Disusun Oleh
Sarah Kania Gono Ate 1540120016R
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas kasih dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala II
Fisiologis”.
Hasil penelitian Karya Ilmiah ini guna memenuhi salah satu syarat untuk
dalam menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya
kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIkes Nusantara Kupang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, dorongan, dan bantuan dari
berbagai pihak, Karya Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Derice Heke Medo, Amd,M.Kes Sebagai Ketua Yayasan Kunci Ilmu.
2. Ibu Daeng Agus Vieya Putri, S.Kep.M.Kes sebagai Ketua STIkes Nusantara
Kupang.
3. Ibu Maria Judith Lokangleu S.ST.M.Kes Sebagai Ketua Program Studi D III
Kebidanan STIkes Nusantara Kupang.
4. Ibu Sry Marlinda C. Wila S.ST. M.Kes sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penulis menempuh
pendidikan di D III Kebidanan STIkes Nusantara Kupang.
5. Ibu Maria S. Joni, S.Tr.Kep,.M.Si Dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama penulis menempuh pendidikan
di di D III Kebidanan STIkes Nusantara Kupang.
6. Bapak, Ibu Dosen dan seluruh pegawai Porgaram Studi Kebidanan STIkes
Nusantara Kupang yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Orang tua tercinta Alm.Bapak Yonatan Lani Gono, Ibu Maria Malo, Kakak
Tobias Gono Ate, Kakak Sandi Kristina Dede Ate, Kakak, Veniasti Gono Ate,
i
Kakak Ambri Sunarto Gono Ate, Dan Adikku tercinta Anggi Kristiani Gono
Ate Serta Filemon Gono Ate.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2022 “KBP 20”
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bentuk
dukungan dan doa.
Penulis mengucapkan limpah terima kasih atas segala bentuk dukungan yang
diberikan. Penulis sadar bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi
menyempurnakan penelitian ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................Iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.3. Tujuan......................................................................................................................4
1.4. Manfaat....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................6
2.1.1. Pengertian........................................................................................................6
2.2.1. Pengertian...........................................................................................................15
iii
2.2.3. Tanda-Tanda Mulanya Persalinan Menurut Manuaba (1998).............................19
3.3.1 Populasi…………………………………………………………………………………………………………..28
3.3.2 Sampel…………………………………………………………………………………………………………….29
3.7.2 Initial…………………………………………………………………………………………………………..33
3.7.3 Confidentialty…………………………………………………………………………………………….33
3.7.4 Benefience……………………….…………………………………………………………………………33
3.7.5 Justice…………………………………………………………………………………………………………33
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu di tahun 2015 berjumlah 4.999 kasus, sedangkan di tahun 2016
menjadi 4.912 kasus. Pada tahun 2017 angka kematian ibu mengalami penurunan menjadi
4.295 kasus. Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu Hipertensi 22,1%, perdarahan 27,1%
dan lain-lain 30,2%.
(Kemenkes RI, 2017)
AKI Provinsi NTT berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, AKI yaitu
536 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka nasional 259 per 100.000
kelahiran hidup (SP,2010) maka AKI NTT sangat tinggi. (Profil Kesehatan NTT, 2017)
Angka kematian Ibu (AKI) di Kota Kupang mengalami penurunan pada Tahun 2017 bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2015. Untuk Tahun 2017 Angka Kematian Ibu dari
data yang dikumpulkan Bidang Kesehatan Keluarga terdapat 4 kasus dari 8101 kelahiran 3
1
hidup dengan Angka kematian Ibu yang dilaporkan sebesar 49 Kematian per 100.000
kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Kota Kupang, 2017)
Dalam beberapa tahun terakhir AKB di Indonesia telah banyak mengalami penurunan
yang cukup besar. Berdasarkan hasil konversi jumlah kasus kematian pada bayi mengalami
fluktuasi dari tahun 2014-2017, pada tahun 2014 kematian bayi berjumlah 1.280 kasus
dengan AKB sebesar 14 per 1000 KH, meningkat pada tahun 2015 menjadi 1.488 kasus
dengan AKB sebesar 11,1 per 1.000 KH, pada tahun 2016 menurun menjadi 704 kasus
dengan AKB 5 per 1.000 KH dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 1104 kasus dengan
AKB 7,7 per 1.000 KH. Hal ini karena ada peningkatan jumlah kelahiran. (Profil Kesehatan
NTT, 2017)
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Kupang pada Tahun 2017 sebesar 4,57 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan adanya peningkatan yang cukup signifikan bila
dibandingkan dengan AKB pada tahun sebelumnya sebesar 2,05 per 1.000 kelahiran hidup.
