Anda di halaman 1dari 62

CASE REPORT SESSION (CRS)

PARAPLEGIA INFERIOR ET CAUSA SUSP.


MIELITIS TRANSVERSA

Leni Puspita Sari, S.Ked


Pembimbing : dr. Alfindra Tamin,
Sp.S.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN NEUROLOGI RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
PENDAHULUAN
• Mielitis transversalis (MT) → inflamasi akut → di medulla
spinalis.
• tanda dan gejala disfungsi motorik, sensorik, otonom, dan
traktus saraf di medulla spinalis yang berkembang secara akut
atau subakut.
• insidensi 1-4 kasus baru per 1 juta penduduk per tahun. MT
dapat mengenai individu pada semua UMUR. insidensi
tertinggi umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun.
• Sekitar 1/3 pasien MT sembuh dengan sedikit sampai tidak
ada sekuele setelah serangan pertama, 1/3 pasien sembuh
dengan disabilitas permanen derajat sedang, dan 1/3 lainnya
tidak mengalami penyembuhan dan mengalami disabilitas
berat.
LAPORAN KASUS
• Nama : Tn. H
• Umur : 23 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Rt. 02 Desa Kunangan, Kecamatan
Taman Rajo, Muara Jambi
• Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
• Suku Bangsa : Melayu
• Status Perkawinan : Belum Kawin
• MRS : 12/03/2018
• Tanggal pemeriksaan : 13/03/2018
• Ruang Perawatan : Neurologi
• DAFTAR MASALAH
Anamnesis
Keluhan Utama : kelumpuan separuh badan sejak ± 1
bulan SMRS
Keluhan Tambahan : Tidak bisa merasakan dan
menahan BAB dan BAK
Riwayat Penyakit Sekarang
• Lokasi : Dari ujung jari kedua kaki hingga ke dada
bagian bawah
Kronolois :
• ± 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan adanya kesemutan pada
anggota gerak bawah secara mendadak, yang didahului demam
selama 3 hari.
• Keluhan semakin lama semakin memberat, dimana pasien
mengalami kelemahan pada kedua kakinya, tidak dapat
menggerakkan ataupun merasakan sensasi dari ujung jari kedua
kaki hingga ke dada bagian bawah sehingga pasien tidak dapat
bergerak, berdiri, duduk, miring ke kanan dank e kiri sehingga
harus dibantu. Pasien juga mengaku tidak bisa menahan dan
merasakan rasa ingin BAB dan BAK (Keluar dengan sendirinya)
sehingga pasien dipasang kateter dan pampers.
• Pasien kemudian dibawa ke RS.Tengkuk sulung dirawat selama ± 4
hari pasien dipasang kateter dan pampers karena tidak ada
perubahan pasien meminta pulang ke rumah, pasien dipulangkan.
Selama ± 20 hari pasien tetap dirumah, selama dirumah kateter
tetap dipasangkan dan pampers, dioleskan kunyit pada kedua kaki.
• 1 hari SMRS keadaan pasien masih belum membaik. Pasien
mengaku masih mengalami kelemahan pada kedua kakinya,
tidak dapat digerakkan ataupun merasakan sensasi dari ujung
jari kedua kaki hingga ke dada bagian bawah. sehingga pasien
tidak dapat bergerak, berdiri, duduk, miring ke kanan dan ke
kiri sehingga harus dibantu. Pasien juga mengaku masih tidak
bisa menahan dan merasakan rasa ingin BAB dan BAK (Keluar
dengan sendirinya). Akibat keluhan yang tidak membaik pasien
