Anda di halaman 1dari 52

PUBLIC HEALTH REPORT SESSION (PHRS)

HOME VISIT PUSKESMAS PUTRI AYU

DISUSUN OLEH :

1. SARTIKA EKA PUTRI ( G1A218023 )


2. RAHAYU AFPRILIZA ( G1A218025 )

PEMBIMBING :

dr. RINI KARTIKA, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PUTRI AYU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Public Health Report Session (PHRS) Home Visite Puskesmas Putri Ayudi Wilayah
Kerja PuskemasPutri Ayu Kota Jambi Tahun 2018sebagai salah satu syarat untuk
dapat melewati stase kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat 1 (IKM1).
Selanjutnya shalawat beriring salam tak lupa pula selalu dihaturkan kepada Nabi
Besar Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam, yang telah membawa manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam menyelesaikan Tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan


bantuan dari berbagai pihak sehingga Tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Karena itulah, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dr. Rini Kartika, M.Kes atas waktu, bimbingan, dan masukan-masukan yang sangat
membantu dalam menyempurnakan Tugas ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Tugas ini. Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada, penulis
berharap semoga Tugas ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis
sendiri.

Jambi, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
BAB II ISI LAPORAN HOME VISIT
2.1. Identitas Pasien .................................................................................. 4
2.2. Anamnesis ........................................................................................... 4
2.3. Pemeriksaan Fisik .............................................................................. 5
2.4. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 6
2.5. Diagnosa Kerja ................................................................................... 6
2.6. Terapi ................................................................................................. 6
2.7. Prognosis ............................................................................................ 8
2.8. Pengamatan Rumah ........................................................................... 8
2.9. Pengamatan Lingkungan .................................................................... 15
2.10. Hasil Wawancara Dengan Keluarga ................................................ 15
2.11. Pengamatan Perilaku Kesehatan ...................................................... 16
BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1 Definisi ................................................................................................ 26
3.2 Epidemiologi ....................................................................................... 26

ii
3.3 Etiologi ................................................................................................ 27
3.4 Patofisiologi ........................................................................................ 28
3.5 Klasifikasi ........................................................................................... 30
3.6 Gejala klinis ........................................................................................ 32
3.7 Komplikasi .......................................................................................... 32
3.8 Tatalaksana ......................................................................................... 33
3.9 Prognosis ............................................................................................. 37
3.10 Perilaku Kepatuhan ........................................................................... 38
BAB IV KAJIAN KASUS
4.1 Analisis Pasien Secara Holistik .......................................................... 40
4.1.1 Hubungan Diagnosis Penyakit dengan
Keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar ............................ 40
4.1.2 Hubungan Diagnosis dengan Keadaan
Keluarga dan Hubungan Keluarga ...................................... 40
4.1.3 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku
Kesehatan dalam Keluarga .................................................. 41
4.2 Rencana Promosi (Peningkatan Kesehatan) dan
Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien dan Keluarga .......................... 42
4.3 Anjuran-anjuran Promosi Kesehatan Penting .................................... 43
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lantai Dalam Rumah ........................................................................ 8


Gambar 2.2 Lantai Kamar Mandi ......................................................................... 8
Gambar 2.3 Kondisi Ruang Tamu ........................................................................ 9
Gambar 2.4 Kondisi Kamar .................................................................................. 10
Gambar 2.5 Kondisi Kamar Mandi ....................................................................... 11
Gambar 2.6 Kondisi Dapur ................................................................................... 12
Gambar 2.7 Kondisi Tempat Pencucian Alat Masak dan Makan ........................ 12
Gambar 2.8 Kondisi Pencahayaan ........................................................................ 13
Gambar 2.9 Tempat Penyimpanan Makanan ........................................................ 14
Gambar 2.10 Limbah Padat ................................................................................. 14
Gambar 2.11 Tampilan Depan Rumah ................................................................. 15
Gambar 2.12 Genangan Air yang Ada Di Depan Rumah ..................................... 15
Gambar 3.1 Mekanisme Patofisiologi Hipertensi ................................................. 28
Gambar 3.2 Faktor Resiko Hipertensi .................................................................. 32
Gambar 3.3 Algoritma Manajemen Hipertensi Berdasarkan JNC 8 ..................... 37

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penilaian PHBS ..................................................................................... 21


Tabel 2.2 Hasil Home Visit ............................................................................................ 23
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Dewasa
Umur ≥ 18 Tahun Menurut JNC 7 ................................................................................. 34

v
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan
dibanding dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. WHO menekankan bahwa
kunci untuk meningkatkan status kesehatan dan mencapai Millenium Development
Goals (MDGs) adalah dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer
(Primary Health Care). Perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical
Education (COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME), salah satunya
adalah dengan pelayanan Kedokteran Keluarga yang melaksanakan pelayanan
kesehatan holistik meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
pendekatan keluarga.1
Salah satu prinsip dokter keluarga adalah komprehensif dan holistik, dimana
pelayanan dilakukan secara paripurna yang berarti menyelenggarakan pelayanan dan
melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dengan menimbang rasionalitas dan
manfaatnya bagi pasien. Dengan adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga
secara holistik tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.1
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak
upaya yang dapat dilakukan. Salah satu di antaranya yang dipandang mempunyai
peranan amat penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) terhadap
keluarga yang membutuhkan. Manfaat yang diperoleh dari kunjungan ke rumah
pasien antara lain dapat meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien,
meningkatkan hubungan dokter pasien, menjamin terpenuhinya kebutuhan dan

