Anda di halaman 1dari 48

Case Report Session

SNH Recurrent Bihemiparese + Afasia


Global + Stemi Inferior
Disusun Oleh:

RUDI BERLIAN PANJI ARAS


G1A218055

Dosen Pembimbing
dr. FREDDY HASUDUNGAN ARITONANG SP.S

FKIK UNIVERSITAS JAMBI


Profesi Dokter
 Stroke menduduki urutan 3 sebagai penyebab utama kematian
setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara
berkembang.
 Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1000
penduduk.
 Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Aceh (16,6
per 1000 penduduk).
 Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke bersama-sama dengan
hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya,
merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia.
 Berdasarkan penelitian, di Indonesia kejadian stroke iskemik lebih
sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik.
 Nama :
Tn. M.
 Umur :
75 thn
 Jenis kelamin :
Laki- laki
 Agama :
Islam
 Alamat :
RT 03. RW 01 NO. 55. Kasang
Jaya, Jambi Timur
 Pekerjaan : Buruh
 No RM : 16-11-78
 MRS : 25 November 2019
 Ruang Perawatan : Syaraf
Keluhan Utama Penurunan kesadaran mendadak
setelah bangun tidur pukul 05.00
pagi hari ±5 jam SMRS

Onset Mendadak
Kualitas Pasien tidak sadar walaupun diberikan
rangsangan

Kuantitas Penurunan kesadaran somnolen (GCS


8)
 Pasien datang ke RSUD Abdul Manap dengan keluhan penurunan
kesadaran mendadak ± 5 jam SMRS.

 Berdasarkan alloanamnesis dengan kelurga pasien, penurunan


kesadaran ini diketahui saat pasien hendak dibangunkan dari tidur
dalam posisi berbaring kearah kiri sekitar jam 05.00 pagi. Saat
kejadian pasien tidak dapat berbicara dan lidah terjulur keluar
kearah kiri.

 1 hari SMRS ± jam 08.00 pasien bekerja membersihkan perkarangan


tiba-tiba pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri
secara mendadak. Pasien dalam keadaan sadar. Pasien tiba-tiba
mengalami bicara pelo dan mulut terlihat merot kearah kiri. Muntah
(-), pusing (-), nyeri kepala (-).
 ± Jam 19.00 Pasien mengeluhkan nyeri dada
mendadak, nyeri terasa berat, menekan seperti
diremas-remas. Nyeri dirasakan menjalar ke
leher dan bahu kiri. Nyeri dirasakan ± 20 menit.
Pasien juga mengalami mual dan muntah
sebanyak 1x berisi makanan yang dimakan.
Muntah sebanyak 1 gelas belimbing. Nyeri kepala
(-), pusing (-), Buang air kecil dan buang
keluhan.
 Riwayat OA (+)
 Riwayat HT, DM, Kolesterol (disangkal)
 Riwayat minum obat 6 bulan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat penyakit yang


1. ± 30 tahun yang lalu. Pasein sama (-)
didiagnosa di RS Budi Graha 2. Riwayat penyakit
dengan stroke dengan
hipertensi (-)
kelemahan anggota gerak kanan,
3. Riwayat penyakit
gangguan memori berupa objek
atau orang. Bicara pelo, mulut
diabetes melitus (-)
merot tanpa penurunan 4. Riwayat penyakit
kesadaran. jantung (-)
5. Riwayat stroke (-)

Riwayat Sosioekonomi Riwayat Kebiasaan

1. Pasien sudah
menikah.
2. Pasien tinggal 1. Riwayat merokok aktif
bersama anak dan sejak remaja
menantunya. 1bungkus/hari.
3. Pasien menggunakan
BPJS selama dirawat.
1. Kesadaran : Somnolen GCS : 8 (
E2 V2 M4)
2. Tekanan Darah : 105/68 mmHg
3. Nadi : 80 kali/ menit
4. Respirasi : 22 kali/ menit,
pernapasan regular
5. Suhu : 36,8 °C
Pemeriksaan khusus
Muka
Kepala • Simetris
• Normocephali • Ekspresi tampak sakit sedang

