Anda di halaman 1dari 54

GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN LASERASI PERINIUM DI

PRAKTEK MANDIRI BIDAN ( PMB )ETIK LULUT,H.S.Tr.Keb


KOTA PALANGKA RAYA

PROPOSAL

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kebidanan pada Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Palangka Raya

Disusun oleh :

Siti Nurhayati
PO.62.24.2.19.194

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas

Akhir yang berjudul “Gambaran Ibu Bersalin Dengan Laserasi Perinium Di

PMB Etik Lulut,H.S.Tr.Keb Kota Palangka Raya” tepat pada waktunya.

Adapun proposal laporan tugas akhir ini diajukan untuk tugas akhir

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III

Kebidanan di Progam Studi Diploma III Kebidanan Poltekkes Palangka Raya.

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memfasilitasi

penyusunan laporan ini sehingga berjalan dengan lancar diantaranya kepada :

1. Bapak Mars Khendra Kusfriyadi, STP,MPH, selaku Direktur Poltekkes

Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan kepada PENULIS

untuk belajar serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian.

2. Ibu Riyanti, SSiT. M. Keb, sebagai Ketua Program Studi DIII

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangkaraya. selaku pembimbing

pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya dalam bimbingan

2
dan memberikan berbagai masukan dalam penyusunan proposal ini.

3. Ibu Noordiati,SST.,MPH. selaku Ketua Penguji yang senantiasa

meluangkan waktunya dalam bimbingan dan memberikan berbagai

masukan serta arahan dalam penyusunan proposal ini.

4. Ibu Riny Natalina,SST.,M.Keb selaku pembimbing utama yang

senantiasa meluangkan waktunya dalam bimbingan dan memberikan

berbagai masukan serta arahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Dosen-dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya, yang

telah memberikan ilmu selama mengikuti pendidkan di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palangka Raya.

6. Rekan-rekan satu angkatan Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Palangkaraya Reguler XXI yang bersama-sama memberikan motivasi

selama kegiatan dan penyusunan proposal ini.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang sangat penulis sayangi yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta kasih saying

yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah semester VI ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat

membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan laporan ini dan

semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.

3
Palangka Raya……………………..202

Penulis

Siti Nurhayati

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN..................................................................................................vii
Bab I PENDAHULUAN.........................................................................................8
A. Latar Belakang..............................................................................................8
B. Rumusan Masalah........................................................................................10
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................10
D. Manfaat........................................................................................................11
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................12
Bab II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................14
A. Telaah Pustaka.............................................................................................14
1. Persalinan............................................................................................14
a. Pengertian Persalinan............................................................14
b. Jenis Jenis Persalinan............................................................15
c. Tanda Tanda Persalinan........................................................16
d. Tahap Persalinan...................................................................17
e. Faktor Faktor Yang Mempengatuhi Persalinan....................20
2. Laserasi Perinium................................................................................27
a. Pengertian.............................................................................27
b. Faktor Faktor Laserasi Perinium Pada Persalinan................27

4
c. Jenis Laserasi Perinium........................................................42
d. Klasifikasi Laserasi Perinium...............................................43
B. Kerangka Teori.............................................................................................44
C. Kerangka Konsep.........................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................45
A. Jenis Penelitian.............................................................................................45
B. Lokasi Penelitian..........................................................................................45
C. Populasi Dan Sempel...................................................................................45
D. Variable Dan Definisi Operasional..............................................................46
E. Teknik Pengambilan Sempel........................................................................50
F. Teknik Pengumpulana Data.........................................................................50
G. Analisis Data................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................51

5
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..............................................................……………13
Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteru Menurut Mc Donald...........................…………....35
Tabel 1.2 Tinggi Fundus Menurut Leopold..........................................……………36
Tabel 1.1 D0 (Definisi Operasional) .......................................................................49

6
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Teori..............................................................................44
Bagan 1.1 Kerangka Konsep..........................................................................44

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan di suatu negara dapat dinilai dari beberapa indikator.

Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan

status gizi. Indikator mortalitas digambarkan dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB). Bila AKI dan AKB disuatu negara rendah maka

pelayanan kesehatan sudah baik di negara tersebut dan sebaliknya bila AKI dan AKB

tinggi maka pelayanan kesehatan di negara tersebut belum baik (Riskesdas,2018).

Data menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih

tinggi berdasarkan SDIK tahun 2012 (359 per 100.000 kelahiran hidup), kemudian

melalui Survei Angka Sensus (SUPAS) terakhir pada tahun 2015 didapatkan bahwa

AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup, hasil

ini memperlihatkan angka kematian ibu ttiga kali lipat dibandingkan target MDGs

yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(Kemenkes RI,2018).

8
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia

Tenggara yaitu 307/100.000 KH. Penurunan AKI dan AKB merupakan salah satu

target dari tujuan pembangunan Sustainabel Development Goals (SDGs). Terdapat

Sembilan tujuan SDGs, dua diantaranya terkait peningkatan kesehatan ibu, tujuan

lebih dititik beratkan kepada kematian ibu terhadap kehamian dan persalinan, dalam

hal ini target SDGs untuk angka kematian ibu adalah 70/100.000 KH

(Ermalena,2017).

Di Negara berkembang penyebab utama kematian ibu adalah faktor obstetri

langsung, yaitu perdarahan postpartum, infeksi dan eklamsia. Laserasi perineum dapat

menyebabkan perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum merupakan salah satu

masalah penting karena berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan

kematian. Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun ke tahun

dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan dirumah sakit serta

adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap merupakan faktor

utama dalam kematian ibu (Anggraini, 2018).

Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu

proses persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi

vakum, versi ekstraksi, kristeller (dorongan pada fundus uteri) dan episiotomi

dapat menyebabkan robekan jalan lahir. Laserasi perineum dapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat laserasi yaitu derajat I, derajat II, derajat III dan derajat IV.

Perdarahan postpartum sering terjadi pada laserasi perineum derajat I dan II.

Namun pada laserasi derajat I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum

(Winknojosatro, 2019).

Laserasi perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan

postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Penurunan AKI

9
di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi

228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang

signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali

menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2017).

Pada tahun 2015 angka kejadian robekan perinium yang terjadi di dunia

adalah 2,5 juta kasus dan diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 50%

(Permiliana,Sarumpaet,&Ziliwu,2019). Kasus ruptur perineum di Indonesia

digambarkan dalam sebuah studi yang dilakukan di Yogyakarta yang mencatat bahwa

dari populasi sejumlah 1595 wanita, terdapat 75,3% ruptur perineum yang

terdiagnosis. Ruptur terjadi pada 80,55% wanita usia muda dan 85,05% wanita

primipara (Pangastuti, 2016). Di Indonesia, prevalensi ibu bersalin yang mengalami

ruptur perineum terbanyak dalam rentang usia 32-39 tahun yaitu sebesar 62%

(Kurniawan, Jingsung, Baeda, Anam, & Siagian, 2020). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Puslitbang Bandung adalah sebesar 21,97% ibu yang bersalin

pervaginam mengalami ruptur perineum akan meninggal dunia (Andriani, 2019).

Ruptur perineum umumnya terjadi pada primigravida, tetepi tidak jarang juga

pada multigravida. Ibu bersalin primigravida mempunyai resiko tinggi terjai ruptur

karena perinium masih untuh sehingga mudah terjadi robekan, sedangkan ibu bersalin

multigravida mempunyai resiko rendah terjadi ruptur perineum. Penyebab yang bisa

mengakibatkan ruptur perineum pada paritas antara lain partus prepitatus, mengejan

yang terlalu kuat, edeman dan kerapuhan pada perineum, kelunturan jalan lahir dan

persalinan dengan tindakan. (Rosmawar, 2018).

10
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana gambaran ibu bersalin dengan laserasi perinium ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran ibu bersalin dengan laserasi perinium di Praktek

Madiri Bidan (PMB) Etik Lulut,H.S.Tr.Keb kota Palangka Raya.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi ibu bersalin dengan laserasi perinium.

b. Diketahui gambaran ibu bersalin dengan laserasi perinium berdasarkan

karakteristik :

a) Usia

b) Paritas

c) Pendidikan

d) Pekerjaan

e) Usia kehamilan

f) Episiotomi

g) Tinggi fundus uteri (TFU)

h) Badan badan janin.

i) Presentasi janin

11
D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat

digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidan

kesehatan.

2. Bagi Peneliti

Mendapatkan informasi gambaran ibu bersalin dengan laserasi

perinium serta dapat menambah pengetahuan tentang laserasi perinium itu

sendiri.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi di perpustakaan dan

menjadi sumber informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Peneliti Metode Peneliti Hasil

1 Risma Analisis Faktor Metode penelitian Hasil uji statistik

Alviani,Puji Yang Berhubungan deskriptif chi aquare

Lestari Dengan Terjadinya retrospektif menunjukkan nilai

(2020) Laserasi Jalan Lahr menggunakan total 0,533>0.05, yang

Pada Persalinan sampling berarti

Normal menunjukkan tidak

adanya hubungan

yang signifikan

12
terhadap berat

badan janin dengan

kejadian laserasi

jalan lahir.

2 Putri Diah Faktor-Faktor Metode survey Hasil uji statistic

Pemiliana, Yang Berhubungan analitik dengan chi-square

Irma Dengan Ruptur pendekatan cross menunjukkan nilai

Handayani Perinium Pada sectional signifikan 0,037

Sarumpaet, Persalinan Normal (.<0,05), yang

Sanak di Klinik Niar berarti

Ziliwu Medan Tahun menunjukkan ada

(2018) 2018 hubungannya antara

umur ibu dengan

rupture perinium

papa persalinan

normal di klinik

Pratama Niar

Medan.

3 Rosmiarti, Hubungan Umur Metode penelitian Hasil uji statistic

Suci Lestari Dan Paritas Ibu kuantitatif dengan chi-square

(2017) Bersalin Dengan cross sectional menunjukkan

Kejadian Laserasi menggunakan bahwa tidak ada

di Rumah Sakit Teknik random hubungan antara

Pusri Palembang sampling umur ibu dan

Tahun 2017 paritas terhadap

13
kejadian laserasi di

rumah sakit pasutri

Palembang.

Table 1.1 Keaslian Penelitian

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka

1. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan

atau dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba,2018).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah,2019).

Menurut moctar (2017), beberapa istilah yang berhubungan

dengan persalinan adalah :

1) Berdasarkan umur kehamilan yaitu:

(1) Abortus (keguguran) adalah pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, berat janin

<500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.

(2) Partus immaturus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari

usia kehamilan dibawah 28 minggu dengan berat janin

kurang dari 1000 gram.

15
(3) Partus prematurus adalah pengeluaran pengeluaran hasil

konsepsi dari usia kehamilan 28-36 minggu dengan berat

janin antara 1000-2500 gram.

(4) Partus maturus atau aterm adalah persalinan pada

kehamilan 37-42 minggu, berat janin diatas 2500 gram.

(5) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang

terjadi 2 minggu atau lebih dari hari perkiraan lahir.

(6) Partus presipaturus adalah partus yang berlangsung cepat.

2) Gravida dan para

(1) Gravida adalah seorang perempuan yang sedang hamil

(2) Primigravida adalah seorang perempuan yang sedang hamil

pertama kalinya.

(3) Nulipara adalah seseorang perempuan yang belum pernah

melahirkan bayi hidup.

(4) Primipara adalah seorang perempuan yang pernah

melahirkan bayi hidup pertama kalinya.

(5) Grande multipara adalah perempuan yang pernah

melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati.

b. Jenis Jenis Persalinan

Persalinan pada umum nya merupakan proses yang fisiologis

yang terjadi pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali

dengan kontraksi uterus yang adekuat yang diikuti adanya pembukaan

serviks, kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi, dan

16
diakhiri dengan 2 jam post partum ( Kurniarum,2018 ). Berikut jenis

persalinan:

1) Persalinan pervaginam

Persalinan pervaginam disebut juga persalinan spontan.

Persalinan spontan adalah proses pengeluaran janin secara

spontan melalui pervaginam dengan presentasi belakang kepala

tanpa komlikasi baik pada ibu maupun janin. Persalinan normal

dimulai dengan kala satu persalinan yang didefinisikan sebagai

pemulaan kontraksi secara adekuat yang ditandai ddengan

perubahan serviks yang progesif dan diakhiri dengan

pembukaan lengkap 10 cm (Prawirohardjo,2017).

2) Persalinan bedah sesar

Persalinan bedah sesar termasuk dalam persalinan

buatan. Persalinan bedah sesar dikenal dengan istilah section

secarea ( SC ) yaitu pengeluaran janin melalui insisi yang

dibuat pada dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini

dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor

(Reeder, 2018)

c. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Kurniarum,2018 yang merupakan tanda pasti dari

persalinan yaitu :

17
1) Timbulnya kontraksi uterus, bisa disebut dengan his peralinan

yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat nyeri melingkar

dari punggung sampai keperut bagian depan, pinggang terasa

sakit dan menjalar kedepan.

2) Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya

pengeluaran lenidr dan darah sebagai tanda pemula.

3) Bloody show (lendir diserai darah dari jalan lahir) Pengeluaran

lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan mengakibatkan

terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan

pendataran dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir

yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah

pecah sehingga terjadi perdarahan.

d. Tahap Persalinan

1) Kala I (pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika

sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur

minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah

kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm

(pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase,

yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm

dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.

Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif Pada

permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat

18
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung

12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam,

Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm

per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan

lengkap dapat diperkirakan. (Sulistyawati, 2017).

2) Kala II (pengeluaran bayi)

Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan

hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi

hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis

persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala

janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm,. Gejala

utama kala II adalah sebagai berikut:

a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan

durasi 50-100 detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus

frankenhouser.

d) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong

kepala bayi sehingga kepala bayi membuka pintu:

19
Suboksiput bertindak sebagai hipomochlion, berturut-

turut lahir ubunubun besar, dahi, hidung, dan muka

serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi

luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan

bayi ditolong dengan jalan berikut:

(1) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian

bawah dagu, kemudian ditarik curam ke bawah

untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas

untuk melahirkan bahu belakang.

(2) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk

melahirkan sisa badan bayi.

(3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi

gravid 30 menit. (Sulistyawati dkk, 2018).

3) Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5

sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung

pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi

otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus

terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan,

20
melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara

crede pada fundus uteri (Manuaba, 2017:147).

4) Kala IV (observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam.

Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan

pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi,

dan pernafasan.

c) Kontraksi uterus. Terjadinya perdarahan. Perdarahan

dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi

400-500 cc.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Sulistywati (2018) faktor yang mempengaruhi persalinan

yaitu:

a) Power ( Kekuatan Ibu )

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan

aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam

persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya

adalah tenaga meneran ibu. His atau kontraksi uterus adalah

21
kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His dibedakan

menjadi dua yakni his pendahuluan dan his persalinan. His

pendahuluan atau his palsu (false labor pains), yang sebetulnya

hanya merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks. His

ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian

bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang

memancar dari pinggang ke perut bagian bawah. His

pendahuluan tidak mempunyai pengaruh terhadap serviks. His

persalinan merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang

fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis

lainnya dan bersifat nyeri. Kontraksi rahim bersifat otonom

yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat

dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan

(Rohani, 2019).

b) Passage ( jalan lahir )

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang

yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang

vagina). Janin harus berhasil menyesuikan dirinya dengan jalan

lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang

panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium,

tulang pubis, dan tulang-tulang sakrum. Tulang ilium atau

tulang usus merupakan tulang terbesar dari panggul yang

membentuk bagian atas dan belakang panggul. Bagian atas

merupakan penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung

22
depan dan belakang krista iliaka yang menonjol yakni spina

iliaka anterosuperior dan spina iliaka postesuperior. Terdapat

benjolan tulang mamanjang di bagian dalam tulang ilium yang

membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata atau

linea terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas

panggul.

Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah bawah

tulang usus, sebelah samping belakang menonjol yang disebut

spina ichiadika. Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber

ichiadika) yang berfungsi menopang badan saat duduk. Tulang

pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah bawah dan

depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi oleh formen

obturatorium. Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan

dengan tulang usus disebut ramus superior tulang pubis. Di

depan kedua tulang ini berhubungan melalui artikulasi atau

sambungan yang disebut simfisis. Tulang sakrum atau tulang

kelangkangan yang terletak diantara kedua tulang pangkal paha.

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan

mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas

tulang yang berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan

lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi

kanan dan kiri di garis tengah terdapat lubang yang dilalui oleh

saraf yang disebut foramen sakralia anterior. Tulang kelangkang

yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan yang

disebut promontorium. Bagian samping tulang kelangkang

23
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui artikulasi

sarco-illiaca. Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan

tulang tungging atau tulang koksigis. 18 Tulang koksigis atau

tulang tungging merupakan tulang yang berbentuk segitiga

dengan ruas 3 sampai 5 buah yang menyatu. Pada tulang ini

terdapat hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis

yang disebut artikulasi sarco-koksigis. Diluar kehamilan

artikulasi hanya memungkinkan mengalami sedikit pergeseran,

tetapi pada kehamilan dan persalinan dapat mengalami

pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung tulang koksigis

dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses

persalinan. Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri

khas dari jalan lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang

terluas panggul, bidang tersempit panggul, dan pintu bawah

panggul. Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke

depan panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm. Pintu atas

panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90

derajat terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah

panggul bukan merupakan satu bidang tetapi dua bidang

segitiga. Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari

pelvis minor yang terbentuk dari promontorium, tulang sakrii,

linea terminalis, dan pinggir atas simfisis. Jarak antara simfisis

dan promontorium sekitar 11 cm. Yang disebut konjungata

vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5

sampai 13 cm yang disebut diameter transvera. Bidang dengan

24
ukuran terbesar atau bidang terluas panggul merupakan bagian

yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran. Bidang ini

memiliki batas anterior yakni pada titik tengah permukaan

belakang 19 tulang pubis. Pada lateral sepertiga bagian atas dan

tengah foramen obturatorium, sedangkan batas posterior pada

hubungan antara vertebra sakralis kedua dan ketiga. Bidang

dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit panggul

merupakan bidang terpenting dalam panggul yang memiliki

ruang yang paling sempit dan di tempat ini paling sering terjadi

macetnya persalinan. Bidang ini terbentang dari apeks sampai

arkus subpubis melalui spina ichiadika ke sakrum, biasanya

dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4 dan ke

5. Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni pada

tepi bawah simfisis pubis, garis putih pada fasia yang menutupi

foramen obturatorium, spina ischiadika, ligamentum

sacrospinosum, dan tulang sakrum. Pintu bawah panggul ialah

batas bawah panggul sejati. Dilihat dari bawah, struktur ini

berbentuk lonjong, seperti intan, di bagian anterior dibatasi oleh

lengkung pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita

isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.

Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana

bagian terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.

Bidang hodge tersebut antara lain:

(1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP

dengan bagian atas simfisis dan promontorium

25
(2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian

bawah simfisis 20

(3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina

ischiadika

(4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi

tulang koksigis (Sulistyawati, 2018).

c) Passanger ( janin dan plasenta )

Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian

besar dalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala

merupakan bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk

dilahirkan. Adanya celah antara bagianbagian tulang kepala

janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang

sehingga kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan

ukuran, proses ini disebut molase (Sulistyawati, 2018).

Menurut Sulistyawati (2018), Plasenta dan tali pusat

memiliki struktur berbentuk bundar atau hampir bundar dengan

diameter 15 cm sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai

2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di depan atau di

belakang dinding uterus ke atas arah fundus. Bagian plasenta

yang menempel pada desidua terdapat kotiledon 21 disebut pers

maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah

ibu dan janin. Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting

untuk kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup

kemungkinan bahwa tali pusat juga menyebabkan penyulit

26
persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat (Sulistyawati,

2018). Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang

penting dalam proses persalinan. Air ketuban ini dapat

dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa kesejahteraan

janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan,

memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh

janin agar tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih

jalan lahir (Sulistyawati, 2018).

d) Psikologis

Faktor psikologis menurut Rohani (2017) yakni :

(1) Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual

(2) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

(3) Kebiasaan adat

(4) Dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu

e) Penolong

Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi

dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan

penolong dalam menghadapi proses persalinan (Rohani, 2017).

27
2. Laserasi Perinium

a. Pengertian

Laserasi perinium adalah luka pada bagian perineum karena

adanya robekan pada jalan lahir baik karena ruptur maupun tindakan

episiotomi pada waktu melahirkan janin (Walyani; Purwoastuti, 2017:

107). Luka perineum merupakan perlukaan pada diafragma

urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu

persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka

pada kulit perineum atau pada vagina sehingga tidak kelihatan dari

luar, sehingga dapat melemahkan dasar pinggul dan mudah terjadi

prolaps genetalia (Rukiyah; Yulianti, 2017: 361).

b. Faktor-Faktor Pada Ibu Bersalin Yang Berhubungan Dengan

Laserasi Perinium

Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu,

faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor

tersebut dapat diuraikan sebagai beriut :

1) Faktor Ibu

(1) Paritas

28
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik

persalinan yang hidup maupun yang tidak, tetapi tidak

termasuk aborsi. Semakin banyak jumlah kehamilan, baik bayi

yang dilahirkan dalam keadaan hidup maupun mati dapat

memengaruhi status gizi ibu hamil. Jumlah paritas yang tinggi

memberikan gambaran tingkat kehamilan yang berulang-ulang

sehingga mempunyai resiko. Hal ini dapat dikatakan bahwa

secara fisik jumlah paritas yang tinggi mengurangi kemampuan

uterus sebagai media pertumbuhan janin. Kerusakan pada

pembuluh darah dinding uterus memengaruhi sirkulasi nutrisi

ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan

kehamilan berikutnya. Paritas yang banyak juga akan

merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan

untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi

yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan

anaknya) (Musni, dkk, 2017).

