Seorang anak usia 2 tahun dibawa ke puskesmas dengan demam tinggi dan lemas selama 3
hari. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menginstruksikan pemeriksaan darah rutin. Di
wilayah tersebut sedang banyak kasus campak.
Saat itu ada banyak pasien sedangkan beberapa pegawai puskesmas cuti hamil sehingga
petugas laboratorium ikut merangkap menjadi perawat. Puskesmas sudah mengajukan usulan
tambahan pegawai sejak setahun sebelumnya tetapi belum dikabulkan. Ruang laboratorium
juga sempit dan kurang tertata rapi karena usulan renovasi ruang sejak beberapa tahun lalu
belum disetujui. Karena kelelahan dan tata letak yang buruk petugas laboratorium tertukar
dalam menuliskan identitas sampel.
Karena hasil laboratorium dokter normal hanya memberikan obat penurun panas dan
menyarankan pasien untuk rawat jalan. Dokter memberikan edukasi jika masih panas kembali
kontrol ke puskesmas. Dokter menjelaskan bahwa pasien tersebut terkena campak.
Selama dirumah, orangtua pasien mendapati anaknya tambah lemas dan muntah. Muncul
bintik merah di badan. Karena demam berkurang, orangtua tidak membawa pasien untuk
kontrol karena mengira anaknya akan sembuh.
Pada hari ke 5 demam pasien semakin lemas, tetap muntah, disertai mimisan. Orangtua
pasien membawanya kembali ke puskesmas. Saat itu puskesmas sudah menjelang tutup.
Dokter puskesmas melakukan tampon hidung dan menginstruksikan rawat jalan dengan
menambahkan obat muntah. Perawat mengusulkan pemeriksaan ulang trombosit karena dia
mencurigai pasien tersebut terkena demam berdarah. Dokter menolak karena pemeriksaan
darah hasilnya normal.
Pada hari berikutnya pasien dibawa lagi ke puskesmas dengan keluhan yang semakin
memburuk. Pasien membiru di mulut dan ujung jari, muntah darah dan mengalami penurunan
kesadaran. Dokter langsung merujuk ke rumah sakit terdekat.
Pasien dilarikan ke rumah sakit daerah setempat. Dirumah sakit tersebut dilakukan
pemeriksaan dan menunjukkan tekanan darah palpatoar 50 mmHg, nadi halus dan sulit
teraba, Hb 16 gr/dl, jumlah trombosit 12.000 ml, hematokrit 54 %. Dokter mendiagnosis
pasien terkena sindrom syok dengue. Pasien dirawat intensif tetapi tidak tertolong karena
syok berkepanjangan dan akhirnya meninggal keesokan harinya.
Pertanyaan :
1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus di atas sesuai dengan topik 5,6, dan 7 !
2. Tentukan Case Management Problem (suatu event apabila itu tidak terjadi, maka
niscaya kejadian tersebut tidak akan terjadi) !
3. Carilah akar maslah dari CMP yang sudah diidentifikasi tadi dengan menggunakan
diagram action dan condition !
4. Lakukan penilaian dampak/akibat suatu insiden.
Lakukanlah identifikasi human factor yang mempengaruhi error yang terjadi
Lakukan penilaian dampak insiden di atas dengan menentukan skor dampak
yang mungkin terjadi dari kasus di atas dan beri alasannya.
5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi !
6. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di puskesmas
tersebut?
7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari error pada kasus diatas ?
Pembahasan kasus:
4. Human factor yang mempengaruhi error yang terjadi adalah dokter dan pegawai lab.
Skor dampak : 5