1
tuntutan kesehatan pasien, dan mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang
kondisi dan situasi lingkungan sekitar pasien.1
Dokter keluarga sangat berperan penting dalam menanggulangi berbagai
masalah kesehatan dan penyakit di masyarakat. Peran ini sangat penting dalam
menangani kasus penyakit secara komprehensif yang memusatkan pelayanannya
kepada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi. Dengan adanya kunjungan rumah (home visite)
diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan keluarga, dan berbagai cara
pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi kesehatan keluarga dalam
keadaan normal, khususnya pada penyakit hipertensi.
Hipertensi merupakan satu dari penyakit tidak menular yang menjadi masalah
di bidang kesehatan dan sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer yaitu
puskesmas. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.2
Hipertensi termasuk penyakit yang berbahaya karena akan membebani kerja
jantung sehingga menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan pada dinding arteri).
Peningkatan tekanan darah dalam waktu lama dan tidak di deteksi sejak dini dapat
menyebabkan penyakit kronik degeneratif seperti retinopati, kerusakan pada ginjal,
penebalan dinding jantung dan penyakit yang berkaitan dengan jantung, stroke, serta
kematian.3
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa terdapat 9,4 juta orang dari 1 milyar penduduk di dunia yang meninggal akibat
gangguan sistem kardiovaskular. Prevalensi hipertensi di Negara maju sebesar 35%
dan di Negara berkembang sebesar 40% dari populasi dewasa. Pada tahun 2025
diperkirakan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang akan mengalami
peningkatan 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus.

2
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan bertambahnya penduduk
saat ini.4
Home visit puskesmas Putri Ayu dilakukan di Jl. Slamet riyadi lorong skip II
No 2 RT 23 kelurahan Solok Sipin. Mengunjungi seorang pasien dengan hipertensi.
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian morbiditas dan mortalitas
hipertensi adalah ketidakpatuhan pasien dalam minum obat hipertensi yang
dianjurkan oleh dokter. Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah
yang besar pada pasien hipertensi. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan
akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Pendekatan keluarga dilakukan oleh puskesmas dalam bentuk program home visite.
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi berdasarkan hasil analisis terhadap
Riskesdas tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi penderita hipertensi di provinsi
Jambi adalah 3,6% berdasarkan hasil diagnosis tenaga kesehatan, 6,1% gabungan
diagnosis dan minum obat, dan 29,9% berdasarkan hasil pemeriksaan.5
Berikut ini dilaporkan satu kasus hipertensi yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu. Dalam kunjungan rumah ini dilakukan beberapa analisa terkait
kasus tersebut. Berikut ini adalah hasil laporan home visit.

3
BAB II

ISI LAPORAN HOME VISITE

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny.A
Umur : 61 tahun
Tanggal lahir : 21 Juli 1957
TB/BB : 150 cm / 57 kg
JK : Perempuan
Alamat : Jalan Slamet Riyadi Lorong Skip II No.2 Rt 23 Kelurahan
Solok Sipin Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
Bangsa : Indonesia
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah

2.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Sakit kepala dan sempoyongan hampir terjatuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala yang berat
pada bagian kepala pasien. Pasien mengatakan ketika berjalan, pasien
merasa sempoyongan dan pernah hampir terjatuh akibat hal tersebut.
Sebelum berobat ke puskesmas, pasien terlebih dahulu mengecek tekanan
darah ke bidan. Hasil tekanan darah yang dicek tersebut dikatakan tinggi
oleh bidan.

4
Karena merasa tekanan darahnya tinggi, pasien berinisiatif untuk
berobat ke puskesmas. Ketika di Puskesmas, pasien kembali dicek tekanan
darahnya dan hasilnya adalah 170/110 mmHg.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidah pernah memiliki keluhan yang sama.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa kakak perempuan pasien juga memiliki
keluhan yang sama.
e. Riwayat Makan dan Kebiasaan
Pasien mengaku memiliki kebiasaan makan makanan yang bersantan,
tinggi garam yaitu ikan asin, dan terbiasa minum kopi satu mug besar tiap
pagi. Pasien juga mengaku jarang sekali memakan sayur-sayuran maupun
buah-buahan dan tidak pernah berolahraga. Pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien hanya tinggal bersama suaminya yang sedang sakit. Kerena
suaminya tidak mampu untuk bekerja, maka ia mencari nafkah dengan
usaha memijat keliling dan berkebun.

2.3. Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Gizi (IMT) : 25,3 (Overweight)
 Tanda vital
o Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o Nadi : 90 x/menit
o RR : 20x/menit
o T : 36,5ºC

5
 Status Generalisata
o Kepala : Normocepalik
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
o Hidung : Deviasi septum (-/-), epiktasis (-)
o Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), laserasi (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorak
 Paru-paru
a. Inspeksi
Deviasi trakea (-), bentuk dada normal, sternum dan klavikula
tidak ada kelainan bentuk, pergerakan dinding dada simetris.
b. Palpasi
Posisi trakea normal, pergerakan dinding dada simetris, nyeri
tekan (-), krepitasi (-).
c. Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
d. Auskultasi : Vesiculer
 Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
c. Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi : Bising jantung I/II regular
o Abdomen
a. Inspeksi : Sikatrik (-)
b. Palpasi : Soepel, nyeri tekan/lepas (-), organomegali (-)
c. Perkusi : Tympani (+), ascites (-)
d. Auskultasi : Bising usus (+)
o Ekstremitas Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

6
o Ekstremitas Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan, namun dianjurkan untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yang tersedia di puskesmas yaitu darah
rutin.

2.5. Diagnosa Kerja


Hipertensi Essensial Grade 2

2.6. Terapi
Non Farmakologis
Modifikasi gaya hidup pasien dengan membatasi asupan garam tidak lebih
dari 1/4 -1/2 sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein. Menganjurkan untuk berolahraga, dapat berupa jalan,
lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x per
minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan
stress.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

7
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
Farmakologi
 Amlodipine

2.7. Prognosis
Dubia ad Bonam

2.8. Pengamatan Rumah


a. Bangunan rumah
 Bangunan rumah terlihat kokoh dan terbuat dari beton
 Atap terbuat dari seng
 Lokasi bangunan berdempetan dan padat penduduk
b. Komponen dan penataan ruang rumah
i. Lantai
Lantai bagian dalam rumah terbuat dari semen kecuali bagian kamar
mandi yang lantainya terpasang keramik.