kemudian memutuskan berobat ke RSUD Raden Mattaher.
Sakit kepal a(-), demam (-), penurunan nafsu makan (-), kebas-
kebas pada kedua tangan (-)
• Faktor yang memperberat : Tidak ada
• Faktor yang memperingan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
• Keluhan serupa : (-)
• Riwayat trauma : (-)
• Riwayat Hipertensi : (-)
• Riwayat DM : (-)
• Riwayat alergi obat: disangkal
Riwayat Pengobatan
• Pada saat mengalami demam pasien hanya mengonsumsi obat-
obatan warung yang dibeli sendiri. Pasien berobat herbal
dengan mengoleskan kunyit pada kedua kaki.
Riwayat Kebiasaan
• Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh lepas, sering
mengangkat barang yang berat. waktu tidur dan istirahat yang
kurang,
• Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok sejak 3 tahun,
dalam 1 hari dapat menghabiskan 10 batang rokok per hari dan
sudah berhenti merokok sejak ±1 bulan terakhir.
• Riwayat minum alkohol (-)
• Mengkonsumsi jamu-jamuan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluhan serupa : disangkal
• Riwayat Hipertensi : (+)
• Riwayat DM : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis (GCS : E4 M6 V5)
• Tekanan Darah :120/80 mmHg
• Nadi :80x/menit, reguler, isi cukup
• Respirasi :18x/menit, reguler
• Suhu aksila : 36,40C
• Status Gizi : BB : 55 kg, TB : 160 cm, IMT : 21,4 (Normal)
Status Internus
Kepala
• Bentuk Kepala • Hidung : Simetris, Sekret (-),
:Normocephal deviasi septum (-)
• Rambut : Hitam • Mulut : Bibir kering (-), Sianosis
• Ekspresi : Tampak sakit (-), atrofi papila lidah (-)
sedang • Telinga : Bentuk simetris, Sekret
• Simetris Muka : Simetris (-). pendengaran normal
Mata : CA (-), SI(-) • Leher : pembesaran KGB (-),
• Pupil : Isokor, Diameter 2 mm, pembesaran Kelenjar
Reflek Cahaya (+/+) Tiroid (-)
• Lensa : normal • Deviasi trakea (-), JVP 5-2
• Gerakan : normal cmH2O
• Lapangan Pandang: normal
Dada : simetris, retaksi (-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Teraba 1 jari ICS V linea midclavicula sinistra, tidak
kuat angkat
• Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
Batas pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra
• Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo Abdomen
• Inspeksi : pergerakan simetris • Inspeksi : datar, Simetris,
kiri dan kanan luka operasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), • Palpasi : Supel, Nyeri tekan
Fremitus taktil kanan = (-), distensi (-),
kiri sikatriks (-), massa (-),
• Perkusi : Sonor kanan dan hepar,lien dan ginjal tidak
kiri teraba
• Auskultasi : Vesikuler kanan • Perkusi : Timpani diseluruh
dan kiri, Rhonki (-/-), lapang abdomen
Wheezing (-/-) • Auskultasi : Bising Usus (+),
Normal
Alat Kelamin : tidak diperiksa
Ektremitas : akral hangat, edema (-/-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Status Psikitus
• Cara berfikir : Baik
• Perasan hati: Baik
• Tingkah laku : Normoaktif
• Ingatan : Baik
• Kecerdasan : Baik
Status Neurologikus

