Anda di halaman 1dari 61

Tutorial Klinik

EPILEPSY
Thesar Waldi - 14/365537/KU/17190
Abdur Rahman Faqih Al Jundi - 14/369020/KU/17334
Devina Rossita Hapsari - 14/363115/KU/17030

Pembimbing : dr. Fajar Maskuri, M.Sc, Sp.S.


DESKRIPSI
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nomor RM : 04-48-xx
• Nama : Tn. L
• Tanggal Lahir/umur : 30 Desember 1957/ 1957 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Ngipikrejo, Banjar
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pensiunan
• Tanggal Masuk : 13 Desember 2019
• Tanggal Periksa : 28 Desember 2019
• Bangsal / Poli : Srikandi 5
Keluhan Utama

Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang

• HMRS Os datang ke IGD dengan keluhan lemas pasca hemodialisa di klinik,


dikatakan tekanan darah drop 80/50mmHg kemudian membaik menjadi
170/100mmHg. Os mengatakan hasil pengecekan Hb mencapai nilai 6,0 g/dl.
Os merupakan pasien CKD yang rutin HD di klinik tersebut.

• Os kemudian dirawat Sp.PD di RSA sebagai pasien dengan anemia, CKD


stage 5, hipertensi dan diabetes mellitus. Selama perawatan di RSA, pasien
mengeluhkan nyeri perut dan didiagnosis dengan Cholecystitis dd
pancreatitis, sehingga dilakukan rawat bersama dengan Sp.B.
Riwayat Penyakit Sekarang
• 14 Hari perawatan di RSA, os pertama kali mengalami kejang secara
tiba-tiba. Kejang terjadi sebanyak 1x, durasi kejang kira-kira 5 menit, pasien
tidak sadar, kedua lengan fleksi dan jari tangan kaku dengan sedikit
menghentak-hentak, mata mendelik, serta kepala menoleh ke sisi kiri, wajah
kaku, dengan lidah menjulur mengarah ke kiri dan keluar air liur, kedua kaki
tampak kaku. Kemudian os diberi obat via injeksi (iv) dan tidak sadar.

• Os tidak sadarkan diri sekitar 30 menit, kemudian os bangun namun belum


tersadar sepenuhnya. Setelah kejang os merasa tubuh lemas.

Disangkal : nyeri kepala, pusing, kelemahan/kesemutan anggota gerak sesisi,


pandangan dobel, gangguan daya ingat, gangguan komunikasi, gangguan
perilaku, pelo/perot.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
• Riwayat cidera/trauma kepala : disangkal
• Riwayat tekanan darah tinggi : (+) terdiagnosis sejak 10 th yll, tertinggi 225
mmHg, konsumsi obat rutin, rutin kontrol ke puskesmas tiap 2 minggu, terkontrol
• Riwayat penyakit jantung : (+)
• Riwayat penyakit DM : (+) terdiagnosis sejak 15 th yll, tertinggi GDS
300, konsumsi obat rutin metformin, terkontrol
• Riwayat stroke : disangkal
• Riwayat transfusi : (+) 3 bulan yll
• Riwayat penyakit ginjal : CKD stage V, rutin Hemodialisa sejak 8 bulan
lalu, terpasang AV shunt lengan kanan, post rawat inap 2 bln yll
• Riwayat alergi/asthma : disangkal
• Riwayat pembedahan : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat kejang : disangkal
• Riwayat epilepsi : disangkal
• Riwayat stroke : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Psikososial

Pasien merupakan seorang pensiunan pegawai negeri. Pasien tinggal bersama


istri pasien dan 2 orang anaknya. Hubungan pasien dengan keluarga dan
lingkungan sekitar baik. Pasien berasal dari keluarga golongan ekonomi
menengah dan merupakan pasien BPJS kelas 2.
Pasien tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi rokok maupun alkohol. Pasien
rutin konsumsi obat anti hipertensi amlodipin, candesartan, HCT, clonidine,
ISDN, serta obat anti diabetes glikuidon.
Review Anamnesis Sistem
• Sistem cerebrospinal : kejang
• Sistem kardiovascular : lemas, tekanan darah tinggi
• Sistem respiratorius : suara serak
• Sistem gastrointestinal : perut terasa penuh dan nyeri pada bagian
epigastrik dan perut kanan atas
• Sistem neuromuskuler : kejang
• Sistem urogenital : tidak ada keluhan
• Sistem integument : tampak menguning
Resume Anamnesis
• Laki-laki ,usia 61 tahun, dikonsulkan dari bagian penyakit dalam terdiagnosis
CKD stage V on HD, hipertensi, diabetes mellitus, anemia cholecystitis, dan
pancreatitis, dengan keluhan kejang akut, jenis general tonic clonic, episode
pertama tanpa riwayat kejang sebelumnya. Os terdiagnosis hipertensi dalam
terapi dan terkontrol, CKD stage V rutin hemodialisa, diabetes mellitus dalam
terapi dan terkontrol.
Diagnosis Sementara

