Preseptor
Dr andi brahmana sp,s
dr. Elvi
Juwita
1
STATUS PASIEN
BAGIAN PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT SAHUDIN KOTA CANE
• I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. Aji Akbar
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 22 tahun
• Tanggal lahir : 01 febuari 1995
• Alamat : Desa Rambung Tadak
• Status Perkawinan : Belum menikah
2
• Agama : Islam
• Pekerjaan : tidak bekerja
• Pendidikan : SMA
• Suku Bangsa : WNI
• No RM : 00-27-86
• Tanggal Kunjungan RS : 18 januari 2018
• Poliklinik : neurologi
3
ANAMNESIS
• Keluhan Utama
Kejang sejak 6 bulan yang lalu
• Keluhan Tambahan
Nyeri Kepala
4
Riwayat Penyakit Sekarang
6
• Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku kakak kandung pasien juga
memiliki riwayat kejang berulang, namun pasien
tidak dapat menjelaskan tentang pola kejangnya.
• Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku rutin berobat ke poli klinik
neurologi RS sahuin dan sudh 5 bulan
mengkonumsi obat dari doter neurologi.
• Riwayat Kebiasaan
Pasien menyangkal memiliki riwayat kebiasaan
merokok maupun minum minuman beralkohol.
Pasien jarang berolahraga.
7
III. PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum
• Kesadaran : compos mentis – tampak sakit
ringan
• Tekanan darah : 120/80 mmHg,
• Denyut nadi : 84 x/mnt, isi cukup, irama regular
teratur,
• Frekuensi Nafas : 18 x /mnt
• Suhu : 36,3oC
• BB : 60 kg
• TB : 165 cm
• BMI : 22, 03 (gizi cukup)
8
B. STATUS GENERALIS
Kepala
• Bentuk : normochepali, simetri
• Nyeri tekan : (-)
• Rambut : hitam lurus, distribusi merata,
allopecia (-)
• Wajah : simetris, pucat (-), ikterik (-),
petekie (-)
• Mata : edema kelopak mata (-/-), pupil
bulat isokor Ø 2
mm|2mm, RCL (+/+) RCTL (+/+)
konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret (-/-), ptosis (-/-),
9
lagoftalmus (-/-)
• Hidung : Simetris,septum deviasi (-),
deformitas (-), sekret (-/-)
• Telinga : normotia, pendengaran normal,
nyeri tekan tragus dan
mastoid (-)
• Gigi Mulut : Jumlah gigi 31, terdapat
gigi tanggal incisivus 2
kanan bawah, karies gigi (-
), perdarahan gusi (-), oral
hygiene cukup baik.
• Lidah : coated tongue (-), papil atrofi (-)
• Tenggorokan : normal, tidak hiperemis, tonsil
T1-T1
10
Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
JVP : 5+2 cm H20
Thoraks
Paru
• Inspeksi : Hemithoraks simetris saat statis dan
dinamis, retraksi sela iga (-), deformitas
(-)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
• Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
11
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm
medial linea midclavicularis sinistra
• Perkusi : batas jantung atas : ICS III linea
parasternal kiri
Batas jantung kanan : ICS IV linea
sternalis kiri
Batas jantung kiri : ICS V 1 cm medial
linea midclavicularis sinistra
• Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-), gallop (-)
12
• Abdomen
• Inspeksi : dinding abdomen datar, jaringan
parut (-)
• Auskultasi : bising usus 2x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ada,
hepar dan lien tidak teraba
membesar
• Perkusi : timpani (+) pada 9 regio abdomen
• Ekstremitas
• - atas : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
• - bawah : : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
13
C. STATUS NEUROLOGIS
• Kesadaran : Composmentis
• GCS : E 4 V5 M 6
• Tanda Rangsang meningeal :
• Kaku kuduk : -
• Brudzinsky 1 : -
• Brudzinsky 2 : -|-
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
• PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN
• Pada os dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan EEG.Hasil EEG pada pasien ini
tidak dibawa oleh pasien.