Mata
• Kelopak mata edema (-/-)
Telinga, hidung, tenggorokan • Konjungtiva anemis (-/-)
dbn • Sklera ikterik (-/-)
Leher • Pupil bulat, isokor
• Refleks cahaya (+/+)
• Pembesaran tiroid dan
KGB leher (-)
Jantung
• Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Paru • Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS
• Inspeksi: bentuk normal, simetris VI-VII
• Palpasi: nyeri tekan (-), fremitus • Perkusi: Batas atas : ICS II Linea
taktil normal ka=ki Parasternalis Sinistra,
• Perkusi: Fremitus vokal kiri Batas kiri : ICS VI Linea Mid
redup dan kanan Sonor Clavicula sinistra , Batas kanan : ICS
• Auskultasi: Vesikuler (+/+), V Linea Parasternalis Dextra
ronkhi (-/+) basall, wheezing
• Auskultasi: BJ I dan II irreguler,
(+/-) murmur (-), gallop (-)

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan khusus
Abdomen
• Inspeksi: datar, sikatriks (-),
massa (-), venektasi (-)
• Auskultasi: BU (+) normal
• Palpasi: supel, nyeri tekan
(-), undulasi (-), hepar, lien, Ekstremitas superior
ginjal tidak teraba • Deformitas: (-)
• Perkusi: timpani, shifting • Edema: (+/+)
dullness (+) • Sianosis: (-/-)

Ekstremitas inferior
• Deformitas: (-)
• Edema: (+/+)
• Sianosis: (-/-) Genital
tidak diperiksa

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Status Neurologi

Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (+)

Leher Tanda Rangsang meningeal :


Kaku kuduk :-
Sikap : Normal Brudzinsky 1 :-
Pergerakan: DBN Brudzinsky 2 : -|-
Brudzinsky 3 : -|-
Brudzinsky 4 : -|-
Laseque :-
Kernig :-

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Refleks Fisiologis
Biseps ++ ++ Motorik Kanan Kiri
Triseps ++ ++ Pergerakan tidak dapat
Radius ++ ++ Kekuatan dinilai
Ulna ++ ++ Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi

Refleks Patologis kanan kiri


Hoffman-Tromner - -

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Refleks Patologis
Babinsky +/+
Oppenheim +/+
Chaddock +/+
Gordon -

Refleks Fisiologis Motorik Kanan Kiri


Patella ++ ++ Pergerakan tidak dapat
Achilles ++ ++ Kekuatan dinilai
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
25 November 2019
WBC : 11.9 x 103/mm3 (4-10 103/mm3)
RBC : 3,99 x 106/mm3 (3,5-5,5106/mm3)
HGB : 12.0 g/dl (11-15 g/dL)
Gula darah
29 Mei 2019 HCT : 34.1 % (35-50 %)
PLT : 265 x 103/mm3 (100-300 103/mm3)
GDS : 125 mg/dl

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
EKG
26 November 2019

Kesan : ST Elevasi II,III, AVF = STEMI INFERIOR


Aritmia (AF)

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Rontgen Thorax AP
28 November 2019

Kesan :
• Pelebaran vaskular bronkus
• Kardiomegali

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
CT-Scan non-kontras
25 November 2019

Kesan :
• Multiple Infark temporoparietal S/D

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Klinis

Diagnosis Klinis
1. Bihemiparesis
2. Afasia Global
3. Paresis N. VII sinistra
4. Paresis N. XII sinistra
5. STEMI Inferior
6. Bronkitis akut dd Asma Bronkial
Diagnosis Topis : Lobus temporoparietal dextra at
sinistra
Diagnosa Etiologis : Stroke non hemoragik reccurent

DD

• Stroke Infark
• Stroke Hemorrage
Siriraj Stroke Algoritma Gajah
Score (SSS) Mada

(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) +


(2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolic) – (3 x petanda ateroma) -12
Maka :
1. Kesadaran : 1x 2,5= 2,5
2. Muntah :0x2= 0
3. Nyeri Kepala :0x2=0
4. Tekanan darah : diastolic 68 x 0,1 = 6,8
5. Ateroma : 1 x -3 = -3
6. Konstante : -12

Jumlah : 2,5 + 0 + 0+ 6,8 - 3 – 12 = - 5,7


Interpretasi skor -5,7 = Stroke infark
Terapi

Medikamentosa
Non Medikamentosa
IVFD Asering 20 tt/i
Bed Rest
Inj. Ceftriaxone 1x2g
O2 NC 4 Liter
Inj. Citicoline 1 gr/12 jam IV
NGT
Inj. Sulfas Atropine 2 amp IV
Kateter
(Bila Bradikardi)
Diet cair 200 cc
Inj. Omeprazole 40 mg /12 jam IV
Elevasi kepala 30 derajat
PO. Mecobalamin 500 g
Rawat ICU
PO Aspilet loading 4 tab 80 mg
Konsul SP.S dan SP.JP
PO atovarstatin 40 mg

Prognosis

• Quo ad vitam : dubia ad malam


• Quo ad fungsionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam
Tanggal S O A P

26-11- Penurunan KU: Tampak sakit berat SNH O2 3 liter

2019 kesadaran Kesadaran: Somnolen reccurent Diet cair 6x200 cc


GCS:E2M4 Vafasia bihemiparese Balance cairan. Target urin
Sulit
TD:110/60 mmHg + Afasia output 0,5 cc/kgbb/jam
Hari ke- berkomunikasi
N: 68 x/m global + IVFD asering 20 tpm
2 Bihemiparese
RR: 23 x/m STEMI Inf Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam
Onset T: 36˚C Inj. Piracetam 3g/8jam
hari ke-2 Urine : ±540 Ranitidine 1 Amp/12 jam IV
cc/16 jam Inj. Citicoline 1 gr /12 jam IV
Balance : 925 Inj. Omeprazole 40 mg/12
Kekuatan : jam
Tidak dapat Inj. Arixtra 1x2,5 mg
dinilai Inj. Sulfas Atropine 2 amp
(IV) (Bila Bradikardi)
PO Atorvastatin 1x40 mg
PO. Aspilet 1x80 mg
Po. Mecobalamin 3x500 mg
Pindah Ruangan dari ICU→
Bangsal
27-11- Penurunan KU: Tampak sakit berat SNH  Terapi lanjutan
2019 kesadaran Kesadaran: Somnolen reccurent  Inj. Paracetamol
Sulit GCS:E2M4 Vafasia bihemiparese 4x500g
Hari ke- berkomunikasi TD:120/80 mmHg + Afasia  PO. Clopidogrel 1x75
3 Bihemiparese N: 100 x/m global + mg
Onset Demam RR: 23 x/m STEMI Inf
hari ke T: 37,8˚C
3 Kekuatan : tidak
dapat dinilai
28-11- Penurunan KU: Tampak sakit berat SNH  Terapi lanjutan
2019 kesadaran Kesadaran: Somnolen reccurent (diet cair 6x200 cc
Sulit GCS:E2M4 Vafasia bihemiparese distop di ganti Diet
Rawata berkomunikasi TD:120/80 mmHg + Afasia bubur saring 3x1dan
n hari Bihemiparese N: 84 x/m global + infus diganti IVFD Nacl
ke-4 Demam RR: 24 x/m STEMI Inf + 0,9% 20tpm)
Onset Bronkitis Akut T: 37,2˚C Bronkhitis  Po. Ambroxol syr 3x1 C
hari ke dd Asma Pem.fisik thorax : dd Asma  Po Loperamid 3x1 tab
4 Bronkial Wheezing +/- akhir Bronkial +  Cek Albumin, elektrolit
ekspresi, Hipoalbumin (Fall Hati :
Rhonki -/+ Protein Total : 6,2
Kekuatan : Tidak Albumin : 2,6
dapat dinilai Globulin : 3,6
Elektrolit :
Na : 139,48
K : 4,12
Cl : 98.22
Ca : 1.25
 Nebu Ventolin 2cc/8jam
+ Fulmicort
 Rontgen Thorax AP
Tanggal S O A P
29 Nov • Penurunan KU: Tampak sakit SNH • Terapi lanjutan
2019 kesadaran berat reccurent ( diet bubur saring +
• Sulit Kesadaran: bihemipare ekstra putih telur
Rawatan berkomuni Somnolen se + Afasia 3x1 porsi )