A. Kepala C. Rangsang meningeal


• Nyeri tekan : (-) • Kaku kuduk : (-)
• Simetris : (+) • Brudzinsky 1 : (-)
• Pulsasi : (-) • Brudzinsky 2 : -‫ ׀‬-
B. Leher • Brudzinsky 3 : -‫׀‬-
• Sikap : Normal • Brudzinsky 4 : -‫׀‬-
• Pergerakan : Normal • Laseque : > 700 / > 700
• Kernig : > 1350 / > 1350
Pemeriksaan Penunjang
DARAH Hasil Unit Nilai normal
RUTIN
WBC 18,41 10 9/L 4 - 10
RBC 2,18 10 12/L 3,5 – 5,5
HGB 9,7 g/dL 11 – 16
MCV 79,7 fL 80-100
MCH 25,9 pg 27-34
MCHC 324 g/L 320-360
HCT 29,9 % 35 - 50
PLT 375 10 9/L 100 - 300
GDS : 135 mg/dL
Kesan : leukositosis, Anemia, trombositosis
Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Normal
Faal Ginjal (12-03-2018)
Ureum 31 mg/dl 15-39
Kreatinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3
Elektrolit (12-03-2018)
Natrium (Na) 130,85 mmol/L 135-148
Kalium (K) 5,02 mmol/L 3.5-5.3
Chlorida (Cl) 95,72 mmol/L 98-110
Calcium (Ca) 1,14 mmol/L 1.19-1.23
Faal Hati (14-03-2018)
Protein total 6,2 g/dl 6,4-8,4
Albumin 3,4 g/dl 3,5-5,0
Globulin 3,8 g/dl 3,0-3,6
RINGKASAN
S : Pasien mengalami kelumpuhan separuh badan dari ujung kedua
jari kaki hingga ke dada bagian bawah. ± 1 bulan SMRS pasien
mengeluhkan adanya kesemutan pada anggota gerak bawah, yang
didahului demam selama 3 hari. Keluhan semakin lama semakin
memberat, dimana pasien mengalami kelemahan pada kedua
kakinya, sehingga pasien tidak dapat bergerak, berdiri, duduk,
miring ke kanan dan ke kiri sehingga harus dibantu. Pasien juga
mengaku tidak bisa menahan dan merasakan rasa ingin BAB dan
BAK. Sakit kepala (-), demam (-), penurunan nafsu makan (-),
kebas-kebas pada kedua tangan (-). Pada saat mengalami demam
pasien hanya mengonsumsi obat-obatan warung yang dibeli sendiri.
Pasien berobat herbal dengan mengoleskan kunyit pada kedua kaki.
RINGKASAN
S : Pasien kemudian dibawa ke RS.Tengkuk sulung dan kemudian
dibawa ke RSUD Raden Mattaher. Pasien sehari-hari bekerja
sebagai buruh lepas, sering mengangkat barang yang berat. waktu
tidur dan istirahat yang kurang. Pasien mempunyai riwayat
kebiasaan merokok sejak 3 tahun, dalam 1 hari dapat menghabiskan
10 batang rokok per hari dan sudah berhenti merokok sejak ±1
bulan terakhir. Riwayat minum alkohol (-) Mengkonsumsi jamu-
jamuan (-)
O : Kesadaran : Compos Mentis (GCS : E4 M6 V5)
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler, isi cukup
Respirasi :18x/menit, reguler
Suhu aksila : 36,40C
RINGKASAN
Pemeriksaan Badan dan Anggota Gerak :
Anggota Gerak Bawah kanan kiri
Motorik
Pergerakan - -
Kekuatan 0 0
Tonus Hipotonus Hipotonus
Trofi Atrofi Atrofi
Sensibilitas
Taktil - -
Nyeri - -
Refleks
Patella - -
Achilles - -
Babinsky- - -
Chaddock - -
RINGKASAN

A : Diagnosa Klinis : - Paraplegia inferior UMN , Hipestesia dari


ujung jari kedua kaki sampai dengan
proc.xiphoideus
- Inkontinensia urin dan alvi
Diagnosa Topis : Lesi transversal medulla spinalis totalis segmen
T7
Diagnosa Etiologi : Susp. Mielitis transversa
RINGKASAN
P : Non-Farmakologis
- Bed rest
- Pasang kateter
- Diet gizi seimbang 1700 kkal
Farmaklogis
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Metilprednisolon 4x125 mg
- Inj. Ceftriaxon 2x 1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 mg
PO :
Vit. B complex tab 1x1
RINGKASAN
Mx :
• Pantau tanda-tanda vital dan status neurologi
• Memantau timbulnya squele dan perlu perawatan rehabilitasi medik
Ex:
• Beri penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai penyakit
pasien, penatalaksanaan, komplikasi serta prognosisnya komplikasi
dan gejala squele yang kemungkinan terjadi
• Upaya mencegah perburukan kondisi pasien dengan pengaturan diet
dan istrirahat
• Anjuran untuk mengubah posisi secara periodic untuk mencegah
ulkus dekubitus
RINGKASAN
Prognosis
• Quo Vitam : Dubia ad Bonam
• Quo Functionam : Dubia ad Bonam
• Quo Sanactionam : Dubia ad Bonam
RIWAYAT PERKEMBANGAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
TINJAUAN PUSTAKA