Gambar 2.1 Lantai Dalam Rumah Gambar 2.2 Lantai Kamar Mandi

8
ii. Dinding rumah
Dinding rumah pada bagian ruang kamar, ruang dapur, kamar
mandi dan ruang tamu terlihat memiliki ventilasi.
iii. Langit-langit
Langit-langit rumah terlihat bersih, namun terlihat ada triplek pada
langit-langit rumah yang terlepas.
iv. Tata ruang rumah
Ruang di dalam rumah pasien terdiri atas 1 ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 dapur digabung tempat mencuci peralatan makan, dan 1 kamar
mandi.
 Ruang tamu
Ruang tamu cukup tertata dengan rapih dan tersedianya kursi
tamu serta pencahayaan dan sirkulasi udara cukup baik.

Gambar 2.3 Kondisi Ruang Tamu


 Ruang kamar
Kamar tidur didalam rumah ada dua buah. Luas kedua kamar
kira-kira 4x3 m2. Hanya satu kamar yang digunakan di dalam
rumah ini, karena pasien hanya tinggal bersama suaminya saja.
Pencahayaan kamar yang cukup baik, mulai dari pencahayaan
alami maupun pencahayaan lampu. Namun, sirkulasi udara di

9
dalam kamar kurang baik, terasa cukup pengap di dalam kamar
walaupun tersedia jendela, karena banyak barang yang diletakkan
di dalam kamar tersebut seperti lemari 2 buah (lemari baju dan
lemari tv), tv dan kipas angin. Untuk kebersihan dan kerapihan
kamar kurang terjaga yang terlihat dari susunan barang tidak rapih
dan berserakan, serta banyaknya pakaian yang bergantungan.
Pasien mengatakan tidak ada waktu tertentu untuk membersihkan
kamar, mengganti alas kasur dan menjemur bantal dan guling.

Gambar 2.4 Kondisi Kamar


 Kamar mandi
o Sudah tersedia jamban tersendiri di dalam rumah
o Tidak tampak adanya sabun pencuci tangan

10
o Lantai kamar mandi tidak licin akibat sabun karena selalu
dibersihkan oleh pasien
o Bak mandi bersih
o Tidak ada genangan air di dalam kamar mandi

Gambar 2.5 Kondisi Kamar Mandi


 Ruang dapur
o Luas dapur berkisar 4x2 meter
o Terdapat jendela pada bagian dapur sebagai sarana
pembuangan asap hasil memasak makanan
o Penyusunan alat masak tampak kurang rapi
o Terdapat rak penyimpanan peralatan makan namun tidak
tertutup
o Terdapat tempat pencucian peralatan masak dan makan, namun
terlihat kurang baik karena terdapat ember berisi air untuk
pencucian yang tidak tertutup, terdapat kain pel disamping

11
ember berisi air untuk pencucian dan terdapat kantung berisi
limbah rumah tangga yang digantung di dekat tempat
pencucian peralatan masak dan makan.

Gambar 2.6 Kondisi Dapur

Gambar 2.7 Kondisi Tempat Pencucian Alat Masak dan Makan


c. Pencahayaan
Pencahayaan alami secara langsung cukup baik, karena tiap ruangan di
dalam rumah tersebut terlihat cahaya matahari masuk melalui jendela yang
ada di tiap ruangan.

12
Gambar 2.8 Kondisi Pencahayaan
d. Penyediaan air
 Air untuk kegiatan mandi, cuci, kakus bersumber dari PDAM
 Air minum bersumber dari air galon isi ulang
e. Sarana penyimpanan makanan
 Di dalam rumah tersedia lemari es sebagai tempat penyimpanan bahan
makanan

13
 Tidak tersedianya lemari khusus untuk menyimpan makanan yang
telah diolah agar tetap higienis dan aman. Biasanya pasien hanya
menutup makanan yang telah diolah dengan tudung saji atau nampan.

Gambar 2.9 Tempat Penyimpanan Makanan


f. Limbah
 Limbah cair dibuang ke saluran pembuangan yang mengalir
 Limbah padat dikumpulkan terlebih dahulu oleh pasien. Apabila
limbah padat tersebut sudah cukup banyak maka akan dibuang ke
tempat pembuangan sampah yang cukup jauh dari rumah pasien.

Gambar 2.10 Limbah Padat

14
g. Binatang penular penyakit
Tidak terlihat adanya kecoa ataupun tikus yang berkeliaran di dalam
rumah.
2.9. Pengamatan Lingkungan
Rumah pasien terletak dikawasan padat penduduk, dan antara rumah
pasien dengan rumah tetangga berdempetan satu sama lain. Jalan yang ada di
sekitar rumah pun sangat sempit, kira-kira hanya memiliki lebar 1.5 meter. Di
depan rumah pasien banyak terdapat tanaman yang sengaja di tanam oleh
pasien. Namun terlihat ada beberapa ember yang dibiarkan berisi genangan
air.

Gambar 2.11 Tampilan Depan Rumah Gambar 2.12 Genangan Air yang Ada Di
Depan Rumah

2.10. Hasil Wawancara Dengan Keluarga


Pasien tinggal dirumah hanya bersama suami. Suami pasien memiliki
riwayat operasi kira-kira 1 bulan yang lalu di bagian abdomen. Menurut
suaminya, pasien sering memakan makanan bersantan, dan makanan yang
tinggi garam yaitu ikan asin, walaupun sudah dilarang. Selain itu, pasien juga
sering minum kopi 1 mug besar setiap pagi hari. Suami pasien mengatakan

15
bahwa pasien tidak pernah melakukan olahraga karena pasien sibuk mencari
nafkah melalui jasa pijat keliling dan berkebun.