Pada Tahun 2017 dari data yang dikumpulkan Bidang Kesehatan Keluarga terdapat 37 kasus
kematian bayi dari 8101 kelahiran hidup, sedangkan untuk kasus lahir mati berjumlah 35
kasus kematian. (Dinas Kota Kupang, 2017). Data jumlah kematian bayi sebanyak 4 orang
(PWS KIA Puskesmas sg, 2017).
Sasaran ibu hamil tahun 2018 di Puskesmas Oebobo 1778 orang. Cakupan k1
sebanyak 1791 orang atau 100,7% dari target, cakupan k4 sebanyak 1486 orang atau 18%
dari target, cakupan ibu kehamilan resiko tinggi sebanyak 51 orang atau 83,6% dari target.
Hal ini berarti sudah tercapainya target rencana kerja di puskesmas. Tercapai target ini
disebabkan masyarakat sudah mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan, selain itu
petugas kesehatan juga sudah dapat memberdayakan secara maksimal peran serta masyarakat
2
seperti kader, dukun dan desa siaga sehingga proses identifikasi ibu hamil dapat dilakukan
secara menyeluruh. (PWS KIA Puskesmas , 2017).
Upaya kesehatan ibu bersalin juga dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator
persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih. Cakupan secara nasional pada tahun
2017 yaitu sebesar 83,67%. Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra
Kementerian Kesehatan tahun 2017 yang sebesar 79%. (Kemenkes RI, 2018).
1.3. Tujuan
3
4. Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada asuhan kebidanan ibu
bersalin kala II fisiologis di ruangan bersalin puskesmas.
5. Merencanakan tindakan dalam asuhan kebidanan ibu bersalin kala II fisiologis di
ruangan bersalin puskesmas.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan ibu bersalin kala II di ruangan bersalin
puskesmas.
7. Mengevaluasi asuhan kebidanan ibu bersalin kala II fisiologis di ruangan bersalin
puskesmas.
8. Menganalisis kesenjangan atara teori dan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu
bersalin kala II fisiologis di ruangan bersalin puskesmas.
1.4. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam
kehidupan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2019)
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi ( janis dan uri) yang cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(Manuaba, 2018).
Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Jadi
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2016)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin danuri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2018)
5
pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi
belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun
kasar), dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar). Dalam persalinan
terdapat 4 kala persalinan.
2) Persalinan Buatan
Persalinan normal atau spontan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
6
Rahim yang membesar menyebabkan iskemi otot- otot rahim merangsang
timbulnya His.
5) Teori Prostagladin
1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu
jelas.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandungkemih
tertekan oleh bagian bawah janin.
4) Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksikontraksilemah
uterus, kadang-kadang disebut ”false labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show). Tanda-tanda Inpartu
1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil
pada pada serviks.
3) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
4) ada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
7
2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1) Passege / jalan lahir
Jalan lahir atau passege terdiri dari jalan lahir keras (panggul) dan jalan
lahir lunak (vagina, introitus vagina)
2) Power / kekuatan
3) Passanger / penumpang
1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam pada multigravida dan 12 jam pada
primigravida. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 lagi yaitu :
- Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm sampai pembukaan 4 cm
8
- Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm sampai
9 cm
- Fase deselerasi
- Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi pembukaan lengkap.
Dimulai setelah pembukaan lengkap hingga bayi lahir. Adanya kekuatan His
dan kekuatan mengeran, mendorong janin keluar hingga lahir.