• Diagnosis Klinis : Generalized tonic clonic seizure


• Diagnosis Topis : Fokus epileptikus di cortex cerebri dd subcortical
• Diagnosis Etiologi : Generalized idiopathic epilepsy dd cryptogenic epilepsy dd
symptomatic epilepsy
Pemeriksaan Fisik (28/12/2019)
● Keadaan umum : Sedang ● Leher : Lnn tidak teraba pembesaran, JVP 5+3 cmH2O
● Kesadaran : CM, E4V5M6 ● Thorax : Bentuk dada normal, WOB (+)
● Tanda vital ● Paru
○ Tekanan Darah : 160/90 mmHg ○ Inspeksi : Simetris, retraksi (+) subcostal, substernal, intercostal,
○ Nadi : 96 x/min pelebaran sela iga (+)
○ RR : 20 x/min ○ Palpasi : nyeri tekan (-), taktil fremitus kanan=kiri
○ Suhu : 36,6o C ○ Perkusi : sonor
○ SpO2 : 97% on NK 5lpm ○ Auskultasi : SDV (+/+), Rh (-), Wz (-), RBB (+/+)
○ NPS :2
● Jantung : IC tampak dan teraba di SIC 5 LMCS, S1 S2 Reg, murmur (-)
● Integumen : Ikterik
● Abdomen
● Kepala : Normosefali, integumen
○ Inspeksi : distensi (+), jejas (-)
● Mata : CA -/-, SI +/+
○ OS : pupil bulat, ø 3mm, refleks
○ Auskultasi : Bising Usus (+)
cahaya direk/indirek (+), refleks ○ Perkusi : shifting dullness (+)
cornea (+), visus LP ○ Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrik dan RUQ, undulasi (+),
○ OD : pupil bulat, ø 3mm, refleks hepatosplenomegali sulit dinilai
cahaya direk/indirek (+), reflex ● Ekstremitas : Pitting Edema (+/+/+/+), atrofi otot (-), akral hangat, nadi
cornea (+) kuat, wpk <2 detik
Status Psikiatrik
1. Tingkah laku dan keadaan umum
• Tingkah laku : Normal 5. Kapasitas intelektual : normal
• Pakaian : Rapi 6. Sensorium
• Cara berpakaian : Sesuai usia • Kesadaran : Compos mentis
2. Alur pembicaraan • Atensi : Normal
• Percakapan : normal • Orientasi :
• Bicara lemah dan miskin spontanitas : tidak • Waktu : Normal
• Pembicaraan tidak berkesinambungan : tidak • Tempat: Normal
• Orang : Normal
3. Mood dan afek
• Memori :
• Mengalami euforia : tidak
• Jangka pendek : Normal
• Mood sesuai isi pembicaraan: sesuai
• Jangka panjang : Baik
• Emosi labil, meluap-luap : tidak
• Kalkulasi : Normal
4. Isi pikiran • Simpanan informasi : Normal
• Merasakan ilusi, halusinasi, delusi : tidak • Tilikan, pengambilan keputusan, dan
• Mengeluhkan sakit seluruh tubuh : tidak perencanaan : Normal
• Delusi tentang penyiksaan, merasa diawasi : tidak
Pemeriksaan Neurologis
• Kepala : Pupil isokor (3mm/3mm), RC (+/+), RK (+/+), Nystagmus
H/V/R (-/-/-),
• Nn. Craniales : dalam batas normal
• Leher : Kaku Kuduk (-), Meningeal Sign (-)
• Sensibilitas : dalam batas normal
• Vegetatif : terpasang DC dan drainase NGT
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Lengan Kanan Lengan Kiri Tungkai Kanan Tungkai Kiri

Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas


Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5/5/5 5/5/5 5/5/5 5/5/5
Refleks +2 +2 +2 +2
Fisiologi
Refleks Negatif Negatif Negatif Negatif
Patologis
Clonus Negatif Negatif
Resume Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos mentis , E4V5M6


Tanda Vital : hipertensi (160/90mmHg), NPS 2
General :
- Ikterik
- Penurunan visus pada mata kiri (LP)
- Work of breathing (+) RBB (+/+)
- Asites, nyeri tekan abdomen epigastrik dan RUQ
- Pitting edema keempat ekstremitas
Status psikiatri : dalam batas normal
Status neurologis : dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang CT Scan
MSCT
Dilakukan MSCT kepala, pada pasien dengan klinis (belum ditegakkan), tanpa bahan
kontras IV, tampilan axial, coronal dan sagital hasil:
• Tak tampak soft tissue swelling extracranial
• Sistema tulang normal
• SPN dan air cellulae mastoidea normal
• Sulci dan gyri mulai prominent
• Batas cortex dan medulla tegas
• Sistema ventrikel simetris, ukuran melebar, tak tampak edema periventrikuler
• Struktur mediana di tengah, tidak terdeviasi
KESAN: atrofi serebri
Pemeriksaan Penunjang
Thorax: PA, erect, simetris, kondisi dan
inspirasi cukup
• Tampak perselubungan semi opaq
inhomogen di suprahilar dextra dan
paracardial bilateral
• Sinus costrophrenicus lancip terbuka
• Diafragma normal, licin tak mendatar
• Cor: CTR <0,5
KESAN :
• Pneumonia bilateral
• Besar cor normal
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit 4.2
Anti HIV: Non Reaktif Eritrosit 2.4
Anti HCV Non Reaktif Hemoglobin 6.4

Hematokrit 18.4

MCV 78

MCH 27

MCHC 34.8

Trombosit 193

Ureum 73.5

Kreatinin 3.9

Glukosa 246
Diagnosis Akhir

• Diagnosis Klinis : Generalized tonic clonic seizure


• Diagnosis Topis : Fokus epileptikus di cortex cerebri
• Diagnosis Etiologi : Generalized idiopathic epilepsy
• Diagnosis lain : CKD stg V, HT, DM, cholecystitis, pancreatitis
Tatalaksana
NEURO
• Diazepam 5 mg bolus pelan IV (K/P)
• Depakote 1x 250mg
• Injeksi Fenitoin 100mg/24 jam
Non-farmakologi:
Nacl 10-15 tpm
Ilmu penyakit dalam
Head up 30 derajat
• GDS -> 206 mg/dl (27/12/19)
Puasa total
• Nebul ventolin 1 respul extra
Inf. clinimix 20tpm
• NGT -> produk hitam 80cc
Obat rutin:
• amlodipin 1x10mg
• Clonidin 3x0,15mg
• Candesartan 1x 16mg
• ISDN 2x5mg
• HCT 1x 25mg

BEDAH
• inj.Meropenem 3x 1g
• Inj. metronidazol 3x 500mg
• Inj. tramadol 3x 50mg
Prognosis
• Death : bonam

• Disease : dubia ad bonam

• Disability : dubia ad bonam

• Discomfort : dubia ad bonam

• Dissatisfaction : dubia ad bonam

• Destitution : bonam
Pembahasan
Definisi epilepsi
Definisi konseptual
- Epilepsi : kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi
neurobiologis, kognitif, psikologis dan sosial.
Definisi ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptik.
- Bangkitan epileptik : terjadi tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak.
Definisi epilepsi
Definisi operasional/ definisi praktis
Epilepsi : suatu penyakit di otak yang ditandai dengan gejala
1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua >24 jam
2. 1 bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan reflek dengan kemungkinan
bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan dua bangkitan
tanpa provokasi (setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke
depan
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi
*Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus tertentu seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik
TERMINOLOGI TERKAIT BANGKITAN, KEJANG, DAN EPILEPSI

• Bangkitan / seizure : gangguan aktivitas listrik pada otak, berupa


episode perubahan neurologis sementara karena aktivitas neuron yang
hipersinkron dan hipereksit. Terbagi menjadi dua kategori: diprovokasi dan
tidak diprovokasi.
• Kejang / convulsion : kontraksi otot yang tidak dapat dikendalikan,
merupakan salah satu manifestasi bangkitan
• Sindrom epilepsi : kumpulan gejala klinis yang konsisten muncul
secara bersamaan, dengan tipe bangkitan yang sama, usia awitan, temuan
EEG, faktor pencetus, genetik, prognosis dan respon terhadap OAE. Contoh
sindrom epilepsy adalah GEFS+ (Genetic epilepsy with febrile seizure), Dravet
syndrome.
Mengidentifikasi Bangkitan
Jenis Bangkitan

Klasifikasi bangkitan dasar baru didasarkan pada 3 kategori :


● Di mana bangkitan dimulai di otak ?
● Tingkat kesadaran saat bangkitan ?
● Gejala bangkitan lainnya ?
Di mana bangkitan dimulai di otak ?
(1) Jenis onset kejang penting karena mempengaruhi pilihan pengobatan kejang, kemungkinan
untuk operasi epilepsi, pandangan, dan kemungkinan penyebab.