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak

lebih dari satu kali atau 2 anak atau lebih. Menurut teori

Saifuddin (2018), rupture perineum terjadi baik pada primipara

maupun multipara karena sama-sama mempunyai resiko,

tergantung bagaimana penolong melakukan penanganan pada

saat proses persalinan serta keadaan ibu sebelum bersalin baik

kondisi fisik maupun kesiapan psikologis. Penyebab rupture

perineum pada primipara karena kelenturan jalan lahir atau

elastisitas perineum, mengejan yang tergesa-gesa dan tidak

29
teratur, serta berat badan bayi baru lahir. Sedangkan penyebab

rupture perineum pada multipara sebagian karena berat badan

bayi baru lahir, kerapuhan perineum, asuhan sayang ibu yang

kurang baik sehingga proses persalinan kurang terkendali

seperti ibu kelelahan, mengejan sebelum waktunya sehingga

partus menjadi macet atau lambat (saifuddin, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Nursusilowati (2018) di RSUD

Unggaran pada 1 Januari sampai 31 Desember 2017, dengan

kesimpulan penelitian yaitu, bahwa kejadian ruptur perineum

terdata dari 196 kasus (99%) dari 198 persalinan spontan dan

vakum. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ruptur

perineum tersebut adalah paritas multipara dengan jumlah 131

(66,2%) dari 198 persalinan. Penyebab yang biasa

mengakibatkan rupture perineum pada multipara adalah partus

resipitatus, mengejan terlalu kuat, edema dan kerapuhan pada

perineum, kelenturan jalan lahir, persalinan dengan tindakan.

Sedangkan dilihat dari faktor resikonya ibu bersalin primipara

yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi rupture perineum,

sedangkan ibu bersalin multipara mempunyai resiko rendah

terjadi rupture perineum, tergantung bagaimana penolong

melakukan pertolongan persalinan dan asuhan sayang ibu pada

saat proses persalinan sehingga dapat melakukan pencegahan

terhadap kejadian rupture perineum.

(2) Umur

30
Usia perempuan paling tepat untuk hamil dan

melahirkan adalah 20-35 tahun. Pada umur muda (< 20 tahun)

dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum

sepenuhnya optimal Jika melebihi 35 tahun, elastisitas dari

otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada

umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini

besar kemungkinan akan mengalami kelelahan sehingga resiko

kehamilan dan kelahiran lebih tinggi . Menurut Mochtar,

meskipun umur ibu normal pada saat kehamilan dan persalinan

yaitu umur 20-35 tahun dapat terjadi robekan perineum apabila

ibu tidak berolahraga dan rajin bersenggama. Kelenturan jalan

lahir dapat berkurang apabila calon ibu kurang berolahraga atau

genetalianya sering terkena infeksi. Infeksi akan mempengaruhi

jaringan ikat dan otot dibagian bawah dan membuat

kelenturannya hilang (karena infeksi membuat jalan lahir

menjadi kaku). Hal ini juga dipengaruhi oleh perineum yang

sempit dan elastisitas perineum sehingga akan mudah

terjadinya robekan jalan lahir, oleh karena itu bayi yang

mempunyai lingkar kepala maksimal tidak dapat melewatinya

sehingga dapat menyebabkan rupture perineum Cunningham G,

dkk (2019).

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mera

Marhamah yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan

Pervaginam Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta

31
Selatan dimana hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014

artinya p < alpha (0,05), sehingga dengan alpha 5% dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin. Hasil analisis juga

diperoleh nilai OR = artinya ibu yang berumur 20 tahun dan 35

tahun mempunyai peluang sebesar 0,286 kali untuk mengalami

ruptur perineum derajat berat dibandingkan dengan ibu yang

berumur < 20 dan >35 tahun.14

Menurut asumsi peneliti, umur reproduksi optimal bagi

seorang ibu dari umur 20-35 tahun. Alat-alat reproduksi sudah

matang dan ibu sudah siap menghadapi persalinan, terjadi

kesiapan dalam hal mempelajari sesuatu atau dalam

menyesuaikan dengan keadaan tertentu, misalnya menghadapi

persalinan. Pada umur <20 tahun, organ-organ reproduksi

belum berfungsi dengan sempurnasehingga bila terjadi

kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami

komplikasi.selain itu, kekuatan otot perineum dan otot perut

belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi persalinan

lama atau macet yang memerlukan tindakan, seperti bedah

besar.

(3) Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional atau UU Sisdiknas,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

32
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jalur

pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan

informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a) Pendidikan dasar : Berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat

serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b) Pendidikan menengah : Berbentuk Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),

atau bentuk lain yang sederajat.

c) Perguruan tinggi : Berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institute, atau universitas.

Pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan mengenai gizi selama hamil. Pendidikan

merupakan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui pengajaran dan pendidikan. Pendidikan formal adalah

jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang yang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

33
cenderung mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun

media. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru dikenalkan. Pendidikan seseorang merupakan

salah satu faktor yang penting dalam kesehatan ibu dan anak

karena dengan pendidikan yang baik, maka seseorang dapat

menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara

menjaga kehamilan dan bagaimana menjaga kesehatannya.

Pendidikan formal dari ibu sering kali mempunyai asosiasi

positif dengan pengembangan pola- pola konsumsi makanan

dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin

baik pengetahuan gizi dan semakin diperhitungkan jenis serta

jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi (Musni, dkk,

2017).

Sebagian besar pengetahuan erat kaitannya dengan

sikap dan perilaku, orang dengan pengetahuan yang baik atau

tinggi maka cenderung akan berperilaku positif sebaliknya jika

seseorang tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

maka akan melahirkan atau menimbulkan perilaku yang

negatif. Sehingga hal ini sangat berkaitan dengan derajat

kesehatan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka

akan dapat meningkatkan derajat kesehatan, sebaliknya tingkat

pengetahuan yang rendah juga dapat menurunkan derajat

kesehatan (Ningrum, 2020).

(4) Pekerjaan

34
Pekerjaan seseorang berkaitan erat dengan status

ekonomi. Baik status ekonomi maupun sosial sangat

mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanannya.

Ekonomi sesorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan

yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan ekonomi

tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi

yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan

membuat gizi ibu semakin terpantau. Ibu yang tidak bekerja

kemungkinan kurang dalam melakukan Gerakan atau tidak

mengikuti senam hamil secara teratur sehingga lebih banyak

yang mengalami robekan perinium. (Andini, 2020).