4) Kala IV
9
2.2) Posisi sesuai dengan kemauan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur
hendaknya dianjurkan ibu miring ke kiri
2.3) Sarankan ia berjalan-jalan
2.4) Ajaklah orang yang menemaninya untuk memijat atau menggosok
penggungnya
2.5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya
2.6) Ajarkan kepadanya teknik Bernafas, ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahannya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniupudara
keluar sewaktu terasa kontraksi
3) Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan antara lain menggunakan
atau tirai
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
5.1) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
5.2) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
5.3) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum
5.4) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin, mulai dari setelah lahirnya
uri sampai 2 jam setelahnya.
1. Pemantauan Kala I Tabel 2.1. Pemantauan Kala I
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 - 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30 – 60 jam
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Sumber :
2. Penanganan Kala II
a. Memberikan dukungan pada ibu secara terus menerus
10
- Mendampingi ibu agar merasa nyaman
- Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
b. Menjaga kebersihan diri
- Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
- Jika ada darah dan lender atau cairan ketuban segera
dibersihkan
c. Mengipasi dan memasae untuk menambah kenyamanan ibu
d. Memberi dukungan mental untuk mempengaruhi kecemasan
atau
ketakutan ibu dengan cara :
- Menjaga privasi ibu
- Menjelaskan proses dan kemajuan persalinan
- Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan dan keterlibatan
ibu
e. Mengatur posisi ibu dalam mengedan dapat dipilih posisi sebagai
berikut : - Jongkok
- Mungging
- Setengah duduk
f. Menjaga kandung kemih agar tetap kosong
g. Memberi cukup minum memberi tenaga agar tidak dehidrasi
3. Penanganan Kala III
a. Memberikan aksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta
- Oksitosin dapat diberikan max 2 menit setelah kelahiran bayi
- Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang punting payudara ibu atau susukan bayi
guna memperoleh oksitosin alamia
b. Lakukan penanganan tali pusat terkendali (PTT)
- Satu tangan diletakkan pada korpus uteri dengan gerakan dorsokranial kearah
belakang kepala ibu
- Tangan satu memegang tai pusat dengan klem 5 – 6 cm didepan tali pusat
- Juga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi (2
– 3 menit)
11
c. PTT hanya dilakukan saat uterus berkontraksi, tangan pada uterus merasakan
kontraksi, Ibu juga dapat memberi tahu petugas ketika ia mengalami kontraksi.
Ulangi langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas
d. Begitu plasenta terlepas, keluarkan dengan menggerakan tangan atau klem pada
tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta gerakan ke bawah dan ke atas
sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
e. Segera setelah plasenta lahir dan selaput dikeluarkan massage fundus uteri agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan
f. Jika sudah menggunakan managemen aktif kala III dan plasenta belum lahir
dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jangka
waktu 15 menit dari pemberian oksitosin pertama.
- Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
- Periksa adanya tanda-tanda plasenta lepas
- Berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jangka waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin pertama jika plasenta belum juga lahir
- Siapkan rujukan bila tidak ada tanda-tanda dan menjahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau episiotomi
4. Penanganan Kala IV
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 – 30 menit pada
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massage uterus sampai menjadi kuat
apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan. Hal in dapat mengurangi kekurangan darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
c. Usahakan ibu untuk minum untuk menghindari dehidrasi tawarkan
ibu makan dan minum yang disukainya
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian bersih dan kering
e. Biarkan ibu istirahat, ia telah bekerja keras melahirkan bayinya.
Bantu ibu memilih posisi yang diinginkan
f. Biarkan bayi berada dekat ibunya untuk meningkatkan hubungan ibu
12
dan bayi sebagai permulaan dengan menyusui bayinya
g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran, hal ini sangat tepat untuk memulai
membersihkan ASI, menyusui juga membantu uterus berkontraksi
h. Ajari ibu dan keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
2.2.1. Pengertian
Persalinan kala 2 adalah proses pengeluaran buah kehamilan yang dimulai
dengan pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala 2 juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Lamanya kala dua menurut Friedman adalah 1 jam untuk primigravida dan 15
menit untuk multigravida. Pada kala 2 yang berlangsung lebih dari 2 jam pada
primigravida atau 1 jam pada multipara dianggap sudah abnormal.
Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu
kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan
semakin ekspulsif sifatnya.
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel – sel
otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ),
regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi
pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di
perhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60 – 90 detik, kekuatan
kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari
kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interfal antara kedua kontraksi pada
kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR).
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR
13
dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan
dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR
mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan
SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan
makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata
lain SBR dan serviks menngadakan relaksasi dan dilatasi.
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR),
dan serviks.
14
kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat
dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan. Perubahan suhu di anggap normalbila peningkatan suhu
yang tidak lebih dari 0,5 oC– 1 oC yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan.
15
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi
kurangjelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang
selama persalinan.
16
sangat mempengaruhi aspek psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap
kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secara berkelanjutan.
17
2.2.5. Mekanisme Persalinan Normal
1) Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada PAP
2) Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan ini terjadi akibat 3 hal :
- Tekanan dari cairan amnion
- Tekanan langsung kontruksi fundus pada janin
- Kontraksi diafragma dan otot abdomen pada kala II persalinan
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul dalam
keadaan normal fleksi terjadi dan dengan didekatkan ke arah dada janin.
Dengan suboksipito bregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat
masuk ke pintu bawah panggul.
4) Putaran Paksi Dalam
PAP mempunyai bidang paling luas pada diameter transversanya. Dengan
demikian, kepala janin melalui PAP dan masuk ke dalam panggul sejak dengan
posisi oksipitotransversa. Akan tetapi bidang PAP yang terluas adalah diamater
anteroposterior, supaya dapat keluar, kepala janin harus berotasi (berputr pada
sumbunya). Putaran paksi dimulai pada bidang setinggi spina ischiadica, tetapi
putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian
bawah
5) Ekstensi
Saat kepala janin mencapi perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula – mula oksiput melewati permukaan bawah simisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama – tama oksiput,
kemudian wajah dan akhirnya dagu.
18
punggung dan bahunya. Dengan demikian kepala dapat terlihat berputar labih
lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat bahu enggaged dan turun dengan gerakan
yang mirip dengan gerakan kepala, bahu abterior akan turun terlebih dahulu.
7) Ekspulsi
Setelah putar paksi luar bahu depan sampai dibawah symphisis dan menjadi
hipomoklian untuk kelahiran bahu belakang kemudian bahu depan menyususl
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan putar paksi jalan lahir.
19
1. Pemeriksaan umum: TD, nadi, pernapasan, refleks, jantung paru-paru,
berat badan, tinggi badan, dan sebagainnya.
2. Pemeriksaan status obstetri: letak dan posisi janin, taksiran BB janin,
DJJ, his dan lain-lain
3. Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal): pembukaan serviks dalam cm
atau jari, turunnya kepala diukur menurut bidang Hodge, ketuban sudah
pecah atau belum, menonjol atau tidak.
4. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan urin (protein dan gula),
pemeriksaan darah (Hb, golongan darah).
5. Persiapan bagi ibu: bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna, ibu
hamil diminta buang air kecil atau dikateterisasi guna mengosongkan
kandung kemih, pemakaian klisma supaya rektum kosong, pakaian
diganti longgar
6. Persiapan semua alat untuk persalinan biasa: beberapa pasang sarung
tangan steril, gunting siebold, gunting tali pusat, beberapa klem tali pusat
dan klem lainnya, benang atau plastik klem untuk tali pusat, alat pengisap
lendir bayi, iodium tinctur dengan kapas lidinya, alat-alat untuk menjahit
luka, obat-obatan dan jarum suntiknya, kain kassa steril dan sebagainya.
2.2.7. Pemantauan Kala II
1) Pemantauan Ibu
- Periksa nadi ibu setiap 30 menit
- Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
- Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu secara
langsung sekaligus dengan melakukan palpasi
- Penuhi kebutuhan cairan, nutrisi ataupun keinginan ibu
- Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan
luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau kalau ada
indikasi
- Upaya meneran ibu
- Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala
- Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
- Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir
2) Pemantauan janin
20
2.1. Saat bayi belum lahir
- Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai meneran atau setiap 510 menit
- Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah
- Periksa molase
2.2. Saat bayi lahir
- Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi
menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif atau
lemas.