● Onset fokal : Sebelumnya disebut partial seizure, ini dimulai pada area di satu sisi otak.
● Onset umum : Sebelumnya disebut primary generalized, ini melibatkan area di kedua sisi
otak saat onset.
● Onset unknown : Jika onset bangkitan tidak diketahui, bangkitan masuk ke dalam kategori
onset yang tidak diketahui.
● Bangkitan fokal ke bilateral : Bangkitan yang dimulai di satu sisi atau bagian otak dan
menyebar ke kedua sisi, sebelumnya disebut bangkitan umum sekunder.
Tingkat kesadaran saat bangkitan ?
Apakah seseorang sadar selama bangkit penting secara praktis karena mempengaruhi keselamatan
seseorang selama bangkitan.
● Sadar fokal (focal aware): Jika kesadaran tetap utuh, bahkan jika orang tersebut tidak
dapat berbicara atau merespons selama bangkitan.
● Kesadaran terganggu fokal (focal impaired awareness) : Jika kesadaran terganggu atau
terpengaruh kapan saja selama bangkitan, bahkan jika seseorang memiliki gagasan samar
tentang apa yang terjadi.
● Kesadaran tidak diketahui: Terkadang tidak mungkin untuk mengetahui apakah seseorang
sadar atau tidak, misalnya jika seseorang hidup sendirian atau mengalami bangkitan hanya
pada malam hari. Dalam situasi ini, istilah kesadaran mungkin tidak digunakan atau akan
digambarkan sebagai kesadaran yang tidak diketahui.
Bangkitan fokal
● Bangkitan focal motor : beberapa jenis gerakan terjadi selama bangjitan. Misalnya gerakan
berkedut (twitching), menyentak (jerking), atau kaku (stiffening) dari bagian tubuh atau
automatisme (gerakan otomatis seperti menjilat bibir, menggosok tangan, berjalan, atau
berlari).
● Bangkitan focal non-motor : gejala lain yang terjadi pertama kali, seperti perubahan
sensasi, emosi, pemikiran, atau pengalaman.
● Auras : menggambarkan gejala-gejala yang mungkin dirasakan seseorang pada awal
bangkitan, tidak ada dalam klasifikasi baru. Namun orang dapat terus menggunakan istilah
ini. Penting untuk diketahui bahwa dalam kebanyakan kasus, gejala awal ini mungkin
merupakan awal kejang.
Bangkitan umum
● Bangkitan motorik umum: Istilah kejang tonik-klonik umum masih digunakan untuk
menggambarkan bangkitan dengan kekakuan (tonik) dan menyentak (klonik). Ini secara
longgar berhubungan dengan “grand mal.”
● Bangkitan non-motorik umum: berupa kejang absans dengan istilah lama "petit mal."
Bangkitan ini melibatkan perubahan singkat dalam kesadaran, menatap, dan beberapa
memiliki gerakan otomatis atau berulang seperti lips smacking.
Status Epileptikus
• Bangkitan yang berlangsung >30 menit, atau adanya ≥2 bangkitan di mana di
antara bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran.
• Status Epileptikus Konvulsif: bangkitan dengan durasi >5 menit, atau bangkitan
≥2x tanpa pulihnya kesadaran diantara bangkitan.
• Status Epileptikus Non Konvulsif: bangkitan berupa perubahan
kesadaran/perilaku tanpa disertai manifestasi motorik yang jelas namun
didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada EEG.
Patofisiologi
Prinsip untuk suatu
impuls saraf bisa
bekerja dengan baik
adalah
keseimbangan
eksitasi dan inhibisi.

Pada Bangkitan
keseimbangan ini
terganggu
Simpe Partial VS Complex Partial
Seizures
FAKTOR RISIKO