2) Faktor janin

(1) Usia kehamilan

Usia kehamilan normal dan sehat selama 280 hari atau 40

minggu, dan dapat di bagi menjadi tiga trimester.

a) Trimester I

Kehamilan trimester pertama adalah keadaan

mengandung embrio atau fetus didalam tubuh 0 – 12

minggu. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan

sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual

biasanya timbul pada pagi hari tetapi dapat pula timbul

setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi

pada usia kehamilan 6 mingu hingga 10 minggu. Keadaan

mual dan muntah ini menyebabkan terjadinya peningkatan

suasana asam dalam mulut. Adanya peningkatan plak

35
karena malas memelihara kebersihan, hal ini mempercepat

kerusakan gigi (Kemenkes RI, 2017).

b) Trimester II

Kehamilan trimester kedua adalah mengandung embrio

atau fetus dalam tubuh 13- 28 minggu. Pada masa ini ibu

hamil akan merasa lebih tenang, tentram tanpa gangguan.

Pada trimester kedua janin berkembang menuju maturasi,

maka pemberian obat- obatan harus dijaga agar jangan

menganggu pembentukan gigi geligi janin seperti

antibiotika, tetrasiklin, klindamisin (Kemenkes RI, 2017).

c) Trimester III

Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio

atau fetus di dalam tubuh pada 28 – 42 minggu. Pada

trimester ketiga rasa lelah, ketidaknyamanan, dan depresi

ringan akan meningkat. Tekanan darah ibu hamil biasanya

meninggi, dan kembali normal setelah melahirkan.

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron memuncak

pada trimester ini (Kemenkes RI, 2017).

(2) Tinggi fundus uteri (TFU)

Pada usia kehamilan 30 minggu,fundus uteri sudah

dapat di palpasi di tengah antara umbilicus dan sternum. Pada

kehamilan 40 minggu, fundus uteri kembali turun dari terletak

3 jari dibawah procecus xifoideus (px). Karena kepala janin

turun dan masuk kedalam rongga panggul. Usia kehamilan

mempengaruhi ukuran tinggi fundus uteri. Pada table 1.1

36
dijabarkan tentang pengaruh usia kehamilan terhadap tinggi

fundus uteri dengan pengukuran Mc.Donald yang menyebutkan

bahwa ukuran tinggi fundus uteri ±2 cm dari usia kehamilan

dalam minggu.

Table 1.1

Tinggi fundus uteri menurut mc.donald

No Usia kehamilan Tinggi fundus uteri

1 22 minggu 20-24 cm diatas simfisis

2 28 minggu 26-30 cm diatas simfisis

3 30 minggu 28-32 cm diatas simfisis

4 32 minggu 30-34 cm diatas simfisis

5 34 minggu 32-36 cm diatas simfisis

6 36 minggu 34-38 cm diatas simfisis

7 38 minggu 36-40 cm diatas simfisis

8 40 minggu 38-42 cm diatas simfisis

Sumber Saifudin,2017

Selain dengan menggunakan Mc.Donald, pengukuran

tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan dengan palpasi

leopold. Pada table 1.2 akan dijabarkan tentang ukuran tinggi

fundus uteri sesuai usia kehamilan menurut leopold.

Table 1.1

Tinggi fundus uteri menurut leopold

No Usia kehamilan Tinggi fundus uteri

37
1 28-30 minggu 3 jari diatas umbilicus

2 32 minggu 3-4 jari di bawah prosesus

xifoideus

3 36-38 minggu Satu jari dibawah prosesus

xifoideus

4 40 minggu 2-3 jari dibawah proseus

xifoideus

Sumber,Kriebs dan Geor,(2017)

(3) Berat Badan Bayi Baru Lahir

Berat badan janin dapat mengakibatkna terjadinya

ruptur perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram,

karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu

dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin

bergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi. Pada

masa kehamilan hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran

berat badan janin (Nasution, 2018).

(4) Presentasi

Presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang

janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,2019).

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada di

bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada

pemeriksaan dalam. Macam-macam presentasi dapat dibedakan

menjadi presentasi muka, presentasi dahi, dan presentasi

bokong.

38
a) Presentasi Muka

Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin

memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter

pada waktu masuk panggul atau diameter

submentobreghmatika sebesar 9,5 cm. bagian

terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,

sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara

glabella dan breghma. Sekitar 70% presentasi muka

adalah dengan dagu di depan dan 30% posisi dagu di

belakang. Keadaan yang menghambat masuknya kepala

dalam sikap fleksi dapat menjadi penyebab presentasi

muka. Sikap ekstensi memiliki hubungan dengan

disproporsi kepala panggul dan merupakan kombinasi

yang serius, maka harus diperhitungkan kemungkinan

panggul yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi

muka menyebabkan persalinan lebih lama dibanding

presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil di depan,

karena muka merupakan pembuka serviks yang jelek

dan sikap ekstensi kurang menguntungkan. Penundaan

terjadi di pintu atas panggul, tetapi setelah persalinan

lebih maju semuanya akan berjalan lancar. Ibu harus

bekerja lebih keras, lebih merasakan nyeri, dan

menderita lebih banyak laserasi dari pada kedudukan

normal. Karena persalinan lebih lama dan rotasi yang

39
sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu maupun

anaknya. (Oxorn, 2017)

b) Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian

(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi

muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya

adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma

dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian

terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5

cm, merupakan diameter antero posterior kepala janin

yang terpanjang. Presentasi dahi primer yang terjadi

sebelum persalinan mulai jarang dijumpai, kebanyakan

adalah sekunder yakni terjadi setelah persalinan

dimulai. Bersifat sementara dan kemudian kepala fleksi

menjadi presentasi belakang kepala atau ekstensi

menjadi presentasi muka. Proses lewatnya dahi melalui

panggul lebih lambat, lebih berat, dan lebih traumatik

pada ibu dibanding dengan presentasi lain. Robekan

perineum tidak dapat dihindari dan dapat meluas atas

sampai fornices vagina atau rektum, karena besarnya

diameter yang harus melewati PBP (Pintu Bawah

Panggul). (Oxorn, 2017)

c) Presentasi Bokong

Presentasi bokong memiliki letak memanjang

dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin

40
merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah

sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong

dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi

bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi

booking kaki, dan presentasi bokong lutut. Kesulitan

pada persalinan bokong adalah terdapat peningkatan

risiko maternal. Manipulasi secara manual pada jalan

lahir akan meningkatkan risiko infeksi pada ibu.

Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan segmen

bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan setelah

coming head lewat servik yang belum berdilatasi

lengkap, dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi

serviks, ataupun keduanya (Oxorn, 2017).

3) Faktor Penolong

(1) Cara Berkomunikasi Dengan Ibu

Jalin kerjasama dengan ibu dan dapat mengatur

kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.

Kerjasama sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-

6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian

kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati

introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan

robekan (JNPK-KR, 2018).

(2) Cara Memimpin Mengejan Dan Tekanan Pada Fundus Uteri

41
Setelah terjadi pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya

meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk

meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan

dan menahan nafas, anjurkan ibu beristirahat diantara

kontraksi. Beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan

alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan

kemudian beristirahat diantara kontraksi. Penolong persalinan

hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang

efektif dan benar (JNPK-KR, 2018 ). Kadang– kadang

mengejan spontan pada wanita tidak terfokus, sehingga

kemajuan hanya terjadi sedikit mengejan dengan mata terpejam

kuat-kuat dan atau berteriak terus-menerus dan tidak ada

kemajuan yang tampak setelah 20 atau 30 menit. Anjurkan ibu

untuk mengubah posisi pada kala II, hal ini membantu ibu

untuk focus dan mengejan lebih efektif. Bantulah ibu untuk

membuka mata dan mengarahkan pandangannya pada vagina

dan berfikir menekan bayi keluar. Tindakan-tindakan ini akan

menghasilkan kemajuan tanpa terjadi gawat janin dan robekan

pada perineum (Penny, Rufh Ancheta, 2018 ).

(3) Keterampilan Menahan Perinium Pada Saat Ekspulsi Kepala

Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain

yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong

ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk

mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum

dengan satu tangan ( dibawah kain bersih dan kering), ibu jari

42
pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang

lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi

agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap

melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan

mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-

hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada

vagina dan perineum (JNPK-KR, 2018).

c. Jenis Laserasi Perinium

Jenis laserasi perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu:

1) Ruptur

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala

janin atau bahu pada saat proses persalinan. Banyak ruptur

biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan

penjahitan (Walyani; Purwoastuti, 2017: 107).

2) Episiotomi

Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang

menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina cincin selaput

darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan

pasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum 11 (Walyani;

43
Purwoastuti, 2017: 107). Indikasi untuk melakukan tindakan

episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin:

(1) Indikasi janin Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuannya

untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala

janin. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan

janin dengan cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

(2) Indikasi ibu Apabila terjadi peregangan perineum yang

berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi robekan perineum,

umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan

dengan cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar (Wiknjosastro,

2017: 171)

d. Klasifikasi Laserasi Perinium

Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:

1) Derajat I yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum. Robekan

derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik.

2) Derajat II yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot perineum.

Robekan derajat II perlu dilakukan penjahitan.

3) Derajat III yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, dan

sfingter ani eksterna. Robekan derajat III jika penolong asuhan

persalinan normal (APN) tidak dibekali 12 keterampilan untuk

44
reparasi laserasi perineum derajat tiga maka segera rujuk ke

fasilitas rujukan.

4) Derajat IV yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa

vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum,

sfingter ani eksterna, dan dinding rektum anterior. Robekan

derajat IV jika penolong asuhan persalinan normal (APN) tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat

empat maka segera rujuk ke fasilitas rujukan (Indrayani; Djami,

2017: 460).

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


laserasi perinium :
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Umur
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
2. Faktor janin
a. Usia kehamilan Laserasi Perinium
b. Tinggi fundus uteri
c. Berat badan janin
d. Presentasi
3. Faktor penolong
a. Cara berkomunikasi
dengan ibu
b. Cara memimpin
meneran
c. Keterampilan
menahan perinium

45
C. Kerangka konsep

Berdasarkan telaah Pustaka diatas maka kerangka konsep penelitian ini sebagai adalah

sebagai berikut:

Variable Independent Variable Dependent

1. Paritas
2. Umur
3. Pekerjaan Ibu Bersalin Normal
4. Usia kehamilan Dengan Laserasi
5. Berat badan Perinium
janin
6. Presentasi

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran laserasi perinium pada ibu bersalin di PMB Etik

Lulut,H.S.Tr.Keb. Penelitian ini menggunakan Metode purposive sampling adalah

Teknik pengumpulan data dengan pertimbangan tertentu (Sugiono,2017:218).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari buku register di PMB Etik Lulut,H.S.Tr.Keb.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PMB Etik Lulut,H.S.Tr.Keb

C. Populasi Dan Sempel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin di PMB

Etik Lulut,H.S.Tr.Keb pada tahun 2021 sebanyak………..