Medulla Spinalis
• Medulla spinalis keluar dari sebuah lubang besar di dasar
tengkorak dilindungi oleh kolumna vertebralis sewaktu turun
melalui kanalis vertebralis.
• Dari medulla spinalis spinalis keluar saraf-saraf spinalis
berpasangan.
TINJAUAN PUSTAKA

• Saraf spinal : 31
• 8 pasang servikal (C)
• 12 pasang saraf thorakal (T)
• 5 pasang saraf lumbal (L)
• 5 pasang saraf sakral (S)dan
• 1pasang saraf koksigeal (Co)
• Sebagian besar akar saraf spinalis harus turun bersama medulla
spinalis sebelum keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang
sesuai.
• Medulla spinalis berjalan sampai setinggi vertebra L1atau L2
(setinggi sekitar pinggang)
• Berkas tebal akar-akar saraf yang memanjang di dalam kanalis
vertebralis → kauda ekuina ”ekor kuda”
• substansia grisea (kelabu)
spinalis : badan-badan sel
saraf serta dendritnya
antarneuron pendek, dan sel-
sel glia.
• Substansia alba( putih)
tersusun menjadi traktus
(jaras), yaitu berkas serat-
serat saraf (akson-akson dari
antarneuron yang panjang)
TINJAUAN PUSTAKA

Saraf spinalis :
• Serat-serat aferen → sinyal masuk ke medulla spinalis melalui
akar dorsal
• Serat-serat eferen → sinyal keluar meninggalkan medulla melalui
akar ventral.
UPPER MOTOR NEURON

• UMN : Semua neuron yang menghantarkan impuls motorik


ke LMN
• Terdiri dari susunan piramidal dan ekstrapiramidal
• Pusat gerakan motorik Terletak di gyrus presentralis (korteks
motorik)
Traktus piramidalis
• Semua neuron yang menghantarkan impuls motorik dari korteks
motorik ke LMN secara langsung atau melalui interneuron
• UMN : jaras /jalur yang menghubungkan pusat gerakan motorik
dengan inti motorik saraf kranial dan motoneuron di kornu
anterior medulla spinalis
• Jaras ini dinamakan : kortikobulbar (SARAF KRANIAL)
kortikospinal (MEDULLA SPINALIS )

GYRUS PRESENTRALIS SARAF KRANIAL


JARAS /MEDULLA
SPINALIS
Traktus Ekstrapiramidal
• Mengatur gerakan motorik halus dan tangkas
• Terdiri atas bagian :
- Korpus striatum
- globus palidus
- Inti talamik
- Nukleus subtalamikus
- Substansia nigra
- Formasio retikularis batang otak
- serebelum
Mielitis Transversalis (MT)
Definisi
• Mielitis Transversalis (MT) → proses inflamasi akut yang
mengenai suatu area fokal di medula spinalis.
• karakteristik klinis
disfungsi saraf motorik, sensorik dan otonom
• Gangguan pada medulla spinalis → melibatkan traktus
spinotalamikus, traktus piramidalis, kolumna posterior, dan
funikulus anterior.
• Transverse menggambarkan secara klinis adanya band-like area
horizontal perubahan sensasi di daerah leher atau torak.
• Sindrom paralisis progresif karena inflamasi di medula spinalis
→ mielitis transversalis.
Epidemiologi
• insiden 1-8 kasus baru /1.jt penduduk pertahun
• Semua umur, >>> umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun
• Insidensi ↑ 24,6 juta kasus per
• Tidak ada pola yang khusus dari myelitis transversalis
berdasarkan seks, distribusi geografis, atau riwayat penyakit
dalam keluarga
Etiologi

