Anda di halaman 1dari 4

MKJP ALAMI

<1 kehamilan per 100 perempuan Mempunyai kegagalan 9-20 kehamilan per 100
perempuan

 Akseptor yang memakai KB dilayani sesuai dengan keinginan pasien sendiri yang telah
disepakati bersama suami dari rumah. Jadi puskesmas langsung melayani dan
memberikan KB tersebut tanpa memberikan penyuluhan terlebih dahulu mengenai KB
yang akan digunakan dan macam-macam KB program dari pemerintah yaitu metode
MKJP seperti IUD. Semua Kb dari puskesmas merupakan program dari pemerintah dan
gratis. Tetapi IUD sangat rendah akseptor baru KB IUD, karena kurangnya informasi
akseptor baru mengenai KB yang ada.
 Akseptor yang belum pernah menggunakan KB IUD mengatakan takut karena belum
mengetahui secara jelas apa saja efek samping dan keuntungan KB tersebut karena
kurangnya informasi/penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (bidan) di
puskesmas tersebut, sehingga responden beranggapan KB IUD itu menakutkan,
mengganggu hubungan suami/istri dan haid bertambah banyak.
 Tingkat pengetahuan responden tentang kontrasepsi IUD merupakan salah satu yang
mempengaruhi rendahnya akseptor baru KB IUD dalam menggunakan IUD sebagai alat
kontrasepsinya. Perilaku ini dapat disebabkan karena responden lebih
mempertimbangkan faktor efek samping dan efektifitas dari penggunaan alat kontrasepsi
pilihannya.
 Rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD juga dapat disebabkan karena responden
mengetahui ada alat kontrasepsi lain yang menurut mereka lebih efektif dan efisien
seperti kontrasepsi suntik dan lainnya, hal ini dapat didukung karena tidak diberikannya
penyuluhan oleh bidan terlebih dahulu sehingga akseptor KB baru sudah menentukan KB
apa yang digunakan dari rumah dan jika ingin ganti cara mereka merasa takut karena
belum disetujui suami
 Dukungan suami sangatlah penting dalam keluarga untuk menggunakan dan memutuskan
alat kontrasepsi apa yang akan digunakan oleh istrinya. Suami banyak tidak mendukung
menggunakan KB IUD.
 Beberapa faktor yang memperngaruhi responden untuk tidak memilih menggunakan KB
IUD diantaranya : pengaruh suami, pengetahuan dan efek samping
 Akseptor tidak menggunakan kontrasepsi IUD bukan karena bagaimana kemudahan
dalam penggunaan KB IUD, melainkan adanya alternative kontrasepsi lain (kontrasepsi
hormonal) yang ada dalam tempat kesehatan tersebut dan kurangnya pengetahuan ibu
tentang KB IUD karena penyuluhan yang tidak diberikan oleh bidan terlebih dahulu
tentang metode KB.
 Dapat lebih meningkatkan konseling pra pelayanan untuk memberikan informasi yang
jelas dan lengkap tentang alat kontrasepsi dan tentang pemilihan alata kontrasepsi efektif
terpilih dan rasional. Sebelum akseptor memutuskan pemilihan terhadap suatu
kontrasepsi yang dianggap cocok dan memberikan konseling paska pelayanan untuk
mencegah terjadinya drop out KB.

 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metode kontrasepsi yang paling
efektif untuk menurunkan angka kelahiran.
 peserta KB aktif memiliki kontribusi besar dalam upaya menekan laju pertumbuhan
penduduk.
 Penggunaan kontrasepsi jangka panjang secara langsung akan berdampak pada
penurunan angka kelahiran.
 Pemerintah melalui BKKBN menekankan penggunaan MKJP bagi pasangan usia subur
(PUS) untuk mengatur kelahiran maupun menghentikan kehamilan.
 Masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian IUD ini.
 Hal ini dikarenakan pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang menghadapi banyak
kendala yaitu: Kurangnya pengetahuan Ibu hamil mengenai alat kontrasepsi sehingga
enggan menggunakan IUD. Mereka lebih memilih menggunakan pil atau suntik KB
karena dianggap lebih praktis.
 upaya-upaya : Memperkuat jejaring kemitraan dalam pelayanan KB berkualitas dengan
kesepakatan, penggerakan, pemberdayaan fasilitas pelayanan yang ada di mitra, seperti
TNI, POLRI, Perusahaan;
 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Ibu hamil melalui konseling KB;

 kurangnya sosialisasi mengenai hal ini dan masih adanya ketakutan pada calon akseptor
mengenai terjadinya komplikasi seperti perforasi uterus, infeksi, perdarahan, dan nyeri

 Belum optimalnya penyampaian KIE dan komunikasi interpersonal/kelompok tentang


metode kontrasepsi; 2. Belum optimalnya pelayanan KB yang berkualitas; 3. Masih
tingginya pelayanan KB jangka pendek;
 Upaya: Meningkatkan pemberian informasi tentang metode kontrasepsi melalui
komunikasi interpersonal/kelompok;
 Peningkatan peran mitra dalam rangka perluasan jangkauan dan kualitas pelayanan KB;
 Pemantapan keterpaduan penggarapan program KKBPK dengan lintas sektor terkait
melalui program Kampung KB;
 Peningkatan sosialisasi program Generasi Berencana (GenRe) kepada remaja melalui
berbagai saluran komunikasi, seperti media massa baik cetak maupun elektronik, media
sosial, dan komunitas;
 Kurangnya pengetahuan tentang efektifitas alat dan obat kontrasepsi;
 Tidak adanya perencanaan tentang jumlah anak yang diinginkan; 4. Kurangnya konseling
kontrasepsi;
 Peningkatan KIE tentang efektifitas alat dan obat kontrasepsi;
 Berbagai upaya telah dilakukan BKKBN untuk meningkatkan capaian target
 Khusus pada ibu hamil dan melahirkan, perlu pemberian KIE dan pelayanan KB, agar
mereka mau ber-KB untuk tujuan penundaan mempunyai anak pertama hingga mereka
memasuki usia reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan.
 Menurunkan angka kematian Ibu dengan Risiko tinggi
 Adapun salah satu alat kontrasepsi yang termasuk dalam kontrasepsi pasca salin adalah alat
kontrasepsi yang dapat langsung dipasang pada saat 10 menit setelah plasenta dilahirkan, yaitu
IUD (Intra Uterine Device). Pemasangan IUD post-placenta dan segera pasca persalinan
direkomendasikan karena pada masa ini serviks masih terbuka dan lunak sehingga memudahkan
pemasangan IUD, dan kurang nyeri bila dibandingkan pemasangan setelah 48 jam pasca
persalinan. Insersi IUD post-placenta memiliki angka ekspulsi rata-rata 13-16%, dan dapat hingga
9-12,5% jika dipasang oleh tenaga terlatih. Angka ekspulsi ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan waktu pemasangan pada masa segera pasca-persalinan (immediate postpartum), yaitu
28-37%, dan pemasangan pada masa ini aman, memiliki risiko kecil untuk infeksi, sedikit
perdarahan, dan angka perforasi yang rendah.

 Penggunaan IUD menghemat pengeluaran karena harganya yang relatif terjangkau dan
aman. Beda halnya dengan susuk KB yang membutuhkan dana cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai