Anda di halaman 1dari 56

Case Report Session

Adenotonsilitis Kronik +
Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Leni Puspita Sari, S.Ked

Pembimbing : dr. Lusiana Herawati Yammin, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN THT-KL RSUD RADEN MATTAHER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI

2019
PENDAHULUAN

E2
ID
SL

• Tonsilitis → peradangan tonsil


• Tonsilitis kronik → peradangan akut
yang berulang
• Peradangan kronik → pembesaran
tonsil → gg. menelan dan gg.
pernapasan.

e rP
w
Po
of
w er
Po
e
Th
PENDAHULUAN

E3
ID
SL

Indonesia RSUD Raden


1994-1996 Mattaher Jambi
RSUP Dr. Hasan
NCHS
Sadikin(1998)
1997 RS Dr. Kariadi
• 3,8% Semarang 2010 : 978 /1365
1978 Tonsilektomi : 44
2011 : 789 /1144
• < 18 th : 24,9% /1000 6,75% Tonsilektomi : 58

e rP
•23,36% dan

w
Po
•47% usia 6-15 tahun

of
w er
Po
e
Th
PENDAHULUAN

E4
ID
SL

tonsilitis kronis hipertropi → Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

prevalensi OSAS 0,7 - 10,3%

e rP
w
Po
of
Hipertrofi adenoid dan tonsil → >>> OSAS

er
w
Po
pada anak

e
Th
LAPORAN KASUS
Nama : An. A
Umur : 4 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. RM : 913859
Pendidikan : -
Alamat : Jln. Veteran Rt.06 Dusun Baru, Sungai Penuh
Tanggal MRS : 20 Maret 2019

IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS

E7
ID
SL
Keluhan Utama
Sering nyeri menelan sejak ± 1 tahun SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dibawa oleh Ibunya ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher dengan keluhan
sering nyeri menelan sejak ± 1 tahun SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Dalam satu
bulan os merasakan nyeri menelan 3 kali. Nyeri timbul biasanya setelah os makan es krim,
minum air es, makan gorengan. Os juga mengeluh sering demam. Demam sering disertai
dengan batuk pilek, perasaan mengganjal di tenggorokan dan tenggorokan sakit. Menurut

e rP
orang tua os, ketika tidur os sering mengorok dan sering terbangun saat tidur dan juga mulut

w
Po
os berbau sejak ± 1 bulan terakhir. Hidung tersumbat (+). Nyeri pada kedua telinga (-),

of
gangguan pendengaran (-),sakit kepala (-).

w er
Pasien selalu berobat ke dokter puskesmas dan diberikan obat antibiotik (lupa nama obat)

Po
e
dan obat batuk (ambroxol syr) namun tidak ada perubahan. pasien diberitahukan bahwa

Th
Anamnesis
SLIDE 8

RPD RPK RPS

Riwayat batuk pilek berulang Pasien tinggal bersama


(+) kedua orang . Sehari-hari
Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi (-) pasien hanya makan roti
yang telah dilembutkan
dicampur susu. Biaya
pengobatan →pribadi.
Anamnesis

E9
ID
SL Telinga Hidung Tenggorokan Laring
Kanan/Kiri Kanan/Kiri    
Gatal : -/- Rinore : - / - Sukar Menelan : + Parau: -
Korek : -/-- Buntu :+/+ Sakit Menelan : + Afonia : -
Bengkak : -/- Bersin : - Trismus :- Sesak : -
Nyeri : -/- Dingin : - Ptyalismus :- Sakit :-
Bengkak : -/- Debu :- Rasa ganjal :+ Rasa Ganjal : -
Otore : -/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -  
Tuli : -/- Mimisan : - Rasa Kering :-  

e rP
Tinitus: -/- Nyeri :-    

w
Po
Vertigo : - Sangau : -    

of
Mual :-      

w er
Muntah : -      

Po
e
Th
0
PEMERIKSAAN FISIK

E1
Tanda Vital

ID
SL Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
BB : 22 kg
PB : 118 cm
Tekanan Darah : -
Nadi : 94 kali/menit
Respiration Rate: 22 kali/menit
Suhu : 36,7  C
Anemia : -