2. Sampel

47
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin semua yang

mengalami laserasi perinium pada tahun 2021 sebanyak ……. Sempel ini

didapatkan dari buku register PMB Etik,Lulut,H.S.Tr.Keb

Sempel yang diambil dari populasi adalah sempel yang memenuhi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inkulsi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari

suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti ( Nursalam

2018 ). Adapun kriteria inklusi dari responden yang dapat menjadi

sempel penelitian adalah :

1) Ibu bersalin normal dengan janin tuggal hidup pada Periode

tahun 2021.

2) Pasien yang mengalami laserasi perinium dan memiliki rekam

medik lengkap.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu bersalin dengan komplikasi

2) Ibu bersalin yang tidak mengalami laserasi perinium dan tidak

memiliki rekam medik tidak lengkap.

D. Variable Dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent (bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

48
variabel dependent (Sugiyono, 2016). Variabel independent pada

penelitian ini yaitu umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, berat badan

janin, dan presentasi.

b. Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruh

atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016).

Variabel dependent pada penelitian ini yaitu kejadian Ibu Bersalin

Dengan Laserasi Perinium.

2. DO ( Definisi Operasional )

Tabel 3.1………….

NO Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil ukur Skala

Operasional Ukur

Dependen Derajat Pengambilan Buku 1. Ringan : bila Nominal

1 laserasi keadaan data skunder registe laserasi derajat 1

perinium luka r 2. Sedang : bila

akibat laserasi derajat 2

laserasi 3. Berat : bila

perinium laserasi derajat 3

4. Sangat

berat : bila laserasi

derajat 4.

Independent Banyak nya Pengambilan Buku 1. jumlah anak <2 Ordinal

2 Paritas anak yang data skunder registe 2. jumlah anak ≥2

telah r 3. jumlah anak >4

49
dilahirkan

oleh ibu

berdasarkan

yang tercatat.

1. primipara

2. multipara

3.grande

multipara

3 Umur ibu Lama waktu Pengambilan Buku 1. <20 tahun Ordinal

hidup (dalam data registe 2. >35 tahun

tahun) sekunder r

berdasarkan

data yang

tercatat

4 Pekerjaan Aktivitas Pengambilan Buku 1. Tidak bekerja Nominal

atau kegiatan data registe 2. Bekerja

sehari hari sekunder r (Laila,2017)

yang

menghasilkan

pendapatan.

5 Usia Usia Pengambilan Buku 1. Tm 1: ≤ 12

kehamilan kehamilan data registe minggu

ibu dalam sekunder r 2. Tm 2 : >12-<28

minggu yang minggu

50
dilihat dari 3. Tm 3 : 28-42

buku KIA minggu

(Kemenkes RI,

2017)

6 Berat badan Berat badan Pengambilan Buku 1. 2500-3500 gram Nominal

janin bayi baru data registe 2.≥3500gram

lahir yang sekunder r 3.≤2400 gram

ditimbang (Rini

dalam 24 jam Sekartini,2017:54)

pertama

kelahiran.

7 Presentasi Posisi atau Pengambilan Buku 1. Presentasi kepala Nominal

bagian data registe 2. Presentasi dahi

terbawah sekunder r 3. Presentasi

janin dalam bokong

kandungan

Table 1.1 Do (Definisi Operasional)

51
E. Teknik Pengambilan Sempel
Pengembilan sempel ini menggunakan teknik sekunder yaitu teknik
pengambilan data yang diperoleh dari buku register . banyaknya ibu bersalin yang
mengalami laserasi perinium di PMB Etik Lulut,H.S.Tr.Keb

F. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dan kejadikan laserasi perinium. Data yang
diperoleh berupa data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari penelusuran
dokumen dan catatan berupa laserasi perinium pada ibu bersalin di PMB Etik
Lulut,H.S.Tr.Keb.

G.Analisis Data (pengolahan data)


Data yang diambil kemudian diteliti secara univariat yang dilakukan
terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel. Setelah
semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual, kemudian hasil
penelitian disajikan dalam bentuk diagram. Dengan mengumpulkan
data,mengelompokkan data,memasukkan data dalam diagram yang berisi
frekuensi dan kemudian dihitung distribusinya dan dalam bentuk narasi. Menurut
Notoadmojo (2017) caranya yaitu dengan membagikan frekuensi kejadian (f)
dengan populasi (a) dan dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :
f
P= x 100 %
n
Keterangan
p : presentasi distribusi
f : frekuensi kejadian
n : populasi kejadian

52
DAFTAR PUSTAKA
Sukarni, Margareth. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika
Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 1998
Prawirohardjo,S., Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.p613; 2008
Mohammed Raja Salah (2016). The Influence of Rewards on Employees Perfomance. British
Journal of Economics, Management & Trade13(4): 1-25, 2016, Article no.BJEMT.25822
ISSN: 2278-098X
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. ( 2013 ). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep,Yogyakarta: Nuha Medika
Yanti, SST (2015). Model Asuhan Kebidanan CoC Turunkan AKI Dan AKB. Disertasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kurniarum, Ari dan Rizky Ayu Novitasari.2016.Penggunaan Tanaman Obat Tradisional
Untuk Meningkatkan Nafsu Makan Pada Balita. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan
Tradisional,Volume 1 No 1,Maret 2016,hlm1-99
Fatimah dan Prasetya Lestari.2018, Hubungan Pemberian Edukasi Pijat Perineum dengan
Pelaksanaan Pijat Perineum pada Ibu Hamil Trimester III. Vol 1, 36-39. Tersedia
(https://www.researchgate.net/publication/328926815) [23 Januari 2020]
Rohani. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematika Siswa SMP Muhammadiyah-24 Aekkanopan. Tesis tidak diterbitkan. Medan:
Program Pascasarjana UNIMED
Manuaba, I .2010. Ilmu Kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
Sugiono.2016.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,R&D.Bandung : IKAPI

53
54

Anda mungkin juga menyukai