Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk masih merupakan masalah utama yang sedang dihadapi negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penduduk yang besar tanpa diiringi kualitas sumber daya manusia yang baik mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan rakyat.1 Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010-2035 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2010-2035 laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada tingkat penurunan karena kematian. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) turun dari sekitar 21,0 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi.2 Dari data WHO (1990) diadapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari 100x 10(6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari dimana 50% di antaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokatus yang terjadi per hari, 50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya.3 Angka kematian Ibu di semua negara berkembang masih sangat tinggi demikian juga di Indonesia berkisar antara 248 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 Oleh karena itu, untuk menekan fertilitas serta menjamin keselamatan dan kesehatan wanita selama hamil, bersalin, nifas, dan wanita usia produktif atau subur pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana sejak tahun 1970.4-5 Bentuk penerapan program KB berupa alat kontrasepsi bagi seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan data BKKBN tahun 2018 di Indonesia, persentase pemakaian kontrasepsi IUD 7,15%, suntik 62,77%, pil 17,24%, implant 6,99%. Di Jambi persentase pemakaian kontrasepsi IUD 2,87%, suntik 63,88%, pil 22,26%, implant 7,52%.6 Dilihat dari jumlah akseptor masing-masing alat kontrasepsi, diketahui jumlah pengguna IUD lebih sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain yang lazim digunakan. Namun dalam kenyataanya tingkat keakuratan IUD lebih tinggi, karena bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan efek samping minimal. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1 kehamilan dalam 125 - 170 kehamilan. 3,7 Tindakan seseorang dipengaruhi oleh multi faktor, tak terkecuali tindakan penggunaan alat kontrasepsi. Faktor- faktor tersebut antara lain faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan unsur-unsur lain yang ada dalam individu), faktor pendukung yaitu tersedianya sarana kesehatan dan faktor penguat seperti dukungan keluarga. Pengetahuan yang dimaksud diatas adalah pengetahuan Ibu tentang penggunaan kontrasepsi. Terdapat pengetahuan ini diharapkan dapat muncul sikap berupa kesadaran dan niat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang aman dan berkualitas.8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syarah (2011) gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku Ibu usia subur tentang AKDR dalam program KB di Kelurahan 30 Ilir Kota Palembang masih rendah.8 Diketahui dari 1.579 peserta KB Puskesmas Tenam hingga September 2020, kontrasepsi IUD yaitu 4,0%, implant 4,8%, kondom 0,2%, pil 28,6%, suntik 62,2%. Penggunaan IUD masih sangat rendah sehingga diperlukan upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan terus dilakukan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan lingkungannya. Atas dasar latar belakang tersebut, perlu dilakukan analisa terkait “Gambaran capaian pelaksanaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tenam Tahun 2020” sehingga kedepannya diharapkan program kontrasepsi IUD Puskesmas Tenam dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal.9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran capaian pelaksanaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tenam Tahun 2020?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran capaian pelaksanaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tenam Tahun 2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Usia responden di Puskesmas Tenam Tahun 2020. 2. Mengetahui Pendidikan responden di Puskesmas Tenam Tahun 2020. 3. Mengetahui pengetahuan responden tentang IUD di Puskesmas Tenam Tahun 2020. 4. Mengetahui sikap responden terhadap penggunaan IUD di Puskesmas Tenam Tahun 2020.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program-program kesehatan terutama yang berhubungan dengan masalah Keluarga Berencana. 2. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Tenam untuk mengetahui capaian kontrasepsi IUD sehingga diharapkan agar petugas Puskesmas Tenam dapat memberikan promosi kesehatan pada pasien dan keluarga pasien tentang Kontrasepsi IUD. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pregetahuan dan juga diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan, terutama untuk materi perkuliahan. 4. Merupakan sumber informasi bagi peneliti lain tentang gambaran capaian pelaksanaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Tenam dan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. 5. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengembangan khususnya dibidang penelitian, sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.