e rP
Sianosis : -

w
Po
Stridor Inspirasi : -

of
Retraksi Suprasternal : -

w er
Retraksi intercostal : -

Po
Retraksi epigastrial : -

e
Th
1
E1
PEMERIKSAAN TELINGA Kanan Kiri

ID
Daun Telinga    

SL Anotia/mikrotia/makrotia Normotia Normotia


Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott Hematoma - -
Liang Telinga    
Atresia - -
Serumen Prop - -
Epidermis Prop - -
Korpus Alineum - -
Jaringan Granulasi - -

t
oin
Exocytosis - -

rP
we
Osteoma - -

Po
of
Furunkel - -

er
ow
 

eP
Th
2
E1
Membram Timpani    
Hiperemis - -

ID
SL
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Retroaurikular    
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Preaurikular    
Fistel - -

t
oin
Kista - -

rP
we
Abses -  

Po
of
Tuba Eustachii : Valsava test/Politzer Tidak dilakukan Tidak dilakukan

er
ow
 

eP
Th
3
E1
ID
RINOSKOPI ANTERIOR Kanan Kiri
SL Vestibulum Nasi Hiperemis(-) Hiperemis(-)
 Kavum Nasi Sekret(-), Sekret(-),
Hiperemis(-), Hiperemis(-),
  Edema(-) Edema(-)
Selaput Lendir Sekret (-) Sekret (-)
Septum Nasi Dbn Dbn
Lantai+Dasar Hidung Deviasi(-) Deviasi(-)
Konka Inferior Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Meatus Inferior Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Konka Media Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Meatus Media Hipertrofi(-) Hipertrofi(-)
Massa - +

t
oin
rP
Korpus Alineum - -

we
Po
Gerakan velum palatum mole Tertahan

of
er
ow
eP
Th
4
E1
ID
SL
RINOKOPI POSTERIOR Kanan Kiri
Kavum Nasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Selaput Lendir Sulit dinilai Sulit dinilai
Koana Sulit dinilai Sulit dinilai
Septum Nasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka Superior Sulit dinilai Sulit dinilai
Meatus Nasi Media Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara Tuba Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Tumor Sulit dinilai Sulit dinilai

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
5
TRANSLUMINASI Kanan Kiri

E1
Sinun Maxilarris Suram (-) Suram (-)

ID
Sinun Frontalis Suram (-) Suram (-)

SL
 
MULUT
Selaput Lendir Mulut sedikit terbuka dan tidak dapat menutup sempurna
Mukosa bibir basah, berwarna merah muda, Laserasi(-)
Bibir
Dbn
Lidah Gigi
Kelenjar Ludah
FARING
Uvula Ditengah, hiperemis (-)
Palatum Mole Hiperemis(-), Benjolan(-)
Palatum Durum Hiperemis(-), Benjolan(-)
Plika Anterior Hiperemis(-)

t
oin
T4-T4, Hiperemis(-/-), Detrituris(-/-), permukaan tidak rata, kripta melebar,

rP
Tonsil

we
mobil

Po
Plika Posterior
Hiperemis(-)

of
er
Mukosa Orofaring
Hiperemis(-), Granula(-)

ow
eP
Th
Pemeriksaan faring
LARINGOSKOPI INDIREK

7
 Pangkal Lidah

E1
 Epiglottis

ID
 Valekula

SL
 Plika Ventrikularis
 Plika Vokalis
Tidak dilakukan
 Komisura Anterior
 Aritenoid
 Massa Tumor
 Sinus Piriformis
 Trakea
KELENJAR GETAH BENING
a. Regio I :
b. Regio II :
c. Regio III :
d. Regio IV :
e. Regio V : Tidak ada massa/benjolan
f. Regio VI :

t
oin
g. Area Parotid :

rP
h. Area Postaurikular :

we
Po
i. Area Occipital :

of
j. Area Supraklavikula :