hari ke-5 kasi GCS:E2M4 Vafasia global + • Cap.
Onset • Bihemipar TD:120/60 mmHg STEMI Inf Vipalbumin 4x2 cap
hari ke 5 ese N: 80 x/m +
• Demam RR: 20 x/m Bronkhitis
T: 36.6˚C dd Asma
Pem.fisik thorax : Bronkial +
Wheezing +/- akhir Hipoalbumi
ekspresi, Rhonki -/+ n
Kekuatan : tidak
dapat dinilai
30 • Penurun KU: Tampak sakit SNH  Terapi lanjutan
Novem an sedang reccurent  Inf. Albumin 20%
berr kesadara Kesadaran: bihemipare habis dalam 8 jam
2019 n Somnolen se + Afasia premed dan
• Sulit GCS:E2M4 Vafasia global + postmed dengan
Rawat berkomu TD:120/80 mmHg STEMI Inf furosemid 1 amp IV
an hari nikasi N: 80 x/m +
ke-6 • Bihemip RR: 24 x/m Bronkhitis
Onset arese T: 38˚C dd Asma
hari ke • Demam Pem.fisik thorax : Bronkial +
6 Wheezing +/- akhir Hipoalbum
ekspresi, Rhonki -/+ in
Kekuatan : tidak
dapat dinilai
Tanggal S O A P
1 • Penurunan - KU: Tampak sakit SNH  Terapi lanjutan
Desember kesadaran sedang reccurent
2019 • Sulit - Kesadaran: bihemiparese
Rawatan berkomunik Somnolen + Afasia
hari ke-7 asi - GCS:E3M4 global +
Onset hari • Bihemipare Vafasia STEMI Inf +
ke 7 se - TD:120/70 mmHg Bronkhitis dd
• Hipoalbumi - N: 80 x/m Asma
n - RR: 20 x/m Bronkial
• Edem - T: 36,6˚C
Ekstremitas Pem.fisik thorax :
• BAB (-) 4 Wheezing +/-
hari Flatus akhir ekspresi,
(+) Rhonki -/+
Kekuatan :
tidak dapat
dinilai
2 • Penurun - KU: Tampak SNH  Terapi lanjutan
Desem an sakit sedang reccurent
ber kesadara - Kesadaran: bihemipare
2019 n Somnolen se + Afasia
Rawat • Sulit - GCS:E3M4 global +
an hari berkomu Vafasia STEMI Inf
ke-8 nikasi - TD:120/70 +
Onset • Bihemip mmHg Bronkhitis
hari ke arese - N: 80 x/m dd Asma
8 • Edem - RR: 20 x/m Bronkial
Ekstremi - T: 36,8˚C
tas Kekuatan :
tidak dapat
dinilai
Tanggal S O A P
3 • Penurunan - KU: Tampak SNH  Pulang
Desemb kesadaran sakit sedang reccurent
er 2019 • Sulit - Kesadaran: bihemipare
Rawatan berkomuni Somnolen se + Afasia
hari ke-9 kasi - GCS:E3M4 global +
Onset • Bihemipar Vafasia STEMI Inf
hari ke 9 ese - TD:120/70 +
• Edem mmHg Bronkhitis
Ekstremita - N: 80 x/m dd Asma
s - RR: 20 x/m Bronkial
- T: 36,8˚C
Kekuatan :
tidak dapat
dinilai
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Etiologi
• Makroskopik
gangguan fungsi saraf akut yang emboli ektrakranial atau trombosis
disebabkan gangguan peredaran intrakranial (sering). Bisa juga karena ↓
darah otak terjadi secara mendadak aliran serebral.
(dalam beberapa detik) atau secara • Seluler
cepat (dalam beberapa jam) timbul setiap proses yang mengganggu aliran
gejala dan tanda gangguan fokal darah menuju otak menyebabkan
atau global sesuai dengan daerah di timbulnya kaskade iskemik yang
otak yang terganggu berujung pada terjadinya kematian
neuron dan infark serebri.

