuk
– hal berikut:
imunitas yang sangat kurang. Hal sekecil apapun harus perlu diperhatikan
untuk pencegahan bayi BBLR. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu
juga terdapat pada bayi BBLR Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus
4. Penimbangan ketat.
23
Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan secara ketat karena
peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Syafrudin dan Hamidah, 2009)
panas badan dan menjadi hipotermi, karena pada pusat pengaturan panas
rendah, dan permukaan badannya yang sangat relatif luas. Maka, bayi
kehangatan atau panas badan sesuai suhu dalam rahim. Inkubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C untuk bayi dengan berat badan
sebesar 1,7 kg dan suhu sebesar 32,20C untuk bayi yang memiliki berat
badan lebih kecil. Bila tidak memiliki alat atau tidak terdapat inkubator,
bayi dapat dibungkus menggunakan kain dan pada sisi samping dapat
botol ysng diisi dengan air hangat. Selain itu, terdapat metode kanguru
24
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi yang dimaksud yaitu
menentukan pilihan susu yang sesuai, tata cara pemberian dan pemberan
jadwal yang cocok dengan kebutuhan bayi dengan BBLR. ASI (Air Susu
Tetapi, jika bayi tidak mampu untuk mengisap maka dapat dilakukan
dengan cara ASI dapat diperas terlebih dahulu diberikan kepada bayi
lambung secara langsung. Jika ASI tidak dapat mencukupi atau bahkan
tidak ada, khusus pada bayi dengan BBLR dapat digunakan susu formula
yang komposisinya mirip ASI atau biasanya dapat disebut susu formula
3. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR memiliki imun dan daya tahan tubuh yang relatif kecil
ataupun sedikit. Maka, sangat berisiko bayi BBLR akan sering terkena
infeksi. Pada bayi yang terkena infeksi dapat dilihat dari tingkah laku,
seperti memiliki rasa malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh yang
terdapat muntah, diare, dan berat badan mendadak akan semakin turun.
BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi tidak boleh kontak
baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan
25
mata, hidung, kulit, tindakan asepsis dan antisepsis alat-alat yang
4. Hidrasi
untuk menambah asupan cairan serta elektrolit yang tidak cukup untuk
kebutuhan tubuh.
5. Pemberian Oksigen
oksigen pada alveoli. Konsentrasi oksigen yang dapt diberikan pada bayi
oksigen yang cukup tinggi dalam waktu yang panjang akan dapat
26
CPAP (Continous Positive Airway Pressure) atau dengan pipa
relatif stabil.
Salah satu bahaya yang paling besar dalam bayi BBLR yaitu
asfiksia, hipoksia, dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR susah
(Proverawati, 2010
27
2.1.9 Komplikasi
1. Pengkajian
b. Identitas bayi: nama, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lingkar
d. Keluhan utama : bearat badan < 2500 gr, tinggi badan < 45 cm, lingkar
28
Penyakit yang berkaitan dengan ibu seperti hipertensi,
kafein.
b) Riwayat ibu
Rh.
29
besar di bandingkan umur kehamilan, berat biasanya kurang
h. Keadaan umum
i. Tanda-tanda Vital
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C –
37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
30
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
penumpukan lendir.
tidak.
31
9. Abdomen: Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm
11. Genitalia: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
14. Refleks: Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro
32
tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991: 155 dan Potter Patricia A,
1996: 109-356).
j. Tanda Fisiologis:
bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
4. Defisit nutrisi
5. Hipotermia
6. Resiko infeksi
33
8. Defisit pengetahuan tentang perawatan bayi
a. Definisi
2017).
c. Promosi Kesehatan
optimal.
d. Negatif
34
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisik
mengalami kesakitan.
e. Aktual
1. Masalah (Problem)
diagnosis terjadi.
g. Indikator Diagnostik
35
dan prosedur diagnostik, sedangkan merupakan data subyektif yang
diagnosis.