er
ow
 

eP
Th
8
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

E1
ID
SL
I Nervus Olfactory Normal
II Nervus Opticus Normal
III Nervus Occulomotorius Normal
IV Nervus Trochlearis Normal
V Nervus Trigeminus Normal
VI Nervus Abducent Normal
VII Nervus Facialis Normal
VIII Nervus Vestibularis Normal

t
oin
IX Nervus Glosopharyngeus Normal

rP
we
Po
X Nervus Vagus Normal

of
er
XI Nervus Accesorius Normal

ow
eP
Nervus Hypoglossus Normal

Th
XII
9
Pemeriksaan Audiologi

E1
ID
SL Tes Berisik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne : + +
Tes Weber : Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes Schwabah : Normal Normal
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Barany :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Auropalpebra Reflek :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Audiogram :

t
oin
Kesimpulan Tidak ada kelainan pada Kedua Telinga

rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
0
Uji Tapis

E2
ID
SL

Skor OSAS = 1,42D + 1,41A + 0,71S – 3,83


Skor -1 sampai 3,5 mungkin = 1,42 (2) + 1,41(1)+0,71(2)-3,83
OSAS mungkin bukan OSAS = 1,84

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
SLIDE 21

Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :-
Laboraturium :-
Patologi/No/Tgl :-
Kultur Bakteri :-
Diagnosis
Adenotonsilitis Kronis + Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Diagnosis Banding
- Adenotonsilitis Kronik + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
- Tonsilitis difteri + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
- Tonsilofaringitis kronik + Obstructive Sleep Apnea Syndrome
2
PENATALAKSANAAN

E2
ID
SL
Diagnostik Terapi
- Adenotonsilitis kronik
- Adenotonsilitis kronik
  Non-operatif
 Kultur resistensi dari swab tenggorok
• Obat kumur antiseptic
 Rinofaringolaringoskopi (RFL)
• Amoxicillin (sirup kering 250mg/5ml)
 Foto polos nasofaring lateral
3x1 ½ sendok teh
- Obstructive Sleep Apnea Syndrome
Opreatif
• Polisomnografi
• Adenotonsilectomy
• Uji tapis
- Obstructive Sleep Apnea Syndrome
• Observasi selama tidur
Non-operatif

t
oin
rP
• Diet

we
Po
Opreatif

of
er
• Adenotonsilectomy

ow
eP
Th
3
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

E2
ID
SL

Makan-makanan lunak dan


Menjelaskan kepada pasien dan
1 keluarga mengenai penyakitnya.
4 menghindari makan makanan yang
mengiritasi
Menjaga kebersihan rongga mulut
Menjelaskan rencana pengobatan, (oral hygiene), misalnya:
2 indikasi operasi dan komplikasinya 5 menganjurkan sikat gigi dan kumur-
kumur teratur, bila perlu konsultasi ke
kepada pasien dan keluarga.
dokter gigi.

t
Istirhat cukup Menyarankan kepada pasien untuk
3 6

oin
rP
kontrol kembali

we
Po
of
er
ow
eP
Th
4
Prognosis

E2
ID
SL

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
5
TINJAUAN PUSTAKA

E2
ID
Anatomi Tonsil

SL

PTA PTA PTA

Klug : Klug :
Cincin Waldeyer : • pta me↑ masa kanak- Klug :
 Ttonsil palatina • Usia 15-24 th :
kanak • grup A Streptococcus
 Tonsil faringeal (adenoid), Fusobacterium
•Puncak : remaja berulang : musim dingin &
necrophorum > grup A
 Tonsil lingual •Progresif : hingga tua semi

e rP
Streptococcus
 Tonsil tuba eustachius •Sd usia 14 tahun pr > lk • 0-9 tahun dan30-39 th : • F necrophorum berulang :

w
•Berulang lk > pr
grup A Streptococcus > F musim panas

Po
necrophorum

of
er
w
e Po
Th
6
TINJAUAN PUSTAKA

E2
ID
Anatomi Tonsil

SL
Cincin Waldeyer
 Ttonsil palatina
 Tonsil faringeal (adenoid),
 Tonsil lingual
 Tonsil tuba eustachius

e rP
w
Po
i To n si l

of
Ana to m

w er
Po
e
Th
7
Vaskularisasi

E2
ID
SL
Add Image

e rP
To n s il

w
Vasku la ri sa si

Po
vena bergabung dengan vena palatine

of
externa, vena pharyngealis, atau vena

er
facialis

w
Po
e
Th
8
Limfe & Persarafan Tonsil

E2
ID
SL

Aliran Limfe

tonsil → nodi lymphoidei cervicales profunda bagian atas, tepat dibawah dan dibelakang angulus
mandibulae.