Faktor Resiko
1. faktor risiko yang dapat
dikendalikan yiatu, hipertensi,
penyakit jantung, atrial fibrilasi,
endokarditis, stenosismitral,
infark jantung, merokok, anemia
sel sabit, TIA, stenosis karotis
asimtomatik, DM, dan hipertrofi
ventrikel.
2. Faktor risiko yang tidak dapat
dikendalikan yaitu, umur, jenis
kelamin, herediter, ras dan etnis.
Pembuluh darah

Trombus/embolus karena plak ateromatosa,


fragmen, lemak, udara, bekuan darah

Oklusi

Perfusi jaringan cerebral ↓

Iskemia

Hipoksia

Metabolisme Aktivitas elektrolit Nekrotik jaringan otak


anaerob terganggu
Asam laktat ↑ Na & K pump gagal Infark

Na & K influk

Retensi cairan

Oedem serebral
Gg.kesadaran, kejang fokal,
hemiplegia, defek medan
penglihatan, afasia
Sirkulasi terganggu Sensomotorik Gejala klinis lain
Sindrom Sirkulasi Anterior
A.Serebri media (total) Hemiplegia kontralateral (lengan lebih Afasia global (hemisfer dominan), Hemi-
berat dari tungkai) hemihipestesia neglect (hemisfer non-dominan), agnosia,
kontralateral. defisit visuospasial, apraksia, disfagia
A.Serebri media (bagian atas) Hemiplegia kontralateral (lengan lebih Afasia motorik (hemisfer dominan), Hemi-
berat dari tungkai) hemihipestesia negelect (hemisfer non-dominan),
kontralateral. hemianopsia, disfagia
A.Serebri media dalam Hemiparese kontralateral, tidak ada Afasia sensoris transkortikal (hemisfer
gangguan sensoris atau ringan sekali dominan), visual dan sensoris neglect
sementara (hemisfer non-dominan)
A.Serebri anterior Hemiplegia kontralateral (tungkai lebih Afasia transkortikal (hemisfer dominan),
berat dari lengan) hemiestesia apraksia (hemisfer non-dominan), perubahan
kontralateral (umumnya ringan) perilaku dan personalitas, inkontinensia urin
dan alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
A.Basilaris (total) Kuadriplegia, sensoris umumnya normal Gangguan kesadaran samapi ke sindrom
lock-in, gangguan saraf cranial yang
menyebabkan diplopia, disartria, disfagia,
disfonia, gangguan emosi
A.Serebri posterior Hemiplegia sementara, berganti dengan Gangguan lapang pandang bagian sentral,
pola gerak chorea pada tangan, hipestesia prosopagnosia, aleksia
atau anestesia terutama pada tangan
Pembuluh Darah Kecil
Lacunar infark Gangguan motorik murni, gangguan
sensorik murni, hemiparesis ataksik,
sindrom clumsy hand
1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Neurologis

4. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : Darah Rutin
 CT-Scan Kontras/Non Kontras
 MR angiografi (MRA)
 USG, ECG, EKG, Chest X-Ray
 Terapi Umum
1. Breath : Oksigenasi
2. Blood : Jaga aliran darah ke otak
semaksimal mungkin dan kontrol TD
3. Brain : Turunkan TIK dan udem
serebri
4. Bladder : Miksi dan Keseimbangan
cairan
5. Bowel : Defekasi dan Nutrisi
Terapi
Trombolitik Antikoagulan Antiplatelet Anti Edema
Neuroprotektif