21
Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota keluarganya. Jelaskan
proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya.
Tentramkan hati ibu selama kala II persalinan. Berikan bimbingan dan
bantuan jika memang di perlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan
lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk
meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
Alasan : ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama persalinan dan
kelahiran. Untuk mempertahankan kondisi yang optimal pada ibu dan bayinya,
pastikan agar ibu mendapat cukup asupan cairan. (Enkin, 2000).
Kadang – kadang kala II persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu.
Berikan rasa aman, semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu
kelancaran proses persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi. Jelaskan
setiap tindakan kepada ibu sebelum melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang
di ajukan ibu, jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan – alasan
tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam).
22
2.3) Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa
adanya komplikasi.
2.4) Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
2.5) Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu
tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
3) Prinsip Umum Sayang Ibu
3.1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
3.2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi
tanpa ada indikasi.
3.3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada
keselamatan jiwa ibu.
3.4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
3.5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
3.6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
3.7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
3.8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan
keputusan.
3.9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
3.10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/
keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3.11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
4) 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu
4.1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan
dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.
4.2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan
hasil asuhan.
4.3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan
adat istiadat.
4.4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi
persalinan yang nyaman bagi ibu.
23
4.5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan
yang berkesinambungan.
4.6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh
penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema,
pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput
ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
4.7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri
dengan atau tanpa obat-obatan.
4.8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara
mandiri.
4.9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama.
4.10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
5) Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
5.1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat
dengan bidan.
5.2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
bidan dalam pemberian asuhan.
5.3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang
akan dihadapi ibu dan keluarga.
5.4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga
sehubungan dengan proses persalinan.
24
Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi pasien.Data dasar
ini meliputi data subjektif (identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat
obstetri, riwayat perkawinan, riwayat KB, pola kebiasaan sehari-hari) dan data
objektif (pemeriksaan fisik, status present, status obstetri) dan data penunjang
2. Langkah II : Interpretasi Data
Langkah ini disebut sebagai diagnosis tapi dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam
mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien, masalah
sering dikaitkan dengan bagaimana wanita mengalami kenyataan atas diagnosisnya
dan sering diidentifikasi bidan dalam menangani pasien secara individual.
3. Langkah III : Diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis
saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan,
menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang
mungkin muncul.Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi
perawatan kesehatan yang aman.
4. Langkah IV : Tindakan segera
Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya
dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodik, tetapi juga saat
bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut bersama bidan terus
menerus mungkin perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan
secara cepat untuk mempertahankan nyawa pasien dan ada beberapa data
engindikasikan situasi yang membutuhkan tindakan secara cepat menunggu intervensi
dari dokter.
5. Langkah V : Perencanaan
Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa
yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh
bagian tambahan dari data apapun yang hilang atau perlu untuk keperluan penyusunan
data. Suatu rencana yang komprehensif meliputi hal-hal yang diindikasikan oleh
kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan, seluruh keputusan yang dibuat dalam
mengembangkan suatu rencana perawatan yang komprehensif harus valid berdasarkan
atas pengetahuan teoritis, tepat, sesuai, dan aktual serta asumsi yang tervalidasi
tentang apa yang akan dan tidak dilakukan oleh pasien yang bersangkutan.
25
6. Langkah VI : Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau dilakukan oleh wanita
yang bersangkutan, bidan atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak
melakukannya endiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaanya.Dalam
sarana dimana bidan berkolaborasi dengan seorang dokter dan berkontribusi dalam
manajemen perawatan pasien yang mengalami komplikasi, maka bidan turut
bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana perawatan komprehensif kolaboratif.
Pelaksanaan yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya dan meningkatkan
kualitas perawatan pasien.
7. Langkah VII : Evaluasi
Salah satu langkah pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan, yang
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa.Rencana dianggap efektif jika hal diatas
terlaksana, dan tidak efektif jika hal diatas tidak terlaksana.Hal ini dimungkinkan bagi
suatu bagian dari rencana tersebut untuk menjadi efektif sedangkan bagian lain tidak
efektif.