• merupakan gabungan dari beberapa faktor


• Idiopatik , agen infeksius atau oleh sistem imun, ataupun
keduanya. yang langsung menginfeksi medulla spinalis dan
menimbulkan gejala klinis MT. SLE.
Patogenesis
Mielitis transversalis akut post-vaksinasi
• hilangnya akson berat → demielinisasi ringan dan infiltrasi sel
mononuclear, terutama limfosit T pada nerve roots dan ganglion
spinalis.
MTA Parainfeksi
• Infeksi mikroba langsung dengan kerusakan yang dimediasi oleh
imun diikuti respon sistemik → kerusakan saraf
Mimikri molekuler
• Infeksi Campilobakter jejuni ditemukan dalam serum pasien
GBS, dan telah dibuktikan berikatan dengan saraf perifer,
mengikat komplemen, dan merusak transmisi saraf. Mimikri
molekuler pada MTA juga dapat terjadi akibat pembentukan
autoantibody sebagai respon terhadap infeksi yang terjadi
sebelumnya.6
Microbial superantigen-mediated inflammation
• Hubungan riwayat infeksi sebelumnya dengan terjadinya MTA → aktivasi
limfosit fulminan oleh superantigen mikroba.
• Stimulasi sejumlah besar limfosit dapat mencetuskan penyakit autoimun
dengan mengaktivasi klon sel T autoreaktif.
Abnormalitas Humoral
• abnormalitas fungsi sistem humoral → be↓ kemampuan membedakan “self”
dan “nonsel”
• Pembentukan antibodi yang abnormal → mengaktivasi komponen → ke
medulla spinalis → kompleks imun dan terdeposit di suatu area di medulla
spinalis
Manifestasi Klinis
• Mielitis transversalis berdiri sendiri atau bersama-sama dengan penyakit lain
• Mielitis transversalis dikatakan akut → jam - beberapa hari
• sedangkan sub akut → > 1–2 minggu
• Diagnostik
disfungsi saraf motorik, sensoris dan otonom dan traktus saraf di medula spinalis
baik akut maupun subakut.
• Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang berlangsung progresif cepat
• Nyeri dapat timbul pada punggung, ekstremitas atau perut
• Parastesia → tanda awal myelitis transversalis
• Sensasi berkurang di bawah level keterlibatan medula spinalis pada sebagian
besar pasien, begitu pula nyeri dan suhu
• Simptom otonom : peningkatan urinary urgency, inkontinesia urin dan alvi
(kesulitan atau tak dapat buang air), pengosongan yang tidak sempurna atau
konstipasi perut.
• sistem saraf sensoris dan otonom adanya disfungsi seksual
Diagnosis
• Diagnosis MTA harus memenuhi semua kriteria inklusi dan tidak
ada satupun kriteria eksklusi yang terpenuhi.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
• MRI
• CT-myelografi
• Punksi Lumbal
• Kultur CSF, PCR, titer antibodi
• Pemeriksaan Lainnya
• Test Diagnostik untuk Mielitis Transversalis
Penatalaksanaan
Immunoterapi Inisial
• Kortikosteroid → lini pertama
• (1000 mg metilprednisolon setiap hari, biasanya selama 3-5 hari)
• plasma exchange → tidak respon dengan pemberian kortikosteroid
• Plasmapharesis → berguna pada pasien yang masih memiliki sisa
fungsi sensorimotor saat pertama kali serangan
Respirasi dan Oropharyngeal Support
• Mielitis transversalis dapat menyebabkan gagal nafas apabila
medulla spinalis servikal atas dan batang otak telah terlibat.
• Intubasi dengan ventilasi mekanik diperlukan pada beberapa pasien
• feeding tube
Penatalaksanaan