Dapat juga terjadi akibat :Trauma


kepala
ETIOLOGI
ILAE mengkategorikan etiologi epilepsi menjadi 6 kelompok yakni:
● Struktural : dapat ditemukan dengan brain imaging dan dapat disesuaikan
lokasi gangguan struktural tersebut dengan hasil bacaan dari EEG dan tampakan
klinis. Contoh : stroke, trauma, dan infeksi (CMV intrauterin) atau genetik seperti
banyak malformasi perkembangan kortikal, polymicrogyria akibat mutasi gen
GPR56.
● Genetik : dapat dilakukan dengan gene mapping (jarang). Menurut ILAE, riwayat
keluarga (+) dengan tampakan EEG khas cukup untuk mengklasifikasikan etiologi
epilepsi sebagai faktor genetik sekalipun tanpa analisis molekular. Terbagi 3
macam : riwayat keluarga gangguan autosom dominan , penelitian klinis pada
populasi dengan sindrom yang sama, basis molekuler (mutasi pada sejumlah
besar gen epilepsi)
ETIOLOGI
ILAE mengkategorikan etiologi epilepsi menjadi 6 kelompok yakni:
● Infeksi : infeksi akut tidak bisa diklasifikasikan sebagai penyebab dari epilepsi
(epilepsi → reccurent unprovoked seizure) karena infeksi justru sebagai
provokator terjadinya kejang. Contoh epilepsi dengan infeksi sebagai etiologi
adalah kejang post-terapi meningitis, atau perubahan struktural otak oleh
karena neurocysticercosis, tuberculosis, HIV, cerebral malaria, cerebral
toxoplasmosis, dan infeksi kongenital Zika virus and cytomegalovirus
● Metabolik : gangguan metabolik akut tidak bisa dianggap sebagai penyebab dari
epilepsi (dengan alasan yang sama pada etiologi infeksi). Gangguan metabolik
yang menyebabkan epilepsi cenderung bersifat genetik misalkan
pyridoxine-dependent seizures dan cerebral folate deficiency atau perubahan
biokimia di seluruh tubuh seperti porfiria, uremia, aminoacidopathies.
ETIOLOGI
ILAE mengkategorikan etiologi epilepsi menjadi 6 kelompok yakni:
● Immune : cenderung mengarah ke auto-immune → anti-NMDA
(N-methyl-D-aspartate) receptor encephalitis and anti-LGI1 encephalitis.
● Unknown : digunakan pada pasien dengan etiologi yang belum jelas.
ETIOLOGI

● Faktor risiko untuk epilepsi pasca stroke (perdarahan, keterlibatan kortikal, ukuran stroke).
● Tumor yang paling sering dikaitkan dengan epilepsi adalah glioma, meningioma, dan metastasis
Diagnosis
Anamnesis
Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan :
1. Sebelum bangkitan/gejala prodromal: perubahan perilaku, perasaan
lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitif, dan
lain-lain.
2. Selama bangkitan/iktal: aura, pola/bentuk bangkitan (deviasi mata,
gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, otomatisasi, gerakan pada
salah satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik,
inkontinensia, lidah tergigit, pucat, berkeringat, dan lain-lain),
frekuensi pola, perubahan pola bangkitan, aktivitas saat terjadi
bangkitan.
3. Pasca bangkitan/ post iktal: Bingung, langsung sadar, nyeri kepala,
tidur, gaduh gelisah.
Anamnesis

• Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis,


alkohol.
• Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang
antar bangkitan, kesadaran antar bangkitan.
• Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya:
• RPS, riwayat penyakit neurologik, psikiatrik & sistemik komorbid
• RPK
• Riwayat dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang
• Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
• Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum • Pemeriksaan neurologis
• Trauma kepala, • Paresis Todd
• Tanda-tanda infeksi, • Gangguan kesadaran pascaiktal
• Kelainan kongenital, • Afasia pascaiktal
• Kecanduan alkohol atau
napza,
• Kelainan pada kulit
(neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
Diagnosis Banding
• Sinkop
• Bangkitan Non Epileptik Psikogenik
• Aritmia Jantung
• Sindroma hiperventilasi atau serangan panik
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Darah Lengkap, Ureum/kreatinin, SGOT/SGOT, Profil lipid,
GDP/GD2PP, Faal hemostasis, Asam urat, Albumin, Elektrolit (Na, K, Cl, Mg),
Lumbal Pungsi, EKG, Kadar OAE dalam darah
• Pemeriksaan Radiologi : Rontgen Thoraks, BMD, MRI otak
• Elektrodiagnosis : EEG rutin, EEG deprivasi tidur, EEG monitoring
• Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
EEG
Tatalaksana
Tatalaksana Farmakologi
Tatalaksana Farmakologi
Tatalaksana
Status
Epileptikus
Tatalaksana
Status
Epileptikus
Tatalaksana Non-Farmakologis
• Fisioterapi
• Psikoterapi
• Behavior Cognitive Therapy
Edukasi
• Minum obat secara teratur
• Penghindaran faktor pencetus
• Kontrol ulang secara teratur
• Edukasi epilepsi pada kehamilan
• Edukasi keluarga untuk penanganan saat kejang
Referensi
• Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer Edisi I 2017.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Panduan Praktik Klinis
Neurologi 2016.
• National Institute of Health and Clinical Excellence. The diagnosis and
management of the epillepsies in adults and children in primary and
secondary care. 2012.

Anda mungkin juga menyukai