• rt-PA diberikan • Warfarin dan • mencegah • memperbaiki • Anti edema


dalam waktu heparin. pengumpulan fungsi sel yang • cairan
tidak lebih dari • Efek sehingga terganggu hiperosmolar,
3 jam setelah antikoagulan mencegah akibat oklusi misalnya
onset stroke, heparin adalah terbentuknya dan reperfusi. manitol 20%,
dalam dosis 0,9 inhibisi trombus yang • piracetam, (1gr/kgBB
mg/kg (max 90 terhadap faktor dapat citikolin, dalam 20-30
mg) dan 10% koagulasi dan menyumbat nimodipin, menit) larutan
dari dosis mencegah atau pembuluh pentoksifilin gliserol 10%.
tersebut memperkecil darah. • Dapat pula
diberikan bolus pembentukkan • . asetosal menggunakan
IV sedangkan fibrin dan (aspirin) kortikosteroid
sisanya propagasi dengan dosis .
diberikan dalam trombus. 40 mg – 1,3
1 jam. Antikoagulansia gram/hari.
mencegah Akhir-akhir ini
terjadinya digunakan
gumpalan tiklopidin
darah dan dengan dosis 2
embolisasi x 250 mg.
trombus.
Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam
pertama) menggunakan trombolisis
b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72
jam yang diantaranya yaitu :
1) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark.
Terapi dengan manitol dan hindari cairan hipotonik.
2) Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang
dapat mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi
volume dan tekanan darah yang dapat menyerupai
kegagalan perfusi.
3) Konversi hemoragis
C. Mencegah stroke berulang dalam 30 hari sejak onset gejala
stroke. Terapi dengan heparin.
Protokol penatalaksanaan stroke non hemoragik akut
a. Pertimbangan rt-PA
b. Pemantauan irama jantung
c. Tekanan darah tidak boleh cepat-cepat diturunkan
1) Hipertensi diobati jika terdapat kegawat daruratan hipertensi
neurologis seperti, iskemia miokard akut, edema paru kardiogenik,
hipertensi maligna (retinopati), nefropati hipertensif, diseksi aorta.
2) Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
pengukuran selang 15 menit dimana sistolik >220 mmHg, diastolik
>120 mmHg, tekanan arteri rata-rata >130 mmHg.
3) Pasien adalah kandidat trombolisis intravena dengan rt-PA dimana
tekanan darah sistolik >180 mmHg dan diastolik >110 mmHg.
d. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan tanda
klinis atau radiologis adanya infrak yang masif, kesadaran menurun,
gangguan pernafasan atau stroke dalam evolusi.
e. Pertimbangkan konsul ke bedah saraf untuk infark yang luas.
f. Pertimbangkan scan resonasi magnetik pada pasien dengan stroke
vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata pada CT
scan.
g. Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800 unit/jam,
20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam, sampai
masa tromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada kondisi:
1) Kemungkinan besar stroke kardioemboli
2) TIA atau infrak karena stenosis arteri karotis
3) Stroke dalam evolusi
4) Diseksi arteri
5) Trombosis sinus dura Heparin merupakan kontraindikasi relatif
pada infrak yang luas.
 Fisioterapi  Kontrol TD
 Occupational  Turunkan kolesterol
therapy  Hentikan Rokok
 Speech therapy  Kontrol gula darah
 Social worker  Jaga BB ideal
 Psikologis  Olah raga teratur
 Kelola stress
 Hindari narkoba
ANALISIS KASUS
 Dari anamnesis didapatkan adanya gejala berupa penurunan kesadaran (+)
(SH/SNH), nyeri kepala (-), muntah proyektil (-), Kejang (-) sesuai teori
mengarah kepada stroke infark. Serta terdapat riwayat stroke 30 tahun yang
lalu dimana sebagai faktor terjadi nya stroke berulang. Serta pasien mengalami
nyeri dada yang mengarah kearah infark miokard. Serta gangguan
berkomunikasi yang merupakan salah satu manifestasi yang timbul pada
stroke infark.

 Pada pemeriksaan kesadaran somnolen dengan GCS 8 (E2M4V2), TD 105/68


mmHg dan tanda vital lain dalam batas normal. Pemeriksaan nervus kranialis
didapatkan pada nervus VII terlihat sudut mulut pasien dan bibir pasien merot
kearah kiri, dan pada nervus XII lidah lateralisasi ke kiri. Pasien tidak dapat
berkomunikasi dan terdapat bunyi jantung I dan II yang irreguler Pada
pemeriksaan motorik tidak dapat dilakukan namun berdasarkan anamnesa
keluarga pasien, pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri, refleks
fisiologis normal dan refleks patologis (+)
 serta pada pemeriksaan penunjang baik CT-scan didapatkan adanya

gambaran multiple infark temporoparietal sin at dex sesuai dengan teori dapat

mengakibatkan gangguan memori dan berbicara serta penurunan kesadaran,

Rontgen thorax didapatkan gambaran bronkitis dd asma bronkial sesuai teori

ditemukan pelebaran vaskular pada bronkus paru dan EKG didaptkan adanya ST

elevasi pada lead II,III, AVF yang mengarah sesuai teori terjadi STEMI Inferior.

 Maka dibuat diagnosis bihemiparesis reccurent + Afasia Global + STEMI

Inferior

 Penegakkan diagnosa ini juga meliputi dari penilaian Siriraj Stroke Score

yang bernilai -5,7 yang bermakna Stroke infark walupun pada algoritma gajah

mada didapatkan hasil sebaliknya yaitu mengarah pada stroke hemoragik.

Penilaian dari kedua diatas dapat saja salah oleh sebab itu perlu dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai