Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakini indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behaviour).10-12
Pengetahuan adalah berbagai hal yang diperoleh manusia melalui panca
indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk
menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya.12

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Enam tingkat pengetahuan yaitu: Tahu (know) : diartikan sebagai mengingat
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang diterima.
Memahami (comprehension) : diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara luas. Aplikasi (aplication) : diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
Analisis (analysis) : suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (synthesis) : menunjukan kepada suatu
kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) : berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Diharapkan dengan pengetahuan ibu hamil yang baik maka ibu dapat memberikan
tindakan yang positif khususnya dalam pemenuhan gizi ibu hamil.12
Menurut Arikunto tingkatan pengetahuan dikategorikan berdasarkan nilai.
Pengetahuan baik: mempunyai nilai pengetahuan > 75%. Pengetahuan cukup:
mempunyai nilai pengetahuan 60%-75%. Pengetahuan kurang: mempunyai nilai
pengetahuan < 60%.12

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu: faktor umur, umur
merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu yang dihitung dari sejak dilahirkan
hingga saat ini dalam satuan tahun.umur merupakan periode penyesuaian terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Pada dewasa ini ditandai oleh
adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur
seseorang akan semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh.10 Faktor
pendidikan, Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku
melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan, juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persespsi seseorang untuk lebih
mudah menerima ide-ide dan tekhnologi baru. semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau
yang berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari
informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan
sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima,
serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Faktor pekerjaan, pekerjaan
seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan
terhadap suatu obyek. Faktor pengalaman, sangat mempengaruhi pengetahuan,
semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin
bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Keyakinan yang diperoleh
oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun-temurun dan tidak dapat
dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sosial budaya, Kebudayaan berserta
kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap
seseorang terhadap sesuatu.8,12
2.2 Ibu Hamil
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita
yang sudah bersuami, panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami
maupun yang belum. Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefiniskan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12
mingg, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (mingu ke-28 hingga ke-40).3-4

2.3 Keluarga Berencana


2.3.1 Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO, Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.4
KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari
oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.9,12
Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah, serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.4 Seorang perempuan menjadi subur
dan dapat melahirkan segera setelah ia mendapatkan haid yang pertama (menarke),
dan kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid
(menopause).3 Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya risikonya paling rendah
untuk ibu dan anak, adala antara 20-35 tahun sedangkan persalinan pertama dan
kedua paling rendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2-4 tahun.3
Dari data WHO (1990) diadapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari
100x 10(6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari dimana
50% di antaranya tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus
abortus provokatus yang terjadi per hari, 50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih
dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya.3

2.3.2 Tujuan Kelurga Berencana


Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan :
1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunkan angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan
mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta
banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan
pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret
hitung.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
untuk tercapainya keluarga bahagia.
4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif
dari segi ekonomi.4
Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia
subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari
pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas, keluarga sejahtera.13-16

2.3.3 Sasaran Keluarga Berencana


Sasaran langsung :
Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-
49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS
diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi
efek langsung penurunan fertilisasi.
Sasaran tidak langsung :
1. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target
untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
2. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan
dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.10
2.3.4 Program Keluarga Berencana
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk diupayakan melalui program KB
diharapkan dengan keikutsertaan dari seluruh pihak akan mewujudkan keberhasilan
KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang - undang Nomor 10
tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan perkembangan keluarga kecil
sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan tujuh misi gerakan KB Nasional.
Misi pertama dan kedua adalah memberdayakan masyarakat dan menggalang
kemitraan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, misi ketiga menciptakan
kemandirian dan ketahanan keluarga. Misi keempat adalah meningkatkan kualitas
pelayanan KB kesehatan reproduksi. Misi kelima, keenam dan ketujuh adalah
mewujudkan kesetaraan gender melalui program KB dan meningkatkan upaya
pemberdayaan wanita dalam program KB, mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM) berkualitas sejak pembuahan serta menyediakan data dan informasi dalam
skala mikro.1
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 78, Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang
aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa KB
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.16-19
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di Puskesmas
terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5 Upaya
Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan
kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.3,16
a. Pelaksana Pelayanan KB
Sesuai dengan Permenkes Nomor 71 tahun 2013, tentang pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa penyelenggara
pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan. Berdasarkan cara pembayaran dalam JKN, maka Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL).
Pelayanan KB tersebut dilaksanakan secara berjenjang di:
a. FKTP meliputi:
- Pelayanan konseling;
- Kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
- Serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
- Penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat
penggunaan kontrasepsi;
- Merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
b. FKRTL meliputi :
- pelayanan konseling;
- pelayanan kontrasepsi IUD dan implant
- Metode Operasi Wanita (MOW)
- Metode Operasi Pria (MOP).17
b. Alur pelayanan KB di tingkat fasiltas kesehatan pertama
Alur pelayanan KB dapat dilihat pada pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alur Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.16


c. Alur pencatatan dan pelaporan KB
Alur pencatatan dan pelaporan pelayanan KB sampai dengan tingkat provinsi
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB.16
Laporan RS dikirim setiap awal bulan melalui SIRS on line ke Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan bagian Program dan Informasi dan akan
ditembuskan kepada Dinkes Provinsi/ Kabupaten/ Kota secara berjenjang.16

2.4 Kontrasepsi
2.4.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.10
2.4.2 Cara Kerja Kontrasepsi
Bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi
Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, dan
menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.3
2.4.3 Macam Metode Kontrasepsi
Metode Sederhana: tidak menggunakan alat-alat khusus lebih
mengandalkan perencanaan akurat tiap pasangan. Metode ini terdiri
dari metode kalender, conitus interuptus, kondom pria dan wanita,
dan spermatisida. Metode Modern: menggunakan alat khusus dengan
disertai kandungan hormonal dan tindakan operatif. Metode ini terdiri
dari kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implant), alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) dan kontrasepsi mantap (Tubektomi dan
Vasektomi). Perencanaan keluarga dapat dilihat pada Gambar 2.3.3,13

Gambar 2.3. Perencanaan Keluarga.3

Berbagai cara pemilihan kontrasepsi rasional dalam pelayanan


keluarga berencana dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Urutan Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional.3

A. Kontrasepsi Hormonal
Alat kontrasepsi ini mengandung hormon-hormon reproduksi wanita, berupa turunan
hormo hormon progesteron dan turunan estrogen. Dengan penambahan hormon-
hormon tersebut diharapkan proses pematangan ovum dicegah sehingga tidak dapat
dibuahi oleh sperma. Hormon-hormon yang dikandung oleh alat kontrasepsi ini juga
menyebabkan getah pada liang peranakan tetap kental, sehingga sperma tidak dapat
bergerak lebih jauh. Selain itu, dengan penambahan hormon ini berarti lapisan
peranakan tidak dipersiapkan untuk menerima kehamilan, sehingga kalaupun ada
telur yang telah dibuahi tidak dapat dapat menempel pada dinding rahim.3,12
A. Pil Oral
a) Mekanisme Kerja
Mencegah proses pematangan ovum sehingga tidak bisa dibuahi. Pil
harus diminum setiap hari dan usahakan minum pada waktu yang
sama setiap harinya agar efektif.
b) Kelebihan dan Kekurangan
Pil relatif mudah dipakai dan tidak mengganggu siklus menstruasi.
Akan tetapi pil mengandung sejumlah kekurangan yaitu;
1. Beberapa hari pertama pemakaian pil, muncul mual, pusing,
letih, sedikit perdarahan. Jika kejadian berlangsung lebih dari 1
bulan, perlu dicek ke dokter, mungkin perlu mengganti dengan
metode kontrasepsi lainnya.
2. Berkurangnya ASI
3. Risiko lupa yang tinggi
c) Kontraindikasi
Kontraindikasi Absolut
1. Trombophlebitis, penyakit tromboembolik, penyakit
serebrovaskuler, oklusi koroner, atau riwayat pernah mengalami
peyakit tersebut.
2. Gangguan fungsi hepar
3. Ca mammae atau diduga menderita ca mammae
4. Neoplasma yang estrogen dependen atau diduga menderita
neoplasma estrogen dependen
5. Perdarahn genitalia abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya
6. Kehamilan atau diduga hamil
7. Ikterus obstruktif dalam kehamilan
8. Hiperlipidemia kongenital/familial
Kontraindikasi Relatif
1. Migraine
2. Hipertensi
3. Leiomyoma uteri
4. Epilepsi
5. Varises
6. Diabetes gestasional
7. Bedah elektif
8. Wanita > 35 tahun
Efek Samping dan Komplikasi
1. Acne/kulit berminyak
2. Amenore
3. Perdarahan-bercak menyerupai haidh
4. Mastalgia
5. Depresi
6. Gangguan penglihatan
7. Kehamilan dan kelainan janin
8. Galaktorea
9. Sakit kepala
10. Hipertensi
11. Mual
12. Berat badan bertambah
Dari angka kejadiannya efek samping merupakan faktor utama
dihentikannya pemakaian pil oral. Resiko yang berhubungan dengan
kontrasepsi oral umumnya lebih besar pada wanita usia > 35 tahun dan
terutama > 35 tahun yang merokok.3,15
B. Suntikan
a) Mekanisme Kerja
Menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh, bisa di bagian lengan
atas atau belakang, efektif selama 1-3 bulan, tergantung kandung
jenis zat yang ada.
b) Kelebihan
Kelebihannya ialah tidak mengganggu laktasi (produksi air susu ibu)
oleh karenanya suntikan bisa diberikan 40 hari sejak ibu melahirkan.
Jika sewaktu-waktu ada keinginan untuk hamil, maka suntikan dapat
segera dihentikan. Selain itu suntikan juga tidak menyebabkan
kekurangan darah.
c) Kekurangan
Kekurangannya muncul pusing, mual, spotting (bercak perdarahan),
mengubah siklus menstruasi, penurunan atau pertambahan berat
badan yang menyolok serta resiko gagal karena lupa.
d) Kontraindikasi
1. Ibu yang sedang hamil
2. Penderita tumor
3. Penderita penyakit jantung
4. Penderita penyakit hati
5. Penderita darah tinggi
6. Penderita diabetes
7. Penderita penyakit paru
8. Ibu yang mengalami perdarahan abnormal dari genitalia3,15

B. Kontrasepsi Non Hormonal


a) Kontrasepsi Mantap
Adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara
mengikat atau memotong saluran telur pada wanita atau saluran sperma
pada pria. Kontap dijalankan dengan melakukan operasi kecil pada organ
reproduksi, tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria. Cara ini
sifatnya permanen, maka kontap hanya diperkenankan bagi pasangan yang
sudah mantap untuk tidak lagi mempunyai anak.3,15
2.5 Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)
2.5.1 Pengertian Kontrasepsi IUD
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra
Uterine Device) atau Spiral dalam bahasa sehari – hari yang digunakan di
dalam masyarakat adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai
22 oleh semua perempuan usia reproduktif untuk tujuan kontrasepsi. IUD
merupakan alat kontrasepsi yang dibuat dari benang sutera atau logam serta
terdapat penambahan bahan – bahan seperti tembaga, seng, magnesium,
timah, progessteron. Penambahan bahan – bahan tersebut ditujukan untuk
mempertinggi efektivitas IUD.1,3

2.5.2 Jenis Kontrasepsi IUD


Banyak jenis IUD yang telah dikembangkan mulai dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai pada generasi
plastik (polietien) baik yang tidak ditambahi obat maupun yang dibubuhi
obat.
1. IUD Non – Hormonal
a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi :
a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, Cu-T, Cu-7,
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
b) Bentuk tertutup (close device), misalnya Ota-ring, Antigon, dan
Graten Berg Ring.
b. Menurut tambahan obat atau metal :
a) Medicated IUD, misalnya Cu-T-200 (daya kerja 3 tahun), Cu-T
220 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu-T
380A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova-T (daya kerja 5 tahun),
ML-Cu 23 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD,
angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat
halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu-T 220 berarti
tembaga adalah 200 mm2.
b) Unmediated IUD, misalnya Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,
Antigon.
2. IUD yang mengandung Hormonal
a. Progestasert-T
b. LNG-20
IUD yang banyak dipakai di Indonesia dari jenis dan dari jenis
mediated Cu-T 380 A, dan Multiload.1,3,15 Mekanisme kerja alat kontrasepsi
dalam rahim dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Jenis-jenis IUD dapat dilihar pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Jenis-jenis IUD15


Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKDR yang AKDR yang
Mekanisme Kerja mengandung melepaskan
tembaga hormon
Mengganggu kemampuan sprema berjalan Ya Ya
melewati rongga rahim
Mengganggu proses pembuahandi tuba falopii
sebelum ovum mencapai rongga Ya Ya
rahim
Menghambat implantasi apabila telur yang sudah
dibuahi masuk ke uterus dengan menimbulkan Ya Ya
respons peradangan lokal di
endometrium
Mengganggu pergerakkan sperma melalui Tidak Ya
pembentukkan mukus serviks yang kental

Mungkin mengganggu implantasi melalui


perubahan-perubahan endometrium yang Tidak Ya
diperantarai oleh hormon

2.5.3 Efektivitas Kontrasepsi IUD


Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate)
yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in – utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan – alasan medis atau
pribadi. Efektifitas dari jenis - jenis IUD tergantung pada :
a. IUD – nya : ukuran, bentuk, dan mengandung Cu atau Progesterone.
b. Akseptor
1. Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD.
2. Paritas : makin muda usia, terutama nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi
dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
3. Frekuensi senggama.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan
per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan).1
2.5.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi IUD
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti. Kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi
peradangan endometriumyang disertai dengan sebukan leukosit yang
dapatmenghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada
pemakai IUD seringkali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa.3
Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping itu, dengan
munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuklear
dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan
blastokista.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya
implantasi.
3. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.1,3,15

2.5.5 Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi IUD


Dalam pemasangan IUD harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi,
IUD dipasang setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Waktu yang
paling baik untuk pemasangan ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.
Adapun indikasi dalam pemasangan IUD adalah:
1. Usia reproduksi,
2. Keadaan nullipara,
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang,
4. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi,
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya,
6. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi,
7. Perempuan dengan resiko rendah infeksi menular seksual (IMS),
8. Tidak menghendaki metode hormonal,
9. Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari, dan
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Adapun Kontraindikasi relatif dan mutlak dalam pemasangan IUD:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus,
2. Insufisiensi serviks uteri,
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma, dan sebagainya,dan Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosio
porsiones uteri.
4. Kehamilan,
5. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis,
6. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis,
7. Adanya metroragia yang belum disembuhkan,dan
8. Pasangan yang tidak subur.1,3

2.5.6 Prosedur Pemasangan Kontrasepsi IUD


Dalam pemasangan ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan oleh
tenaga medis yang memasang. Dimana IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung.
Pemasangan IUD pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau
pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan IUD pada waktu ini antara
lain ialah :
a) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan
lembek.
b) tidak terlalu nyeri.
c) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak terlalu dirasakan.
d) Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain:
a). Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b). Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid –
siklus.3,13
2. Sewaktu postpartum
a) Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasang pada perempuan yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
b) Secara langsung (indirect insertion) yaitu IUD diapasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan IUD dilakukan pada saat
yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortu. Bila
pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,
menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu
postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua
dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
3. Sewaktu postabortum
Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Namun, pada keadaan ditemukannya
septic abortion maka tidak dibernarkan memasang IUD.
4. Sewaktu melakukan seksio sesarea
5. Beberapa hari setelah haid terakhir. Dalam hal yang terakhir ini wanita yang
bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum
pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD
yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti
perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri.3,15
Setelah kandung kemih dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja
ginekologik dalam posisi litotomi, kemudian dilakukan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui letak dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan
serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (Sol. Betadine atau tingtura jodii).
Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan
sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis
servikalis serta kavum uteri. IUD dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium
eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. Tabung penyalur
digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai
ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus.
Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan – lahan, pendorong
(plunger) menahan IUD dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus,
pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang IUD digunting sehingga 2 ½
- 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.1,3,15

2.5.7 Efek Samping Kontrasepsi IUD


1. Perdarahan
Perdarahan sedikit – sedikit ini akan cepat berhenti. Jika pemasangan IUD
dilakukan sewaktu menstruasi , maka perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak
akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang tersering adalah menoragia, spotting
metroragi. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya IUD
dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran kecil. Jika
perdarahannya sedikit – sedikit dapat diberikan pengobatan konservatif dan jika
perdarahan yang tidak terhenti dengan tindakan – tindakan tersebut, sebaiknya
IUD diangkat dan di ganti dengan cara kontrasepsi lain.
2. Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya rasa nyeri ini berangsur – angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri
dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetik. Jika keluhan terus
berlangsung, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil.
3. Gangguan pada suami
Kadang – kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu
bersenggama. Disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio uteri terlalu
pendek atau terlalu panjang. Untuk menghilangkan keluhan tersebut, sebaiknya
benang IUD yang terlalu panjang dipotong sampai kira – kira 2 - 3 cm dari posio
uteri, sedangkan jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD-nya diganti.
Biasanya dengan cara tersebut, keluhan suami akan hilang.
4. Ekspulsi (Pengeluaran Sendiri)
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya
terjadi sewaktu menstruasi dan dipengaruhi oleh :
a. Umur dan Paritas Pada wanita muda, ekspulsi lebih sering terjadi daripada
wanita yang lebih tua begitu juga dengan paritas yang terlalu rendah, 1 atau 2,
kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih.
b. Lama Pemakaian Terjadi paling sering pada tiga bulan pertama setelah
pemasangan.
c. Ekspulsi Sebelumnya Pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka
pada pemasangan kedua kalinya terjadi ekspulsi kira – kira 50%. Jika terjadi
ekspulsi, pasangkanlah IUD dari jenis yang sama , tetapi dengan ukuran yang
lebih besar dari sebelumnya atau juga dapat diganti dengan IUD jenis lain
atau dipasang dua IUD.
d. Jenis dan Ukuran Jenis dan ukuran IUD sangat mempengaruhi ekspulsi. Pada
Lippes Loop, makin besar ukuran IUD maka makin kecil kemungkinan
terjadinya ekspulsi.
e. Faktor Psikis Oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor
psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita – wanita
yang emosional dan ketakutan. Maka kepada wanita – wanita seperti ini
penting diberikan penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan
IUD.3,15

2.5.8 Komplikasi Kontrasepsi IUD


1. Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat – alat yang digunakan di sucihamakan,
yaitu tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin
disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus
genitalis sebelum pemasangan IUD.
2. Perforasi
Umumnya terjadi sewaktu pemasangan IUD. Pada permulaan hanya ujung IUD
saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya
kontraksi uterus, IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga
akhirnya sampai ke rongga perut.
Adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum
benang IUD tidak kelihatan. Dalam hal ini, pada pemeriksaan dengan sonde
uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus. Jika ada
kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto Rontgen, dan
jika tampak di foto IUD dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan
histerografi untuk menentukan apakah IUD terletak di dalam atau di luar kavum
uteri dan dapat ditentukan dengan menggunakan Ultrasonografi (USG)
transvaginal dan transabdominal. Jika perforasi terjadi dengan IUD yang
tertutup, IUD harus dikeluarkan dengan segera oleh karena dikuatirkan
terjadinya ileus, begitu juga dengan IUD yang mengandung logam. Pengeluaran
IUD dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi dilakukan jika laparoskopi tidak
berhasil atau terjadi setelah terjadi ileus.1,3,14

2.5.9 Prosedur Mengeluarkan Kontrasepsi IUD


Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD
yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan
cunam. Kadang – kadang benang IUD tidak tampak di ostium uteri eksternum. Tidak
terlihatnya benang IUD ini dapat disebabkan oleh : akseptor menjadi hamil,
perforasi uterus, ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor, perubahan letak IUD,
sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus seperti ada mioma uterus.3

2.5.10 Pemeriksaan Lanjutan Kontrasepsi IUD ( follow – up )


Pemeriksaan sesudah IUD diapasang,Adapun waktu-waktu yang ditentukan antara
lain;
a. Satu bulan setelah pemasangan.
b. Tiga bulan kemudian.
c. Setiap 6 bulan berikutnya.
d. Satu tahun sekali.
e. Bila terlambat haid 1 minggu.
f. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur
Tidak ada konsensus berapa lama IUD jenis Lippes loop boleh terpasang
dalam uterus, akan tetapi demi efektivitasnya, IUD Copper 7 atau Copper T
sebaiknya diganti tiap 2-3 tahun.3

Anda mungkin juga menyukai