 Kelemahan Otot dan Komplikasi Imobilisasi
• Pemberian heparin low-moleculer weigth → profilaksis untuk thrombosis
vena dalam dianjurkan untuk pasien dengan imobilisasi.
• Kolaborasi dengan fisioterapis
• Sustained-release potassium-channel blocker dan 4- aminopyridine oral
Abnormalitas Tonus
• Fisioterapi atau obat-obatan.
• baclofen, tizanidine, dan benzodiazepin → spastisitas akibat gangguan otak
dan korda spinalis 
Nyeri
• Nyeri neuropatik → antikonvulsan, obat-obatan anti-depressan (tricyclic
antidepressants dan reuptake inhibitors of serotonin dan norepinefrin),
NSAIDS, dan narkotik
Penatalaksanaan
Malaise
• amantadin
• Stimulant seperti dekstroamfetamin atau metilfenidat
Disfungsi Usus dan Genitourinari
• Pemasangan kateter
• antikolinergik (oxybutinin dan tolterodin)
• Pemeriksaan ultrasonografi
• Obat yang menghambat reseptor α1-adrenergik → relaksasi sfingter urin dan
pengosongan urin 
Konsultasi Psikiater
Prognosis
• Pemulihan dimulai dalam enam bulan,
• >>> pemulihan fungsi neurologinya dalam 8 minggu
• Pemulihan mungkin terjadi cepat selama 3–6 minggu
• lebih lambat sampai 2 tahun
ANALISA KASUS
• Tn. H, 23 Tahun, datang dengan keluhan kelumpuhan separuh badan dari ujung jari
kedua kaki hingga ke dada bagian bawah. ± 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan adanya
kesemutan pada anggota gerak bawah secara mendadak, yang didahului demam selama
3 hari. Keluhan semakin lama semakin memberat, dimana pasien mengalami kelemahan
pada kedua kakinya, tidak dapat menggerakkan ataupun merasakan sensasi dari ujung
jari kedua kaki hingga ke dada bagian bawah sehingga pasien tidak dapat bergerak,
berdiri, duduk, miring ke kanan dan ke kiri sehingga harus dibantu. Pasien juga
mengaku tidak bisa menahan dan merasakan rasa ingin BAB dan BAK (Keluar dengan
sendirinya).1 hari SMRS keadaan pasien masih belum membaik. Riwayat keluhan
seperti ini baru pertama kali dialami pasien. Riwayat trauma tidak ada, riwayat alergi
obat-obatan disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal. Pada saat
mengalami demam pasien hanya mengonsumsi obat-obatan warung yang dibeli sendiri.
Pasien berobat herbal dengan mengoleskan kunyit pada kedua kaki. Pasien sehari-hari
bekerja sebagai buruh lepas, sering mengangkat barang yang berat. waktu tidur dan
istirahat yang kurang. Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok sejak 3 tahun,
dalam 1 hari dapat menghabiskan 10 batang rokok per hari dan sudah berhenti merokok
sejak ±1 bulan terakhir. Riwayat minum alkohol disangkal. Mengkonsumsi jamu-jamuan
(-). Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa. Riwayat HT (+),
Riwayat DM (-).
ANALISA KASUS
• Dari hasil pemerikaan fisik didapatkan pasien mengalami paraplegia inferior, dimana
penilaian motorik menunjukkan hasil pergerakan negatif, kekuatan 0, hipotonus serta
mengalami atrofi. Pasien juga tidak dapat merasakan rangsangan taktil dan nyeri pada
kedua kakinya. Hasil pemeriksaan reflex menunjukkan reflex fisiologis negatif dan
patologis negatif. Dari motorik pada pasien memnuhi gejala LMN namun dikatakan tipe
UMN karena didapatkan deficit sensosik (hipetesia dari ujung kedua jari kaki sampai