36
2.2.3 Pathway Bayi berat lahir rendah (BBLR)
etiologi
BBLR/PREMATUR
Imatur sistem sistem ketidak matangan ketidak matangan ketidak matangan Imatur sistem Imatur kardiovaskuler
saraf pusat termoregulasi sistem integumen sistem imun GIT (gastrointetinal trak)
SSP belum memiliki Termoregulasi belum Sub kutan lebih tipis belum mampu membentuk Tidak mampu pernafasan dan peredaran
Sinap sinap yang kuat stabil pertahanan tubuh sendiri mencerna nutrisi darah di jantung belum sempurna
-mudah infeksi
-sepsis
-paru paru tidak –Kehilangan panas kurang cadangan -gampang muntah Bradikardi
Berkembang –Mudah dingin energi -kembung Heti jantung
-Mudah kolap MK : Resiko Infeksi -tidak toleransi minum
-Obat nafas lemah -berat badan sulit naik
Malnutrisi -kuning
Pola nafas tidak MK: HIPOTERMIA Kehilangan panas MK:HIPOGLIKEMI -kejang Rawat NICU
Efektif melalui kulit -pendarahan
37
Defisit nutrisi status nutrisi menurun
38
2.2.4 Intervensi Keperawatan (SDKI)
1 Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
tindakan keperatan
Penyebab 1x24 jam di Observasi:
harapkan pola nafas
1. Depresi pusat 1. monitor pola
efektif
pernapasan napas (Frekuensi,
Kriteria Hasil : kedalaman, usaha
2. Hambatan upaya napas nafas)
(mis :myeri saat 1. Tekanan
bernapas , kelemahan ekpirasi 2. monitor bunyi
otot pernapasan) meningkat nafas tambahan
(mis: Gurgling,
3. Deformitas dinding 2. Tekanan mengi,
dada inspirasi wheezing ,ronkhi
meningkat kering)
4. Deformitas tulan dada
3. Dispenea 3. moitor adanya
5. Gnguan neuromuscular
menurun produksi sputum
6. Gngguan neurologi
4. Penggunaan Terapeutik
(mis:
otot bantu
elektrorndefalogam 1. pertahankan pola
nafas
EEG positif, cedera nafas (frekuensi,
menurun
kepala, gngguan kejang) kedalaman, usaha
5. frrekuensi nafas)
7. Imuturitas neurologi
nafas
membaik 2. lakukan
8. Penurunan energi
fisioterapi dada,
9. Obstas 6. kedalaman jika perlu
nafas
10. Posisi tubuh yang 3. lakukan
39
menghambat ekspansi eskursi dada penghisapan
paru membaik lender kurang dari
15 detik
11. Sindrom hipoventilasi
4. berikan oksigen,
12. Kerusakan inervasi jika perlu
diafragma (kerusakan
saraf C% ke atas)
13. Cedera pada medulla
spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Gejala dan tanda mayor
Sujektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggnaan otot bantu
pernafasan
2. Fase ekspirasi
memanjang
3. Pola nafas abnormal
(mis:takipnea,bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping
hidung
40
3. Diameter thoraks
anterior-postrior
meninkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vtal menurun
6. Tekanan eksprasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
8. Ekskursi dada berubah
41
Subjektif 9. PO2 6. Memonitor tanda-
membaik tandahipoventilasi
1. sianosis
10. Pola nafas 7. Mnitor tanda dan
2. diaphoresis membaik gejala toksikasi
oksigen dan
3. gelisah 11. Warna kulit atelektasis
membik
4. nafas cuping hidung
8. Monitor tingkat
5. pola napas abnormal kecemasan akibat
(cepet/lambat terapi oksigen
regular/reguker,
9. Monitor integritas
dalam/dangkal)
mukosa hidung
6. warna kulit abnormal akibat
(mis : pucat, kebiruan) pemasangan
oksigen
7. kesadaran menurun
Terapeutik
1. Bersihan secret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika perlu
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Siapkan dan atur
peralatan
4. Berikan oksigen
tmbahan jika
perlu
5. Tetap berikan
oksigen saat
pasien di
transportasi
6. Gunakan perankat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat mobilisasi
pasien
42
Edukasi
1. Ajarkan
keluarga cara
menggunkan
oksigen di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
penentukan dosis
oksigen
45
3. Berat badan ekstrem termoregulasi tubuh
neonates membaik
4. Kekurangan lemak 2. Identifikasi
subkutan penyebab
hipotermia (mis.