2.11. Pengamatan Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan baik, Adapun
perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat diniliai melalui 10 kriteria,
yaitu:
Tabel 2.1 Hasil Penilaian PHBS
Kriteria PHBS Penilaian

1. Persalinan ditolong oleh tenaga -


kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif -

3. Menimbang balita -

4. Menggunakan air bersih Pasien dan keluarganya menggunakan


sumber air bersih berupa PDAM dan air
minum menggunakan air galon isi ulang.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan Keluarga pasien memahami tentang
sabun budaya mencuci tangan dengan air bersih
namun masih jarang menggunakan
sabun, pasien hanya mencuci tangan
dengan menggunakan air saja.
6. Menggunakan jamban sehat Di keluarga ini menggunakan kamar
mandi sendiri serta kebersihan cukup
baik.
7. Memberantas jentik rumah sekali Keluarga jarang memberantas sekali
seminggu seminggu, hanya membersihkan bak

16
mandi bila mulai kotor.

8. Makan buah dan sayur setiap hari Keluarga pasien sangat jarang dalam
mengkonsumsi sayur dan buah.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktivitas fisik setiap hari dilakukan
dalam rangka bekerja dan pelaksanaan
pekerjaan rumah. Sedangkan keluarga ini
tidak ada waktu yang dikhususkan untuk
berolahraga.
10. Tidak merokok di dalam rumah Tidak ada yang merokok di dalam
keluarga

Selain indikator tersebut yang dinilai, ada beberapa perilaku kurang baik
yang berkaitan tentang kesehatan yang terlihat seperti menggantungkan baju
sembarangan, letak dan tata barang yang berantakan pada ruang kamar, dan
menumpuk limbah padat di dalam rumah.

17
Tabel 2.2 Hasil Home Visit

Tanggal Subjek Objek Kajian Planning Kemajuan

Kunjungan Sakit Keadaan umum  Kepatuhan pasien Konseling dan edukasi kepatuhan -
ke-1 kepala dan Kesadaran : Compos dalam minum obat minum obat
20/09/201 lemas Mentis hipertensi cukup  Menunjuk suami pasien sebagai
8 baik, namun pengawas minum obat.
Tanda Vital terkadang pasien  Menjelaskan pentingnya kepatuhan
TD : 130/80 mmHg terlupa meminum minum obat hipertensi, baik ke
N : 92 x/ menit obat. pasien maupun ke suami pasien.
RR : 18 x/ menit  Kebiasaan makan Konseling kondisi rumah
0
T : 36.5 C dan minum pasien  Memberikan saran untuk
kurang baik. merapihkan dan membersihkan
Kondisi rumah Pasien memiliki kamar setiap hari, seperti
 Keadaan kamar kebiasaan makan merapihkan pakaian yang
terlihat kurang santan, makan ikan tergantung, merapihkan barang
rapih. Banyak asin, dan minum yang berserakan, dan
pakaian yang kopi setiap pagi. membersihkan sprei tiap hari.
bergantungan di  Pasien tidak  Memberikan saran untuk
dalam kamar dan pernah

18
terlihat banyak berolahraga. membersihkan dan merapihkan
barang yang  Pasien tidak dapur seperti meletakkan alat-alat
berserakan di makan sayur dan masak ke tempat yang tertutup,
dalam kamar. buah. membuang barang-barang bekas
 Keadaan dapur  Pasien jarang yang tidak terpakai, limbah padat
terlihat kurang melakukan langsung dibuang dan tidak
baik dan sempit. kegiatan cuci ditumpuk, disediakan tempat
 Tempat pencucian tangan penampungan air pencucian alat
peralatan alat menggunakan masak dan piring yang tertutup.
masak dan makan sabun.  Memberikan edukasi mengenai
terlihat kurang  Pasien dan suami pencegahan vektor penyakit yaitu
baik. tidak selalu mencegah adanya genangan
 Keadaan kamar menggunakan air.
mandi cukup baik, kelambu saat tidur. Konseling perilaku dan kebiasaan
bak mandi terlihat  Mengedukasi pasien mengenai pola
cukup bersih. makan yang baik dan menyarankan
 Ada genangan air pasien untuk mengurangi kebiasaan
di bagian depan pasien dalam makan makanan yang
rumah pasien. bersantan, tinggi garam yaitu ikan

19
asin dan minum kopi.
 Memberikan saran untuk lebih
sering makan sayur dan buah.
 Memberikan saran untuk lebih
banyak berolahraga.
 Mengedukasi pasien mengenai
manfaat penggunaan kelambu saat
tidur dan memberikan saran agar
menggunakannya.
Kunjungan Demam, Keadaan umum  Kebiasaan pasien Edukasi kepatuhan minum obat  Pasien mulai patuh dalam
ke-2 sakit Kesadaran : Compos minum kopi setiap  Menjelaskan kembali pentingnya minum obat karena selalu
24/09/201 kepala, Mentis pagi dan makan kepatuhan minum obat hipertensi, diingatkan oleh suaminya.
8 nyeri ikan asin masih baik ke pasien maupun ke suami  Pasien mulai mengurangi
perut, dan Tanda Vital dilakukan. pasien agar bisa konsisten dalam makan makanan yang tinggi
lemas TD : 130/90 mmHg  Pasien tidak melaksanakannya. garam yaitu ikan asin, namun
N : 80 x/ menit berolahraga. Konseling dan edukasi kondisi belum bisa mengurangi
RR : 20 x/ menit  Pasien masih tidak rumah makan tinggi garam dan
T : 380C makan sayur dan  Memberikan saran untuk kopi.
buah. merapihkan dan membersihkan  Pasien belum menerapkan