Persarafan Tonsil

e rP
atas : saraf v melalui ganglion sphenopalatina

w
Po
bawah : saraf glossofaringeus (N. IX)

of
w er
Po
e
Th
9
HISTOLOGI TONSIL

E2
ID
SL
Add Image

• Tonsil palatina : epitel skuamosa berlapis


• Tonsil faringea berada : epitel kolumnar bertingkat
bersilia
• Tonsila lingualis : epitel skuamosa bertingkat dengan
kriptus

e rP
w
Po
of
w er
Po
Tonsil

e
Th
0
FUNGSI TONSIL

E3
ID
SL
• Epitel : sel-M, makrofag, sel dendrite dan APCs
• mengidentifikasi bahan asing, memberikan
• proses transportasi antigen ke sel limfosit→
peringatan serta memberi respon.
sintesis immunoglobulin spesifik
• Antigen ↑ → sel-B → hiperplasia → aliran
• sel limfosit B, T, sel plasma dan sel pembawa
darah. Antibodi → memfagositosis antigen
IgG.
• Sel-B → sel plasma → antibodi → Bakteri dan
virus difagositosis

I mun it as lo ca l e Su r vei l l an ce
. Mekanism

e rP
w
Po
of
er
w
ePo
Th
Gradasi Pembesaran Tonsil
2
TONSILITIS

E3
ID
SL

Tonsilitis → peradangan tonsil

definisi

e rP
w
udara (air borne droplets)

Po
Penyebaran tangan dan ciuman
definisi

of
Tonsilitis kronik → peradangan

er
kronik lanjutan akut yang

w
Po
berulang.

e
Th
3
TONSILITIS

E3
ID
SL
Etiologi
>>> Group A beta-hemolyticus Streptococcus pyogenes
(GABHS)
Virus herpes simplex, EBV,sitomegalovirus, adenovirus,
stafilokokus, pneumokokus, atau H. influenzae

Faktor Risiko
• Faktor usia, terutama pada anak

e rP
• Penuruanan daya tahan tubuh

w

Po
Rangsangan menahun

of
• Hygiene rongga mulut yang kurang baik

er
• Riwayat alergi

w
e Po
Th
4
EPIDEMIOLOGI

E3
ID
SL

RSUD Raden
Indonesia Mattaher Jambi
1994-1996
NCHS RSUP Dr. Hasan
1997 Sadikin(1998)
RS Dr. Kariadi
• 3,8% Semarang 2010 : 978 /1365
Tonsilektomi : 44
1978
6,75% 2011 : 789 /1144
• < 18 th : 24,9% /1000
Tonsilektomi : 58

e rP
•23,36% dan 47%

w
Po
•usia 6-15 tahun

of
w er
Po
e
Th
5
KLASIFIKASI

E3
ID
Tonsilitis Akut

SL
Tonsilitas viral
• nyeri tenggorok.
• >>> EBV
• tampak luka-luka kecil pada palatum
• tonsil sangat nyeri