dengan proc.xiphoideus) yang menandakan lesi tersegmen pada T.7 yang menunjukkan
gangguan langsung pada medulla spinalis. Fungsi saraf otonom yang tidak berfungsi
terbukti dengan pasien menggunakan kateter untuk BAK dan pampers untuk BAB
diakrenakan pasien tidak dapat menahan dan merasakan rasa ingin BAB dan BAK.
• Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa pasien telah memenuhi kriteria
inklusi diagnostic mielitis transversa, dimana pasien mengalami gangguan fungsi
sensorik, motorik dan otonom, gejala dirasakan bilateral dengan batas dermatom yang
jelas serta bersifat progresif. Untuk etiologi pada pasien disebabkan oleh infeksi.
Ditandai dengan adanya demam 3 hari sebelum pasien mulai merasakan gejala dan
didukung oleh pemeriksaan darah rutin dengan kadar leukosit yang meningkat (18,41).
Untuk terapi yang didapatkan pasien yaitu metilprednisolon intravena yang termasuk
golongan kortikosteroid dan merupakan lini pertama untuk myelitis transversa.
KESIMPULAN
• Myelitis Transversalis (MT) → inflamasi akut → area fokal di medula
spinalis dengan karakteristik disfungsi saraf motorik, sensorik dan otonom
dan traktus saraf di medula spinalis.
• Etiologi MT merupakan gabungan dari beberapa faktor → beberapa kasus
rusaknya jaringan saraf → agen infeksius atau oleh sistem imun, ataupun
keduanya
• Gejala beberapa menit - beberapa jam atau beberapa hari - minggu
• pasien kehilangan pergerakan pada kedua tungkai, kebas-kebas, parestesia
atau band-like disestesia. Gejala otonom terdiri dari inkontinensia urin,
inkontinensia alvi, kesulitan untuk miksi, dan konstipasi.
• Kortikosteroid → lini pertamaSekitar 50-70% pasien mengalami perbaikan
parsial atau komplit. Pemulihan mungkin terjadi cepat selama 3–6 minggu
setelah onset dan dapat berlangsung sampai 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
• Kerr, D, 2001. Current Therapy in Neurologic Disease: Transverse Myelitis. 6th ed. [Diakses 15
Maret 2018]
• Koswara AD. Mielitis. 2013; Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti . [Diakses 22
Maret 2018]
• Tapiheru LA, Sinurat PPO, Rintawan K. 2007. Laporan Kasus: Myelitis Transversalis. Majalah
Kedokteran Nusantara 2007;40;e235 [Diakses 15 Maret 2018]
• Al Deeb SM, Yaqub BA, Bruyn GW, Biary NM. 1997. Acute Transverse Myelitis: A Localized
Form of Postinfectious Encephalomyelitis. Brain 1997; 120; 1115-1122 [Diakses 15 Maret 2018]
• Frohman EM, Wingerchuk DM. 2010. Transverse Myelitis. The New England Journal of
Medicine 2010;363:564-72. [Diakses 15 Maret 2018]
• Kerr DA, Ayetey H. 2002. Immunopathogenesis of Acute Transverse Myelitis. Current Opinion in
Neurology 2002, 15:339±347 [Diakses 15 Maret 2018]
• Transverse Myelitis Consortium Working Group. 2002. Proposed Diagnostik Kriteria and
Nosology of Acute Transverse Myelitis. Neurology 2002; 59; 499-505. [Diakses 15 Maret 2018]
• Mardjono M, SidhartaP. Neurologi klinis dasar. 2009; Jakarta: Dian Rakyat.
• Jacob A, Weinshenker BG. 2008. An Approach to the Diagnosis of Acute
Transverse Myelitis. Semin Liver Dis 2008; 1; 105-120. [Diakses 15 Maret 2018]

Anda mungkin juga menyukai