20
Kondisi rumah  Pasien masih kamar setiap hari saran untuk mencegah
 Keadaan kamar jarang melakukan  Memberikan saran untuk adanya genangan air.
masih kurang kegiatan cuci membersihkan dan merapihkan
rapih. Cukup tangan dapur seperti meletakkan alat-alat
banyak pakaian menggunakan masak ke tempat yang tertutup.
yang bergantungan sabun.  Memberikan saran untuk selalu
di dalam kamar  Pasien dan suami membersihkan kamar mandi dan
dan terlihat ada masih tidak bak mandi minimal 1 kali
beberapa barang menggunakan seminggu.
yang berserakan di kelambu saat tidur.  Memberikan edukasi mengenai
dalam kamar. pencegahan vektor penyakit yaitu
 Keadaan dapur selalu mencegah adanya genangan
masih terlihat air.
kurang baik.
 Tempat pencucian Konseling perilaku dan kebiasaan
peralatan alat  Mengedukasi kembali pasien
masak dan makan mengenai pola makan yang baik
masih terlihat agar semakin mengurangi
kurang baik. kebiasaan makan yang bersantan

21
 Keadaan kamar dan kopi.
mandi masih  Mengedukasi pentingnya makan
cukup baik, bak sayur dan buah serta berolahraga.
mandi terlihat  Mengedukasi pasien mengenai
cukup bersih. manfaat penggunaan kelambu saat
 Masih ada tidur dan memberikan saran agar
genangan air di menggunakannya.
bagian depan
rumah pasien.
Kunjungan Tidak ada Keadaan umum  Kebiasaan pasien Edukasi kepatuhan minum obat  Pasien semakin patuh dalam
ke-3 keluhan Kesadaran : Compos masih minum kopi  Menyarankan agar tetap konsisten minum obat karena sudah
28/09/201 Mentis setiap pagi dan dalam kepatuhan minum obat. mengetahui pentingnya patuh
8 makan ikan asin dalam minum obat dan selalu
Tanda Vital masih dilakukan. Konseling dan edukasi kondisi diingatkan oleh suaminya.
TD : 130/90 mmHg  Pasien tidak rumah  Pasien sudah meninggalkan
N : 80 x/ menit berolahraga.  Mengedukasi mengenai rumah makanan yang tinggi garam
RR : 20 x/ menit  Pasien masih tidak sehat, agar adanya perubahan yaitu ikan asin dan mulai
0
T : 38 C makan sayur dan terhadap kebersihan dan kesehatan mengurangi makan makanan
buah. rumah. bersantan, namun sampai

22
Kondisi rumah  Pasien dan suami Konseling perilaku dan kebiasaan kunjungan ketiga, pasien
 Keadaan kamar masih tidak  Mengedukasi kembali pasien belum bisa mengurangi
masih kurang menggunakan mengenai pola makan yang baik minum kopi.
rapih. Banyak kain kelambu saat tidur. agar semakin mengurangi kopi.  Sudah tidak ada genangan air
yang berantakan di  Mengedukasi pentingnya makan di depan rumah pasien.
dalam kamar. sayur dan buah serta berolahraga.
 Keadaan dapur  Mengedukasi pasien mengenai
masih terlihat manfaat penggunaan kelambu saat
kurang baik. tidur dan memberikan saran agar
 Tempat pencucian menggunakannya.
peralatan alat
masak dan makan
masih terlihat
kurang baik.
 Keadaan kamar
mandi masih
cukup baik, bak
mandi terlihat
cukup bersih.

23
BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas).6 Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit
kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan
pada pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan keduanya
secara terus-menerus.7

3.2 Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 Hipertensi
memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.
Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari
WHO, menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara,
terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan telah
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi
akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29%
atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita
hipertensi.8
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan
dengan peningkatan tekanan darah. Begitu juga dengan risiko gagal
jantung kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi.
Seseorang memiliki riwayat hipertensi didalam keluarganya maka

24
kecenderungan untuk menderita hipertensi juga lebih besar dibandingkan
mereka yang tidak memiliki keluarga penderita hipertensi. Pada wanita
hamil yang merokok, risiko terserang hipertensi pada ibu dan bayi juga
lebih tinggi.9 Namun pada umumnya pria memiliki peluang lebih tinggi
untuk menderita hipertensi daripada wanita. Pada pria peningkatan
tekanan darah umumnya terjadi berhunbungan dengan karier, seperti
terkena PHK, atau kurang nyaman terhadap pekerjaan. Risiko terserang
hipertensi pada penderita obesitas mencapai 2 – 6 kali lebih besar
dibandingkan mereka dengan berat badan normal.

3.3 Etiologi
A. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)
Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau
idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari
90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan
resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor,
terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat
poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler
dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa
sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi
insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan,
stress psikis, dan obesitas.10
B. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan hipertensi
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal
kronis atau penyakit renovaskuler adalah penyebab sekunder yang

25
paling sering. kelainan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal
ginjal kronik, glomerulus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor
kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh
penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal). Obat-
obatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mengakibatkan hipertensi bahkan memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah.11

3.4 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan
hipertensi esensial antara lain :12

Gambar 3.1 Mekanisme Patofisiologi Hipertensi


i. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat
berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar
kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya normal tetapi tahanan
perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel
otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi
sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium
intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama akan

26
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin
dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan
perifer yang irreversible.
ii. Sistem Renin-Angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor
melalui peningkatan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus
serta Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
iii. Sistem Saraf Otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini
mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah.
Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom
dan sistem renin- angiotensin bersama–sama dengan faktor lain
termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.
iv. Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan
perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.