Tonsilitis bacterial
• >>> GABHS
• tonsillitis folikularis : detritus jelas
• tonsillitis lakunaris : bercak-bercak detritus → satu, → alur-alur

e rP
• pseudomembrane: detritus melebar → membrane

w
Po
• nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam, rasa lesu, nyeri di sendi-sendi, tidak

of
nafsu makan dan rasa nyeri ditelinga

w er
• tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus

Po
e
Th
6
KLASIFIKASI

E3
Tonsilitis Membranosa

ID
SL
si l it i s di f t eri
Ton

s il l it i s sept i c
to n
• Coryne bacterium
diphteriae l au t Vi ncen t
Angina P
• >>> usia <10 th , • >>> streptokokus
ter↑ usia 2-5 th. hemolitikus ela in an Dar ah
• spirochaeta atau Penyakit K
triponema
• Gejala umum • Leukimia Akut
• hygiene mulut ↓

e rP
• Gejala local • Angina Agranulositosis
dan def.vit C

w
Po
• Gejala akibate • Infeksi Mononukleosis

of
eksotoksin

w er
Po
e
Th
7
TONSILITIS KRONIS

E3
ID
SL

Faktor
Definsi predisposisi
Patofisiologi

Tonsilitis kronik → • Rangsangan • Kuman → hidung/mulut→ tonsil melalui kripta-


peradangan kronik menahun kriptanya → dihancurkan oleh makrofag.
tonsil • Hygiene mulut buruk • peradangan berulang →epitel mukosa jaringan

e rP
• Pengaruh cuaca, limfoid terkikis→ proses penyembuhan →

w
pengerutan → kripta melebar.

Po
• Kelelahan fisik
• tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman →

of
• pengoabatan
kuman bersarang di tonsil → f/ berubah menjadi

er
tonsillitis akut yang ≠

w
adekuat sarang infeksi

e Po
Th
MANIFESTASI
SLIDE 38
KLINIS

Serangan berulang sakit


tenggorokan atau radang
amandel akut.
S R
Rasa tidak enak di mulut dan
bau mulut (halitosis) karena
nanah dalam kripta.

Iritasi kronis pada tenggorokan Kesulitan menelan dan tersedak

I K
dengan batuk di malam harI
DIAGNOSIS
SLIDE 39

ANAMNESIS ANAMNESIS PF Penunjang

Keluhan Lokal
● Bila perlu kultur resistensi dari
• Nyeri menelan Dapat pula disertai keluhan • Pembesaran tonsil
swab tenggorok
• Nyeri tenggorok • sistemik • Permukaan kripta ● Rinofaringolaringoskopi (RFL)
• Rasa mengganjal di • Rasa lemah tonsil melebar ● Imaging
tenggorok • Nafsu makan berkurang • Detritus pada ● Foto Polos : posisi nasofaring
• Mulut berbau (halitosis) • Sakit kepala penekanan kripta lateral
• Demam • Nyeri pada sendi • Arkus anterior atau ● Polisomnografi bila diperlukan
• Mendengkur
posterior hiperemis ● Pemeriksaan histopatologi
• Gangguan bernapas
• Hidung tersumbat
• Pembesaran kelenjar
• Batuk pilek berulang submandibula
0
TATALAKSANA

E4
ID
SL
Kultur tonsil
• Hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap yang mengandug
desinfektan

Konservatif
• Istirahat cukup
• Makan makanana lunak dan
• Menghindari makan-makanan yang mengiritasi

e rP
w
Medikamentosa

Po
of
• Antibiotic spectrum luas

er
• Simptomatis dengan analgetik-atipiretik, aintiinflamasi.

w
Po
e
Th
1
INDIKASI & KONTRAINDIKASI TONSILEKTOMI

E4
ID
SL

e rP
w
Po
of
Kontraindikasi relatif tonsilektomi:

er
1. Gangguan perdarahan

w
Po
2. Risiko anestesi atau penyakit sistemik yang berat

e
3. Anemia

Th
2
KOMPLIKASI & PROGNOSIS

E4
ID
SL
Komplikasi
• Otitis Media Akut (OMA)
• Abses peritonsil (Quincy thorat)
• Abses parafaring
• Abses intratonsillar
• Tonsillolitih

e rP
Prognosis : Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa

w
Po
hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif.

of
er
w
ePo
Th
3
HIPERTROFI ADENOID

E4
ID
SL
Fisiologi
Membesar usia 3 tahun mengecil dan hilang sama sekali usia 14
tahun.