5. Terpapar suhu Kriteria Hasil: Terpapar suhu
lingkungan rendah lingkungan
1. Menggil
rendah, pakaian
6. Malnutrisi menurun
tipis, kerusakan
7. Pemakaian pakaian tipis 2. Suhu tubuh hipotalamus)
menurun
8. Penurunan laju 3. Monitor tanda
metabolisme 3. Suhu kulit dan gejala
menurun hipotermia
9. Tidak beraktivita
4. Frekuensi Terapeutik
10. Tranfer panas (mis. nadi
Konduksi, konveksi, 1. Sediakan
membaik
evaporasi, radiasi) lingkungan yang
5. Kadar hangat (mis. Atur
11. Trauma glukosa suhu ruangan atau
darah inkubator)
12. Proses penuaan
menurun
2. Ganti pakaian
13. Efek agen farmakologi dan/atau linen
6. Pengisian
14. Kurang terpapar kapiler yang basah
informasi tentang menurun
3. Lakukan
pencegahan hipotermia penghangatan
Gejala dan tanda mayor pasif (mis.
Selimut, menutup
Subjektif kepala, pakaian
tebal)
(tidak tersedia)
4. Lakukan
Objektif penghangatan
eksternal (mis.
1. Kulit teraba dingin
Kompres hangat,
2. Menggigil botol hangat,
selimut hangat,
3. Suhu tubuh di bawah perawatan metode
nila kangguru)
Gejala dan tanda minor 5. Lakukan
penghangatan
Subjektif aktif internal
46
(tidak tersedia) (mis. Infus cairan,
cairan hangat,
Objketif oksigen hangat,
lavaso peritonela
1. Akrosianosis
dengan cairan
2. Bradikardi hangat)
47
Kerusakan integritas kulit 5. Kadar sel darah bayi di bagian paha
putih membaik anterolateral
Perubahan sekresi pH
6. Kultur darah 2. Dokumentasikan
Penurunan kerja siliaris membaik infermasi vaksinasi (mis.
Nama prosedur, tanggal
Ketuban pecah dini 7. Kultur sputum kadarluwarsa)
membaik
Ketuban pecah sebelum 3. Jadwalkan imunisasi
waktu nya Merokok 8. Kultur area luka pada intervensi waktu
membaik yang tepat
Statis cairan tubuh
Edukasi
6.Ketidakadekutan pertahanan
tubuh sekunder 1. Jelaskan tujuan,
manfaat, reaksi yang
Penurunan hemoglobin terjadi, jadwal, dan efek
samping
Imununosupresi
2. Informasikan
Leukopenia
imunisasi yang di
Supresi respon inflamasi wajibkan
48
1. Perubahan sirkulasi 1x24 jam Observasi
diharapkan
2. Perubahan status nutrisi integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab
(kelebihan atau kekurangan) jaringan meningkat gangguan integritas kulit
(mis. Perubahan
3. Kekurangan/kelebihan Kriteia Hasil: sirkulasi, perubahan
volume cairan status nutrisi, penurunan
1. Elastisitas kelembapan ekstem dan
4. Penurunan mobilisasi meningkat penurunan mobilitas)
5. Bahan kimia iritatif 2. Hidrasi Terapeutik
meningkat
6. Suhu lingkungan yang
1. Ubah posisi tiap 2 jam
ekstrem 3. Perfusi jaringan jika tirah baring
meningkat
7. Kelembapan
2. Lakukan pemijatan
4. Kerusakan pada area penonjolan
8. Penurunan hormonal
jaringan menurun tulang, jika perlu
9. Perubahan pigmentasi
5. Nyeri menurun 3. Bersihkan perineal
dengan air hangat
6. Pendarahan
menurun 4. Gunakan produk
berbahan petrolium atau
7. Suhu kulit
minyak pada kulit kering
membaik
5. Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan
menggunkan pelembab
(mis. Lotion, serum)