27
v. Substansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium
dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.
Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga
endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada
tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal.
Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di
atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini
dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya
dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.
vi. Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari
dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel
endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan
fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan
hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak
organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat
anti-hipertensi.
vii. Disfungsi diastolik
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat
beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga
terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan
penurunan tekanan ventrikel.

3.5 Klasifikasi13
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun)
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
kunjungan klinis (Tabel 3.5). Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori

28
penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung
meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat
(stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.

Tabel 3.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC 7
Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80


Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap II ≥160 Atau ≥100

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai


oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat
menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya
ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategorikan sebagai
hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim
disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif,
sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit –
jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh
gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial,
gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm,
angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama
kehamilan. Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa
disertai kerusakan organ target yang progresif.

29
3.6 Gejala klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan
mimisan (keluar darah dari hidung).14 Secara umum pasien dapat terlihat
sehat atau beberapa diantaranya sudah mempunyai faktor resiko tambahan,
tetapi kebanyakan asimptomatik.

Gambar 3.2 Faktor Resiko Hipertensi


3.7 Komplikasi
Hipertensi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri
dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh

30
darah besar. Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk penyakit
serebrovaskuler yaitu stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri
koroner yaitu infark miokard angina, penyakit gagal ginjal, dementia, dan
atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor risiko
kardiovaskuler yang lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan
mordibitas akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut. Pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit
koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.15

3.8 Tatalaksana
Tatalaksana penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan
angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit hipertensi dengan
cara seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup
penderita. Upaya penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat
dilakukan melalui terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.
1. Terapi Non farmakologi
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan melakukan
pengendalian faktor risiko, yaitu:16
A. Makan Gizi Seimbang
Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Dianjurkan untuk makan buah dan sayur 5
porsi per-hari, karena cukup mengandung kalium yang dapat
menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) 4,4 mmHg dan tekanan
darah diastolik (TDD) 2,5 mmHg. Asupan natrium hendaknya
dibatasi <100 mmol (2g)/hari serata dengan 5 g (satu sendok teh
kecil) garam dapur, cara ini berhasil menurunkan TDS 3,7 mmHg
dan TDD 2 mmHg. Bagi pasien hipertensi, asupan natrium dibatasi
lebih rendah lagi, menjadi 1,5 g/hari atau 3,5 – 4 g garam/hari.
Walaupun tidak semua pasien hipertensi sensitif terhadap natrium,
namun pembatasan asupan natrium dapat membantu terapi

31
farmakologi menurunkan tekanan darah dan menurunkan risiko
penyakit kardioserebrovaskuler.
B. Mengatasi Obesitas
Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga
mencapai IMT normal 18,5-22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90 cm
untuk laki-laki atau <80 cm untuk perempuan.
C. Melakukan olahraga teratur
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang
dan bersepeda berperan dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas
fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat.
D. Berhenti Merokok
Merokok sangat besar perananya dalam meningkatkan
tekanan darah, hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat
didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat. Tekanan darah akan turun secara
perlahan dengan berhenti merokok.. Beberapa metode yang secara
umum dicoba adalah inisiatif sendiri, menggunakan permen yang
mengandung nikotin, kelompok program, dan konsultasi/konseling
ke klinik berhenti merokok.
E. Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi alkohol pada penderita hipertensi yang biasa
minum alkohol, akan menurunkan TDS rerata 3,8 mmHG. Batasi
konsumsi alkohol untuk laki-laki maksimal 2 unit per hari dan
perempuan 1 unit per hari, jangan lebih dari 5 hari minum per
minggu (1 unit = setengah gelas bir dengan 5% alkohol, 100 ml
anggur dengan 10% alkohol, 25 ml minuman 40% alkohol).
2. Terapi Farmakologis
Prinsip Pemberian Obat Anti hipertensi
Prinsip pemberian obat anti hipertensi adalah sebagai berikut:16

32
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
penyebabnya.
2. Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat anti hipertensi.
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
pengobatan seumur hidup.
5. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat antihipertensi
di Puskesmas dapat diberikan disaat kontrol dengan catatan obat
yang diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan
baru.
6. Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan
pertama) maka diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam
sebulan atau seminggu sekali, apabila tekanan darah sitolik >160
mmHg atau diastolik >100 mmHg sebaiknya diberikan terapi
kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam dua minggu) tekanan
darah tidak dapat dikontrol.
Pola Pengobatan Hipertensi16
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja
yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya
mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama
perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok
bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap
obat anti hipertensi. Obat-obat yang digunakan sebagai terapi utama
(first line therapy) adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACE-Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan
Calcium Channel Blocker (CCB). Kemudian jika tekanan darah yang
diinginkan belum tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti

33
obat lain, atau dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas
yang berbeda, biasanya diuretik dikombinasikan dengan ACE-
Inhibitor, ARB, dan CCB.
Kombinasi Obat Antihipertensi17
Tujuan utama pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan target TD. Jika target TD tidak tercapai dalam waktu
satu bulan pengobatan, maka dapat dilakukan peningkatan dosis obat
awal atau dengan menambahkan obat kedua dari salah satu kelas
(diuretik thiazide, CCB , ACEI , atau ARB ).
Kombinasi dua obat dosis rendah direkomendasikan untuk kondisi
TD >20/10 mmHg di atas target dan tidak terkontrol dengan
monoterapi. Kombinasi 2 golongan obat dosis rendah yang
direkomendasikan adalah penghambat RAAS+diuretic dan
penghambat RAAS+CCB. Tidak dianjurkan menggunakan kombinasi
ACEI dan ARB pada 1 pasien yang sama. Jika target TD tidak bisa
dicapai menggunakan 2 macam obat antihipertensi dalam rekomendasi
di atas atau karena kontra indikasi atau dibutuhkan lebih dari 3 obat
untuk mencapai target TD, obat antihipertensi dari kelas lain dapat
digunakan. Rujukan ke spesialis hipertensi dapat diindikasikan untuk
pasien yang target TD tidak dapat dicapai dengan menggunakan
strategi di atas atau untuk pengelolaan pasien yang kompleks yang
memerlukan tambahan konsultasi.

34
Gambar 3.3 Algoritma manajemen hipertensi berdasarkan JNC 8

3.9 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang
tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan
antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang

35
tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci
untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi
dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.18

3.10 Perilaku Kepatuhan


1. Pengertian
Kepatuhan adalah sebagai perilaku untuk menaati saran-saran
dokter atau prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang
sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara pasien (dan
keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan pasien) dengan
dokter sebagai penyedia jasa medis. Kepatuhan terapi pada pasien
hipertensi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat
hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikendalikan Kepatuhan seorang pasien yang menderita
hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum
obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan
kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi
merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang
menanganinya. Ada dua faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal
meliputi karakter penderita seperti usia, sikap, nilai sosial, dan emosi
yang disebabkan oleh penyakit. Adapun faktor eksternal yaitu dampak
dari pendidikan kesehatan, interaksi penderita dengan petugas
kesehatan (hubungan diantara keduanya) dan tentunya dukungan dari
keluarga, petugas kesehatan dan teman.19
2. Pengawas Minum Obat (PMO)20
Pengawas minum obat adalah seseorang yang secara sukarela
membantu pasien hipertensi dalam masa pengobatan hingga sembuh.

36
Syarat menjadi pengawas menelan obat:
1. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis.
2. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
3. Tinggal dekat dengan pasien.
4. Dikenal, oleh pasien dan disegani oleh pasien.
5. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan.
6. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien.
Tugas-tugas pengawas minum obat :
1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal
pengobatan
2. Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien
agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.
3. Mengingatkan pasien untuk mengambil obat dan periksa ulang
sesuai jadwal.
4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping obat dan
merujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
5. Memberikan penyuluhan mengenai hipertensi kepada keluarga .

37
BAB IV

KAJIAN KASUS

4.1 Analisis Pasien Secara Holistik


4.1.1 Hubungan Diagnosis Penyakit dengan Keadaan Rumah dan
Lingkungan Sekitar.
Tidak ada hubungan antara hipertensi yang dialami oleh pasien
dengan keadaan rumah dan lingkungan tempat tinggal pasien. Namun,
kondisi rumah pasien yang belum termasuk ke dalam kategori rumah sehat
dan lingkungan yang kurang baik, apabila terus berlanjut akan
berhubungan dengan kondisi kesehatan lainnya yaitu kemungkinan
mengalami penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA.

4.1.2 Hubungan Diagnosis dengan Keadaan Keluarga dan Hubungan


Keluarga
Genetik merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi.
Dari hasil wawancara, pasien mengatakan bahwa kakaknya juga
mengalami hipertensi seperti yang di alami pasien. Pasien juga
menambahkan bahwa kakaknya terlebih dahulu mengalami hipertensi
kemudian dirinya.
Kondisi ekonomi yang kurang, juga mungkin menjadi salah satu
faktor dari terjadinya hipertensi pasien. Pasien yang merupakan tulang
punggung keluarga, bekerja sebagai tukang pijit keliling dan hanya
berkebun dengan penghasilan belum pasti per hari. Hal ini bisa menjadi
stressor bagi pasien. Disebutkan bahwa stress menjadi faktor resiko dari
hipertensi. Pada saat seseorang mengalami stres, hormone adrenalin akan
dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui
kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila

38
stress berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut
akan mengalami hipertensi.21

4.1.3 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan dalam Keluarga


Pola makan yang tidak baik dan jarangnya melakukan olahraga
merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi. Dari hasil wawancara,
pasien mengatakan bahwa ia sering mengkonsumsi makan tinggi garam,
minum kopi, makan makanan yang bersantan. serta jarang makan sayur
dan buah.
Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun kemungkinan
meningkatkan tekanan darah karena meningkatnya kadar sodium di dalam
sel-sel otot halus pada dinding arteriol. Garam menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak
dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.22
Kebiasaan minum kopi juga akan meningkatkan risiko kejadian hipertensi,
namun tergantung dari frekuensi konsumsi harian.23 Dari hasil wawancara,
pasien mengatakan bahwa ia mengkonsumsi kopi kira-kira satu mug besar
dengan frekuensi tiap hari. Hal ini menjadi salah faktor resiko dari
hipertensi yang dialami oleh pasien. Selain itu, mengkonsumsi santan yang
merupakan makanan yang tinggi lemak jenuh dan jarangnya menkonsumsi
sayur serta buah juga menjadi faktor resiko hipertensi. Penelitian
McNaughton et al. (2007) pada 5362 subjek usia dewasa di Inggris
membuktikan bahwa konsumsi sayur, buah dan produk susu berhubungan
signifikan negatif terhadap tekanan darah. Kandungan kalium dalam buah
dan sayur dapat menurunkan tekanan darah. Kalium berperan sebagai agen
diuretik yang dapat mengurangi volume cairan ekstraseluler dan
mengakibatkan tekanan darah menurun. Konsumsi tinggi kalium dapat
menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.24

39
Selain pola makan pasien yang kurang baik, gaya hidup pasien
yaitu jarangnya berolah raga juga menjadi faktor resiko terjadinya
hipertensi yang dialami pasien. Pasien mengatakan bahwa ia jarang
berolahraga sejak sebelum ia sakit hingga ia mengalami hipertensi.
Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi,
dimana pada orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung lebih tingi sehingga otot jantung akan harus
bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.25