Etiologi
• Serangan berulang  rinitis, sinusitis,

e rP
atau tonsilitis kronis 

w
• >>terjadi infeksi saluran napas bagian atas →

Po
hipertrofi adenoid. → sumbatan koana dan sumbatan

of
tuba eustachius.

w er
Po
e
Th
4
Gambaran Klinis

E4
ID
SL Hidung tersumbat
Discharge hidung
Sinusitis
Epistaksis
Perubahan suara

Gejala Hidung

Obstruksi tuba

e rP
• Fasies adenoid
Otiti media akut berulang   • Hipertensi paru

w
Po
otitis media supuratif kronik • gangguan tidur, tidur
Gejala Aura Gejala Umum ngorok, retardasi mental

of
Otitis media serosa

er
dan gg. pertumbuhan

w
Po
• Aprosexia

e
Th
5
DIAGNOSIS & TERAPI

E4
ID
SL
Diagnosis
• Tanda dan gejala klinik
• Rhinoskopi anterior
• Pemeriksaan rinoskopi posterior
• Pemeriksaan hidung
• Nasofaringoskopi rigid atau fleksibel
• Radiologic foto lateral

e rP
Terapi

w
Po
• latihan pernapasan 

of
• tetes hidung dekongestan, dan 

er
• anti histamin

w
Po
e
Th
6
INDIKASI ADENOIDEKTOMI

E4
ID
SL
Sumbatan Infeksi
Sumbatan hidung yang menyebabkan
bernapas melalui mulut
Adenoiditis berulang/kronik
Sleep apnea
Gangguan menelan Otitis media efusi berulang/kronik
Gangguan berbicara Otitis media akut berulang
Kelainan bentuk wajah muka dan gigi
(adenoid face)
KGB leher lembut . kecurigaan neoplasma jinak/ganas

e rP
w
Po
of
Komplikasi tindakan adenoidektomi → perdarahan

w er
Po
e
Th
7
Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)

E4
ID
SL

Definisi Penyebab Epidemiologi Etiologi dan Faktor Risiko


• pada ± 0,7-10,3% dari anak-
Sleep apnea • kelainan sentral • hipertrofi
anak berusia 4 - 5 tahun.
syndrome → • obstruktif jalan • neonatus < 2500 gram apnea ± adenoid dan

e rP
sindrom dengan (+) nafas, atau 25% tonsil,

w
Po
episode apnea atau • campuran • bayi < 1000 gram apnea 84% • disproporsi
hipopnea pada saat

of
• Insidens tertinggi terjadi antara kraniofasial

er
tidur. umur 3 - 6 tahun →>>>
• obesitas

w
hipertrofi tonsil dan adenoid.

e Po
Th
8
Manifestasi Klinis

E4
ID
SL
Anamnesis
kesulitan bernafas pada saat tidur
nafas berbunyi

Pemeriksaan Fisik
adenoidal facies, midfacial hypoplasia, retro/mikrognasi atau
kelainan kraniofasia

e rP
w
Po
of
w er
Po
e
Th
DIAGNOSIS
SLIDE 49

Polisomnografi Observasi Pemeriksaan


Uji tapis
selama tidur laboratorium
0
Pengobatan

E5
ID
SL

Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi

Pemeriksaan Fisik
Continuous positive airway pressure (CPAP)