Langkah ini dimodifikasi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan teoritis yang
relevan yang dibutuhkan sebagai informasi dasar untuk mengikuti manajemen klinik
dari pasien. Karena manajemen proses mengambil tempat dalam sarana klinis dan
karena dua langkah terakhir tergantung pada situasi pasien dan klinis, maka tidak
mungkin untuk memasukkan mereka dalam sebuah buku peganganan.
26
KERANGKA ALUR PIKIR FISIO;OGI PERSALLINAN KALA DUA
Tidak
Bimbing ibu untuk meneran
saat kontraksi Bayi lahir dalam waktu 60 menit
Lakukan manajemen
Anjurkan untuk minum (kelahiran bayi akan segera Ya aktif kala tiga
Anjurkan perubahan posisi
Asuhan bayi baru lahir
Lakukan stimulasi terjadi)
putting susu
Nilai DJJ sekitar 5-10 menit
Tidak
Rujuka
Rujuk segera
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Data primer dikumpulkan langsung dari lapangan oleh peneliti, data primer yang
dibutuhkan yaitu diperoleh dari persalinan langsung observasi serta pemeriksaan
yang dilakukan langsung dari responden, (Notoatmodjo,2016)
1. Wawancara
29
Pemeriksaan dengan cara auskultasi umumnya dilakukan dengan funduskup
dan doppler untuk mendengarkan frekuensi denyut jantung janin dan iramanya
serta testoskop monoaural untuk memeriksa tekanan darah. Pada bayi baru lahir
dilakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara
jantung, suara nafas.
(5). Pemeriksaan dalam ( Vagina Toucher)
Pemeriksaan dalam dilakukan pada ibu bersalin untuk mengetahui sudah
seberapa bukaan ibu dimulai dari ada atau tidaknya skibala, rektokel sistokel,
keadaan porsio lunak atau kaku, dilatasi sudah berapa cm, effcemen sudah berapa
persen, selaput ketuban utuh atau tidak, presentasi kepala atau bokong,
denominator UUK atau UUB, posisi nya kanan depan atau kiri depan, apakah ada
moulage, sudah berada di hodge berapakah penurunan kepala bayi, ada atau tidak
bagian kecil maupun tali pusat ikut melalu jalan lahir.
1) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumentasi ( Notoatmodjo, 2016).
Pengambilan kasus ini menggunakan catatan untuk memperoleh
informasi data medik yang ada wilayah kerja puskesmas di ruangan
bersalin
2) Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu bahan-bahan pustaka yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang suatu penelitian
( Notoatmodjo,2016). Studi kepustakaan ini diambil dari buku-
buku serta internet yang berhubungan dengan persalinan.
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
30
3. Stetoskop
4. Jam tangan
5. Funduskup/doppler
6. Metlin
7. Reflek hammer
8. Partus set ( 2 klem kelly atau kocher, gunting tali pusat,
umbilicat klem cord, kateter nelaton, gunting episiotomi, klem
½ kocher, 2 pasang sarung tangan,kain kasa DTT, spuit 3 cc
berisi oksitosin 10 IU, De Lee).
9. Alat dan obat-obatan ( infuse set, cairan infuse RL 500ml, 2
abocath, 2 ampul metil ergometrin, 3 ampul oksitosin 10 IU, 10
tablet misoprostol, 3 buah spuit 3 cc 2 buah 5 cc, 10 kapsul/
kaplet amiksilin/ ampisilin 500 mg atau penisilin prokain
injeksi).
10. Heacting set ( 1 buah spuit 10 cc, 20 ml larutan lidokain 1 %,
pinset, nald voodern, benang catgut, 1 pasang sarung tangan)
11. Lembar observasi partograf
31
Hasil analisa, didapatkan asuhan mandiri, kolaborasi dan konseling hal ini
dilakukan peneliti selama berada di lapangan dan analisa data pada penelitian ini
yaitu pengkajian asuhan kebidanan persalinan normal yang dilakukan dengan pola
pikir varney dan model pendokumentasian SOAP.
32