4.2 Rencana Promosi (peningkatan kesehatan) dan pendidikan kesehatan


kepada pasien dan kepada keluarga
a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai hipertensi dan
pengobatannya baik farmakologi maupun nonfarmakologi.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya
kepatuhan minum obat dan efek negatif yang akan terjadi bila tidak patuh.
c. Memberikan pengarahan kepada suami pasien untuk mengontrol
kepatuhan minum obat setiap hari.
d. Menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan dukungan emosional
kepada pasien terhadap penyakitnya agar tujuan pengobatan untuk
membuat tekanan darah pasien tetap terkontrol dapat tercapai dan
konsisten.
e. Memberikan edukasi mengenai efek negatif dari pola makan dan gaya
hidup pasien yang kurang baik, serta manfaat apabila bisa mengatur pola
makan dan gaya hidup dengan baik.
f. Membantu pasien membuat jadwal pengaturan pola makan dan olahraga.
g. Menjelaskan kepada pasien untuk tetap konsisten berobat dan rutin
mengecek tekanan darah.

40
4.3 Anjuran-anjuran Promosi Kesehatan Penting
a. Membersihkan keseluruhan bagian rumah secara rutin.
b. Membersihkan dan merapihkan dapur, seperti meletakkan alat-alat masak
ke tempat yang tertutup.
c. Menjaga kebersihan makanan seperti meletakkan makanan di tempat
tertutup.
d. Membersihkan barang-barang yang bertumpuk dan berserakan agar debu
tidak berkumpul di satu tempat.
e. Membiasakan berperilaku hidup sehat seperti berolahraga dan cuci tangan
menggunakan sabun.
f. Memperhatikan asupan makan dan mengurangi kebiasaan yang kurang
baik seperti mengkonsumsi makanan tinggi garam.

41
BAB V
PENUTUP

Dari hasil kunjungan rumah (home visit) kami menyimpulkan bahwa


pasien gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Kebiasaan makan yang
tinggi garam, tinggi lemak jenuh, jarang makan sayur dan buah, dan jarang
berolahraga merupakan kebiasaan yang harus ditinggalkan oleh pasien agar
hipertensi yang diderita olehnya tetap terkontrol dan mencegah timbulnya
komplikasi yang tidak diinginkan. Maka, edukasi dan infomasi sangat diperlukan
bagi pasien dan keluarga. Selain itu, edukasi mengenai rumah dan lingkungan
yang sehat juga diperlukan karena kondisi rumah dan lingkungan pasien masih
kurang baik, agar mencegah timbulnya penyakit berbasis lingkungan pada pasien
dan keluarga.
Pada pasien ini diberikan prognosis dubia ad bonam karena tekanan darah
pasien terkontrol dan tidak adanya komplikasi yang menyertainya. Secara garis
besar, penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien dan keluarga lebih bersifat
sebagai informasi dan edukasi mengenai perilaku dan lingkungan sehat.
Diharapkan pasien dapat memahami mengenai edukasi yang diberikan, serta
mengimplementasikan dalam hidup sehari-hari.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Keterampilan Kedokteran


Keluarga:Kunjungan Pasien Di Rumah (Home Visite). Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 2013.
2. Robbins. Buku Ajar Patologi, Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2010.
3. Gunawan L. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius; 2001.
4. WHO. World health day 2013: calls for Intensiified efforts to prevent and
control hypertension. 2013. (di akses 25 Maret 2018). diunduh dari :
http://www.who.int/ workforcealiance/media/news/2013/who2013story/en/
5. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jambi. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
6. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi ketiga.. Balai Penerbit FK UI
Jakarta:2001: Hal. 453.
7. Sutanto. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset; 2010.
8. WHO, 2012, Raised Blood Pressure, (diakses tanggal 5 April 2018). diunduh
dari(http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressur_prevalence_text/
en/index.html)
9. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan
Depkes RI. 2008.
10. Setiawati, A. dan Bustami. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta:
Universitas Indonesia Press; 2005.
11. Sustrani, Lisnawati. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2006
12. Gray, et, al. Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical
Series; 2005.
13. Chobanian AV, Bakris, G.L., Black H.R., Cushman, W.C. GLA, Izzo J.L., Jr.,

43
et al. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7
Report. JAMA; 289:2560-72. 2003.
14. Sutanto. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.
2009.
15. Depkes. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan. Jakarta ; 2006.
16. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular;
2013.
17. Johnson RJ, Feehally J, Floege J. 2015. Comprehensive Clinical Nephrology.
5th edition. Elseiver Saunders; Philadelpia.
18. Price, Wilson. Patofisiologi. Volume 2:Jakarta;EGC;2006.
19. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Rineka Cipta:
Jakarta; 2010.
20. Departemen kesehatan RI. Buku saku program penanggulangan TB. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2009.
21. Katerin II, M. Fanani, Erna H. Hubungan Antara Stres Dengan Hipertensi
Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.
22. H. Alfian Y, Fathurrahman, Magdalena. Hubungan Gaya Hidup Dengan
Hipertensi Pada Pengunjung Puskesmas Teluk Dalam. Jurnal Skala
Kesehatan. 2015;6(1).
23. Evi K, Andi Nabila MI. Pengaruh Kopi terhadap Hipertensi. Majority.
2016;5(2):6-10.
24. Wuri W. Hubungan Konsumsi Makanan dan Minuman Instan, Buah dan
Sayur, Aktivitas Fisik dengan Kejadian Prahipertensi Mahasiswa. Bogor:
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian. 2016.

44
25. Kiki MA. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang
Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes. 2013;1(2):111–
117.

45
LAMPIRAN

Kunjungan Hari Pertama

Kunjungan Kedua

Kunjungan Ketiga

Anda mungkin juga menyukai