e rP
w
Po
of
Penurunan berat badan

w er
Obat-obatan

Po
Trakeostomi

e
Th
1
E5
ID
SL
Patogenesis OSAS pada anak belum banyak diketahui; terjadi jika didapatkan gangguan
antara faktor yang mempertahankan patensi saluran nafas dan komponen jalan nafas bagian
atas (misalnya ukuran anatomis) yang menyebabkan kolapsnya jalan nafas. Faktor-faktor
yang memelihara patensi saluran nafas adalah a) respons pusat ventilasi terhadap hipoksia,
hiperkapnia, dan sumbatan jalan nafas; b) efek pusat rangsangan dalam meningkatkan tonus
neuromuskular jalan nafas bagian atas; c) efek dari keadaan tidur dan terbangun.
Terdapat dua teori patofisiologi sumbatan (kolaps) jalan nafas yaitu:
1. Teori balance of forces : ukuran lumen farings tergantung pada keseimbangan antara
tekanan negatif intrafaringeal yang timbul selama inspirasi dan aksi dilatasi otot-otot jalan
nafas atas. Tekanan transmural pada saluran nafas atas yang mengalami kolaps disebut
closing pressure. Dalam keadaan bangun, aktivasi otot jalan nafas atas akan mempertahankan
tekanan tranmural di atas closing pressure sehingga jalan nafas atas tetap paten. Pada saat
tidur tonus neuromuskular berkurang, akibat lumen farings mengecil sehingga menyebabkan
aliran udara terbatas atau terjadi obstruksi.
2. Teori starling resistor : jalan nafas atas berperan sebagai starling resistor yaitu perubahan
tekanan yang memungkinkan farings untuk mengalami kolaps yang menentukan aliran udara

t
oin
rP
melalui saluran nafas atas.

we
Po
of
er
ow
eP
Th
2
ANALISA KASUS

E5
ID
SL
An. A, usia 4 tahun, datang ke poliklinik THT RSUD Hal tersebut diatas sesuai dengan keluhan
Raden Mattaher pada tanggal 20 Maret 2019 dengan adenotonsilitis kronik + Obstructive sleep apne
keluhan sering nyeri menelan sejak ± 1 tahun SMRS. syndrome . Menurut teori, adenotonsilitis kronik
Nyeri dirasakan hilang timbul. Dalam satu bulan os dan Obstructive sleep apne syndrome dicirikan oleh
merasakan nyeri menelan 3 kali . Nyeri timbul nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa mengganjal
biasanya setelah os makan es krim, minum air es, ditenggorok, mulut berbau (halitosis), demam,
makan gorengan. Os juga mengeluh sering demam. mendengkur, gangguan bernapas, hidung tersumbat,
Demam sering disertai dengan batuk pilek, perasaan batuk pilek berulang. Dikatakan adenotonsilitis
mengganjal di tenggorokan dan tenggorokan sakit. kronis karena berulang/rekuren. Menurut orang tua
Hidung tersumbat (+), Menurut orang tua os, ketika os, ketika tidur os sering mengorok dan sering
tidur os sering mengorok dan sering terbangun dan terbangun Sehingga bisa didiagnosis Obstructive
juga mulut os berbau sejak ± 1 bulan terakhir. sleep apne syndrome.

t
oin
Faktor predisposisi beberapa jenis makanan

rP
(makanan panas, pedas, berminyak, serta minuman

we
Po
dingin)

of
Anamnesis

er
ow
eP
Th
3
ANALISA KASUS

E5
ID
SL
• keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
compos mentis, pada pemeriksaan otoskop telinga
kanan dan kiri dalam batas normal. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan
tertahannya gerakan velum palatum mole. Pada
pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil suram
pada sinus maxilla dextra dan sinistra. Pada
pemeriksaan faring didapatkan mukosa faring
normal, uvula berada ditengah, tonsil T4-T4,
permukaan tidak rata, kripta melebar, mobil Pada
pemeriksaan leher tidak didapatkan benjolan. Dari
pemeriksaan nervus dalam batas normal.

t
oin
rP
we
Po
of
Pemeriksaan fisik

er
ow
eP
Th
4
ANALISA KASUS

E5
ID
SL

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan obat kumur yang mengandung antiseptic dan
amoxicillin 3x1 ½ sendok teh.
Apabila tidak membarik → Adenotonsilectomy.

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
5
KESIMPULAN

E5
ID
SL Tonsilitis Kronis → >>> penyakit tenggorok terutama pada anak.
peradangan kronik lanjutan peradangan akut yang berulang
pembesaran tonsil → gg. menelan dan gg. pernapasan.

Hipertrofi adenoid dan tonsil → >>> OSAS pada anak.


Tatalaksana
antibiotik
tindakan operasi.
• obstruksi saluran nafas,
disfagia berat
• angguan tidur dll

t
oin
rP
we
Po
of
er
ow
eP
Th
Thank you! 

Anda mungkin juga menyukai