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan menghidari
terpapar suhu ekstrem
6
49
8 Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan Edukasi proses
perawatan bayi b/d tindakan penyakit
keperawatan 1x24
Penyebab : jam diharapkan Observasi
tingkat
1. Keterbatasan kognitif 1.Identifikasi kesiapan
pengetahuan orang
dan kemampuan
2. Gangguan fungsi kognitif tua meningkat.
menerima informasi
3. Kekeliruan mengikuti Kriteria hasil : Terapeutik
anjuran
1. Perilaku sesuai
1. Sediakan materi dan
4. Kurang terpapar informasi anjuran meningkat
media pendidikan
5. Kurang minat dalam belajar 2. Kemampuan kesehatan
menjelaskan
2. Jadwalkan pendidikan
6. Kurang mampu mengingat pengetahuan
kesehatan sesuai
tentang suatu topik
7. Ketidaktahuan menemukan kesepakatan
meningkat
sumber informasi Gejala dan
3. Berikan kesempatan
tanda mayor 3. Perilaku sesuai
untuk bertanya
dengan
Subjektif pengetahuan Edukasi
1. Menanyakan masalah yang meningkat
1. Jelaskan penyebab dan
dihadapi 4. Pertanyaan faktor risiko penyakit
Objektif tentang masalah
yang dihadapi 2. Jelaskan proses
1. Menunjukkan prilaku tidak menurun patofisiologi munculnya
sesuai anjuran penyakit
5. Persepsi yang
2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap 3. Jelaskan tanda dan
keliru terhadap masalah Gejala masalah yang gejala yang ditimbulkan
dan tanda minor dihadapi menurun oleh penyakit
50
1.2.5 Implementasi
ditetapkan.
1.2.6 Evaluasi
51
BAB III
Sukabumi.
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Berat Badan Lahi
52
2. Pemberian tindakan keperawatan terhadap klien dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
keperawatan anak
dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut World Health
Organization (WHO) Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. BBLR juga terbagi dalam beberapa
bagian yitu BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah),BBLER (bayi berta lahir
yang signifikan secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya
populasinya rentan.
53
3.5 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus
pada bulan Februari 2023 dengan lama pengelolaan waktu studi 5 hari.
1. Observasi
cara pengambilan data menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar
2. Wawancara
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
keluarga dll. Sumber dari wawancara ini bisa dari klien, keluarga, perawat,
3. Pemeriksaan fisik
54
Dalam pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan empat proses yaitu
pemeriksaan fisik.
gambaran organ tubuh atau masa abnormal dari berbagai aspek seperti ukuran,
pengetukan pada bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat
kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau adanya cairan dalam
berasal dari dalam tubuh, yang meliputi frekuensi, intensitas, durasi dan
1. Analisa Data
55
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah di pahami
data tersebut dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
2. Analisis data
Penyajian data juga dapat dilakukan dengan table, gambar maupun bagan.
3.9 Kesimpulan
Kesimpulan yaitu dari data yang di sajikan, kemudian data dibahas dan
56
induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,
Etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola
Etika Penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
1. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari
57
2. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak
untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang
sama untuk dipilih atau terlibat dalam studi kasus tanpa deskriminasi
58
DAFTAR PUSTAKA
Ila, Sri Landra La, Ichayuen Avianty, and Andreanda Nasution. “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr)
59
Indry hartiningrum,Nurul Fitriyah.Fakultas kesehatan masyarakat Universitas
Airlangga"Bayi berat lahir rendah (BBLR) di provinsi jawa timur tahun 2012-
2016".
berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (STUDI DI RSUD DR.
60