24
VI. DIAGNOSIS KERJA
• a. Diagnosis fungsional : TTH
• b. Diagnosis anatomi : Korteks serebri
• c. Diagnosis etiologi : idiopatik
• D. diagnosa kliis : epilepsi umum tonik
klonik
25
Medikamentosa
• carbamazepine 3x200mg
• depacote 2x1
• as. Folat 1x1
• fenitoin 3x100mg
• ibu profen 2x400mg
• VIII. PROGNOSIS
• Ad Vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad malam
26
HR HR HR
RR RR RR
27
pengertian
• epilepsi :
- gangguan SSP yang ditandai dg
terjadinya bangkitan (seizure, fit,
attack, spell) yang bersifat spontan
(unprovoked) dan berkala
- kejadian kejang yang terjadi
berulang (kambuhan)
• Kejang : manifestasi klinik dari
aktivitas neuron yang berlebihan
di dalam korteks serebral
• Manifestasi klinik kejang sangat
bervariasi tergantung dari daerah
otak fungsional yang terlibat
28
• Menurut International League Against Epilepsy
(ILAE) dan International Bureau for epilepsy (IBE)
pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai
suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya
factor predisposisi yang dapat mencetuskan
kejang epileptik,perubahan neurobiologis,
kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi social
yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan
sedikitnya satu riwayat kejang epileptik
sebelumnya
29
Epidemiologi
• Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius
dan umum terjadi. Sekitar lima puluh juta orang di
seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsy
lebih tinggi di negara berkembang.Insiden epilepsy di
negara maju ditemukan sekitar 50/100.000.sementara di
Negara berkembang mencapai 100/100.000.5
• Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi
setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit
cerebrovaskular
• Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th
• Di Negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak
mendapatkan pengobatan apapun.
30
Etiologi
• Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
– aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang
mempengaruhi otak
– gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di
otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
– pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau
hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,
gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak,
atau infeksi
– pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy
idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril
– pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik,
karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50
th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th)
31
KLASIFIKASI
Klasifikasi ILAE (1981) untuk tipe
bangkitan epilepsi adalah
• Bangkitan parsial/fokal
a. Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan
kesadaran)
b. Bangkitan parsial kompleks (dengan gangguan
kesadaran)
c. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
(tonik-klonik, tonik atau klonik)
32
• Bangkitan Umum (Konvulsi atau Non-
Konvulsi)
a. Bangkitan lena (absence)
b. Bangkitan mioklonik
c. Bangkitan tonik
d. Bangkitan atonik/astatik
e. Bangkitan klonik
f. Bangkitan tonik-klonik
b. Simptomatik
• - Lobus temporalis
• - Lobus frontalis
• - Lobus parietalis
• - Lobus oksipitalis
34
2. Umum
a. Idiopatik
• - Kejang neonatus familial benigna
• - Kejang neonatus benigna
• - Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
• - Epilepsi Absans pada anak
• - Epilepsi Absans pada remaja
• - Epilepsi mioklonik pada remaja
• - Epilepsi dengan serangan tonik-klonik pada saat terjaga
• - Epilepsi tonik-klonik dengan serangan acak
b. Simptomatik
• - Sindroma West (spasmus infantil)
• - Sindroma Lennox Gastaut
35
3. Berkaitan dengan lokasi dan epilepsi umum
(campuran 1 dan 2)
• - Serangan neonatal
36
Klasifikasi epilepsi
38
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot jatuh, tapi bisa
segera recovered
Petit mal
39
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Kejang parsial
40
• GEJALA
• Kejang parsial simplek
• Kejang parsial (psikomotor) kompleks
• Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).
41
42
43
44
45
Bangkitan Parsial Motor dan Sensorik
46
Bangkitan Parsial Kompleks
47
48
DIAGNOSIS
• Anamnesiss
• Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
• Pemeriksaan penunjang ( lab, cairan otak,
• Pemeriksaan radiologis
• EEG
49
50
51
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya
52
ALGORITMA Diagnosa positif
TATALAKSANA
EPILEPSI Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping
Ya Sembuh ? Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak Hentikan AED1
Atasi dg tepat Tetap gunakan Ya Tidak
AED2
Lanjutkan
terapi
lanjut
53
lanjut
lanjutan
55
Status epileptikus
56
Etiologi
Tipe 1 Tipe 2
(tidak ada lesi ( Ada lesi struktural)
struktural) • Anoksia/hipoksia
• Infeksi • Tumor CNS
• Infeksi CNS • CVA
• Gangguan metabolik • Overdose obat
• Turunnya level AED • Hemoragi
• Alkohol • Trauma
• Idiopatik
57
58
Terima kasih
59